TADAAAA! Here I am! Gatau kenapa pengen share beberapa quotes simple tapi berdasarkan apa yang emang gue yakinin dan emang gue suka kalimatnya yang simple tapi ngena. Itu menurut gue. Belum tentu menurut kalian :-)
"Good friends are like stars.... You don't always see them, but you know they are always there"
Iya banget gak sih? Kalo menurut gue sih iya, gue gak selalu bisa liat temen-temen gue. Tapi gue percaya, wherever whenever, mereka selalu ada buat gue♥
"When it hurts to look back, and you're scared to look ahead, you can look beside you and your best friend will be there"
Sahabat itu emang keluarga yang lupa tuhan kasih buat kita. Mereka bisa bikin kita -khususnya gue- ngerasa kalo 'I never walk alone' selalu ada sahabat yang support kita☺♡
"Many people will walk in and out of your life, but only true friends will leave footprints in your heart"-Eleanor Roosevelt
"A friend is someone who lets you have total freedom to be yourself."-Jim Morrison
"Friends are angels who lift our feet when our own wings have trouble remembering how to fly."
Nah...... Entah kenapa gue terharu baca quotes ini. Haha. Random.
"Everyone has a 'best friend' during each stage of life-only a precious few have the same one."
"My best friend is the one who brings out the best in me."-Henry Ford ♡
"True friends are like diamonds, precious and rare. False friends are like leaves, found everywhere."
"A best friend is like a four leaf clover, hard to find and lucky to have"
"A friend is one before whom I may think aloud."-Ralph Waldo Emerson
"Best friends are the siblings God forgot to give us."
Nah ini seperti yang gue bilang tadi. Sahabat adalah keluarga yang lupa Tuhan kasih pada kita :-)
"Every time I hold you I begin to understand, that everything about you tells me you're my best friend."
"We are all travellers in the wilderness of this world, and the best we can find in our travels is an honest friend."-Robert Louis Stevenson
"To have a good friend is one of the highest delights in life; to be a good friend is one of the noblest and most difficult undertakings."
"A true friend is one who overlooks your failures and tolerates your success."-Doug Larson
"You can always tell a real friend; when you've made a fool of yourself, he/she doesn't feel you've done a permanent job."-Laurence Sterne
"The best way to keep your friends is not to give them away."-Wilson Mizner
"No-one is completely unhappy at the failure of his best friend."-Groucho Marx
"We really don't have enemies. It's just that some of our best friends are trying to kill us."
Entah kenapa gue suka yang ini..... Maknanya kerasa dalem.
"A friend is someone who understands your past, believes in your future, and accepts you just the way you are." ♥
"Truly great friends are hard to find, difficult to leave, andimpossible to forget."
"True friends stab you in the front."-Oscar Wilde
"Don't walk in front of me; I may not follow. Don't walk behind me; I may not lead. Just walk beside me and be my friend."-Albert Camus
Udahan yahh~ itu sebenernya ngambil dari tweets gue yang kemaren. Cuma pengen lebih mengabadikannya aja :-)
Banyak pesan yg bisa gue ambil dari beberapa quotes di atas. Intinya, lo harus bisa bedain antara 'true friend' sama 'false friend'. Jangan sia-siain aja apa yang udah lo punya sekarang. Bilang kalo emang lo sayang sama sahabat lo atau siapapun. Jangan lupa bersyukur :-) itu aja.
With love♥,
Anggiayf
Tuesday, August 23, 2011
Wednesday, June 15, 2011
Cinta Si Nyolot Dan Mr. Perfect Part21B: RiFy (LAST PART!) (repost)
"ecieee yang baru jadiann" Goda Ify ke Sivia. Wajah Sivia langsung memerah.
"Ihh. apaan sih? tau dari mana lagiii" ucap Sivia malu. Ify tersenyum.
"Tau doong. KAn Alvin knsultasi ke gue semalem. Upppsss" Ify menutup mulutnya. kenapa dia ceplas-ceplos begini sih? (Kerjaannya penulis, ngapain bikin Ify kaya gitu ;p maaf Vin, rahasiamu terbongkar haha)
"Hah?kok bisa? masa sih?" Berondong Sivia.IFy menutup mulutnya sambil geleng-geleng. Sivia manyun. Ify tersenyum, melepaskan tangannya.
"Pulang bareng yukk Vi... Sopir gua ga bisa jemput nih" Ucap Ify sambil menyelempangkan tasnya. Sivia berpikir sebentar. Tiba-tiba Alvin datang menghampiri mereka berdua. Ify melirik Alvin sebentar.
"Yaelah... iya deh, iya, yang baru jadian.... gue pulang bareng agni aja" Ify menghela napas sambil melirik bangku didepannya. tapi... "Lha kok kosong? Agni mana? Nova agni mana???" Ify histeris. Yah secara, cuma Agni doang yang rumahnya lumayan deket sama Ify.
"yaelah elu Fy, lama-lama kok sura lo lebih kenceng dari gua? Agni sih udah pulang tadi, buru-buru banget malah" jawab NOva antai sambil menyelempangkan tasnya. Ify mendengus kesal. Sivia menatap Ify prihatin.
"Yaudah Fy... gue pulangnya berng elo aja" ucap Sivia. Ify berbalik ke Sivia. Kemudian menggeleng cepat.
"Jangan! elo pulangnya sama Alvin aja.... gue bisa kok pake taksi.." Tolak Ify. Gak enak. Sivia melirik Alvin. Alvin hanya mengangkat bahu. Sivia berbalik ke Ify lagi. "Betul bisa?" tanya Sivia. Ify mengangguk lagi.
"Udahhh. Lo berdua aja. gue sendiri aja. Ga papa kok" Ucap Ify sambil mengibas-ngibaskan tangannya. berusaha meyakinkan dua orang itu. meskipun dia sendiri ga yakin.
"Oh ya udah. Yuk Vin" Ajak Sivia. "Dah Ify" Ucap Sivia sambil melambaikan tangan ke Ify. Perbedaan yang kontras terjadi. Sivia melambaikan tangan dengan ceria, sedangkan Ify keliatan ga bersemangat.
"Lo cemburu ya sama mereka berdua?" tanya seseorang. Ify berbalik dengan cepat.
"Idihhh. enak aja. Gue justru seneng mereka jadian. Sotoy lo!" jawab Ify manyun.
"trus? kenapa lo ga bersemangat gitu?" tanya Rio sambil berjalan mendekati Ify. fy langsung melengos.
"Gue pulang sendiri......" jawab Ify lemah. kemudian duduk lagi. "Lo kan tau, gue ga hapal jalan kerumah gue dari sekolah." lanjut Ify
"Ck. Elo udah sekolah disini hampir 3 bulan juga" UcapRio sambil mendecakan lidah. "Ya udah, gue pulang dulu" pamit Rio sambil berjalan keluar kelas. Ify cengo. Hei! Rio gak ngebantuin gue nih? Ify dengan cepat berlari menyusul Rio. Kemudian menahan pergelangan tangan Rio.
"Apaan?" Tanya Rio jutek. Ify manyun. Perasaan nih orang galak banget deh.
"Pulang bareng gue doong... yahhhh... plisssssssss" RAyu Ify sambil masangin wajah paling manisnya. Rio menyentakan tangannya yang lagi digamit Ify. Ify melongo.
"Do It with your self. Pulang aja sendiri" jawab Rio jutek sambil berjalan lagi.
"Ihhhh. Elo jutek amat sih. bantuin gue sesekali kek" dumel Ify jengkel. "Ya udah, bakalan gue buktiin kalo gue bisa nyampe rumah gue dengan selamat tanpa bantuan elo!" Nyolot Ify kambuh.
"YA udah" awab Rio cuek. Ify mendengus kesal. Gimana sih tuh orang? baiknya cuma sehari doang! Ify memilih berjalan lewat arah yang berlawanan dari Rio. Dari pada dipikir nguntit. Ify berjalan, pas udah mau keluar gerbang, pundaknya ditepuk seeorang. Ify berbalik.
"Sendirian aja?" tanya cowok itu sambil tersenyum. Ify menyentakan tangan cowok itu yang masih tersampir dipundaknya.
"Bukan urusan elo" jawab Ify jutek. Sambil terus berjalan. Males dia ngeliat cowok itu. MAu tau dia siapa? ya Debo. Cowo super nyebelin kuadrat itu (maaf SOBADDEBO, just in story :)
"Dimana si Rio, pahlawan kesiangan itu?" tanya Debo. Ify berbalik, memutar bola matanya.
"Bukan urusan elo." jawab Ify. masih jawaban yang sama. Kemudian mempercepat langkahnya.
"Rio... cowo yang selalu jutek sama cewe. Selamanya juga bakalan jutek sama cewe. Dan menurut gue, dia terlalu munafik." Ucap Debo. masih menguntit dibelakang Ify.
"Atas dasar apa elo ngomong kayak gitu?" Tanya Ify mulai jengkel. Debo berjalan mendekati Ify.
"Oh... lo ngebelain dia? Jad ceritanya elo suka sama dia gitu? (Debo tau aja :p)" Tanya Debo sambil terus mendekati Ify.
"So? Kalo Iya kenapa? Ada masalah?" tantang Ify. Debo tersenyum sinis.
"Apa lebihnya Rio? Cowo munafik itu?" Tanya Debo sinis. Baru aja Ify mau ngejawab, Rio muncul.
"Ngapain lo Psycho?" tanya Rio sambil menatap Debo tajam. Ify berbalik. Rio udah dibelakang Ify. "Gue tanya, mau lo apain Ify?" tanya Rio lagi. Galak.
"Seperti biaasa. selalu jadi pahlawan kesiangan" komentar Debo sinis. Rio tersenyum mengejek.
"Dan lo selalu jadi orangPsycho setiap saat" balas Rio. Ify yang ditengah mereka berdua panik sendiri, takut dua cowo in tonjok-tonjokan.
"Bukannya tadi elo udah mau pulang? kenapa balik lagi?" Debo mencoba memanasi suasana.
"Gue cuma khawatir aja, kalo Ify dicegat manusia kaya elo. Taunya betul." Jawab Rio santai. Tapi Ify bisa ngerasa bentar lagi dua manusia ini bakal berantem.
"Duh......" Ify merintih. Cuma pura-pura doang.Biar ngalihin perhatian dua orang itu.
"Kenapa?" tanya mereka berdua bersamaan. Ify menggeleng.
"Yo... anterin gue pulang yaaa. Plissssss" rayu Ify lagi. Rio berpikir sebentar. Kemudian mengangguk.
"Ok." jawab Rio. Kemudian menarik Ify.
"Ayo, cepetan"
* * *
"mampir dulu yo?" ajak Ify. Rio menggeleng.
"ga usah" jawab Rio. Tiba-tiba pembantu Ify keluar dari rumah.
"Non Ify udah pulang?" Tanya Bi Inem. Ify mengangguk. "Oh iya Non, saya lagi bikin kue sus coklat tuh" lanjut Bi Inem. Mata Rio langsung berseri-seri (udah mau ngalahin matanya Deva) "ya udah Non, Bibi ke warung depan komplek dulu ya" pamit Bi Inem. Ify mengangguk.
"Kenapa Yo?" Tanya Ify heran ngeliat Rio yang mukanya udah berseri-seri.
"naksir lo sama Bi Inem?" tebak Ify.
"Yee. Enak aja. Gini.... pembantu elo kan bikin kue sus tuh... gimana kalo sebagai tanda trimakasih, lo kasih tuh kue buat gue?" ucap Rio sambil cengengesan. Ify memutar bola mata.
"Kenapa udah beralih ke kue sus? ga Chitato lagi?" tanya Ify.
"Ga. Chitato ga bagus buat kesehatan, tapi gue masih tetep suka sih hehehe. Jadi, boleh ga nih??" tanya Rio udah ga saba mau makan kue sus.
"Ya udah. Lo tunggu diteras. Gue ambilin dulu" perintah Ify sambil memasuki Rumah. Rio dengan senang hati duduk diteras. Nunggu ify. Kira-kira baru semenitan duduk, OZy pulang, bareng Deva.
"Assalamualaikum" Ozyngebuka gerbang. Deva nguntit dibelakang. Rio menatap Ozy.
'Oh.. jad ini adiknya Ify yang suka ngejailin Keke" Pikir Rio sambil manggut-mannggut. OZy menaikan sebelah alis pas ngeliat Rio.
"kaka siapa?" tanya Ozy. Padahal dia udah nebak, pasti temennya Ify.
"temennya Ify. OZy ya?" tebak Rio. OZy mengangguk. makin heran, Rio tau namanya.
"Ohhh. pacarnya kak Ify?" Deva sotoy mode on. OZy melotot ke Deva.
"Taelah elo Zy... mata elo ngalahin mata gue tuh!" Ozy ga peduli.
Diliatnya Rio dari ujung rambut sampai ujung kaki (atau dari ujung kaki sampai ujung rambut?ahh, whatever deh)
"bukan. Kamu temennya keke ya?" Tanya Rio ke OZy. Tapi yang ngangguk-ngangguk semangat Si Deva. OZy juga ikut mengangguk. tapi ragu-ragu. masih heran soalnya.
"kok kakak tau?" tanya OZy heran. wah... kayaknya orang yang didepan gue peramal nih... jangan-jangan dia juga tau gue suka bkin puisi buat ngejek-ngejekin Keke lagi...' pikir Ozy
"Iya. aku kakaknya Keke" jawab Rio sambil tersenyum. kali ini yang semangat Deva (lagi,lagi,lagi).
"Kakaknya Keke? Kenalin kak, Anak Agung Ngurah Deva Ekada Saputra, temen sekelas Keke yang paling baik hati, tidak sombong, rajin menabung, taat beribadah," Deva memperkenalkan diri panjang-lebar.
"dan matanya paling gede dikelas" sambung OZy yang langsung disetrum Deva. Rio terkikik geli. Lucu juga dua anak ini... pantesaan Keke suka senyum-senyum sendiri kalo lagi dirumah. sekelas sama pelawak sih...' pikir Rio.
"Yo ini...... Deva? OZy? Udah pulang?" Tanya Ify yang lagi megang baki. Deva dan OZy mengangguk.
"Apaan tuh kak??" tanya OZy sambil melirik baki yang dibawa Ify.
"Kue sus dibkin sama bi Inem, masih ada tuh di dapur" jawab Ify. Deva dan Ozy saling tatap.
"Sikat!" mereka berdua berlari masuk ke rumah. Dengan tujuan utama dapur. Ify geleng-geleng. semaentara Rio hanya tersenyum kecil.
"nih" Ify menaruh baki dimeja samping Rio. Gak pake lama, Rio langsung nyomotin salah satu dari kue yang ada diatas baki. Ify mendecakan lidah. cepet amat nih anak.
"Hmmm, enak juga. kalo gini caranya sih... bakal sering-sering gue nganterin elo. asa ada kue sus" ucap Rio. Ify manyun.
"Yeee. emang rumah gue pabrik kue sus gitu ha?" Ify nyolot mode on.
"Taelah. galak amat. tapi yah.. kalo ada ajak-ajak gue ya. Masakan bibi lo enak nih" Ify hanya geleng-geleng ngeliat Rio. Ga chitato, ga kue sus...tampangnya kayak baru ngeliat makanan. "lho? Kok gak makan? enak loh Fy.." tawar Rio kemudian menyomot kue itu dan menyodorkan ke Ify. Berlagak mau nyuapin. Ify menggeleng.
"Ga ah. ngeliat Lo makan aja gue langsung kenyang." Tolak Ify sambil menutup mulutnya dengan tangan. sambil terus geleng-geleng (kayak anak-anak nolak makan itu looh ;p)
"Yeee. Ini Enak tau. pantes aja lo kurus terus...." Ejek Rio yang langsung disumpel mulutnya make kue sus. Yang disambut dengan senang hati sama Rio. Jadinya malah kayak lagi suap-suapan. "Eh udah, udah penuh mulut gue! Lo pikir nih mulut karung apa?" Ucap Rio sambil menahan tangan Ify yang lagi asyik masukin kue sus ke mulut Rio.
"Eh, udah" Rio menahan pergelangan Ify. Ify sendiri terus cekikikan. sewaktu Ify mengangkat muka, barulah dia sadar kalo wajahnya deket banget sama Rio. Jantung Ify berdegup keras. Apalagi Rio menatap Ify tajam. Waktu seakan berhenti berputar. Yang terdengar hanya desiran angin yang begitu lembut.
"Hehehehe, kenyang dah gue. sumpah enak banget!" Ucap Deva dari dalam rumah, kayaknya menuju ke teras.
"banget. ga nyesel kan lu datang ke sini" timpal Ozy. Mendengar suara Deva dan OZy membuat Rio dan Ify tersadar. Rio melepaskan tangannya yang memegang tangan Ify erat. Sedangkan Ify berjalan menjauhi Rio.
"Halo kakkkkk" sapa Deva yang udah
nyampe teras. Kemudian ngeliat Ify dan Rio bergantian. Heran, Ify sama Rio kelihatan salah tingkah. Rio menghela napas berkali-kali, sedangkan Ify terus membuang muka, ga mau ngeliat Rio. Ozy yang baru datang juga ga kalah heran. Ngeliat Ify yang nyander di tembok sambil terus diem. Sedangkan Rio malah ga bergerak sama sekali.
Sementara itu, Rio dan Ify sibuk sama pikran mereka sendiri. Ify heran sama apa yang dia rasain. Heran sama debaran yang begitu keras.Heran sama Rio yang ngeliat dia begitu tajam... heran sama betapa tenggelamnya dia sama tatapan itu. Yang ngebuat dia terasa membeku.
Rio sendiri, heran, kenapa dia selalu pengen ada didekat cewek itu. Tapi gengsinya yang selalu ngalahin keinginannya buat selalu bareng Ify..... ataupun sekedar dsamping cewe itu.
"Kok pada diem-diemaaaannnn" OZy teriak make Toa yang ga tau dipinjem dari mana. Ify dan Rio tersentak.
"Kenapa?" tanya mereka berdua bareng. OZy mendecakan lidah. kayaknya 2 orang ini bener-bener dari dunia hayal, atau lagi tidur sambil mimpi.
"Kenapa? Kalian tuh yang kenapa! Ko ngelamun?" Tanya Ozy sambil menatap mereka berdua bergantian.
"Ngga apa-apa" jawab mereka berdua. tetep.. barengan.... Deva dan OZy saling tatap. Tapi habis itu hanya ngangkat bahu. ga ngerti.
* * *
Rio termenung dipinggir kolam renang dirumahnya. Semenjak pulang dari rumah Ify tadi, dia ga tenang. Keke yang lagi baca majalah di gazebo hanya menatap kakaknya heran. Keke kemudian menghampiri Rio.
"Hoiiiiiiiiii Jangan ngelamun, ntar tenggelem!!" Tegur Keke sambil menepuk pundak kakaknya.
"ye elu Ke. Ngagetin aja."ucap Rio. Tapi dia kembali fokus ngeliat air kolam yang tenang. Karna penasaran, Keke ikut-ikutan ngeliat. Tapi ga ada yang aneh tuh. air hanya bergerak tenang karena desiran angin. selain itu sepi.
"Taelahhh. Ngelamunin apa sih lo ka? serius amat? ngelamun aja serius!" celetuk Keke. Rio berbalik.
"Yee bawel lu ah"
"emang kaka kenapa sih??" tanya Keke penasaran dengan sikap kakaknya yang beda banget hari ini.
"Bukan urusan anak kecil. Wekkkk" jawab Rio sambil menjulurkan lidah. Brukkkk. majalah yang dipegang Keke di pukulin ke puncak kepala Rio.
"Aduh. sakit kali Ke!" Ucap Rio gemes. Pengen rasanya ditenggelemin tuh anak dikolam renang (beuhhh sadiss).
"Abisnya elu ka. ga kayak biasanya. tumben suka ngelamun.... HAyoooooo kakak kenapa????" goda Keke.
"Ngga, ngga kenapa-kenapa" elak Rio. Keke tersenyum simpul.
"Eh kak, gimana kabarnya kak Ify??" tanya Keke tiba-tiba. Yang ngebuat Rio langsung berbalik.
"Ha? Eh, baik-baik aja. masih hidup, masih bawel, masih nyolot" jawab Rio sekenanya.
"Masih cantik juga kaaannnn" goda Keke. Rio mendengus.
"Cantik sih cantik. tapi kayak mak lampir, bawel ngeselin"
"oh ya? Masa siiihhhh" Keke masih menggoda Rio.
"Yeee. anak kecil tau apa sihhh" Ucap Rio gemes sambil menoyor adiknya. Keke mngelus kepalanya yang ditoyor.
"Huuu. mana ada cewe yang mau sama kakak, kalo kakaknya galak begini! Gak dapat jodoh trus jadi perjaka tua tau rasa lo!" ucap Keke kesel. Rio cengengesan.
"enak aja nyumpahin orang. pake jadi perjaka tua lagi! hee, gini-gini banyak yag ngantri jadi cewe gue tau!" ucap Rio pede.
"Hiii. yang ngantri pada katarak semua tuh kak... kayaknya kakak harus tanggung jawab" Ucap Keke sok tau.
"Yee. enak aja.."
"eh kak, emang kakak suka ya sama kak Ify?? Hayooo ngakuuuu" Goda Keke. Rio berbalik.
"Ngga lah. Siapa juga yang mau sama mak lampir cungkring begitu. Ogah!" Tolak Rio mentah-mentah. Keke tersenyum simpul.
"dari benci bisa jadi cinta loh kakkk" Goda Keke lagi.
"halah... kebanyakn nonton sinetron lo!" Ucap Rio kemudian bangun berdiri. MAu balik kekamar, tapi kemudian membatalkan niatnya. dia berbalik lagi, kemudian duduk disamping Keke. "eh ke.... cewek itu paling suka apa sih?" tanya Rio tiba-tiba.
"Hah? Kok kaka nanya kayak gitu?c wah jangan-jangan bener nih dugaan keke. Kakak suka yaa sama kak Ify?? Ngaku aja deh" Goda Keke
"Enggak" elak Rio.
"kalo ga ngaku, aku ga ngasih tau" keke sok jual mahal. Rio berpikir sebentar, kemudian menghela napas keras. terpaksa...
"Iya... ayo cepet kasih tau" desak Rio. Keke ketawa ngakak.
"Tuh kannn betul.... eh, tapi? Ntar gue bakalan ipar-an dong sama OZy? Ishh najis tralala, trilili.." Delik keke. Rio menatap Keke gemas.
"Kee.... mau gue plintir lo?" tanya Rio ganas. keke nyengir,
"Versi Keke ya kak. Kalo cewek sih, baiasnya suka cowok yang romantis, trus perhatian...pokoknya semacam tu deh!" Jelas keke Sok tau. Rio manggut-manggut.
"Gue gitu gak?" Tanya Rio lagi.
"Nggak!" Jawab Keke cepat. "kakak tuh galak, seenaknya, ga peka sama perasaan orang lain... ishhhh, ga ada baek-baeknya deh!" jawab keke jujur-sejujur-jujurnya. DAn langsung siitak sama Rio.
"Kok jelek amat sih?" protes Rio.
"satu lagi, ga mau ngakuin kesalahan diri sendiri. Kalo kaka kayak gitu terus... wah... ga jamin deh bakal punya cewek..." Ucap Keke sambil geleng-geleng.
"yee. enak aja. sok tau lu" ucap Rio gemas.
'Oh iya, satu lagi" Ucap Keke udah siap- siap kabur. "Cungkring, item, jelek. Wekkkk" ledek Keke.
"Awas lo ya..."
* * *
Ify berjalan melewati samping lapangan bola basket sambil mengutak-ngatik HPnya. Sesekali Ify tersenyum sendiri, soalnya Ify lagi buka twitter, dan ngeliat tweet temen-temennya yang pada hancur-hancur semua. Mungkin emang nasibnya Ify yang emang lagi ga bagus, ato Bola basket yang selalu pengen "mampir" ke jidat Ify, atau emang yang main tuh bola ga hati-hati......
"BUkkkkk" Bola basket mengenai jidat Ify. Ify spotan terjatuh, dan mengusap jidatnya
"Duhhhh" erang Ify kesal "perasaan kepala gue kepentok bola basket mulu deh. Nih bola naksir sama gue ato apa sih?" dumel Ify sambil melototin bola yang ga bersalah itu. "Siapaa lagi yang mainin nih bola! Ga hati-hati banget sih! nih bola dipasangin rem kek!" dumel Ify ga jelas.
"gue yag main" Ucap seseorang. Ify berbalik.
"Elo? Ihhh. Makanya mainnya hari-hati dong!" marah Ify sambil terus mengelus jidatnya. Rio memperhatikan jidat Ify.
"Merah tuh, jidat elo.." Ucap Rio sambil menunjuk Jidat Ify.
"Hah? Merah? luka gak? keliatan dari jauh gak? Aduhhh gawat nih..." Ify jadi panik. "tutupin pake poni aja deh" ucap Ify sambil merapikan poninya. Rio berjalan mendekati Ify, mengamati luka dijidat Ify. Ify terbelalak. Jaraknya dengan Rio hanya beberapa centi. Bahkan Ify bisa merasakan harum parfum Rio. JAntung Ify berdebar keras. Ify menunduk, ga mau ngeliat Rio.
"Jangan nunduk, biar gue liat" Ucap Rio sambil mengangkat muka Ify. Rio kemudian tersenyum. "Lho? Kok yang merah malah pipi lo?" ucap Rio heran. Ify terbelalak. Emang pipinya merah ya? uhhh maluuu. Rio mundur selangkah. "make plester aja, lukanya kecil doang kok" saran Rio. Ify menunduk kemudian mengangguk pelan.
"Hoiiiiiii!! Marioooo!Lo ngambil bola apa pacaran hah? Udah gosong nih kita!" teriak Cakka dari tengah lapangan. Cakka sendiri udah mandi keringat.
"Iya. Bawel lo ah" Ucap Rio sambi mendrible bola. sebelum Rio meninggalkan Ify, Rio tersenyum, sangat manis. Ify yang ngeliat, bisa ngerasain wajahnya mulai memerah lagi.
"Duh, mending gue langsung cabut dari sini daripada muka gue merah terus. malu-maluin aja" ucap Ify kemudian berjalan kekelas.
* * *
Ify sibuk nyatet PR yang dikasih Bu Winda. Sesekali Ify merenggangkan tangannya. Buset dah Bu Winda. PR yang dikasih 20 nomor.... masa udah SMA PRnya amsih banyak-banyak begini? ga jaman banget...
"Yak! selesai!" Ucap Ify sambil merenggangkan tangannya. Waktu berbalik..... "Lha? Sivia? Sivia mana?" tanya Ify bingung. Ternyata bukan hanya Sivia. Kelas udah kosong melompong. Tingga Ify sendiri dikelas, bahkan pintu kelas udah ketutup.
Dengan cepat fy memasukan buku-bukunya kedalam tas. kemudian berlari kearah pintu. tapi pas mau dibuka, Pintu itu gak bisa dibuka. kekunci. Ify jadi panik. Digedornya pintu itu.
"Heiii buka! Gue masih didalam woyy!!" Terika Ify panik. "heiiii!! Ga lucu! Woyyy!!" teriak Ify masih ngedor-ngedor pintu. Ga ada jawaban. Sepi. Ify udah hampir nangis. "masa gue harus disini sendirian" Ucap Ify terisak.
"Lo gak sendiri. mang gua apaan?" Ucap seseorang. Ify berbalik. Rio! Lagi duduk diatas meja deretan belakang, disampingnya ada gitar. Ify menatap Rio heran.
"Lo... muncul dari mana?" tanya Ify sambil berjalan mendekati Rio.
"Gue udah disini dari tadi" jawab Rio enteeng sambil mengambil gitarnya. dan mulai memetiknya. Ify menatap Rio heran. Rio mulai bernyanyi
Saying I love you
Is not the words
I want to hear from you
It's not that I want you
Not to say
But if you only knew
How easy
It would be to
Show me how you feel
More than words
Is all you have to to
To make it real
Then you wouldn't
Have to say
That you love me
Cause I'd already know
What would you do
If my heart
Was torn in two
More than words
To show you feel
That your love
For me is real
What would you say
If I took
Those words away
Then you couldn't
Make things new
Just by saying
I love you
More than words
More than words
Now that I've tried to
Talk to you
And make you understand
All you have to do
Is close your eyes
And just reach out your hands
And touch me
Hold me close
Don't ever let me go
More than words
Is all I ever
Needed you to show
Then you wouldn't
Have to say
That you love me
'Cause I already know
Suara Rio yang lembut, petikan gitar yang sesuai banget sama suara Rio, ngebuat Ify speechless.
"Lagunya bagus" ucap Ify kikuk. Rio tersenyum lembut.
"Itu agunya westlife" jawab Rio. Hening sesaat.
"Hmmm" Ucap mereka berdua bersamaan.
"Lo aja duluan" ucap Rio. Ify mengangguk.
"Jadi gini... gue mau minta maaf sama elo. selama ini gue udah galak banget sma elo. gue mau... kita temenan aja deh sekarang..." Ucap Ify pelan. Rio tersenyum, kemudian turun dari meja.
"Gue mau lebih dari itu Fy.... bukan hanya temenan. Tapi gue mau,elo jadi orang yang gue sayangin, bukan sebagai sahabat, tapi.." Rio menggantungkan kata-katanya. Ify menunggu kelanjutan ucapan Rio. " Gue bukan cowok yang romantis, gue juga ga bisa ngerangkai kata-kata, tapi gue orang yang to the point, ga mau basa-basi... jadi... Alyssa saufika, elo mau ga jadi cewek gue?" tanya Rio.
Ify terbelalak. Gak percaya sama ucapan Rio barusan.... barusan.... RIO nembak dia? Mimpikah? cwowok yang selalu jadi rival dia dan selalu berabten tiap saat? Rio menatap Ify dengan harap-harap cemas. Berharap Ify menjawab ya....
"Fy... jawaban elo?" tanya Rio. Ify mengigit bibir. Ga ada jawaban lain... selain...
"Ya, gue mau" jawab Ify. Rio tersenyum lega. didekatinya Ify.
"Thanks Fy, gue pikir lo mau nolak gue" Ucap Rio senang. baru aja mau meluk Ify....
"Yeeeeeeeeeeeee!!!!" teriak mereka, dari jendela luar kelas, muncul banyak kepaa yang sedari tadi ngintip, Alvin, Sivia, Agni, Nova, Cakka, Ray... bahkan temen-temen sekelas, mereka berhamburan masuk kelas.
"Cieeeeeeeeeee" Goda mereka bersamaan.
"Yessss. Kita ditraktir!!! Horeee!" teriak ray seneng.
"Benci jadi cinta nihhh" Goda Agni
"Ishhh so sweet..." goda Nova.
"Lo berdua bikin deg-degan tau ga! lama amat sih!" Ucap Cakka. Ify ternganga. Ya ampuuuuuun! Jadi dari tadi pada ngintip nih semua? Ihh maluu >_br/>
"Yesss! traktiran dobel yaaa! Alvin+Via sendiri, Rio Ify sendiri yey!" Teriak Ray, yang disambut sorakan anak-anak sekelas. Rio dan Ify saling bertatapan.
"Punya uang?" tanya Rio. Ify cengengesan. Mereka berdua menatap pasrah ke anak-anak sekelas. Harusnya jadian pas tanggal muda....
* * ***
-author: Chiiaa^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
"Ihh. apaan sih? tau dari mana lagiii" ucap Sivia malu. Ify tersenyum.
"Tau doong. KAn Alvin knsultasi ke gue semalem. Upppsss" Ify menutup mulutnya. kenapa dia ceplas-ceplos begini sih? (Kerjaannya penulis, ngapain bikin Ify kaya gitu ;p maaf Vin, rahasiamu terbongkar haha)
"Hah?kok bisa? masa sih?" Berondong Sivia.IFy menutup mulutnya sambil geleng-geleng. Sivia manyun. Ify tersenyum, melepaskan tangannya.
"Pulang bareng yukk Vi... Sopir gua ga bisa jemput nih" Ucap Ify sambil menyelempangkan tasnya. Sivia berpikir sebentar. Tiba-tiba Alvin datang menghampiri mereka berdua. Ify melirik Alvin sebentar.
"Yaelah... iya deh, iya, yang baru jadian.... gue pulang bareng agni aja" Ify menghela napas sambil melirik bangku didepannya. tapi... "Lha kok kosong? Agni mana? Nova agni mana???" Ify histeris. Yah secara, cuma Agni doang yang rumahnya lumayan deket sama Ify.
"yaelah elu Fy, lama-lama kok sura lo lebih kenceng dari gua? Agni sih udah pulang tadi, buru-buru banget malah" jawab NOva antai sambil menyelempangkan tasnya. Ify mendengus kesal. Sivia menatap Ify prihatin.
"Yaudah Fy... gue pulangnya berng elo aja" ucap Sivia. Ify berbalik ke Sivia. Kemudian menggeleng cepat.
"Jangan! elo pulangnya sama Alvin aja.... gue bisa kok pake taksi.." Tolak Ify. Gak enak. Sivia melirik Alvin. Alvin hanya mengangkat bahu. Sivia berbalik ke Ify lagi. "Betul bisa?" tanya Sivia. Ify mengangguk lagi.
"Udahhh. Lo berdua aja. gue sendiri aja. Ga papa kok" Ucap Ify sambil mengibas-ngibaskan tangannya. berusaha meyakinkan dua orang itu. meskipun dia sendiri ga yakin.
"Oh ya udah. Yuk Vin" Ajak Sivia. "Dah Ify" Ucap Sivia sambil melambaikan tangan ke Ify. Perbedaan yang kontras terjadi. Sivia melambaikan tangan dengan ceria, sedangkan Ify keliatan ga bersemangat.
"Lo cemburu ya sama mereka berdua?" tanya seseorang. Ify berbalik dengan cepat.
"Idihhh. enak aja. Gue justru seneng mereka jadian. Sotoy lo!" jawab Ify manyun.
"trus? kenapa lo ga bersemangat gitu?" tanya Rio sambil berjalan mendekati Ify. fy langsung melengos.
"Gue pulang sendiri......" jawab Ify lemah. kemudian duduk lagi. "Lo kan tau, gue ga hapal jalan kerumah gue dari sekolah." lanjut Ify
"Ck. Elo udah sekolah disini hampir 3 bulan juga" UcapRio sambil mendecakan lidah. "Ya udah, gue pulang dulu" pamit Rio sambil berjalan keluar kelas. Ify cengo. Hei! Rio gak ngebantuin gue nih? Ify dengan cepat berlari menyusul Rio. Kemudian menahan pergelangan tangan Rio.
"Apaan?" Tanya Rio jutek. Ify manyun. Perasaan nih orang galak banget deh.
"Pulang bareng gue doong... yahhhh... plisssssssss" RAyu Ify sambil masangin wajah paling manisnya. Rio menyentakan tangannya yang lagi digamit Ify. Ify melongo.
"Do It with your self. Pulang aja sendiri" jawab Rio jutek sambil berjalan lagi.
"Ihhhh. Elo jutek amat sih. bantuin gue sesekali kek" dumel Ify jengkel. "Ya udah, bakalan gue buktiin kalo gue bisa nyampe rumah gue dengan selamat tanpa bantuan elo!" Nyolot Ify kambuh.
"YA udah" awab Rio cuek. Ify mendengus kesal. Gimana sih tuh orang? baiknya cuma sehari doang! Ify memilih berjalan lewat arah yang berlawanan dari Rio. Dari pada dipikir nguntit. Ify berjalan, pas udah mau keluar gerbang, pundaknya ditepuk seeorang. Ify berbalik.
"Sendirian aja?" tanya cowok itu sambil tersenyum. Ify menyentakan tangan cowok itu yang masih tersampir dipundaknya.
"Bukan urusan elo" jawab Ify jutek. Sambil terus berjalan. Males dia ngeliat cowok itu. MAu tau dia siapa? ya Debo. Cowo super nyebelin kuadrat itu (maaf SOBADDEBO, just in story :)
"Dimana si Rio, pahlawan kesiangan itu?" tanya Debo. Ify berbalik, memutar bola matanya.
"Bukan urusan elo." jawab Ify. masih jawaban yang sama. Kemudian mempercepat langkahnya.
"Rio... cowo yang selalu jutek sama cewe. Selamanya juga bakalan jutek sama cewe. Dan menurut gue, dia terlalu munafik." Ucap Debo. masih menguntit dibelakang Ify.
"Atas dasar apa elo ngomong kayak gitu?" Tanya Ify mulai jengkel. Debo berjalan mendekati Ify.
"Oh... lo ngebelain dia? Jad ceritanya elo suka sama dia gitu? (Debo tau aja :p)" Tanya Debo sambil terus mendekati Ify.
"So? Kalo Iya kenapa? Ada masalah?" tantang Ify. Debo tersenyum sinis.
"Apa lebihnya Rio? Cowo munafik itu?" Tanya Debo sinis. Baru aja Ify mau ngejawab, Rio muncul.
"Ngapain lo Psycho?" tanya Rio sambil menatap Debo tajam. Ify berbalik. Rio udah dibelakang Ify. "Gue tanya, mau lo apain Ify?" tanya Rio lagi. Galak.
"Seperti biaasa. selalu jadi pahlawan kesiangan" komentar Debo sinis. Rio tersenyum mengejek.
"Dan lo selalu jadi orangPsycho setiap saat" balas Rio. Ify yang ditengah mereka berdua panik sendiri, takut dua cowo in tonjok-tonjokan.
"Bukannya tadi elo udah mau pulang? kenapa balik lagi?" Debo mencoba memanasi suasana.
"Gue cuma khawatir aja, kalo Ify dicegat manusia kaya elo. Taunya betul." Jawab Rio santai. Tapi Ify bisa ngerasa bentar lagi dua manusia ini bakal berantem.
"Duh......" Ify merintih. Cuma pura-pura doang.Biar ngalihin perhatian dua orang itu.
"Kenapa?" tanya mereka berdua bersamaan. Ify menggeleng.
"Yo... anterin gue pulang yaaa. Plissssss" rayu Ify lagi. Rio berpikir sebentar. Kemudian mengangguk.
"Ok." jawab Rio. Kemudian menarik Ify.
"Ayo, cepetan"
* * *
"mampir dulu yo?" ajak Ify. Rio menggeleng.
"ga usah" jawab Rio. Tiba-tiba pembantu Ify keluar dari rumah.
"Non Ify udah pulang?" Tanya Bi Inem. Ify mengangguk. "Oh iya Non, saya lagi bikin kue sus coklat tuh" lanjut Bi Inem. Mata Rio langsung berseri-seri (udah mau ngalahin matanya Deva) "ya udah Non, Bibi ke warung depan komplek dulu ya" pamit Bi Inem. Ify mengangguk.
"Kenapa Yo?" Tanya Ify heran ngeliat Rio yang mukanya udah berseri-seri.
"naksir lo sama Bi Inem?" tebak Ify.
"Yee. Enak aja. Gini.... pembantu elo kan bikin kue sus tuh... gimana kalo sebagai tanda trimakasih, lo kasih tuh kue buat gue?" ucap Rio sambil cengengesan. Ify memutar bola mata.
"Kenapa udah beralih ke kue sus? ga Chitato lagi?" tanya Ify.
"Ga. Chitato ga bagus buat kesehatan, tapi gue masih tetep suka sih hehehe. Jadi, boleh ga nih??" tanya Rio udah ga saba mau makan kue sus.
"Ya udah. Lo tunggu diteras. Gue ambilin dulu" perintah Ify sambil memasuki Rumah. Rio dengan senang hati duduk diteras. Nunggu ify. Kira-kira baru semenitan duduk, OZy pulang, bareng Deva.
"Assalamualaikum" Ozyngebuka gerbang. Deva nguntit dibelakang. Rio menatap Ozy.
'Oh.. jad ini adiknya Ify yang suka ngejailin Keke" Pikir Rio sambil manggut-mannggut. OZy menaikan sebelah alis pas ngeliat Rio.
"kaka siapa?" tanya Ozy. Padahal dia udah nebak, pasti temennya Ify.
"temennya Ify. OZy ya?" tebak Rio. OZy mengangguk. makin heran, Rio tau namanya.
"Ohhh. pacarnya kak Ify?" Deva sotoy mode on. OZy melotot ke Deva.
"Taelah elo Zy... mata elo ngalahin mata gue tuh!" Ozy ga peduli.
Diliatnya Rio dari ujung rambut sampai ujung kaki (atau dari ujung kaki sampai ujung rambut?ahh, whatever deh)
"bukan. Kamu temennya keke ya?" Tanya Rio ke OZy. Tapi yang ngangguk-ngangguk semangat Si Deva. OZy juga ikut mengangguk. tapi ragu-ragu. masih heran soalnya.
"kok kakak tau?" tanya OZy heran. wah... kayaknya orang yang didepan gue peramal nih... jangan-jangan dia juga tau gue suka bkin puisi buat ngejek-ngejekin Keke lagi...' pikir Ozy
"Iya. aku kakaknya Keke" jawab Rio sambil tersenyum. kali ini yang semangat Deva (lagi,lagi,lagi).
"Kakaknya Keke? Kenalin kak, Anak Agung Ngurah Deva Ekada Saputra, temen sekelas Keke yang paling baik hati, tidak sombong, rajin menabung, taat beribadah," Deva memperkenalkan diri panjang-lebar.
"dan matanya paling gede dikelas" sambung OZy yang langsung disetrum Deva. Rio terkikik geli. Lucu juga dua anak ini... pantesaan Keke suka senyum-senyum sendiri kalo lagi dirumah. sekelas sama pelawak sih...' pikir Rio.
"Yo ini...... Deva? OZy? Udah pulang?" Tanya Ify yang lagi megang baki. Deva dan OZy mengangguk.
"Apaan tuh kak??" tanya OZy sambil melirik baki yang dibawa Ify.
"Kue sus dibkin sama bi Inem, masih ada tuh di dapur" jawab Ify. Deva dan Ozy saling tatap.
"Sikat!" mereka berdua berlari masuk ke rumah. Dengan tujuan utama dapur. Ify geleng-geleng. semaentara Rio hanya tersenyum kecil.
"nih" Ify menaruh baki dimeja samping Rio. Gak pake lama, Rio langsung nyomotin salah satu dari kue yang ada diatas baki. Ify mendecakan lidah. cepet amat nih anak.
"Hmmm, enak juga. kalo gini caranya sih... bakal sering-sering gue nganterin elo. asa ada kue sus" ucap Rio. Ify manyun.
"Yeee. emang rumah gue pabrik kue sus gitu ha?" Ify nyolot mode on.
"Taelah. galak amat. tapi yah.. kalo ada ajak-ajak gue ya. Masakan bibi lo enak nih" Ify hanya geleng-geleng ngeliat Rio. Ga chitato, ga kue sus...tampangnya kayak baru ngeliat makanan. "lho? Kok gak makan? enak loh Fy.." tawar Rio kemudian menyomot kue itu dan menyodorkan ke Ify. Berlagak mau nyuapin. Ify menggeleng.
"Ga ah. ngeliat Lo makan aja gue langsung kenyang." Tolak Ify sambil menutup mulutnya dengan tangan. sambil terus geleng-geleng (kayak anak-anak nolak makan itu looh ;p)
"Yeee. Ini Enak tau. pantes aja lo kurus terus...." Ejek Rio yang langsung disumpel mulutnya make kue sus. Yang disambut dengan senang hati sama Rio. Jadinya malah kayak lagi suap-suapan. "Eh udah, udah penuh mulut gue! Lo pikir nih mulut karung apa?" Ucap Rio sambil menahan tangan Ify yang lagi asyik masukin kue sus ke mulut Rio.
"Eh, udah" Rio menahan pergelangan Ify. Ify sendiri terus cekikikan. sewaktu Ify mengangkat muka, barulah dia sadar kalo wajahnya deket banget sama Rio. Jantung Ify berdegup keras. Apalagi Rio menatap Ify tajam. Waktu seakan berhenti berputar. Yang terdengar hanya desiran angin yang begitu lembut.
"Hehehehe, kenyang dah gue. sumpah enak banget!" Ucap Deva dari dalam rumah, kayaknya menuju ke teras.
"banget. ga nyesel kan lu datang ke sini" timpal Ozy. Mendengar suara Deva dan OZy membuat Rio dan Ify tersadar. Rio melepaskan tangannya yang memegang tangan Ify erat. Sedangkan Ify berjalan menjauhi Rio.
"Halo kakkkkk" sapa Deva yang udah
nyampe teras. Kemudian ngeliat Ify dan Rio bergantian. Heran, Ify sama Rio kelihatan salah tingkah. Rio menghela napas berkali-kali, sedangkan Ify terus membuang muka, ga mau ngeliat Rio. Ozy yang baru datang juga ga kalah heran. Ngeliat Ify yang nyander di tembok sambil terus diem. Sedangkan Rio malah ga bergerak sama sekali.
Sementara itu, Rio dan Ify sibuk sama pikran mereka sendiri. Ify heran sama apa yang dia rasain. Heran sama debaran yang begitu keras.Heran sama Rio yang ngeliat dia begitu tajam... heran sama betapa tenggelamnya dia sama tatapan itu. Yang ngebuat dia terasa membeku.
Rio sendiri, heran, kenapa dia selalu pengen ada didekat cewek itu. Tapi gengsinya yang selalu ngalahin keinginannya buat selalu bareng Ify..... ataupun sekedar dsamping cewe itu.
"Kok pada diem-diemaaaannnn" OZy teriak make Toa yang ga tau dipinjem dari mana. Ify dan Rio tersentak.
"Kenapa?" tanya mereka berdua bareng. OZy mendecakan lidah. kayaknya 2 orang ini bener-bener dari dunia hayal, atau lagi tidur sambil mimpi.
"Kenapa? Kalian tuh yang kenapa! Ko ngelamun?" Tanya Ozy sambil menatap mereka berdua bergantian.
"Ngga apa-apa" jawab mereka berdua. tetep.. barengan.... Deva dan OZy saling tatap. Tapi habis itu hanya ngangkat bahu. ga ngerti.
* * *
Rio termenung dipinggir kolam renang dirumahnya. Semenjak pulang dari rumah Ify tadi, dia ga tenang. Keke yang lagi baca majalah di gazebo hanya menatap kakaknya heran. Keke kemudian menghampiri Rio.
"Hoiiiiiiiiii Jangan ngelamun, ntar tenggelem!!" Tegur Keke sambil menepuk pundak kakaknya.
"ye elu Ke. Ngagetin aja."ucap Rio. Tapi dia kembali fokus ngeliat air kolam yang tenang. Karna penasaran, Keke ikut-ikutan ngeliat. Tapi ga ada yang aneh tuh. air hanya bergerak tenang karena desiran angin. selain itu sepi.
"Taelahhh. Ngelamunin apa sih lo ka? serius amat? ngelamun aja serius!" celetuk Keke. Rio berbalik.
"Yee bawel lu ah"
"emang kaka kenapa sih??" tanya Keke penasaran dengan sikap kakaknya yang beda banget hari ini.
"Bukan urusan anak kecil. Wekkkk" jawab Rio sambil menjulurkan lidah. Brukkkk. majalah yang dipegang Keke di pukulin ke puncak kepala Rio.
"Aduh. sakit kali Ke!" Ucap Rio gemes. Pengen rasanya ditenggelemin tuh anak dikolam renang (beuhhh sadiss).
"Abisnya elu ka. ga kayak biasanya. tumben suka ngelamun.... HAyoooooo kakak kenapa????" goda Keke.
"Ngga, ngga kenapa-kenapa" elak Rio. Keke tersenyum simpul.
"Eh kak, gimana kabarnya kak Ify??" tanya Keke tiba-tiba. Yang ngebuat Rio langsung berbalik.
"Ha? Eh, baik-baik aja. masih hidup, masih bawel, masih nyolot" jawab Rio sekenanya.
"Masih cantik juga kaaannnn" goda Keke. Rio mendengus.
"Cantik sih cantik. tapi kayak mak lampir, bawel ngeselin"
"oh ya? Masa siiihhhh" Keke masih menggoda Rio.
"Yeee. anak kecil tau apa sihhh" Ucap Rio gemes sambil menoyor adiknya. Keke mngelus kepalanya yang ditoyor.
"Huuu. mana ada cewe yang mau sama kakak, kalo kakaknya galak begini! Gak dapat jodoh trus jadi perjaka tua tau rasa lo!" ucap Keke kesel. Rio cengengesan.
"enak aja nyumpahin orang. pake jadi perjaka tua lagi! hee, gini-gini banyak yag ngantri jadi cewe gue tau!" ucap Rio pede.
"Hiii. yang ngantri pada katarak semua tuh kak... kayaknya kakak harus tanggung jawab" Ucap Keke sok tau.
"Yee. enak aja.."
"eh kak, emang kakak suka ya sama kak Ify?? Hayooo ngakuuuu" Goda Keke. Rio berbalik.
"Ngga lah. Siapa juga yang mau sama mak lampir cungkring begitu. Ogah!" Tolak Rio mentah-mentah. Keke tersenyum simpul.
"dari benci bisa jadi cinta loh kakkk" Goda Keke lagi.
"halah... kebanyakn nonton sinetron lo!" Ucap Rio kemudian bangun berdiri. MAu balik kekamar, tapi kemudian membatalkan niatnya. dia berbalik lagi, kemudian duduk disamping Keke. "eh ke.... cewek itu paling suka apa sih?" tanya Rio tiba-tiba.
"Hah? Kok kaka nanya kayak gitu?c wah jangan-jangan bener nih dugaan keke. Kakak suka yaa sama kak Ify?? Ngaku aja deh" Goda Keke
"Enggak" elak Rio.
"kalo ga ngaku, aku ga ngasih tau" keke sok jual mahal. Rio berpikir sebentar, kemudian menghela napas keras. terpaksa...
"Iya... ayo cepet kasih tau" desak Rio. Keke ketawa ngakak.
"Tuh kannn betul.... eh, tapi? Ntar gue bakalan ipar-an dong sama OZy? Ishh najis tralala, trilili.." Delik keke. Rio menatap Keke gemas.
"Kee.... mau gue plintir lo?" tanya Rio ganas. keke nyengir,
"Versi Keke ya kak. Kalo cewek sih, baiasnya suka cowok yang romantis, trus perhatian...pokoknya semacam tu deh!" Jelas keke Sok tau. Rio manggut-manggut.
"Gue gitu gak?" Tanya Rio lagi.
"Nggak!" Jawab Keke cepat. "kakak tuh galak, seenaknya, ga peka sama perasaan orang lain... ishhhh, ga ada baek-baeknya deh!" jawab keke jujur-sejujur-jujurnya. DAn langsung siitak sama Rio.
"Kok jelek amat sih?" protes Rio.
"satu lagi, ga mau ngakuin kesalahan diri sendiri. Kalo kaka kayak gitu terus... wah... ga jamin deh bakal punya cewek..." Ucap Keke sambil geleng-geleng.
"yee. enak aja. sok tau lu" ucap Rio gemas.
'Oh iya, satu lagi" Ucap Keke udah siap- siap kabur. "Cungkring, item, jelek. Wekkkk" ledek Keke.
"Awas lo ya..."
* * *
Ify berjalan melewati samping lapangan bola basket sambil mengutak-ngatik HPnya. Sesekali Ify tersenyum sendiri, soalnya Ify lagi buka twitter, dan ngeliat tweet temen-temennya yang pada hancur-hancur semua. Mungkin emang nasibnya Ify yang emang lagi ga bagus, ato Bola basket yang selalu pengen "mampir" ke jidat Ify, atau emang yang main tuh bola ga hati-hati......
"BUkkkkk" Bola basket mengenai jidat Ify. Ify spotan terjatuh, dan mengusap jidatnya
"Duhhhh" erang Ify kesal "perasaan kepala gue kepentok bola basket mulu deh. Nih bola naksir sama gue ato apa sih?" dumel Ify sambil melototin bola yang ga bersalah itu. "Siapaa lagi yang mainin nih bola! Ga hati-hati banget sih! nih bola dipasangin rem kek!" dumel Ify ga jelas.
"gue yag main" Ucap seseorang. Ify berbalik.
"Elo? Ihhh. Makanya mainnya hari-hati dong!" marah Ify sambil terus mengelus jidatnya. Rio memperhatikan jidat Ify.
"Merah tuh, jidat elo.." Ucap Rio sambil menunjuk Jidat Ify.
"Hah? Merah? luka gak? keliatan dari jauh gak? Aduhhh gawat nih..." Ify jadi panik. "tutupin pake poni aja deh" ucap Ify sambil merapikan poninya. Rio berjalan mendekati Ify, mengamati luka dijidat Ify. Ify terbelalak. Jaraknya dengan Rio hanya beberapa centi. Bahkan Ify bisa merasakan harum parfum Rio. JAntung Ify berdebar keras. Ify menunduk, ga mau ngeliat Rio.
"Jangan nunduk, biar gue liat" Ucap Rio sambil mengangkat muka Ify. Rio kemudian tersenyum. "Lho? Kok yang merah malah pipi lo?" ucap Rio heran. Ify terbelalak. Emang pipinya merah ya? uhhh maluuu. Rio mundur selangkah. "make plester aja, lukanya kecil doang kok" saran Rio. Ify menunduk kemudian mengangguk pelan.
"Hoiiiiiii!! Marioooo!Lo ngambil bola apa pacaran hah? Udah gosong nih kita!" teriak Cakka dari tengah lapangan. Cakka sendiri udah mandi keringat.
"Iya. Bawel lo ah" Ucap Rio sambi mendrible bola. sebelum Rio meninggalkan Ify, Rio tersenyum, sangat manis. Ify yang ngeliat, bisa ngerasain wajahnya mulai memerah lagi.
"Duh, mending gue langsung cabut dari sini daripada muka gue merah terus. malu-maluin aja" ucap Ify kemudian berjalan kekelas.
* * *
Ify sibuk nyatet PR yang dikasih Bu Winda. Sesekali Ify merenggangkan tangannya. Buset dah Bu Winda. PR yang dikasih 20 nomor.... masa udah SMA PRnya amsih banyak-banyak begini? ga jaman banget...
"Yak! selesai!" Ucap Ify sambil merenggangkan tangannya. Waktu berbalik..... "Lha? Sivia? Sivia mana?" tanya Ify bingung. Ternyata bukan hanya Sivia. Kelas udah kosong melompong. Tingga Ify sendiri dikelas, bahkan pintu kelas udah ketutup.
Dengan cepat fy memasukan buku-bukunya kedalam tas. kemudian berlari kearah pintu. tapi pas mau dibuka, Pintu itu gak bisa dibuka. kekunci. Ify jadi panik. Digedornya pintu itu.
"Heiii buka! Gue masih didalam woyy!!" Terika Ify panik. "heiiii!! Ga lucu! Woyyy!!" teriak Ify masih ngedor-ngedor pintu. Ga ada jawaban. Sepi. Ify udah hampir nangis. "masa gue harus disini sendirian" Ucap Ify terisak.
"Lo gak sendiri. mang gua apaan?" Ucap seseorang. Ify berbalik. Rio! Lagi duduk diatas meja deretan belakang, disampingnya ada gitar. Ify menatap Rio heran.
"Lo... muncul dari mana?" tanya Ify sambil berjalan mendekati Rio.
"Gue udah disini dari tadi" jawab Rio enteeng sambil mengambil gitarnya. dan mulai memetiknya. Ify menatap Rio heran. Rio mulai bernyanyi
Saying I love you
Is not the words
I want to hear from you
It's not that I want you
Not to say
But if you only knew
How easy
It would be to
Show me how you feel
More than words
Is all you have to to
To make it real
Then you wouldn't
Have to say
That you love me
Cause I'd already know
What would you do
If my heart
Was torn in two
More than words
To show you feel
That your love
For me is real
What would you say
If I took
Those words away
Then you couldn't
Make things new
Just by saying
I love you
More than words
More than words
Now that I've tried to
Talk to you
And make you understand
All you have to do
Is close your eyes
And just reach out your hands
And touch me
Hold me close
Don't ever let me go
More than words
Is all I ever
Needed you to show
Then you wouldn't
Have to say
That you love me
'Cause I already know
Suara Rio yang lembut, petikan gitar yang sesuai banget sama suara Rio, ngebuat Ify speechless.
"Lagunya bagus" ucap Ify kikuk. Rio tersenyum lembut.
"Itu agunya westlife" jawab Rio. Hening sesaat.
"Hmmm" Ucap mereka berdua bersamaan.
"Lo aja duluan" ucap Rio. Ify mengangguk.
"Jadi gini... gue mau minta maaf sama elo. selama ini gue udah galak banget sma elo. gue mau... kita temenan aja deh sekarang..." Ucap Ify pelan. Rio tersenyum, kemudian turun dari meja.
"Gue mau lebih dari itu Fy.... bukan hanya temenan. Tapi gue mau,elo jadi orang yang gue sayangin, bukan sebagai sahabat, tapi.." Rio menggantungkan kata-katanya. Ify menunggu kelanjutan ucapan Rio. " Gue bukan cowok yang romantis, gue juga ga bisa ngerangkai kata-kata, tapi gue orang yang to the point, ga mau basa-basi... jadi... Alyssa saufika, elo mau ga jadi cewek gue?" tanya Rio.
Ify terbelalak. Gak percaya sama ucapan Rio barusan.... barusan.... RIO nembak dia? Mimpikah? cwowok yang selalu jadi rival dia dan selalu berabten tiap saat? Rio menatap Ify dengan harap-harap cemas. Berharap Ify menjawab ya....
"Fy... jawaban elo?" tanya Rio. Ify mengigit bibir. Ga ada jawaban lain... selain...
"Ya, gue mau" jawab Ify. Rio tersenyum lega. didekatinya Ify.
"Thanks Fy, gue pikir lo mau nolak gue" Ucap Rio senang. baru aja mau meluk Ify....
"Yeeeeeeeeeeeee!!!!" teriak mereka, dari jendela luar kelas, muncul banyak kepaa yang sedari tadi ngintip, Alvin, Sivia, Agni, Nova, Cakka, Ray... bahkan temen-temen sekelas, mereka berhamburan masuk kelas.
"Cieeeeeeeeeee" Goda mereka bersamaan.
"Yessss. Kita ditraktir!!! Horeee!" teriak ray seneng.
"Benci jadi cinta nihhh" Goda Agni
"Ishhh so sweet..." goda Nova.
"Lo berdua bikin deg-degan tau ga! lama amat sih!" Ucap Cakka. Ify ternganga. Ya ampuuuuuun! Jadi dari tadi pada ngintip nih semua? Ihh maluu >_br/>
"Yesss! traktiran dobel yaaa! Alvin+Via sendiri, Rio Ify sendiri yey!" Teriak Ray, yang disambut sorakan anak-anak sekelas. Rio dan Ify saling bertatapan.
"Punya uang?" tanya Rio. Ify cengengesan. Mereka berdua menatap pasrah ke anak-anak sekelas. Harusnya jadian pas tanggal muda....
* * ***
-author: Chiiaa^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
Cinta Si Nyolot Dan Mr. Perfect part21 A: Alvia (repost)
"Thanks ya Vin! Keluarga lo asik-asik banget, baik-baik ramah banget pula" Ucap Sivia sambil tersenyum senang, dia dan ALvin lagi jalan di kompleks rumah mereka. Alvin mau nganterin Sivia pulang.
"Sama-sama. Cece Tasya bilang sering-sering main ke rumah. rame soalnya kalo ada elo" Sivia mengangguk. Alvin mendongak, menatap lampu jalan yang menyinari jalanan kompleks yang agak sepi
"Ok. Pasti gue bakal sering main-main ke rumah elo kok. Asik. Rame" Mereka berdua terdiam. Udah bingung mau ngobrol apa lagi
"Eh," Mereka berdua ngomong bersamaan, kemudian menunduk.
"Ladies first" Ucap Alvin. Sivia menggeleng.
"Ga ah. Lo aja duluan" tolak Sivia. Dia sendiri lagi bingung mau ngomong apaan.
"Lo aja" tolak Alvin juga. Sivia menghela napas sebentar. Kemudian berhenti tepat dibawah lampu jalan.
“Emm, gini. Sebenernya, gue mau say thank banget sama elo, soalnya selama ini lo udah ngebantuin gue supaya ingatan gue pulih, dan supaya gue bisa ingat semuanya .Makasih karna elo masih mau temenan sama gue meskipun gue hanya inget sedikit tentang elo” Ucap Sivia. Alvin mengangguk pelan.
“Ga papa kok Siv. Lo inget sedikit doang, ataupun lo gak inget sama sekali, lo tetep sahabat terbaik gue. Sahabat maa kecil gue” Ucap Alvin, dengan sedikit penekanan di kata “sahabat”
Entah kenapa, mendengar penekanan Alvin dikata sahabat, ngebuat hati Sivia sakit. Hanya dianggap sebagai “sahabat”. Tapi Sivia dengan cepat menggeleng. Alvin udah terlalu baik sama dia. Harusnya dia udah seneng. Karena meskipun hanya dianggap sebagai sahabat, Alvin udah se-care itu sama dia.
“oh iya Vin. Kamu mau ngomong apa tadi?” tanya Sivia. Alvin menatap Sivia dalam. Sivia jadi nervous, diliatin kayak gitu.
“Lo ngga marah kan sama gue?” tanya Alvin. Masih menatap Sivia lekat-lekat.
“Marah sama lo? Emang lo salah apaan?” tanya sivia bingung.
“Soalnya... gara-gara gue, elo dan nyokap elo kecelakaan. Seharusnya gue gak....” ucapan Alvin terputus karena telunjuk Sivia udah didepan mulut Alvin. Sivia tersenyum. Kemudian menurunkan tangannya.
“Janji itu, kita yang buat bareng. Dan soal kecelakaan itu, emang udaah takdir. Lo ga salah. Ga ada yang salah. Tapi kalo ada yang harus disalahin. Gue juga salah. Bukan elo aja” ucap Sivia bijak. Sivia kemudian menurunkan telunjuknya.
“Elo sahabat gue, sahabat waktu kecil. Tapi gue rasa, lo selalu jadi sahabat gue. Karena, meeskipun gue udah lupa ingatan, gue udah ga inget siapa elo. Elo tetep bersedia jadi sahabat gue. Dan gue juga salut sama elo. Yang ga pernah ngelupain gue” lanjut Sivia. Kali ini dia udah mulai bisa membalas tatapan Alvin.
“ya, dan sahabat masa kecil gue, sekarang udah beda. Udah ga kayak pas masih kecil, yang tomboy dan urakan. Tapi jadi cantik dan lebih cewek” puji Alvin. Sivia menunduk malu mendengar pujian Alvin.
“Tapi Sivia yang dulu, sama Sivia yang sekarang tetep sama. Tetep jadi cewe yang sangat berart buat gue. Alvin Jonathan” Sivia menatap Alvin. ga ngerti sama ucapan Alvin barusan. Alvin tersenyum.
"Sivia, masih sama kayak yang aku impiin, dan bakal aku wujudin impian aku............"
* * *
Sivia membolak-balikan badannya ditempat tidur. Mikirin kata-kata Alvin tadi. Sivia kemudian bangun, duduk menyandar di kepala tempat tidurnya. Dia tersenyum sambil menduga-duga maksud Alvin tadi.
"Jangan-jangan... Alvin suka lagi sama gue" ucap Sivia PD.tapi lagsung geleng-geleng.
"Gak mungkin lah.... gue aja kali yang suka sama dia..................upps gue baru bilang apa tadi? gue suka Alvin?" Sivia jadi bingung sendiri. "Well, Alvin emang baik, cakep pula... sayang, kalo didepan banyak orang jarang senyum...." Sivia menghela napas. Kemudian melirik jam disamping tempat tidurnya. Jam 5 pagi. Sivia menguap lagi. Okey, menguap untuk terakhir kalinya.
Sivia berjalan ke balkon dikamaranya. Menggeser pintu yang menghalangi kamarnya dengan balkon. Kemudian meletakkan taangannya di pembatas balkon itu.
"Pagi-pagi begini... enaknya ngapain ya??" Sivia mulai berpikir. Pas lagi mikir, dia ngeliat 2 orang lagi jogging.
"Yah... Jogging aja deh. Udah lama juga ga joging"
* * *
Sivia berlari kecil mengelilingi kompleks. Tapi belum setengah udah capek.
"Ah, udahana deh. Singgah taman dulu"Ucap Sivia sambil berlari kecil ke taman kompleks. Biar bisa duduk. Sewaktu Sivia berjalan ke tempat duduk yang memanjang di taman, matanya gak sengaja menangkap ayunan yang lagi kosong disistu. Sivia tersenyum tipis.
"Disitu aja deh" Sivia berjalan menuju Ayunan itu. Kemudian mulai duduk disitu. "Yah... kalo gak ada yang goyangin, gak asik nih..." pikir Sivia sambil memegang kedua sisi ayunan itu.
Tiba-tiba, Ayunan itu didorong oleh seseorang. Sontak Sivia ikut berayun bersama ayunan itu. Sivia mendongak berusaha ngeliat siapa orang yang ngayunin dia.
"Jangan kayak gitu. Entar patah leher kamu" saran cowok itu. Alvin. Sivia tersenyum kembali ke posisi duduknya.
"Ayunin lagi doong" Pinta Sivia manja. Alvin tersenyum kemudian mendorong ayunan itu lagi. Membiarkan Sivia ikut terayun.
"Masih kayak dulu... suka ayunan" gumam Alvin. Sivia menapakan kakinya ditanah. Membuat ayunan itu terhenti. Kemudian berdiri.
"berarti aku yang dulu sama sekarang sama dong" ucap Sivia sambil tersenyum. Alvin mengangguk.
"sama-sama ga bisa diem" Ucap Alvin. Sivia manyun.
"eh, Vin.... impian masa kecil elo apa sih??? Ayoo dong, kash tau...." rengek SIvia. Udah penasaran.
"Hmmmm. Paling besok juga tau" jawab Alvin sambil tersenyum misterius.
"kenapa besok?" tanya SIvia penasaran. ALvin hanya tersenyum tipis.
* * *
"Kyaaaaaaaaaaa" Sivia teriak-teriak.
Bentar lagi jam 7.00 tapi dia masih belum selesai siap-siap. Sivia berlari menuruni tangga rumahnya dengan buru-buru sambil menyisir rambutnya. Kemudian berkaca di kaca dekat ruang makan.
"Kak. Ga sarapan" tegur Acha sambil mengoleskan selai ke rotinya. Sivia menggeleng cepat.
"Ga sempet Cha" jawab Sivia kemudian menuju ibunya. "Mi, Via berangkat dulu ya" pamit Via buru-buru. Mama Sivia mengangguk.
"Kak. Seenggaknya makan dijalan" ucap Acha sambil menyodorkan rotinya yang tadi dia olesin pake selai coklat. Sivia mengambil roti itu.
"Thanks Cha" Sivia menyubit pipi Acha sebelum berlari keluar pintu. Sivia membuka pintu gerbang rumahnya dengan terburu-buru. Karna ga ngeliat jalan...
"Brukkkkk" Sivia menabrak seseorang.
"Awww. ngapain sih pagi-pagu berdiri didepan rumah orang? ga tau gue lagi buru-buru?" semprot SIvia. Orang yang dia tabrak itu berbalik.
"Justru karna gue tau elo buru-buru. makanya gue disini" jawab Alvin tenang sambil tersenyum.
"Heuu. elu Vin. Gue pikir siapa... belum ke sekolah lo? Ntar telat lohhh" Ucap Sivia sambi melirik jam digitalnya. 07.05!
"justru itu. AYo naik" ajak Alvin. Sivia sempat cengo sesaat. Ke sekolah bareng ALvin? Mimpi apa dia semalam?
"cepetan. ntar telat loh" ALvin menirukan ucapan SIvia tadi. Sivia tersenyum. kemudian naik ke boncengan Alvin.
* * *
Untung banget nasib Alvin dan Sivia ga parah kayak Rio Ify. Mereka datang tepat saat bel. Waktu masuk lewat gerbang barulah bell berbunyi.
"Hahhhh" Alvin dan Sivia mendesah bersamaan. "Hampiirr aja" ucap mereka berdua bersamaan lagi. Mereka berdua kemudian saling bertatapan kemudian ketawa bareng.
"Tosss" Sivia dan ALvin kemudian berhi-five.Entah kenapa, Sivia jadi teringat sesuatu. Saat itu, hampir mirip kayak gini.Waktu kecil, Sivia dan Alvin ngejailin satpam kompleks. terus dikejar. Untung Avin narik Sivia cepat, sehingga mereka berdua bisa masuk ke rumah Alvn tanpa sepengetahuan si satpam. Trus, mereka berdua berhi-five di belakang pintu. Lumayan mirip...
"kok bengong vi?" tanya Alvin. Sivia tersadar dari lamunannya.
"Oh, iya, masuk ke kelas yuk"
* * *
Siang itu trasa panas banget. Sekelas pada ngipas-ngipas semua. Ga terkecuali pak Dave. Malahan dia ngeluarin kipasnya yang siper gede. Make bulu-nulu warna-warni. Sivia sama Ify sempet-sempetnya ngegosipin kipas super pak dave itu.
"Menurut elo, tuh kipas make bulu apa?" tanya Ify sambil menunjuk Kipas pak Dave.
"Bulu burung merak kali" tebak Sivia asal sambil cekikikan.
"Wooo. Make bulu ayam itu maahh" ucap Ify. Ify dan Sivia cekikikan lagi.
"Cocok tuh, buat dijadiin kemoceng" tambah Sivia. Cekikan mereka berdua tambah keras. Sampai Pak Dave berbalik. Menatap dua anak muridnya itu.
"Ehm, Alyssa, Sivia. Apa yang kalian tertawakan?" tanya Pak Dave tajam. Ify dan Sivia langsung diem. Berhenti cekikikan. Pak Dave berbalik. Membuka kipas supernya dengan gaya yang sangaaaaat kemayu. Sivia yang ngerasa Lucu. Ketawa lagi. Bukan cuma ketawa biasa. Tapi ngakak!
"Sivia! Apa yang kamu tertawakan? Ada yang lucu?" tanya PAk Dave tajam. Tapi tetep kemayu. Sivia bungkam lagi. paling ga tahan dia ngeliat orang yang kemayunya-lebay abis kaya pak dave.
"Ngga pak" jawab Sivia. Pak Dave berjalan ke arah Sivia.
"Jangan bohong. Kamu pasti ngetawain saya ya?" tebak pak Dave. Sivia cengo. Bagus deh kalo nih guru sadar kalo harusnya dia gantian sama Bu Winda. Bu Winda cowo, dianya yang cewe .Sivia hanya garuk-garuk kepalanya yang sama sekali ga gatel.
"Bukan kok Pak..." bantah Sivia sambil tersenyum manis. Seolah-olah emang bukan.
"Trusssssss?? Ngetawain siapa dong kamu??" Pak Dave mendekati Sivia. Svia memutar otak. Bingung harus jawab apa. ga mngkin kan dia ngejawab ngetawain papan tulis yang lagi ikutan ngipas-ngipas?
"mmm" Sivia terus berpikir. ga mungkin juga dia bilang papan keringatan, atau apalah semacamnya.
"Sivia ketawa gara-gara saya godain pak" Ucap Avin tiba-tiba. Ngebuat pandangan anak-anak sekelas beralih ke Alvin. Siapa yang ga heran coba? masa Alvin yang terkenal kayak limbad-yangsehari-hari jarang ngomong-ngegodain Sivia? Aneh? tentu... Ify sama Rio tau jelas. Alvin adem-ayem aja dari tadi. Kalo Ify, tentu udah tau Apa yang ngebuat Sivia ketawa.
"Ehm. Kamu tau tidak kalo sekarang pelajaran saya?" tanya Pak Dave, mendekati Alvin. Kebetulan Sivia sama Alvin duduknya deket.sampingan aja.
"Tau" jawab Alvin santai. Yang panik justru Sivia. Gila aja tuh Si Alvin. masih bisa dia bersikap nyantai.
"Trus? kenpa kamu main-main di jam pelajaran saya?" tanya PAk DAve galak.
"Bosen" jawab ALvin enteng. Sivia cengo.
'Duhhh ALvin gimana sih? Ngebelain gue tapi kok malah masuk ke jurang?' batin Sivia.
"kalau begitu, keluar dari kelas saya sekarang" perintah Pak Dave. Ga pake lama, Alvin langsung berjalan keluar kelas. KAli ini yang cengo Ify. Hei! ini bukan pertama kalinya Alvin diusir dari kelas. Karna ngebantuin Sivia. untuk hal terakhir, yang tau hanya Ify, dan Rio.
"Duhh. ALvin gimana sih..."
* * *
Sivia keluar keas dengan buru-buru. Nyari Alvin. Kalo dulu, gampang nyarinya. Karna jelas-jelas Alvin lagi di lapangan, sekarang, udah muter-muter tapi ga ketemu.
"Vi... kekantin ga?" tanya Ify yang baru keluar dari ruang guru. Sivia menggeleng.
"Ngga ah" tolak Sivia sambil mengedarkan pandangan sekali lagi.
"Nyari Alvin?" tanya Ify. Sivia mengangguk. Ify tersenyum kemudian merangkul Sivia kemudian berbisik. "menurut gue Alvin tuh suka loh sama elo... buktinya dia selalu ngebelain elo.." bisik Ify kemudian tersenyum jahil dan melepaskan rangkulannya.
"hah?" Sivia blushing. Ify mengacungkan jempol, kemudian berjalan menuju kantin.
* * *
Sivia masih muter-muter nyari ALvin, sendirian aja. pas lewat koridor, seorang cowo menghentikan langkahnya. Sivia mendongak. Bukan Alvin. DAn bukan orang yang dia kenal. Tanpa basa-basi, cowo itu nyerahin Sivia selembar kertas.
"Apaan nih? dari siapa?" tanya Sivia sambil membolak-balik kertas itu.
"lo baca aja deh" jawab cowok itu sambil berlalu. Sivia mengedikan bahu. Kemudian mulai membuka lipatan kertas itu.
Gue gak suka boong.
Apa yang gue ucapin pasti bakalan gue lakuin. dan janji gue bakalan gue
penuhin.
Ok. isinya emang cuma itu. Cuma secuil. Tapi ga dimengerti sama Sivia. Sivia melipat kertas itu kembali, kemudian berjalan lagi. nyari Alvin. Sampai didepan kelas 10-5 serang anak cewek menghampirinya.
"Sivia?" tanya cewe itu. Sivia mengangguk. Cewek itu meyodorkan kertas yang sama. kemudian berlalu. Sivia membuka kertas itu lagi. kemudian membaca isinya
Mau tau apa impian gue?
Temuin gue diruang musik.
ok. yang kali ini lebih secuil malah. Tapi sivia rasa, dia harus ngikutin kemauan orang ini. Sivia kemudian berjalan ke ruang musik. dengan sejuta pertanyaan.
* * *
Sivia membuka pintu ruang musik perlahan. Sunyi senyap. Kayaknya ga ada kelas yang make ruang musik sekarang (ya iyalah, jam istirahat) Sivia berjalan memasuki ruang musik. Tiba-tiba terdengar suara dentingan piano. Sivia menoleh ke tengah ruangan. Tempat Piano itu.
Telah Lama Sendiri
Dalam Langkah Sepi
Tak Pernah Kukira
Bahwa Akhirnya
Tiada Dirimu Disisiku
Sivia melongo pas ngeliat pemain piano itu. Alvin! Alvin tersenyum ke Sivia. Kemudian kembali bernyanyi, dan memainkan piano.
Meski Waktu Datang
Dan Berlalu Sampai Kau Tiada Bertahan
Semua Takkan Mampu Mengubahku
Hanyalah Kau Yang Ada Direlungku
Hanyalah Dirimu
Mampu Membuatku Jatuh Dan Mencinta
Kau Bukan Hanya Sekedar Indah
Kau Tak Akan Terganti
Tak Pernah Kuduga
Bahwa Akhirnya
Tergugat Janjimu Dan Janjiku
Meski Waktu Datang
Dan Berlalu Sampai Kau Tiada Bertahan
Semua Takkan Mampu Mengubahku
Hanyalah Kau Yang Ada Direlungku
Hanyalah Dirimu
Mampu Membuatku Jatuh Dan Mencinta
Kau Bukan Hanya Sekedar Indah
Kau Tak Akan Terganti
Kau Tak Akan Terganti
Alvin menghentikan permainan pianonya. Berbalik ke Sivia, tersenyum manis. Senyum yang bisa bikin cewek-cewek pada melting.
"Siv, setelah elo pergi, gue kesepian banget. Tapi, selama apa pun elo pergi. Elo ga akan terganti buat gue. dan gue harap, lo ga akan ninggalin gue lagi" ucap Alvin sambil menatap Sivia dalam. Sivia Speechless. ga tau harus ngomong apaan. Dan ga ngerti sama yang barusan. Yang barusan itu.... lagu yang dinyanyiin Alvin buat dia? masih sibuk dengan pikiran dia sendiri. Sivia ga sadar kalo Alvin udah berlutut didepan dia.
"Siv... elo tau apa impian gue? Ngejadiin elo sama kayak bokap gue ke nyokap gue. Cintain dia, sayangin dia, bahkan sampai akhir hayat nyokap gue, dan sampai sekarang... sampai nyokap gue ga ada" ucap Alvin. Serius. Sivia masih speechless. Ga percaya. Apa mungkin.... Alvin nembak dia?
"Siv.... Would you be my girl? be a part of my life?" tanya Alvin sungguh-sungguh. Sivia melongo. Alvin minta dia jadi ceweknya? Well, siapa sih yang bisa nolak Alvin? tapi.... Sivia masih ragu dengan perasaannya. Apa dia beneran suka sama Alvin? Alvin sendiri menatap Sivia dengan harap-harap cemas. Sivia tampak berpikir.
"Vin... Lo selama ini udah baik banget sama gue. elo selalu ngebelain gue.... tapi... gue belum yakin sama perasaan gue" ucap Sivia sambil menunduk.
Hati Alvin serasa mencelos. Tapi dia tetep berusaha tersenyum.
"Gak apa-apa kok Siv. pasti susah buat elo. Toh elo juga belum inget semua tentang gue kan?" ucap Alvin kemudia berdiri lagi. meskipun tersenyum,. sebenernya Alvin kecewa.
'Tapi Vin.... gue rasa...... gue cuma gak yakin sama perasaan gue. gue cuma gak yakin, apa betul gue gak suka sama elo? tapi... sekarang gue udah nemu jawabannya. Gue yakin, gue suka sama elo. gue sayang sama elo. Meskipun gue belum inget "elo" sepenuhnya" ucap Sivia sambil tersenyum lebar. Alvin sontak mendongak.
"be.. beneran Siv?" tanya Alvin ga percaya. Sivia mengangguk kecil. "jadi jawabannya?" tanya Alvin lagi.
"mmm....yes." jawab Sivia malu. Alvin mendekati Sivia, awalnya, Sivia pikir alvin mau meluk dia... taunya.... Alvin nyubit pipi Sivia.
"Makasih" bisik Alvin lembut ke Sivia.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
"Sama-sama. Cece Tasya bilang sering-sering main ke rumah. rame soalnya kalo ada elo" Sivia mengangguk. Alvin mendongak, menatap lampu jalan yang menyinari jalanan kompleks yang agak sepi
"Ok. Pasti gue bakal sering main-main ke rumah elo kok. Asik. Rame" Mereka berdua terdiam. Udah bingung mau ngobrol apa lagi
"Eh," Mereka berdua ngomong bersamaan, kemudian menunduk.
"Ladies first" Ucap Alvin. Sivia menggeleng.
"Ga ah. Lo aja duluan" tolak Sivia. Dia sendiri lagi bingung mau ngomong apaan.
"Lo aja" tolak Alvin juga. Sivia menghela napas sebentar. Kemudian berhenti tepat dibawah lampu jalan.
“Emm, gini. Sebenernya, gue mau say thank banget sama elo, soalnya selama ini lo udah ngebantuin gue supaya ingatan gue pulih, dan supaya gue bisa ingat semuanya .Makasih karna elo masih mau temenan sama gue meskipun gue hanya inget sedikit tentang elo” Ucap Sivia. Alvin mengangguk pelan.
“Ga papa kok Siv. Lo inget sedikit doang, ataupun lo gak inget sama sekali, lo tetep sahabat terbaik gue. Sahabat maa kecil gue” Ucap Alvin, dengan sedikit penekanan di kata “sahabat”
Entah kenapa, mendengar penekanan Alvin dikata sahabat, ngebuat hati Sivia sakit. Hanya dianggap sebagai “sahabat”. Tapi Sivia dengan cepat menggeleng. Alvin udah terlalu baik sama dia. Harusnya dia udah seneng. Karena meskipun hanya dianggap sebagai sahabat, Alvin udah se-care itu sama dia.
“oh iya Vin. Kamu mau ngomong apa tadi?” tanya Sivia. Alvin menatap Sivia dalam. Sivia jadi nervous, diliatin kayak gitu.
“Lo ngga marah kan sama gue?” tanya Alvin. Masih menatap Sivia lekat-lekat.
“Marah sama lo? Emang lo salah apaan?” tanya sivia bingung.
“Soalnya... gara-gara gue, elo dan nyokap elo kecelakaan. Seharusnya gue gak....” ucapan Alvin terputus karena telunjuk Sivia udah didepan mulut Alvin. Sivia tersenyum. Kemudian menurunkan tangannya.
“Janji itu, kita yang buat bareng. Dan soal kecelakaan itu, emang udaah takdir. Lo ga salah. Ga ada yang salah. Tapi kalo ada yang harus disalahin. Gue juga salah. Bukan elo aja” ucap Sivia bijak. Sivia kemudian menurunkan telunjuknya.
“Elo sahabat gue, sahabat waktu kecil. Tapi gue rasa, lo selalu jadi sahabat gue. Karena, meeskipun gue udah lupa ingatan, gue udah ga inget siapa elo. Elo tetep bersedia jadi sahabat gue. Dan gue juga salut sama elo. Yang ga pernah ngelupain gue” lanjut Sivia. Kali ini dia udah mulai bisa membalas tatapan Alvin.
“ya, dan sahabat masa kecil gue, sekarang udah beda. Udah ga kayak pas masih kecil, yang tomboy dan urakan. Tapi jadi cantik dan lebih cewek” puji Alvin. Sivia menunduk malu mendengar pujian Alvin.
“Tapi Sivia yang dulu, sama Sivia yang sekarang tetep sama. Tetep jadi cewe yang sangat berart buat gue. Alvin Jonathan” Sivia menatap Alvin. ga ngerti sama ucapan Alvin barusan. Alvin tersenyum.
"Sivia, masih sama kayak yang aku impiin, dan bakal aku wujudin impian aku............"
* * *
Sivia membolak-balikan badannya ditempat tidur. Mikirin kata-kata Alvin tadi. Sivia kemudian bangun, duduk menyandar di kepala tempat tidurnya. Dia tersenyum sambil menduga-duga maksud Alvin tadi.
"Jangan-jangan... Alvin suka lagi sama gue" ucap Sivia PD.tapi lagsung geleng-geleng.
"Gak mungkin lah.... gue aja kali yang suka sama dia..................upps gue baru bilang apa tadi? gue suka Alvin?" Sivia jadi bingung sendiri. "Well, Alvin emang baik, cakep pula... sayang, kalo didepan banyak orang jarang senyum...." Sivia menghela napas. Kemudian melirik jam disamping tempat tidurnya. Jam 5 pagi. Sivia menguap lagi. Okey, menguap untuk terakhir kalinya.
Sivia berjalan ke balkon dikamaranya. Menggeser pintu yang menghalangi kamarnya dengan balkon. Kemudian meletakkan taangannya di pembatas balkon itu.
"Pagi-pagi begini... enaknya ngapain ya??" Sivia mulai berpikir. Pas lagi mikir, dia ngeliat 2 orang lagi jogging.
"Yah... Jogging aja deh. Udah lama juga ga joging"
* * *
Sivia berlari kecil mengelilingi kompleks. Tapi belum setengah udah capek.
"Ah, udahana deh. Singgah taman dulu"Ucap Sivia sambil berlari kecil ke taman kompleks. Biar bisa duduk. Sewaktu Sivia berjalan ke tempat duduk yang memanjang di taman, matanya gak sengaja menangkap ayunan yang lagi kosong disistu. Sivia tersenyum tipis.
"Disitu aja deh" Sivia berjalan menuju Ayunan itu. Kemudian mulai duduk disitu. "Yah... kalo gak ada yang goyangin, gak asik nih..." pikir Sivia sambil memegang kedua sisi ayunan itu.
Tiba-tiba, Ayunan itu didorong oleh seseorang. Sontak Sivia ikut berayun bersama ayunan itu. Sivia mendongak berusaha ngeliat siapa orang yang ngayunin dia.
"Jangan kayak gitu. Entar patah leher kamu" saran cowok itu. Alvin. Sivia tersenyum kembali ke posisi duduknya.
"Ayunin lagi doong" Pinta Sivia manja. Alvin tersenyum kemudian mendorong ayunan itu lagi. Membiarkan Sivia ikut terayun.
"Masih kayak dulu... suka ayunan" gumam Alvin. Sivia menapakan kakinya ditanah. Membuat ayunan itu terhenti. Kemudian berdiri.
"berarti aku yang dulu sama sekarang sama dong" ucap Sivia sambil tersenyum. Alvin mengangguk.
"sama-sama ga bisa diem" Ucap Alvin. Sivia manyun.
"eh, Vin.... impian masa kecil elo apa sih??? Ayoo dong, kash tau...." rengek SIvia. Udah penasaran.
"Hmmmm. Paling besok juga tau" jawab Alvin sambil tersenyum misterius.
"kenapa besok?" tanya SIvia penasaran. ALvin hanya tersenyum tipis.
* * *
"Kyaaaaaaaaaaa" Sivia teriak-teriak.
Bentar lagi jam 7.00 tapi dia masih belum selesai siap-siap. Sivia berlari menuruni tangga rumahnya dengan buru-buru sambil menyisir rambutnya. Kemudian berkaca di kaca dekat ruang makan.
"Kak. Ga sarapan" tegur Acha sambil mengoleskan selai ke rotinya. Sivia menggeleng cepat.
"Ga sempet Cha" jawab Sivia kemudian menuju ibunya. "Mi, Via berangkat dulu ya" pamit Via buru-buru. Mama Sivia mengangguk.
"Kak. Seenggaknya makan dijalan" ucap Acha sambil menyodorkan rotinya yang tadi dia olesin pake selai coklat. Sivia mengambil roti itu.
"Thanks Cha" Sivia menyubit pipi Acha sebelum berlari keluar pintu. Sivia membuka pintu gerbang rumahnya dengan terburu-buru. Karna ga ngeliat jalan...
"Brukkkkk" Sivia menabrak seseorang.
"Awww. ngapain sih pagi-pagu berdiri didepan rumah orang? ga tau gue lagi buru-buru?" semprot SIvia. Orang yang dia tabrak itu berbalik.
"Justru karna gue tau elo buru-buru. makanya gue disini" jawab Alvin tenang sambil tersenyum.
"Heuu. elu Vin. Gue pikir siapa... belum ke sekolah lo? Ntar telat lohhh" Ucap Sivia sambi melirik jam digitalnya. 07.05!
"justru itu. AYo naik" ajak Alvin. Sivia sempat cengo sesaat. Ke sekolah bareng ALvin? Mimpi apa dia semalam?
"cepetan. ntar telat loh" ALvin menirukan ucapan SIvia tadi. Sivia tersenyum. kemudian naik ke boncengan Alvin.
* * *
Untung banget nasib Alvin dan Sivia ga parah kayak Rio Ify. Mereka datang tepat saat bel. Waktu masuk lewat gerbang barulah bell berbunyi.
"Hahhhh" Alvin dan Sivia mendesah bersamaan. "Hampiirr aja" ucap mereka berdua bersamaan lagi. Mereka berdua kemudian saling bertatapan kemudian ketawa bareng.
"Tosss" Sivia dan ALvin kemudian berhi-five.Entah kenapa, Sivia jadi teringat sesuatu. Saat itu, hampir mirip kayak gini.Waktu kecil, Sivia dan Alvin ngejailin satpam kompleks. terus dikejar. Untung Avin narik Sivia cepat, sehingga mereka berdua bisa masuk ke rumah Alvn tanpa sepengetahuan si satpam. Trus, mereka berdua berhi-five di belakang pintu. Lumayan mirip...
"kok bengong vi?" tanya Alvin. Sivia tersadar dari lamunannya.
"Oh, iya, masuk ke kelas yuk"
* * *
Siang itu trasa panas banget. Sekelas pada ngipas-ngipas semua. Ga terkecuali pak Dave. Malahan dia ngeluarin kipasnya yang siper gede. Make bulu-nulu warna-warni. Sivia sama Ify sempet-sempetnya ngegosipin kipas super pak dave itu.
"Menurut elo, tuh kipas make bulu apa?" tanya Ify sambil menunjuk Kipas pak Dave.
"Bulu burung merak kali" tebak Sivia asal sambil cekikikan.
"Wooo. Make bulu ayam itu maahh" ucap Ify. Ify dan Sivia cekikikan lagi.
"Cocok tuh, buat dijadiin kemoceng" tambah Sivia. Cekikan mereka berdua tambah keras. Sampai Pak Dave berbalik. Menatap dua anak muridnya itu.
"Ehm, Alyssa, Sivia. Apa yang kalian tertawakan?" tanya Pak Dave tajam. Ify dan Sivia langsung diem. Berhenti cekikikan. Pak Dave berbalik. Membuka kipas supernya dengan gaya yang sangaaaaat kemayu. Sivia yang ngerasa Lucu. Ketawa lagi. Bukan cuma ketawa biasa. Tapi ngakak!
"Sivia! Apa yang kamu tertawakan? Ada yang lucu?" tanya PAk Dave tajam. Tapi tetep kemayu. Sivia bungkam lagi. paling ga tahan dia ngeliat orang yang kemayunya-lebay abis kaya pak dave.
"Ngga pak" jawab Sivia. Pak Dave berjalan ke arah Sivia.
"Jangan bohong. Kamu pasti ngetawain saya ya?" tebak pak Dave. Sivia cengo. Bagus deh kalo nih guru sadar kalo harusnya dia gantian sama Bu Winda. Bu Winda cowo, dianya yang cewe .Sivia hanya garuk-garuk kepalanya yang sama sekali ga gatel.
"Bukan kok Pak..." bantah Sivia sambil tersenyum manis. Seolah-olah emang bukan.
"Trusssssss?? Ngetawain siapa dong kamu??" Pak Dave mendekati Sivia. Svia memutar otak. Bingung harus jawab apa. ga mngkin kan dia ngejawab ngetawain papan tulis yang lagi ikutan ngipas-ngipas?
"mmm" Sivia terus berpikir. ga mungkin juga dia bilang papan keringatan, atau apalah semacamnya.
"Sivia ketawa gara-gara saya godain pak" Ucap Avin tiba-tiba. Ngebuat pandangan anak-anak sekelas beralih ke Alvin. Siapa yang ga heran coba? masa Alvin yang terkenal kayak limbad-yangsehari-hari jarang ngomong-ngegodain Sivia? Aneh? tentu... Ify sama Rio tau jelas. Alvin adem-ayem aja dari tadi. Kalo Ify, tentu udah tau Apa yang ngebuat Sivia ketawa.
"Ehm. Kamu tau tidak kalo sekarang pelajaran saya?" tanya Pak Dave, mendekati Alvin. Kebetulan Sivia sama Alvin duduknya deket.sampingan aja.
"Tau" jawab Alvin santai. Yang panik justru Sivia. Gila aja tuh Si Alvin. masih bisa dia bersikap nyantai.
"Trus? kenpa kamu main-main di jam pelajaran saya?" tanya PAk DAve galak.
"Bosen" jawab ALvin enteng. Sivia cengo.
'Duhhh ALvin gimana sih? Ngebelain gue tapi kok malah masuk ke jurang?' batin Sivia.
"kalau begitu, keluar dari kelas saya sekarang" perintah Pak Dave. Ga pake lama, Alvin langsung berjalan keluar kelas. KAli ini yang cengo Ify. Hei! ini bukan pertama kalinya Alvin diusir dari kelas. Karna ngebantuin Sivia. untuk hal terakhir, yang tau hanya Ify, dan Rio.
"Duhh. ALvin gimana sih..."
* * *
Sivia keluar keas dengan buru-buru. Nyari Alvin. Kalo dulu, gampang nyarinya. Karna jelas-jelas Alvin lagi di lapangan, sekarang, udah muter-muter tapi ga ketemu.
"Vi... kekantin ga?" tanya Ify yang baru keluar dari ruang guru. Sivia menggeleng.
"Ngga ah" tolak Sivia sambil mengedarkan pandangan sekali lagi.
"Nyari Alvin?" tanya Ify. Sivia mengangguk. Ify tersenyum kemudian merangkul Sivia kemudian berbisik. "menurut gue Alvin tuh suka loh sama elo... buktinya dia selalu ngebelain elo.." bisik Ify kemudian tersenyum jahil dan melepaskan rangkulannya.
"hah?" Sivia blushing. Ify mengacungkan jempol, kemudian berjalan menuju kantin.
* * *
Sivia masih muter-muter nyari ALvin, sendirian aja. pas lewat koridor, seorang cowo menghentikan langkahnya. Sivia mendongak. Bukan Alvin. DAn bukan orang yang dia kenal. Tanpa basa-basi, cowo itu nyerahin Sivia selembar kertas.
"Apaan nih? dari siapa?" tanya Sivia sambil membolak-balik kertas itu.
"lo baca aja deh" jawab cowok itu sambil berlalu. Sivia mengedikan bahu. Kemudian mulai membuka lipatan kertas itu.
Gue gak suka boong.
Apa yang gue ucapin pasti bakalan gue lakuin. dan janji gue bakalan gue
penuhin.
Ok. isinya emang cuma itu. Cuma secuil. Tapi ga dimengerti sama Sivia. Sivia melipat kertas itu kembali, kemudian berjalan lagi. nyari Alvin. Sampai didepan kelas 10-5 serang anak cewek menghampirinya.
"Sivia?" tanya cewe itu. Sivia mengangguk. Cewek itu meyodorkan kertas yang sama. kemudian berlalu. Sivia membuka kertas itu lagi. kemudian membaca isinya
Mau tau apa impian gue?
Temuin gue diruang musik.
ok. yang kali ini lebih secuil malah. Tapi sivia rasa, dia harus ngikutin kemauan orang ini. Sivia kemudian berjalan ke ruang musik. dengan sejuta pertanyaan.
* * *
Sivia membuka pintu ruang musik perlahan. Sunyi senyap. Kayaknya ga ada kelas yang make ruang musik sekarang (ya iyalah, jam istirahat) Sivia berjalan memasuki ruang musik. Tiba-tiba terdengar suara dentingan piano. Sivia menoleh ke tengah ruangan. Tempat Piano itu.
Telah Lama Sendiri
Dalam Langkah Sepi
Tak Pernah Kukira
Bahwa Akhirnya
Tiada Dirimu Disisiku
Sivia melongo pas ngeliat pemain piano itu. Alvin! Alvin tersenyum ke Sivia. Kemudian kembali bernyanyi, dan memainkan piano.
Meski Waktu Datang
Dan Berlalu Sampai Kau Tiada Bertahan
Semua Takkan Mampu Mengubahku
Hanyalah Kau Yang Ada Direlungku
Hanyalah Dirimu
Mampu Membuatku Jatuh Dan Mencinta
Kau Bukan Hanya Sekedar Indah
Kau Tak Akan Terganti
Tak Pernah Kuduga
Bahwa Akhirnya
Tergugat Janjimu Dan Janjiku
Meski Waktu Datang
Dan Berlalu Sampai Kau Tiada Bertahan
Semua Takkan Mampu Mengubahku
Hanyalah Kau Yang Ada Direlungku
Hanyalah Dirimu
Mampu Membuatku Jatuh Dan Mencinta
Kau Bukan Hanya Sekedar Indah
Kau Tak Akan Terganti
Kau Tak Akan Terganti
Alvin menghentikan permainan pianonya. Berbalik ke Sivia, tersenyum manis. Senyum yang bisa bikin cewek-cewek pada melting.
"Siv, setelah elo pergi, gue kesepian banget. Tapi, selama apa pun elo pergi. Elo ga akan terganti buat gue. dan gue harap, lo ga akan ninggalin gue lagi" ucap Alvin sambil menatap Sivia dalam. Sivia Speechless. ga tau harus ngomong apaan. Dan ga ngerti sama yang barusan. Yang barusan itu.... lagu yang dinyanyiin Alvin buat dia? masih sibuk dengan pikiran dia sendiri. Sivia ga sadar kalo Alvin udah berlutut didepan dia.
"Siv... elo tau apa impian gue? Ngejadiin elo sama kayak bokap gue ke nyokap gue. Cintain dia, sayangin dia, bahkan sampai akhir hayat nyokap gue, dan sampai sekarang... sampai nyokap gue ga ada" ucap Alvin. Serius. Sivia masih speechless. Ga percaya. Apa mungkin.... Alvin nembak dia?
"Siv.... Would you be my girl? be a part of my life?" tanya Alvin sungguh-sungguh. Sivia melongo. Alvin minta dia jadi ceweknya? Well, siapa sih yang bisa nolak Alvin? tapi.... Sivia masih ragu dengan perasaannya. Apa dia beneran suka sama Alvin? Alvin sendiri menatap Sivia dengan harap-harap cemas. Sivia tampak berpikir.
"Vin... Lo selama ini udah baik banget sama gue. elo selalu ngebelain gue.... tapi... gue belum yakin sama perasaan gue" ucap Sivia sambil menunduk.
Hati Alvin serasa mencelos. Tapi dia tetep berusaha tersenyum.
"Gak apa-apa kok Siv. pasti susah buat elo. Toh elo juga belum inget semua tentang gue kan?" ucap Alvin kemudia berdiri lagi. meskipun tersenyum,. sebenernya Alvin kecewa.
'Tapi Vin.... gue rasa...... gue cuma gak yakin sama perasaan gue. gue cuma gak yakin, apa betul gue gak suka sama elo? tapi... sekarang gue udah nemu jawabannya. Gue yakin, gue suka sama elo. gue sayang sama elo. Meskipun gue belum inget "elo" sepenuhnya" ucap Sivia sambil tersenyum lebar. Alvin sontak mendongak.
"be.. beneran Siv?" tanya Alvin ga percaya. Sivia mengangguk kecil. "jadi jawabannya?" tanya Alvin lagi.
"mmm....yes." jawab Sivia malu. Alvin mendekati Sivia, awalnya, Sivia pikir alvin mau meluk dia... taunya.... Alvin nyubit pipi Sivia.
"Makasih" bisik Alvin lembut ke Sivia.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
Tuesday, June 14, 2011
Cinta Si Nyolot Dan Mr. Perfect Part20: Chitato (repost)
Ify ngedumel begitu masuk kelas. Moodnya yang lagi bagus langsung jadi ga enak pas ketemu si Debo tadi. Jadi... pas masuk sekolah sumringah. Tapi pas masuk kelas malah cemberut abis.
"Pagi Fy!!" sapa Sivia ceria. Ify mengangkat Alis. Kenapa nih sohibnya ceria banget nih hari.
"Pagi. Kok ceria amat?" tanya Ify sambil menghempaskan tubuhnya dikursi.
"Lha? kan tiap hari emang harus ceria!!! Oh iya, lo kenapa? kok manyun gitu?" Tanya Sivia sambil memperhatikan sahabatnya.
"Tau tuh. Ketemu yang nyebarin foto-foto gue yang di mading waktu itu tuh" jawab Ify sambil memejamkan mata. Baru aja mau tidur, si Sivia udah teriak.
"hah? jad tuh orang udah ketahuan siapa?? siapa tuh dia Fy?pake ngata-ngatain elo Playgirl lagi! Ayo kita gebukin sekarang!" Sivia heboh sendiri. Ify hanya tersenyum tipis ngeliat reaksi temannya. Telat info banget dia. Tapi ternyata, bukan Sivia doang yang telat info. Agni, Nova sama Ray gak kalah hebohnya.
"hah? siapa tuh orang? Weitss, kurang ajar banget tuh! Minta gue pukulin kali ya!" seru Agni.menggebu-gebu.
"Namanya siapa tuh??kelas mana?? sini biar kita keroyokin dia!" Nova ikutan menggebu-gebu.
"Hei. Gue juga ikutan. Tunggu gue ambil stick drum gue di ruang kesenian dulu" Ray ikut-ikutan. Kemudian berlari ke ruang kesenian. Ify hanya bisa geleng-geleng ngeliat ekspresi sahabat-sahabatnya yang-sumpah-lebay abis!
Pas Ray lari keluar kelas......
*Gubrakkkkk* terjadi tabrakan kecil-kecilan antara Ray dengan.. Rio. Yah, anggap aja tabrakan duaRR. hehehehe :p
“Ya ampun Ray. Ngapain sih lari-lari?” Tanya Rio sambil membersihkan celananya yang udah kotor.
“Itu.. lo udah tau belom? Yang naruh foto-foto elo sama Ify,Ify sama Alvin sama kak Iyel udah ketauan? Ini gue mau ngambil stick drum biar gue Nova, Agni, Sivia sama Ify keroyokin!” jawab Ray semangat. Rio hanya geleng-geleng.
“Udahah.. ngapain coba berurusan sama orang kayak gitu. Si Ify aja teneng-teneng aja.” Ucap Rio smbil menunjuk Ify yang emang santai-santai aja. Ray mengangguk.
“yahhhh, padahal gue udah pengen banget mukul-mukul pake stick..” desah ray.
***
Alvin duduk ditempatnya. mengamati gelang ditangannya.Gelang berwarna hijau. Yang awalnya punya dia, trus dikasih ke Sivia.. tapi malah ada di Alvin lagi. Alvin sendiri nyari barang ini susahhh banget. Sampai ngubek-ngubek seisi rumah. Dulu, Alvin udah ga begitu peduli lagi sama gelang ini...
FLASHBACK-------------------------------------------------------------------
Alvin ga percaya waktu cece Tasya bilang Sivia udah pindah. Buat mastiin, Alvin pergi kerumah Sivia. Dan bener aja, rumah Sivia sunyi banget. Kayak gak berpenghuni. Alvin kemudian duduk di batu didepan rumah Sivia. Nunggu Sivia. Siapa tau Sivia lagi keluar. Toh, rumah ini juga selalu kosong. Paling cuma Sivia dan bunda nya doang. Sama kayak waktu itu. Udah nunggu 5 menit.. 10 menit.... Alvin udah kayak orang cacingan. Mondar-mandir mulu. pas lagi sibuk mondar-mandir, Alvin ngeliat benda berwarna hijau disamping batu itu. Karna penasarn, diangkat deh tuh barang.
"eh?" Alvin kaget ngeliat benda yang lagi dia pegang sekarang. Gelang punya dia, tapi waktu itu di barter sama Sivia."Kok bisa ada disini???" ucap Alvin kaget. Sambil memperhatikan gelang itu.
Emang bener, itu gelang Alvin yang Alvin kasih ke Siivia.
"Sivia ngebuang gelang ini yah? apa sivia udah ga mau temenan lagi sama Alvin??" ucap Alvin sedih sambil memandang gelang itu. Tapi, ALvin ga tau kalo sebenernya gelang tu terlepas waktu Sivia ketabrak beberapa hari lalu. Avin menatap rumah Sivia sekali lagi. Mungkin kata cece nya bener. Sivia udah pindah.....
FLASH BACK END
---------------------------------------------------------------------------------------
Well, waktu itu, Alvin emang ga tau kejadian yang nimpa Sivia. Tapi sekarang Alvin udah tau, sivia ninggalin dia bukan karna Sivia udah ga mau temenan lagi sama dia. Tapi karena "kecelakaan" itu.
Alvin menoleh ke Sivia. Sivia lagi megang selembar foto sambil mengamati foto itu dengan serius.
"Itu foto apaan sih??" tanya Ify sambil ikut-ikutan ngeliat. Sivia menyodorkan foto itu ke Ify.
"lo tau nggak itu siapa?" tanya Sivia. Ify mengamati foto itu.
"Lo... sama Alvin yah?? ini ALvin??" tanya Ify sambil nunjuk-nunjuk foto itu. Sivia mengangguk. Ify menatap Alvin, terus Sivia, trus Alvin lagi, trus Sivia lagi (Ahhh ribet lu Fy). "Idihhhh. elo sama ALvin lucuuuu banget. Chubby bangeeeet, mana matanya sama-sama sipit lagi! Chineese banget deh!" Ucap Ify sambil menatap lekat-lekat foto itu kayak mau nelen.
Alvin yang penasaran sama foto yang dilihat Ify, berjalan mendekat. Alvin tersenyum tipis. Untuung aja bukan foto dengan ekspresi gila-gilaan waktu itu :p. Ify menarik lengan ALvin.kemudian menatap ALvin, trus ngeliat ke foto itu.
"Ihhhh. ALvin lucuuuu dehhhh. Pipinya tembemmm" Ucap Ify kemudian mencubit-cubit pipi Alvin dan menggoyang-goyangkannnya. Sivia hanya terkikik geli. Ray cuma bisa nutupin pipinya berharap Ify ga nyubit dia juga. Cakka malah keliatan mau ikutan nyubit.
Rio yang ngeliatin itu cuma bisa ngangkat alis. Ada rasa sedikit jealous muncul, tapi Rio dengan cepat menepis perasaan itu. Kemudian menggeleng-gelengkan keplanya. Ify tersenyum puas sehabis mencubit Alvin. Sampai pipi Avin merah.
"hehehehe, sumpah Vin! Baru nyadar gue kalo elo chubby. gue pikir Ray doang" ucap Ify sambil cengengesan. Ray langsung masuk ke kolong mejanya. ga mau dicubit sama Ify.
"ya ampun Fy.. persaan gue chubby pas kecil doang deh" ucap Alvin sambil mengelus pipinya. Ify tersenyum puas. berbalik ke tempat Ray. Tapi ga ngeliat Ray disitu. Ify manyun.
"Yahhh. padahal pengen nyubit lagi :p" desah Ify sambil duduk lagi."eh Vin. ngapain?" tanya Ify yang ngeliat Alvin masih tetep berdiri ditempatnya.
"Gue mau ngomong bentar sama Via.." jawab Alvin. Ify manggut-manggut.
"yaudah, ngomong aja. Emang gue ganggu gitu?" tanya Ify. Padahal udah ada niatan nguping hehehe.
"Eh, engga" jawab Alvin. kemudian berbalik ke Sivia. "masih inget ini?" tanya Alvin sambil menyodorkan gelang hijau yang dari tadi dia pegang. Sivia menatap gelang itu sebentar. kemudian mengambil gelang tersebut.
"Yahhh, gue kan amnesia. Ga inget. Tapi kalo dari cerita elo sama mimpi gue, ya gue inget lah. itu yang gelang punya elo kan? yang elo kasih ke gue? kok ada di elo lagi?" tanya Sivia beruntun. Ify mendengar dengan seksama. meskipun ga ngerti sama sekali.
"Bagus deh kalo inget. ini gue temuin didepan rumah elo. ga lama setelah elo pindah" jawab Alvin.
"Ohhh" sivia manggut-manggut. kemudian mengamati gelang itu. "Eh, ngga ke kantin?" Sivia mengalihkan pembicaraan. Alvin menggelng.
"Malas ah. eh iya, cece ngajak kamu kerumah ntar malam. mau ngga?" tawar Alvin.
"Oh ya? Cce tasya? mauu doong. ngapain tuh?" tanya Sivia balik.
"Ngajakin makan malam. betulan nih mau? gue jemput deh ntar" tawar Alvin. Sivia mengangguk cepat. Ify yang dari tadi denger dan ga denger apa-apa dan jadi ngerasa diabaikan. Manyun deh dia.
"Kacaaaaaaang. Kacaang murahhh. sekilo gopek" ucap Ify sambil ngibas-ngibasin tangannya, berusaha menarik perhatian Alvin dan Sivia. Tapi ternyata dua bocah itu malah makin asik ngobrol.
"Kaaaaaacaaaaaaaaannnnnnnnnnnng" teriak Ify makin kenceng. sebel juga ga dianggap gitu. Alvin dan Sivia berbalik. Tapi yang nyeletuk duluan Ray.
"Lha? lo udah alih profesi jadi tukang jual kacang fy?" ledek Ray. Ify melotot ke Ray yang udah keluar dari kolong. Alvin dan sivia hanya bisa ketawa. Ify melotot lagi ke Alvin-sivia.
"Ketawa lagi lo berdua! keasikan ngobrol, trus gue ga dianggap. Heu" Ify manyun lagi.
"Ya udah, lo ngomng bareng Rio aja" ucap Alvin sambil menunjuk Rio dengan dagu.Ify mendelik.
"Ihhh. ogah ah" tolak Ify. Padahal pengen tuh... Sivia menyikut Ify.
"udah, ga usah malu-malu, hehehe" ucap Sivia. Ify manyun.
"Idihhh, siapa yang malu-malu coba?"
"Ify, weeekkk. Kalo berani, ajak Rio ke kantin..." Ucap Sivia. Ify berpikir sebentar. Ga ada salahya sih, ngajak Rio kekantin. Lagian sekalian sebagai tanda trimakasih buat Rio. Dari pada disini trus dikacangin mulu?
"Taelah.. gitu dang mah... kecil" ucap Ify sambil menjentikan jarinya. Sivia tersenyum miring. Meremehkan.
"Jangan hanya bicaraaaa, coba tuh, dia nya belum ke kantin" ucap Sivia sambil nunjuk Rio yang lagi (Sok) sibuk sama BBnya."Kao berani, gue kasih deh, cokelat swiss gue" Ucap sivia lagi. Ify menganggukcepat. Emang dipikir Ify takut apa?lagian dapat coklat swiss, kan enak banget :p Sementara itu, Alvin juga ikut mengamati, Si Ray malah udah nutup kuping. dipikir bakal ada perang dunia ke 3 kali ya.
"Rio" sapa Ify sambil nyamperin Rio. Tepatnya duduk disamping Rio. Tempat duduk Alvin. Rio berbalik sebentar. kemudia (sok) sibuk lagi sama BBnya. Masih jealous sama kejadian "cubit-cubitan" tadi. Ify melengos kesal. ga disana, ga disini. Dicueeeeekkkkkkkkkkkiiiiiiiiiiiiiin mulu.
"Mau ke kantin ga Yo?? gue traktir deh, beli Chitato rasa sapi panggang, bebek paggang, ayam panggang, kecoa panggang, bellang panggang,tikus panggag" ucap Ify lagi. Rio tersenyum kecil. Dia berbalik. Luluh juga kalo ngedenger chitato (dasarrrrrrrrr)
"Oke. tapi yang rasa sapi panggang aja. yang lain ga usah" jawab Rio. Ify mendengus. Chitatoooo aja pikiran nih orang. Tapi ga papa, berhubung tadi Ify gapat uang jajan lebih, ga ada salahnya sesekali nraktir orang yang udah agak "berjasa" sama Ify.
"Ya udah. Yuk" Ify menarik Rio keluar kelas. Sampai di depan pintu, Ify tersenyum penuh kemenangan ke Sivia dan Alvin. kemudian menjulurkan lidahnya. Jangan remehin Alyssa Saufika :p
Ray bengong, cengo. Sivia meratapi coklat swiss kesayangannya. Sementara Alvin hanya tersnyum kecil. Alvin sendiri berharap tuh manusia berdua bisa akur terus (harapan penulis beda :p)
* * *
Ify duduk dengan risih di kantin. gimana ga risih coba? fans-fans Rio pada melotot sama dia. Gara-gara barengan sama Rio ke kantin, duduknya ditempat yang sama pula.
Rio memanggil mbak-mbak yang ngejaga kantin. Ify sendiri heran. Yang mau nraktir dia, tapi kok yg manggil tuh mbak2 Rio.
"Ayo pesen" Rio menyenggol tangan Ify. Heuuu, Ify pikir Rio yang mau nraktir xp
"Heu, Mba, Bakso satu, sama es jeruk, trus chitato sapi panggang satu" pesan Ify. "elo apa Yo?" tanya Ify ke Rio
"Mie ayam sama es jeruk juga" pesen Rio. Mbak-mbak itu mengangguk, kemudian berjalan ke tempat jualannya. Rio menatap Ify sebentar.
"Kenapa nraktir?" tanya Rio langsung.
"Kalo ga mau ya udah, gue kasih aja ke Alvin" jawab Ify asal. Entah kenapa ga bisa bilang sebagai balasan atas "kebaikan" Rio kemarin. Rio yang ngedenger nama Alvin disebut-sebut jadi jealous lagi.
"Ya udah. Kenapa ga traktir Alvin aja?" tanya Rio jengkel.
"emang lo ga mau ditraktir?" tanya Ify, belum nyadar kalo Rio lagi jengkel.
"Tau ah. Lo traktir ja dia" Rio bangun dari kursinya. Ify baru nyadar. Ngapain dia pake ngomong nama Alvin coba?? Ahhhh begoooo. IFy menahan Rio.
"Euu, mm, yang mau gue traktir kan elo. Bukan dia...l agian yang selalu ngebantuin gue kan elo. Bukan dia. gue tuh mau nraktir elo sebagai tanda terimakasih gue" jelas Ify susah-payah. Rio menatp Ify. Ify juga balas menatap Rio. sungguh-sungguh. Ify bisa merasakan debaran keras di dadanya. Ngeliat mata Rio yang teduh... tapi terasa begitu menusuk. Rio sendiri ngerasain debaran yang sama. Tapi langsung dengan cepat mengatasi semua itu. Rio duduk lagi.
Mereka berdua terus diem-dieman sampai pesenan mereka datang. Ify menatap bakso-nya. Entah kenapa, dia jadi gak pengen nelen daging bulet-bulet itu. Ify melirik depannya. Rio juga belum menyentuh mie ayamnya. hei? kenapa datang ke kantin trus sama-sama gak makan?
"Kenapa gak makan?" mereka berduya nanya barengan (bagus, RiFy mulai kompak :p). Ify mengaduk-aduk kuah baksonya.
"Ga tau kenapa gue ga mau makan bakso." jawab Ify duluan. "lo?"
"sama. kayaknya kalo gak makan chitato ya gue makan mie ayam aja. bosen lama-lama" jawab Rio.
"Yah... tapi kalo Chitato lo pasti gak bosen-bosen" timpal Ify. Rio tersenyum.
"Iya doong. Ya udah, gue mau makan chitato gue. Mau ga lo?" tawar Rio sambil membuka bungkusan chitatonya. Ify meneguk ludah. Udah lapar.
Akhirnya, tanpa basa-basi, Ify mengangguk. Rio menyodrkan bungkusan chitatonya. Akhirnya, yang dimakan sama Ify dan Rio hanya tuh Chitato sebungkus. sedangkan mie ayam sama bakso mereka nganggur.
"Eh, tadi kenapa nyubit-nyubit Alvin?" tanya Rio pensaran. Ify dengan cepat mengunyah chitato yahng d didlam mulutnya.
"Hehehe, itu ya? gue liat foto ALvin sama Sivia pas keci! Ihhh gilaa, mereka berdua pada imuut banget! Alvin nya chubby banget lagi!! ntar lo coba liat deh di Sivia. kalo lo liat, pasti lo setuju sama gue kalo mereka imut banget" jelas Ify panjang lebar. Rio hanya manggut-manggut,
"Ahhh. Gue gantian nanya. Lo kenpa sensi banget kalo gue nyebut-nyebut nama Alvin?" tanya Ify. Telak. Tepat sasaran. Skak mat. Rio berhenti mengunyah. Mulai salah tingkah. Mikirin aasan paling logis suapaya cewek didepannya ini gak GR. Lgian Gak mungkin Rio bilang dia cemburu ngeliat Ify dekat-dekat sohibnya itu. Ify hanya heran ngeliat Rio yang kelihatan-hmm, salah tingkah- tapi diam-diam Ify tersenyum tipis. Lucu juga ngeliat Rio begitu :p Rio makin kehilangan kata-kata. Jujur? ah, tengsin. Boong? mau jawab pa rio ga tau.
"Kalo ga jawab, chitato lo gue habisin looh" ucap Ify kemudian mengambil chitato dari dalam bungkusannya lagi. Rio mendelik kesal.
"eh, elu kok nraktir ga ikhlas banget? kok dimakan terus?" ucap Rio kesal. kemudian merebut bungkusan chitato dari tangan Ify. Ify menjulurkan lidah.
"Makanya jawab. Atooooo.. jangan-jangan......." Ify mulai menduga-duga.
"apaan??" Rio mulai salah tingkah.
"elo cemburu yaaaaaaa" Goda Ify. Rio cengo. "nah, tuh kan. kayaknya tebakan gue bener.jangan-jangan elo ga suka ya ngeliat gue deket-deket sama Alvin soalnya.... elo hombrengsama Alvin??? hayoo ngaku!!!!!" todong ify make garpu.(hehehe, kayak orang pacaran kan :p mesra amat :p (peace Rise & Alvz)
"Yeeeee.. enak aja. Ngapain hombrengan sama Alvin coba? gue amsih normal kali!" bantah Rio gak terima. Ify terkikik geli.
"nah? trus kenapa doong?? atau... Jangan-jangan.." Ify mulai meduga-duga lagi.
"apaan lu? ngaco lagi awas lo!" Ancam Rio. Ify cengengsan.
"elo naksir gue ya Yo????" duga Ify yang sukses dapat hadiah toyoran dari Rio.
'Jangan ngaco!" ucap Rio. Tapi dia sendiri ngerasa kalo yang ngaco itu dia. Kenapa ga pernah bisa jujur sama perasaan dia? Rio mulai salah tingkah. Ify tersenyum jail.
"Hehehe beneran yah Rio suka sama gue??wah sayangnya elo telat Yo... gue udah dilamar sama Justin Bieber kemarin." ujar Ify jail. Rio memutar bola matanya.
"Hiiiihh. GR lo. siapa yang lamar lo? Justin bibir? yang jualan di pasar senen?" tanya Rio gak kalah jail.
"Weekkk. Bukan. Itu Justin Bibir yang suka ngangkut sampah dirumah gue" timpal Ify asal.
"Gimana tuh dia ngelamar elo? Lo dikasih gerobak sampah ya? cocok banget tuh sama elo. trus dilamarnya di TPS (tempat pembuangan sampah) ya?" ledek Rio lagi.
"Yoa, trus..." akhirnya mereka mulai saling menimpali. Obrolan yang sangaat gaje dan gak penting, yang ngaco banget,dietemenin sebungkus chitato rasa sapi panggang, plus es jeruk.yah... meskipun obrolan itu sama sekali ga peting. Tapi, disitu Ify sadar. Rio asik diajak bercanda. Dan dia nggak secuek penampilan luarnya. Dan seenggknya, mereka bisa ngobrol tanpa harus berantem.
Ray dan Cakka memasuki kantin. Perut mereka udah keroncongan. Cakka melihat-lihat. Nyari tempat kosong. Yang dia liat, malah Ify sama Rio yang lagi makan chitato sebungkus berdua (eh, gile, romantis :p) CAkka menyikut tangan Ray, menunjuk ke arah Ify sama Rio yang lagi asik bercanda. Ray mengangguk. Mereka berdua kemudian menghampiri Rio dan Ify.
"Hei! Akrab banget nih!" sapa Cakka.
Ify dan Rio kompak berbalik. Rio ngedumel dalam hati. da-adaaaaaaaaa aja yang ganggu :p. Ray gak pake nyapa, langsung ngeliat ring mie ayam sama semangkuk bakso yang masih utuh.
"mana ada yag nganggur lagi" tambah Ray sambil terus menatap mie ayam sama bakso.
"Buat kita ya? h. makasih. Gue doain lo berdua cepet jadian deh. Byeee" Ucap Cakka sambil mengambil bakso dan kabur, Ray juga ga mau kalah. Dia ngambil mie ayam trus ngacir.
"CAkka! ray!"Ify dan Rio gemas.
* * *
sivia memasukirumah Alvin. Tapi celingukan dulu. Nyari Alvin. tapi tuh orang ga keliatan. Pas Sivia berbalik..
"Dorrr" Alvin ngejutin Sivia. Sivia refleks memukul lengan Alvin. "aww"
"Ishhh. Ngagetin banget sih elo!!" ucap Sivia gemas. Alvin meringis.
"hehehe. lo udah dateng nih? Padahal gue baru mau ngejemput elo." ucap ALvin.
":kan dket aja. lagian ngapain elo repot-repot ngejemputgue? orang deket gitu juga"
"bagus deh. Masuk Yuk" Alvin meraih tangan Siivia. Sivia menatap tangannya yang digandeng Alvin. ALvin berbalik.
"kenapa? Eh, sorry, ga sengaja" Alvin buru-buru ngelepas gandengannya di Sivia. Sivia tersenyum kecil. Alvin merutuk dalam hati.
'Ya ampun. kok gue bego amat sih! Ngegandeng dia pas kecil ga masalah. nah ini?' rutuk Alvin.
"Vin. masuk ga sih?" tanya Sivia.
"eh, oh iya.Yuk"
* * *
Cece Tasya udah nunggu di meja mkan. Dia tersenyum begitu melihat Sivia.
"Malam Sivia. Wah, kamu tambah cantik ya" puji Cece Tasya. Sivia hanya tersenyum malu. "Ayo duduk" Cece Tasya memprsilahkan.
"Oma mana ce?" tanya Alvin.
"ntar lagi turun kok"
ga lama kemudian, oma Alvin turun. Menurut Sivia, Oma alvin cantik banget. Umurnya sekitar 70-an. Tapi masih tampak awet. Lumayan modis pula.
"selamat malam oma" sapa Sivia sopan.
"Malam. Wah, kamu sudah besar ya, tambah cantik.udah kayak cewek Padahal dulu kelihatannya tomboy sekali" ucap Oma. Sivia tersenyum.
Akhirnya makan malam dimulai.
Awanya, Sivia canggung ngobrol bareng Cece Tasya dan Oma Alvin, tapi ternyata mereka baik dan ramah, jadi Sivia ngomong lumayan banyak.sesekali Alvin ikut menimpali. Mereka ngobrol tentang Avin dan Sivia pas kecil yang nakal dan jail.
Sivia senang banget malam itu, dia bisa ngerasain kehangatan keluarga yang selama ini jarang dia rasain.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
"Pagi Fy!!" sapa Sivia ceria. Ify mengangkat Alis. Kenapa nih sohibnya ceria banget nih hari.
"Pagi. Kok ceria amat?" tanya Ify sambil menghempaskan tubuhnya dikursi.
"Lha? kan tiap hari emang harus ceria!!! Oh iya, lo kenapa? kok manyun gitu?" Tanya Sivia sambil memperhatikan sahabatnya.
"Tau tuh. Ketemu yang nyebarin foto-foto gue yang di mading waktu itu tuh" jawab Ify sambil memejamkan mata. Baru aja mau tidur, si Sivia udah teriak.
"hah? jad tuh orang udah ketahuan siapa?? siapa tuh dia Fy?pake ngata-ngatain elo Playgirl lagi! Ayo kita gebukin sekarang!" Sivia heboh sendiri. Ify hanya tersenyum tipis ngeliat reaksi temannya. Telat info banget dia. Tapi ternyata, bukan Sivia doang yang telat info. Agni, Nova sama Ray gak kalah hebohnya.
"hah? siapa tuh orang? Weitss, kurang ajar banget tuh! Minta gue pukulin kali ya!" seru Agni.menggebu-gebu.
"Namanya siapa tuh??kelas mana?? sini biar kita keroyokin dia!" Nova ikutan menggebu-gebu.
"Hei. Gue juga ikutan. Tunggu gue ambil stick drum gue di ruang kesenian dulu" Ray ikut-ikutan. Kemudian berlari ke ruang kesenian. Ify hanya bisa geleng-geleng ngeliat ekspresi sahabat-sahabatnya yang-sumpah-lebay abis!
Pas Ray lari keluar kelas......
*Gubrakkkkk* terjadi tabrakan kecil-kecilan antara Ray dengan.. Rio. Yah, anggap aja tabrakan duaRR. hehehehe :p
“Ya ampun Ray. Ngapain sih lari-lari?” Tanya Rio sambil membersihkan celananya yang udah kotor.
“Itu.. lo udah tau belom? Yang naruh foto-foto elo sama Ify,Ify sama Alvin sama kak Iyel udah ketauan? Ini gue mau ngambil stick drum biar gue Nova, Agni, Sivia sama Ify keroyokin!” jawab Ray semangat. Rio hanya geleng-geleng.
“Udahah.. ngapain coba berurusan sama orang kayak gitu. Si Ify aja teneng-teneng aja.” Ucap Rio smbil menunjuk Ify yang emang santai-santai aja. Ray mengangguk.
“yahhhh, padahal gue udah pengen banget mukul-mukul pake stick..” desah ray.
***
Alvin duduk ditempatnya. mengamati gelang ditangannya.Gelang berwarna hijau. Yang awalnya punya dia, trus dikasih ke Sivia.. tapi malah ada di Alvin lagi. Alvin sendiri nyari barang ini susahhh banget. Sampai ngubek-ngubek seisi rumah. Dulu, Alvin udah ga begitu peduli lagi sama gelang ini...
FLASHBACK-------------------------------------------------------------------
Alvin ga percaya waktu cece Tasya bilang Sivia udah pindah. Buat mastiin, Alvin pergi kerumah Sivia. Dan bener aja, rumah Sivia sunyi banget. Kayak gak berpenghuni. Alvin kemudian duduk di batu didepan rumah Sivia. Nunggu Sivia. Siapa tau Sivia lagi keluar. Toh, rumah ini juga selalu kosong. Paling cuma Sivia dan bunda nya doang. Sama kayak waktu itu. Udah nunggu 5 menit.. 10 menit.... Alvin udah kayak orang cacingan. Mondar-mandir mulu. pas lagi sibuk mondar-mandir, Alvin ngeliat benda berwarna hijau disamping batu itu. Karna penasarn, diangkat deh tuh barang.
"eh?" Alvin kaget ngeliat benda yang lagi dia pegang sekarang. Gelang punya dia, tapi waktu itu di barter sama Sivia."Kok bisa ada disini???" ucap Alvin kaget. Sambil memperhatikan gelang itu.
Emang bener, itu gelang Alvin yang Alvin kasih ke Siivia.
"Sivia ngebuang gelang ini yah? apa sivia udah ga mau temenan lagi sama Alvin??" ucap Alvin sedih sambil memandang gelang itu. Tapi, ALvin ga tau kalo sebenernya gelang tu terlepas waktu Sivia ketabrak beberapa hari lalu. Avin menatap rumah Sivia sekali lagi. Mungkin kata cece nya bener. Sivia udah pindah.....
FLASH BACK END
---------------------------------------------------------------------------------------
Well, waktu itu, Alvin emang ga tau kejadian yang nimpa Sivia. Tapi sekarang Alvin udah tau, sivia ninggalin dia bukan karna Sivia udah ga mau temenan lagi sama dia. Tapi karena "kecelakaan" itu.
Alvin menoleh ke Sivia. Sivia lagi megang selembar foto sambil mengamati foto itu dengan serius.
"Itu foto apaan sih??" tanya Ify sambil ikut-ikutan ngeliat. Sivia menyodorkan foto itu ke Ify.
"lo tau nggak itu siapa?" tanya Sivia. Ify mengamati foto itu.
"Lo... sama Alvin yah?? ini ALvin??" tanya Ify sambil nunjuk-nunjuk foto itu. Sivia mengangguk. Ify menatap Alvin, terus Sivia, trus Alvin lagi, trus Sivia lagi (Ahhh ribet lu Fy). "Idihhhh. elo sama ALvin lucuuuu banget. Chubby bangeeeet, mana matanya sama-sama sipit lagi! Chineese banget deh!" Ucap Ify sambil menatap lekat-lekat foto itu kayak mau nelen.
Alvin yang penasaran sama foto yang dilihat Ify, berjalan mendekat. Alvin tersenyum tipis. Untuung aja bukan foto dengan ekspresi gila-gilaan waktu itu :p. Ify menarik lengan ALvin.kemudian menatap ALvin, trus ngeliat ke foto itu.
"Ihhhh. ALvin lucuuuu dehhhh. Pipinya tembemmm" Ucap Ify kemudian mencubit-cubit pipi Alvin dan menggoyang-goyangkannnya. Sivia hanya terkikik geli. Ray cuma bisa nutupin pipinya berharap Ify ga nyubit dia juga. Cakka malah keliatan mau ikutan nyubit.
Rio yang ngeliatin itu cuma bisa ngangkat alis. Ada rasa sedikit jealous muncul, tapi Rio dengan cepat menepis perasaan itu. Kemudian menggeleng-gelengkan keplanya. Ify tersenyum puas sehabis mencubit Alvin. Sampai pipi Avin merah.
"hehehehe, sumpah Vin! Baru nyadar gue kalo elo chubby. gue pikir Ray doang" ucap Ify sambil cengengesan. Ray langsung masuk ke kolong mejanya. ga mau dicubit sama Ify.
"ya ampun Fy.. persaan gue chubby pas kecil doang deh" ucap Alvin sambil mengelus pipinya. Ify tersenyum puas. berbalik ke tempat Ray. Tapi ga ngeliat Ray disitu. Ify manyun.
"Yahhh. padahal pengen nyubit lagi :p" desah Ify sambil duduk lagi."eh Vin. ngapain?" tanya Ify yang ngeliat Alvin masih tetep berdiri ditempatnya.
"Gue mau ngomong bentar sama Via.." jawab Alvin. Ify manggut-manggut.
"yaudah, ngomong aja. Emang gue ganggu gitu?" tanya Ify. Padahal udah ada niatan nguping hehehe.
"Eh, engga" jawab Alvin. kemudian berbalik ke Sivia. "masih inget ini?" tanya Alvin sambil menyodorkan gelang hijau yang dari tadi dia pegang. Sivia menatap gelang itu sebentar. kemudian mengambil gelang tersebut.
"Yahhh, gue kan amnesia. Ga inget. Tapi kalo dari cerita elo sama mimpi gue, ya gue inget lah. itu yang gelang punya elo kan? yang elo kasih ke gue? kok ada di elo lagi?" tanya Sivia beruntun. Ify mendengar dengan seksama. meskipun ga ngerti sama sekali.
"Bagus deh kalo inget. ini gue temuin didepan rumah elo. ga lama setelah elo pindah" jawab Alvin.
"Ohhh" sivia manggut-manggut. kemudian mengamati gelang itu. "Eh, ngga ke kantin?" Sivia mengalihkan pembicaraan. Alvin menggelng.
"Malas ah. eh iya, cece ngajak kamu kerumah ntar malam. mau ngga?" tawar Alvin.
"Oh ya? Cce tasya? mauu doong. ngapain tuh?" tanya Sivia balik.
"Ngajakin makan malam. betulan nih mau? gue jemput deh ntar" tawar Alvin. Sivia mengangguk cepat. Ify yang dari tadi denger dan ga denger apa-apa dan jadi ngerasa diabaikan. Manyun deh dia.
"Kacaaaaaaang. Kacaang murahhh. sekilo gopek" ucap Ify sambil ngibas-ngibasin tangannya, berusaha menarik perhatian Alvin dan Sivia. Tapi ternyata dua bocah itu malah makin asik ngobrol.
"Kaaaaaacaaaaaaaaannnnnnnnnnnng" teriak Ify makin kenceng. sebel juga ga dianggap gitu. Alvin dan Sivia berbalik. Tapi yang nyeletuk duluan Ray.
"Lha? lo udah alih profesi jadi tukang jual kacang fy?" ledek Ray. Ify melotot ke Ray yang udah keluar dari kolong. Alvin dan sivia hanya bisa ketawa. Ify melotot lagi ke Alvin-sivia.
"Ketawa lagi lo berdua! keasikan ngobrol, trus gue ga dianggap. Heu" Ify manyun lagi.
"Ya udah, lo ngomng bareng Rio aja" ucap Alvin sambil menunjuk Rio dengan dagu.Ify mendelik.
"Ihhh. ogah ah" tolak Ify. Padahal pengen tuh... Sivia menyikut Ify.
"udah, ga usah malu-malu, hehehe" ucap Sivia. Ify manyun.
"Idihhh, siapa yang malu-malu coba?"
"Ify, weeekkk. Kalo berani, ajak Rio ke kantin..." Ucap Sivia. Ify berpikir sebentar. Ga ada salahya sih, ngajak Rio kekantin. Lagian sekalian sebagai tanda trimakasih buat Rio. Dari pada disini trus dikacangin mulu?
"Taelah.. gitu dang mah... kecil" ucap Ify sambil menjentikan jarinya. Sivia tersenyum miring. Meremehkan.
"Jangan hanya bicaraaaa, coba tuh, dia nya belum ke kantin" ucap Sivia sambil nunjuk Rio yang lagi (Sok) sibuk sama BBnya."Kao berani, gue kasih deh, cokelat swiss gue" Ucap sivia lagi. Ify menganggukcepat. Emang dipikir Ify takut apa?lagian dapat coklat swiss, kan enak banget :p Sementara itu, Alvin juga ikut mengamati, Si Ray malah udah nutup kuping. dipikir bakal ada perang dunia ke 3 kali ya.
"Rio" sapa Ify sambil nyamperin Rio. Tepatnya duduk disamping Rio. Tempat duduk Alvin. Rio berbalik sebentar. kemudia (sok) sibuk lagi sama BBnya. Masih jealous sama kejadian "cubit-cubitan" tadi. Ify melengos kesal. ga disana, ga disini. Dicueeeeekkkkkkkkkkkiiiiiiiiiiiiiin mulu.
"Mau ke kantin ga Yo?? gue traktir deh, beli Chitato rasa sapi panggang, bebek paggang, ayam panggang, kecoa panggang, bellang panggang,tikus panggag" ucap Ify lagi. Rio tersenyum kecil. Dia berbalik. Luluh juga kalo ngedenger chitato (dasarrrrrrrrr)
"Oke. tapi yang rasa sapi panggang aja. yang lain ga usah" jawab Rio. Ify mendengus. Chitatoooo aja pikiran nih orang. Tapi ga papa, berhubung tadi Ify gapat uang jajan lebih, ga ada salahnya sesekali nraktir orang yang udah agak "berjasa" sama Ify.
"Ya udah. Yuk" Ify menarik Rio keluar kelas. Sampai di depan pintu, Ify tersenyum penuh kemenangan ke Sivia dan Alvin. kemudian menjulurkan lidahnya. Jangan remehin Alyssa Saufika :p
Ray bengong, cengo. Sivia meratapi coklat swiss kesayangannya. Sementara Alvin hanya tersnyum kecil. Alvin sendiri berharap tuh manusia berdua bisa akur terus (harapan penulis beda :p)
* * *
Ify duduk dengan risih di kantin. gimana ga risih coba? fans-fans Rio pada melotot sama dia. Gara-gara barengan sama Rio ke kantin, duduknya ditempat yang sama pula.
Rio memanggil mbak-mbak yang ngejaga kantin. Ify sendiri heran. Yang mau nraktir dia, tapi kok yg manggil tuh mbak2 Rio.
"Ayo pesen" Rio menyenggol tangan Ify. Heuuu, Ify pikir Rio yang mau nraktir xp
"Heu, Mba, Bakso satu, sama es jeruk, trus chitato sapi panggang satu" pesan Ify. "elo apa Yo?" tanya Ify ke Rio
"Mie ayam sama es jeruk juga" pesen Rio. Mbak-mbak itu mengangguk, kemudian berjalan ke tempat jualannya. Rio menatap Ify sebentar.
"Kenapa nraktir?" tanya Rio langsung.
"Kalo ga mau ya udah, gue kasih aja ke Alvin" jawab Ify asal. Entah kenapa ga bisa bilang sebagai balasan atas "kebaikan" Rio kemarin. Rio yang ngedenger nama Alvin disebut-sebut jadi jealous lagi.
"Ya udah. Kenapa ga traktir Alvin aja?" tanya Rio jengkel.
"emang lo ga mau ditraktir?" tanya Ify, belum nyadar kalo Rio lagi jengkel.
"Tau ah. Lo traktir ja dia" Rio bangun dari kursinya. Ify baru nyadar. Ngapain dia pake ngomong nama Alvin coba?? Ahhhh begoooo. IFy menahan Rio.
"Euu, mm, yang mau gue traktir kan elo. Bukan dia...l agian yang selalu ngebantuin gue kan elo. Bukan dia. gue tuh mau nraktir elo sebagai tanda terimakasih gue" jelas Ify susah-payah. Rio menatp Ify. Ify juga balas menatap Rio. sungguh-sungguh. Ify bisa merasakan debaran keras di dadanya. Ngeliat mata Rio yang teduh... tapi terasa begitu menusuk. Rio sendiri ngerasain debaran yang sama. Tapi langsung dengan cepat mengatasi semua itu. Rio duduk lagi.
Mereka berdua terus diem-dieman sampai pesenan mereka datang. Ify menatap bakso-nya. Entah kenapa, dia jadi gak pengen nelen daging bulet-bulet itu. Ify melirik depannya. Rio juga belum menyentuh mie ayamnya. hei? kenapa datang ke kantin trus sama-sama gak makan?
"Kenapa gak makan?" mereka berduya nanya barengan (bagus, RiFy mulai kompak :p). Ify mengaduk-aduk kuah baksonya.
"Ga tau kenapa gue ga mau makan bakso." jawab Ify duluan. "lo?"
"sama. kayaknya kalo gak makan chitato ya gue makan mie ayam aja. bosen lama-lama" jawab Rio.
"Yah... tapi kalo Chitato lo pasti gak bosen-bosen" timpal Ify. Rio tersenyum.
"Iya doong. Ya udah, gue mau makan chitato gue. Mau ga lo?" tawar Rio sambil membuka bungkusan chitatonya. Ify meneguk ludah. Udah lapar.
Akhirnya, tanpa basa-basi, Ify mengangguk. Rio menyodrkan bungkusan chitatonya. Akhirnya, yang dimakan sama Ify dan Rio hanya tuh Chitato sebungkus. sedangkan mie ayam sama bakso mereka nganggur.
"Eh, tadi kenapa nyubit-nyubit Alvin?" tanya Rio pensaran. Ify dengan cepat mengunyah chitato yahng d didlam mulutnya.
"Hehehe, itu ya? gue liat foto ALvin sama Sivia pas keci! Ihhh gilaa, mereka berdua pada imuut banget! Alvin nya chubby banget lagi!! ntar lo coba liat deh di Sivia. kalo lo liat, pasti lo setuju sama gue kalo mereka imut banget" jelas Ify panjang lebar. Rio hanya manggut-manggut,
"Ahhh. Gue gantian nanya. Lo kenpa sensi banget kalo gue nyebut-nyebut nama Alvin?" tanya Ify. Telak. Tepat sasaran. Skak mat. Rio berhenti mengunyah. Mulai salah tingkah. Mikirin aasan paling logis suapaya cewek didepannya ini gak GR. Lgian Gak mungkin Rio bilang dia cemburu ngeliat Ify dekat-dekat sohibnya itu. Ify hanya heran ngeliat Rio yang kelihatan-hmm, salah tingkah- tapi diam-diam Ify tersenyum tipis. Lucu juga ngeliat Rio begitu :p Rio makin kehilangan kata-kata. Jujur? ah, tengsin. Boong? mau jawab pa rio ga tau.
"Kalo ga jawab, chitato lo gue habisin looh" ucap Ify kemudian mengambil chitato dari dalam bungkusannya lagi. Rio mendelik kesal.
"eh, elu kok nraktir ga ikhlas banget? kok dimakan terus?" ucap Rio kesal. kemudian merebut bungkusan chitato dari tangan Ify. Ify menjulurkan lidah.
"Makanya jawab. Atooooo.. jangan-jangan......." Ify mulai menduga-duga.
"apaan??" Rio mulai salah tingkah.
"elo cemburu yaaaaaaa" Goda Ify. Rio cengo. "nah, tuh kan. kayaknya tebakan gue bener.jangan-jangan elo ga suka ya ngeliat gue deket-deket sama Alvin soalnya.... elo hombrengsama Alvin??? hayoo ngaku!!!!!" todong ify make garpu.(hehehe, kayak orang pacaran kan :p mesra amat :p (peace Rise & Alvz)
"Yeeeee.. enak aja. Ngapain hombrengan sama Alvin coba? gue amsih normal kali!" bantah Rio gak terima. Ify terkikik geli.
"nah? trus kenapa doong?? atau... Jangan-jangan.." Ify mulai meduga-duga lagi.
"apaan lu? ngaco lagi awas lo!" Ancam Rio. Ify cengengsan.
"elo naksir gue ya Yo????" duga Ify yang sukses dapat hadiah toyoran dari Rio.
'Jangan ngaco!" ucap Rio. Tapi dia sendiri ngerasa kalo yang ngaco itu dia. Kenapa ga pernah bisa jujur sama perasaan dia? Rio mulai salah tingkah. Ify tersenyum jail.
"Hehehe beneran yah Rio suka sama gue??wah sayangnya elo telat Yo... gue udah dilamar sama Justin Bieber kemarin." ujar Ify jail. Rio memutar bola matanya.
"Hiiiihh. GR lo. siapa yang lamar lo? Justin bibir? yang jualan di pasar senen?" tanya Rio gak kalah jail.
"Weekkk. Bukan. Itu Justin Bibir yang suka ngangkut sampah dirumah gue" timpal Ify asal.
"Gimana tuh dia ngelamar elo? Lo dikasih gerobak sampah ya? cocok banget tuh sama elo. trus dilamarnya di TPS (tempat pembuangan sampah) ya?" ledek Rio lagi.
"Yoa, trus..." akhirnya mereka mulai saling menimpali. Obrolan yang sangaat gaje dan gak penting, yang ngaco banget,dietemenin sebungkus chitato rasa sapi panggang, plus es jeruk.yah... meskipun obrolan itu sama sekali ga peting. Tapi, disitu Ify sadar. Rio asik diajak bercanda. Dan dia nggak secuek penampilan luarnya. Dan seenggknya, mereka bisa ngobrol tanpa harus berantem.
Ray dan Cakka memasuki kantin. Perut mereka udah keroncongan. Cakka melihat-lihat. Nyari tempat kosong. Yang dia liat, malah Ify sama Rio yang lagi makan chitato sebungkus berdua (eh, gile, romantis :p) CAkka menyikut tangan Ray, menunjuk ke arah Ify sama Rio yang lagi asik bercanda. Ray mengangguk. Mereka berdua kemudian menghampiri Rio dan Ify.
"Hei! Akrab banget nih!" sapa Cakka.
Ify dan Rio kompak berbalik. Rio ngedumel dalam hati. da-adaaaaaaaaa aja yang ganggu :p. Ray gak pake nyapa, langsung ngeliat ring mie ayam sama semangkuk bakso yang masih utuh.
"mana ada yag nganggur lagi" tambah Ray sambil terus menatap mie ayam sama bakso.
"Buat kita ya? h. makasih. Gue doain lo berdua cepet jadian deh. Byeee" Ucap Cakka sambil mengambil bakso dan kabur, Ray juga ga mau kalah. Dia ngambil mie ayam trus ngacir.
"CAkka! ray!"Ify dan Rio gemas.
* * *
sivia memasukirumah Alvin. Tapi celingukan dulu. Nyari Alvin. tapi tuh orang ga keliatan. Pas Sivia berbalik..
"Dorrr" Alvin ngejutin Sivia. Sivia refleks memukul lengan Alvin. "aww"
"Ishhh. Ngagetin banget sih elo!!" ucap Sivia gemas. Alvin meringis.
"hehehe. lo udah dateng nih? Padahal gue baru mau ngejemput elo." ucap ALvin.
":kan dket aja. lagian ngapain elo repot-repot ngejemputgue? orang deket gitu juga"
"bagus deh. Masuk Yuk" Alvin meraih tangan Siivia. Sivia menatap tangannya yang digandeng Alvin. ALvin berbalik.
"kenapa? Eh, sorry, ga sengaja" Alvin buru-buru ngelepas gandengannya di Sivia. Sivia tersenyum kecil. Alvin merutuk dalam hati.
'Ya ampun. kok gue bego amat sih! Ngegandeng dia pas kecil ga masalah. nah ini?' rutuk Alvin.
"Vin. masuk ga sih?" tanya Sivia.
"eh, oh iya.Yuk"
* * *
Cece Tasya udah nunggu di meja mkan. Dia tersenyum begitu melihat Sivia.
"Malam Sivia. Wah, kamu tambah cantik ya" puji Cece Tasya. Sivia hanya tersenyum malu. "Ayo duduk" Cece Tasya memprsilahkan.
"Oma mana ce?" tanya Alvin.
"ntar lagi turun kok"
ga lama kemudian, oma Alvin turun. Menurut Sivia, Oma alvin cantik banget. Umurnya sekitar 70-an. Tapi masih tampak awet. Lumayan modis pula.
"selamat malam oma" sapa Sivia sopan.
"Malam. Wah, kamu sudah besar ya, tambah cantik.udah kayak cewek Padahal dulu kelihatannya tomboy sekali" ucap Oma. Sivia tersenyum.
Akhirnya makan malam dimulai.
Awanya, Sivia canggung ngobrol bareng Cece Tasya dan Oma Alvin, tapi ternyata mereka baik dan ramah, jadi Sivia ngomong lumayan banyak.sesekali Alvin ikut menimpali. Mereka ngobrol tentang Avin dan Sivia pas kecil yang nakal dan jail.
Sivia senang banget malam itu, dia bisa ngerasain kehangatan keluarga yang selama ini jarang dia rasain.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
Cinta Si Nyolot Dan Mr. Perfect part19: A Song For Ify (repost)
Rio belari menyusuri Koridor sekolah. Nyari Ify. Tapi Ify gak keliatan dimana-mana. Di lapangan basket ga ada. Di Ruang musik ga ada. Rio sampai ngecek ruang ekskul satu-satu. TApi Ify ga ada dimana-mana. Nelpn ke HP nya juga ga diangkat. Rio berhenti sebentar. menarik nafasnya perlahan.
'Mungkin dia udah pulang...' pikir Rio. Kemudian bergegas ke parkiran. Ngambil motor.
sementara itu, Ify...
Ify menghentakan kakinya sambil terus berjalan. sesekali dia menendang kerikil yang ada didepannya dengan kesal. Ify terus berjalan. Ga peduli dia udah sampai mana sekarag. Kalo lagi marah atau jengkel, biasanya dia ngga mikir apa-apa lagi. Sebodo deh kalo udah nyampe dunia lain. Yang jelas begitu lah Ify. Kalo lagi jengkel. Suka gak merhatiin apa pun.
Baru setelah gak lama dan jauh, baru lah Ify mendongak. Memperhatikan sekitar. Kemudian merutuk dalam hati.
"Beuhh. Udah dimana nih??" rutuk Ify. Ify kemudian menleh ke belakang. "Ya ampun. Udah jauh dari skolah ini mah." rutuk Ify lagi. Mana dia ngga tau ini daerah mana pula. Yang dia tau, daerah sekitar sekolahnya rame! Bukan sepi kayak kuburan begini.........
Ify terus beralan. Berharap nemuin orang yang baik hati kayak malaikat, yang mau ngasih tau dia, udah dimana dia sekarang. Tapi di sekitar dia sepi-sepi aja tuh. Ify malah sempet mikir ii bukan jakarta lagi. Halo?? Jakarta kan kota yang ga pernah tidur. Masa jam segini udah kosng melompong begini? Ada sih yang lewat. Tapi cuma "lewat" aja. Ify juga ga sampe hati buat nanya. masing-masing sibuk sendiri.
Baru sampai didepan blok perumahan itu, dia nemuin pangkalan ojek. tepatnya, 2 bapak-bapak yang lagi nongkrong ditemani motor mereka. Ga tau deh itu ojek apa bukan. Dari tampang sih kayaknya iya. hehehe.Ify terseyum tipis. Mendekati kedua bapak-bapak itu.
"permisi" Sapa Ify. Kedua bapak-bapak itu. Yang satu janggutnya kayak santa Claus dari Africa (soalnya janggutnya item hehehe) Yang satu botak mengkilat. Ify sampai kepikiran buat bercermin di kepala tuh om-om. Cling banget sih. hehehe.
"Eh, ada anak manis. kenapa nih??" tanya yang janggutan. sambil tersenyum ke Ify.
"Mm, gini Oom. Saya kesasar. Ini daerah mana ya??" tanya Ify sopan.
Dua om-om itu berpandangan kemudian tertawa. Ify jadi heran sendiri. What's wrong? Ada yang lucu? hei! saya tersesat oom! Bukan badut kesasar!
"Ohh. jadi tersesat nih? Mau om anterin pulang? Tanya yang janggutan sambil mendekati Ify. Ify mundur selangkah
"ga usah om. Cukup kasih tau saya dimana sekarang" tolak Ify.Dua orang itu tertawa sambi berpandangan lagi. Ify mundur selangkah lagi. Ngerasa ada yang aneh isini.
"Ya ampun dek. Kalo dikasih tau kamu dimana sekarang, emang kamu bakal tau jalan pulangnya?" om-om yang botak mencolek Ify. Ify menyentakan tangan om-om kurang ajar itu.
"mending ikut om aja deh" ucap Yang janggutan. Ify mengigit bibir. Alyssa saufika! Lo salah nanya orang! Ahh bego. bego. bego! kenapa bisa nanya ke om-om hidung belang?? Kyaaaaaaaa. Ify mulaii berlari. Gak peduli deh, mau nabrak tembok kek, tiang ilistrik kek, sapi kek., kebo kek! yang penting kaburr!!! 2 om-om itu mengejar Ify. sambil berari, Ify berdoa.
"Ya Allah yang maha kasih dan Maha pemurah, selamatkanlah hambamu yang rajin sholat 5 waktu ini, yang puasa bolong hanya karna ada halangan, yang suka nolongin orang lain, meskipun bawel dan suka nyolot ya Tuhan....." Ify berdoa dalam hati sambil terus berlari.
"Citttt" Bunyi ban motor yang beradu dengan aspal. "Kyaaaaaaaaaaaa"Ify langsung duduk dan menutup kuping. Pasrah deh, ditabrak-ditabrak deh. Pengendara motor itu turun dari motornya.
"heh? Mau cari mati loe? Udah bosen hidup hah?" Seru cowok itu galak. Rio. Rio memperhatikan siapa cewek yanbg hampir dia tabrak itu. Ify! Masih berjongkok dan menutup kuping. Badannya gemetar.
"Ify?" ucap Rio kaget. Ify mendongakan muka.
"Rio!!" Ify langsung berlari ke arah Rio. Bersembunyi dibelakang Rio. Rio hanya menatap cewek itu heran. Kenapa dia?
"Lo kenapa?" tanya Rio lembut. Ify menunjuk ke dua om-om kurang ajar itu yang lagi menuju ke arah dia dan Rio. Kemudian kembali membenamkan wajahnya dipunggung Rio. Rio mengangguk mengerti.
"mereka gangguin elo?" tanya Rio. Meskipun Rio ga ngeliat Ify ngangguk, tapi dia tau, cewe itu ngangguk pelan. Rio melepaskan pegangan Ify di belakang jaketnya. Kemudian berbisik.
"tunggu bentar disini. Biar gue yanghadepin" Ucap Rio sambil berjalan mendekati dua om-om itu.
"Cih. Beraninya sama cewek doang. Anak SMA pula. MAlu dong, badan segede itu juga" ejek Rio sambil tersenyum miring. Meremehkan. Om-om yang Botak, yang badannya gede, langsung maju.
"Apa kamu bilang? dasar anak kecil! Tau apa kamu hah! Masih bau kencur juga! Mau jadi pahlawan kamu?" Tanya Om-om botak mengikat itu. Rio tersenyum miring lagi. Ngeremehin om-om itu. Ify hanya bisa mengigit bibir. Cemas. berharap Rio gak kenapa-kenapa. Om-om botak itu mulai beraksi. Dilayangkannya tinju kewajah Rio. Tapi Rio mengelak, kemudian mengarahkan tinjunya ke perut om botak itu. Telak! Om botak itu jatuh kemudian meringis.
Yang kayak Santa Claus dari Africa ga mau kalah. Dia mau mukul Rio dari belakang. Untungnya Rio sadar, jedi Rio nendang ke beakang, dan om janggutan itu jatuh. Rio tersenyum puas.
"Badan doang yang gede" ejek Rio
(Niha anak, lagi kayak gini juga. Masih sempet-sempetnya ngejek orang) kemudian berjalan kemotornya dengan cepat. "naik Fy!" perintah Rio. Ify menurut, naik ke boncengan Rio. PAs ngelewatin dua om-om itu, Rio masih sempet-sempetnya ngejek.
"Sekarang ketahuan. Siapa yang bau kencur" Ejek Rio kemudian menggas motornya kencang.
* * *
Rio berhenti didepan rumahnya. Sedangkan Ify hanya terheran-heran. Rumah siapa nih? Pas Rio turun dan balik. Dia baru inget kalo.... ada IFy.
"ya ampun. Sorry Fy. Gue lupa elo. elo sih, ga ngomong apa-apa dari tadi" ucap Rio sambil emenpuk jidatnya.
"Gak apa-apa kok Yo. Biar gue pulang sendiri aja" Ucap Ify kemudian berbalik. Udah siap-siap jalan. Pulang. Tapi Rio nahan Ify. Dipegangnya pergelangan Ify.
"lo ini gimana sih? dari sekoah ke rumah elo aja, elo ga tau. Apalagi dari rumah gue?" ucap Rio. Kali ini, Ify yang menepuk jidat. Rio bener. Dia aja ga tau ini daerah mana. Ify merutuk dalam hati. kenapa sih jakarta gede banget? yang dia tau paling nama kompleks rumahnya, dan sekitar-sekitar itu aja.
"Ya udah. Lo masuk aja dulu. Gue mau tuker seragam. Habis itu gue anterin lo pulang" Ucap Rio sambil menarik Ify ke teras rumahnya. Sampai di teras. Ify langsung berhenti. Rio berbalik.
"kenapa?" tanya Rio.
"gue nunggu diteras aja" ucap Ify kemudian duduk di kursi yang ada di teras. Rio mengangguk.
"Ya udah" kemudian masuk kedalam rumah.
Ify duduk diteras itu sambil ngelamun. Kepikiran kata-kata Rio waktu dia berantem sama Debo. Ify mengigit bibir. Apa bener Rio gak suka sama dia? se benci itu Rio sama dia? sampai-sampai neriakin kata-kata kayak gitu??? Emang Ify selalu berantem-beranteman sama Rio. Dan kadang, dia nggak suka sama sikap Rio. Yang dia anggap terlalu...... seenaknya. Ify menunduk. Memprhatikan jemarinya.
Rio... selalu nolongin Ify kalau Ify lagi dalam masalah. Apa Ify bisa benci sama Rio? pertama, pas kecelakaan itu. Rio kayak naruhin nyawa hanya untuk nolongin Ify. Kedua, pas Ify kesasar di hutan. Gak Ify sangka, Rio ikutan nyusul ke hutan. Dan yang ketiga, hari ini. Rio udah nyelamatin Ify dari kejar-kejaran om-om itu.
Hujan mulai turun. Masih rintik-rintik kecil. Ify memperhatiakn hujan itu sambil ngelamun lagi. Gue gak akan bisa nyalahin Rio kalo dia ga suka sama gue. emang gue yang selalu ribut sama dia. Jadi wajar kalo dia ngomong kayak gitu. Ify menghela napas. Hujan makin deras. Bukan rintik-rintik lagi.
Apa gue suka sama Rio? Tapi.. kalo pun gue suka sama dia, dia ga suka sama gue. Dia udah bilang kayak gitu tadi. Dengan tegas. Tanpa terasa, air mata Ify mengalir. Sakit. Itu yang dia rasain. Malah lebih sakit waktu sama Kak Iyel dulu. Mungkin perasaannya lebih dalam daripada waktu sama Kak Iyel dulu. Rio keluar dari dalam rumah sambil mebawa cokelat panas. Dia udah tuker pakian, jadi cuma make jins sama kaos. Santai. Kebetulan pas masih didalam rumah tad, dia ngeliat hujan. Makanya dia sengaja ngebuat cokelat panas buat Ify.
Rio menaruh gelas itu dimeja disamping Ify. Tapi Ify ga sadar. Sibuk sama pikirannya sendiri. Air matanya terus mengalir.Rio heran ngeliat Ify yang lagi nangis. Rio mendekat ke Ify. Memastikan. Dan emang bener, Ify lagi nangis.
"Fy? lo kok nangis?" Tanya Rio khawatir ngeliat Ify. Ify menghapus air matanya dengan cepat. Kemudian menjawab.
"Ngga apa-apa kok Yo." jawab Ify sambil terus berusaha menyeka air matanya. Rio menatap Ify heran sekaligus khawatir.
"Tadi lo ngga diapa-apain om-om itu kan??" tanya Ro memastikan. Ify menggeleng cepat. "trus?" tanya Rio lagi. Kali ini Ify hanya diem. Gak berekspresi apa-apa. Rio mengehela napas sebentar.
"gue bikin cokelat panas tuh" Ucap Rio sambil menunjuk cokeat pamas buatannya. "lo mium gih. Dingin nih" sambung Rio.
Ify mengangguk kecil. kemudian mengambil gelas yang berisi cokelat panas itu. Hangat. Kalo minum cokelat panas pas hujan itu emang pas banget. Rio memperhatikan Ify yang lag minum cokelat panas.
"lo marah yah sama gue? sama ucapan gue pas berantem sama Debo tadi?" tanya Rio.
"itu hak elo kalo lo gak suka sama gue" jawab Ify sambil menyesap cokat panasnya sekali lagi. Rio hanya menatap Ify penuh penyesalan. Dia tau, cewek itu kesal. Rio kemudian bangun. Masuk kedalam rumahnya. Ify hanya bisa cengo. Kok cowok itu ninggalin dia? apa kata-kata dia tadi itu salah? Ify kan cuma bilang itu hak nya dia! Apa dia marah? Ify menunduk lagi. Rio susah ditebak.
Tiba-tiba Rio datang lagi. Kali ini dia ngebawa gitar. Ify hanya menatap Rio heran. Kenapa nih anak bawa-bawa gitar? TApi Rio tampak gak peduli. Dia menatap Ify lekat lekat, kemudian mulai memetik gitarnya. Dan mulai nyanyi.
Her name is Alyssa
i want ask her out
her name is Alyssa
she's way too beutiful
i know i'm way too young
but i don't give a damn
they call me crazy
but my heart speaks out
Breathe in
Don’t deny don’t hide your feeling
You’ll be fine with me
It’s not too late
To close my eyes
As i’m thinking about you
You’ll be fine tonight
Hey girl
Give me a chance
To make you smile
Make you high
Ify, what a beautiful what a pretty
name
Give me a chance to tell
That I like you (that I like you)
Musician and a host aren’t that so thin
I wanna be your someone for of your life
Breathe in
Don’t deny don’t hide your feeling
You’ll be fine with me
It’s not too late
To close my eyes
As i’m thinking about you
You’ll be fine tonight
Hey girl
Give me a chance
To make you smile
Make you high
Ify, what a beautiful what a pretty
name
Give me a chance to tell
That I like you (that I like you)
Listen to my story
Listen to your heart beat your heart beat
The song’s from my heart for you
sharon
Remember all the words
(Kevin Aprilio-Cathy Sharon. Diubah dikit. Namnya Cathy sharon diubah jadi Alyssa :p Kalo belum denger, coba pada denger deh. kalo aku yang dinyanyiin sama Kevin atau Rio.. udah terbang deh :p Lirik + Download:http://gudanglagu.com/k/kevin-aprilio/kevin-
aprilio-cathy-sharon/
Ify menahan napas. Dia ga tau lagu siapa yang baru dinyanyiin sama Rio itu. Tapi dia denger jelas namanya disebut tadi. Rio menatap Ify lagi.
"Itu... lagunya siapa Yo?" tanya Ify penasaran.
"Lagunya Kevin aprilio. Judulnya cathy sharon. LAgunya buat Cathy Sharon. Dia nyanyiinnya sambil main piano." jelas Rio. Ify manggut-manggut. " Tapi disini, gue main make gitar, dinyanyiin sama gue, Mario Stevano Aditya, Buat elo. Alyssa Saufika" tambah Rio. Jantung Ify serasa berhenti berdetak.
"Lo nyanyiin buat gue?" tanya Ify memastikan. Rio mengangguk lagi.
"anggap itu isi hati gue"
* * *
Hujan udah reda. Ify masih terdiam. Berusaha mencerna ucapan Rio barusan.
"Siaaaaaanggg!!" Teriak seorang anak SMP sambil melepaskan sepatunya yang udah penuh lumpur. "YAhhh, kotor lagi deh nih sepatu!" rutuk Keke, adik Rio. Anak cewe itu.
Akhirnya, perhatian Rio dan Ify teralihkan. mereka memandang keke. Ify memperhatikan seragam keke. Seragam yang sama kyak oZy. APa mungkin............ dia satu sekolah sama Ozy?
Keke tersenyum tipis ke Ify. Kemudin bertanya. "Temennhya kak rio?" tanya Keke. Ify mengangguk. "Oh ya? kak Rio jarang bawa temen cewek loh. Cewek-cewek pda takut sama dia. Hiii" sambung Keke lagi. Ify tertawa kecil. Sedangkan Rio langsung menjitak Keke
"Banyak omong kamu! udah sana masuk. Tuker pakian." perintah Rio. Keke manyun. Tapi ga nurutin perintah kakaknya. dia malah menoleh ke Ify.
"kakak siapa?" tanya Keke.
"Ify temen sekelas Rio.kamu?" jawab Ify ssmbil tersenyum kecil. Lucu juga nih adiknya Rio.
"Ohh. AKu Keke, sekolah di SMP Fariast. kelas IX-2. Adiknya kak Rio" jawab Keke panjang lebar. Ify tersenyum kecil. Ga salah lagi. ini pasti keke yang namanya ada di puisi bikinan OZy.
"Sekelas ya sama Ozy?" tanya Ify lagi. Keke mengangguk dengan semangat.
"ya ampun kak.. orangnya nyebeliiinnn banget! masa dia ngebuat puisi yang ngeledekin anak-anak sekelas? mana bilangnya Pipi keke bulet lagi!" cerocos keke.
"emang bulet kali Ke" timpal Rio.
"uhhh. kakak diem deh! eh, ngomong-ngomong kok kak Ify kenal Ozy?" tanya Keke ke Ify.
"ya iya lah.. orang dia adek aku" jawab Ify santai. Keke melongo.
"kandung?" tanya Keke lagi. Ify mengangguk. keke makin ga percaya.
"masa sih OZy punya kakak secantik ini?" Ify tersenyum malu mendengar ucapan Keke yang barusan.
"Tapi kayaknya kelakuannya sama deh ke..." Timpal Rio.
* * *
Ify turun dari motor Rio. Kemudian tersenyum.
"Thanks ya Yo." Ucap Ify. Rio mengangguk.
"Lain kali, jangan jalan ke daerah yang gak lo kenal." saran Rio. Ify mengangguk.
"Itu kan gara-gara lo juga......" sambung Ify. Rio tersnyum kecil. Kemudian menepuk puncak kepala Ify.
"Lo kayak anak kecil tau ga?" ucap Rio sambil tersenyum miring. Ify manyun.
"Oh iya. Sebenernya... kenapa lo nyanyiin lagu itu buat gue tadi?" tanya Ify. Tangan Rio masih dipuncak kepalanya.
"Permintaan maaf gue. Lo mau maafin gue kan? Gue tadi emosi banget sih” ucap Rio sambil menatap Ify dalam. Ify jadi salah tingkah.
“hmmm. Gimana yah??” Ify sok jual mahal. Padahal dalam hati seneng banget. Apalagi kalo nginget lagu Rio tadi. Rio menanti dengan cemas. Jujur, dia takut cewek ini marah lagi sama dia.
"Ya udah deh, berhubung lagu lo bagus. Gua maafin" ucap Ify sambil tersenyum. Rio kemudian mengacak-ngacak rambut Ify.
"Thanks Fy." Bisik Rio.
"Arggghhhh Rambut gue berantakan!!!!!!!!!" Teriak Ify kesal. Rio menjulurkan lidah.
"Bye"
"Bye"
* * *
Ify memasuki sekolah dengan riang. Sepanjang jalan, dia nyanyiin lagunya Justin bieber-one time. Tapi pas dikoridor dia papasan sama Debo. Si Penyebar foto-foto itu. Ify berhenti. menatap cowok itu tajam. Tapi cowok itu malah tersenyum
"Lo manis kalo senyum" Ucap Debo. Ify tersenyum tipis.
"So? Lo mau foto gue gitu?" tanya Ify pede. Senyum cowok itu makin terkembang.
"kalo lo mau...." Ify tersenyum sinis.
"Sayangnya gue ga mau!" Ucap Ify ketus kemudian melewati cowok itu. Tapi cowok itu menahan lengan Ify.
"lepasin! Jangan kurang ajar deh!" Marah Ify.
"Lo masih berharap sama cowo itu? Lo ga denger kemarin dia bilang apa? Dia ga suka sama elo!" Ucap debo keras. Ify menyentakan tangan Debo.
"Oh ya? dia mau suka ato ngga sama gue. Toh, itu bukan urusan elo!" seru Ify kesal.
"emang lo suka sama dia?" tanya Debo. Telak.Ify hanya tersenyum tipis.
"Apa pedui lo?" kali ini Ify betul-betul berjalan meninggalkan cowok itu.
Sementara tu, gak jauh dari tempat Ify dan Debo berantem tadi, seseorang memperhatikan mereka. orang itu kemudian berjalan menghampiri Debo, pas Ify udah ninggalin Debo.
"terima kekalahan elo" ejek Rio.
"Gue belum kalah!" seru Debo kesal.
"Tapi lo bakalan kalah" Ucap Rio sambil menepuk pundak Debo. Kemudian meninggakan Debo. "gue orangnya santai aja. Dan step by step, gue udah jauh didepan elo" tambah Rio. Debo merutuk kesal. Dia pikir dia udah bisa misahin Ify sama Rio. Tapi kayaknya mereka msih biasa-biasa aja tuh.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
'Mungkin dia udah pulang...' pikir Rio. Kemudian bergegas ke parkiran. Ngambil motor.
sementara itu, Ify...
Ify menghentakan kakinya sambil terus berjalan. sesekali dia menendang kerikil yang ada didepannya dengan kesal. Ify terus berjalan. Ga peduli dia udah sampai mana sekarag. Kalo lagi marah atau jengkel, biasanya dia ngga mikir apa-apa lagi. Sebodo deh kalo udah nyampe dunia lain. Yang jelas begitu lah Ify. Kalo lagi jengkel. Suka gak merhatiin apa pun.
Baru setelah gak lama dan jauh, baru lah Ify mendongak. Memperhatikan sekitar. Kemudian merutuk dalam hati.
"Beuhh. Udah dimana nih??" rutuk Ify. Ify kemudian menleh ke belakang. "Ya ampun. Udah jauh dari skolah ini mah." rutuk Ify lagi. Mana dia ngga tau ini daerah mana pula. Yang dia tau, daerah sekitar sekolahnya rame! Bukan sepi kayak kuburan begini.........
Ify terus beralan. Berharap nemuin orang yang baik hati kayak malaikat, yang mau ngasih tau dia, udah dimana dia sekarang. Tapi di sekitar dia sepi-sepi aja tuh. Ify malah sempet mikir ii bukan jakarta lagi. Halo?? Jakarta kan kota yang ga pernah tidur. Masa jam segini udah kosng melompong begini? Ada sih yang lewat. Tapi cuma "lewat" aja. Ify juga ga sampe hati buat nanya. masing-masing sibuk sendiri.
Baru sampai didepan blok perumahan itu, dia nemuin pangkalan ojek. tepatnya, 2 bapak-bapak yang lagi nongkrong ditemani motor mereka. Ga tau deh itu ojek apa bukan. Dari tampang sih kayaknya iya. hehehe.Ify terseyum tipis. Mendekati kedua bapak-bapak itu.
"permisi" Sapa Ify. Kedua bapak-bapak itu. Yang satu janggutnya kayak santa Claus dari Africa (soalnya janggutnya item hehehe) Yang satu botak mengkilat. Ify sampai kepikiran buat bercermin di kepala tuh om-om. Cling banget sih. hehehe.
"Eh, ada anak manis. kenapa nih??" tanya yang janggutan. sambil tersenyum ke Ify.
"Mm, gini Oom. Saya kesasar. Ini daerah mana ya??" tanya Ify sopan.
Dua om-om itu berpandangan kemudian tertawa. Ify jadi heran sendiri. What's wrong? Ada yang lucu? hei! saya tersesat oom! Bukan badut kesasar!
"Ohh. jadi tersesat nih? Mau om anterin pulang? Tanya yang janggutan sambil mendekati Ify. Ify mundur selangkah
"ga usah om. Cukup kasih tau saya dimana sekarang" tolak Ify.Dua orang itu tertawa sambi berpandangan lagi. Ify mundur selangkah lagi. Ngerasa ada yang aneh isini.
"Ya ampun dek. Kalo dikasih tau kamu dimana sekarang, emang kamu bakal tau jalan pulangnya?" om-om yang botak mencolek Ify. Ify menyentakan tangan om-om kurang ajar itu.
"mending ikut om aja deh" ucap Yang janggutan. Ify mengigit bibir. Alyssa saufika! Lo salah nanya orang! Ahh bego. bego. bego! kenapa bisa nanya ke om-om hidung belang?? Kyaaaaaaaa. Ify mulaii berlari. Gak peduli deh, mau nabrak tembok kek, tiang ilistrik kek, sapi kek., kebo kek! yang penting kaburr!!! 2 om-om itu mengejar Ify. sambil berari, Ify berdoa.
"Ya Allah yang maha kasih dan Maha pemurah, selamatkanlah hambamu yang rajin sholat 5 waktu ini, yang puasa bolong hanya karna ada halangan, yang suka nolongin orang lain, meskipun bawel dan suka nyolot ya Tuhan....." Ify berdoa dalam hati sambil terus berlari.
"Citttt" Bunyi ban motor yang beradu dengan aspal. "Kyaaaaaaaaaaaa"Ify langsung duduk dan menutup kuping. Pasrah deh, ditabrak-ditabrak deh. Pengendara motor itu turun dari motornya.
"heh? Mau cari mati loe? Udah bosen hidup hah?" Seru cowok itu galak. Rio. Rio memperhatikan siapa cewek yanbg hampir dia tabrak itu. Ify! Masih berjongkok dan menutup kuping. Badannya gemetar.
"Ify?" ucap Rio kaget. Ify mendongakan muka.
"Rio!!" Ify langsung berlari ke arah Rio. Bersembunyi dibelakang Rio. Rio hanya menatap cewek itu heran. Kenapa dia?
"Lo kenapa?" tanya Rio lembut. Ify menunjuk ke dua om-om kurang ajar itu yang lagi menuju ke arah dia dan Rio. Kemudian kembali membenamkan wajahnya dipunggung Rio. Rio mengangguk mengerti.
"mereka gangguin elo?" tanya Rio. Meskipun Rio ga ngeliat Ify ngangguk, tapi dia tau, cewe itu ngangguk pelan. Rio melepaskan pegangan Ify di belakang jaketnya. Kemudian berbisik.
"tunggu bentar disini. Biar gue yanghadepin" Ucap Rio sambil berjalan mendekati dua om-om itu.
"Cih. Beraninya sama cewek doang. Anak SMA pula. MAlu dong, badan segede itu juga" ejek Rio sambil tersenyum miring. Meremehkan. Om-om yang Botak, yang badannya gede, langsung maju.
"Apa kamu bilang? dasar anak kecil! Tau apa kamu hah! Masih bau kencur juga! Mau jadi pahlawan kamu?" Tanya Om-om botak mengikat itu. Rio tersenyum miring lagi. Ngeremehin om-om itu. Ify hanya bisa mengigit bibir. Cemas. berharap Rio gak kenapa-kenapa. Om-om botak itu mulai beraksi. Dilayangkannya tinju kewajah Rio. Tapi Rio mengelak, kemudian mengarahkan tinjunya ke perut om botak itu. Telak! Om botak itu jatuh kemudian meringis.
Yang kayak Santa Claus dari Africa ga mau kalah. Dia mau mukul Rio dari belakang. Untungnya Rio sadar, jedi Rio nendang ke beakang, dan om janggutan itu jatuh. Rio tersenyum puas.
"Badan doang yang gede" ejek Rio
(Niha anak, lagi kayak gini juga. Masih sempet-sempetnya ngejek orang) kemudian berjalan kemotornya dengan cepat. "naik Fy!" perintah Rio. Ify menurut, naik ke boncengan Rio. PAs ngelewatin dua om-om itu, Rio masih sempet-sempetnya ngejek.
"Sekarang ketahuan. Siapa yang bau kencur" Ejek Rio kemudian menggas motornya kencang.
* * *
Rio berhenti didepan rumahnya. Sedangkan Ify hanya terheran-heran. Rumah siapa nih? Pas Rio turun dan balik. Dia baru inget kalo.... ada IFy.
"ya ampun. Sorry Fy. Gue lupa elo. elo sih, ga ngomong apa-apa dari tadi" ucap Rio sambil emenpuk jidatnya.
"Gak apa-apa kok Yo. Biar gue pulang sendiri aja" Ucap Ify kemudian berbalik. Udah siap-siap jalan. Pulang. Tapi Rio nahan Ify. Dipegangnya pergelangan Ify.
"lo ini gimana sih? dari sekoah ke rumah elo aja, elo ga tau. Apalagi dari rumah gue?" ucap Rio. Kali ini, Ify yang menepuk jidat. Rio bener. Dia aja ga tau ini daerah mana. Ify merutuk dalam hati. kenapa sih jakarta gede banget? yang dia tau paling nama kompleks rumahnya, dan sekitar-sekitar itu aja.
"Ya udah. Lo masuk aja dulu. Gue mau tuker seragam. Habis itu gue anterin lo pulang" Ucap Rio sambil menarik Ify ke teras rumahnya. Sampai di teras. Ify langsung berhenti. Rio berbalik.
"kenapa?" tanya Rio.
"gue nunggu diteras aja" ucap Ify kemudian duduk di kursi yang ada di teras. Rio mengangguk.
"Ya udah" kemudian masuk kedalam rumah.
Ify duduk diteras itu sambil ngelamun. Kepikiran kata-kata Rio waktu dia berantem sama Debo. Ify mengigit bibir. Apa bener Rio gak suka sama dia? se benci itu Rio sama dia? sampai-sampai neriakin kata-kata kayak gitu??? Emang Ify selalu berantem-beranteman sama Rio. Dan kadang, dia nggak suka sama sikap Rio. Yang dia anggap terlalu...... seenaknya. Ify menunduk. Memprhatikan jemarinya.
Rio... selalu nolongin Ify kalau Ify lagi dalam masalah. Apa Ify bisa benci sama Rio? pertama, pas kecelakaan itu. Rio kayak naruhin nyawa hanya untuk nolongin Ify. Kedua, pas Ify kesasar di hutan. Gak Ify sangka, Rio ikutan nyusul ke hutan. Dan yang ketiga, hari ini. Rio udah nyelamatin Ify dari kejar-kejaran om-om itu.
Hujan mulai turun. Masih rintik-rintik kecil. Ify memperhatiakn hujan itu sambil ngelamun lagi. Gue gak akan bisa nyalahin Rio kalo dia ga suka sama gue. emang gue yang selalu ribut sama dia. Jadi wajar kalo dia ngomong kayak gitu. Ify menghela napas. Hujan makin deras. Bukan rintik-rintik lagi.
Apa gue suka sama Rio? Tapi.. kalo pun gue suka sama dia, dia ga suka sama gue. Dia udah bilang kayak gitu tadi. Dengan tegas. Tanpa terasa, air mata Ify mengalir. Sakit. Itu yang dia rasain. Malah lebih sakit waktu sama Kak Iyel dulu. Mungkin perasaannya lebih dalam daripada waktu sama Kak Iyel dulu. Rio keluar dari dalam rumah sambil mebawa cokelat panas. Dia udah tuker pakian, jadi cuma make jins sama kaos. Santai. Kebetulan pas masih didalam rumah tad, dia ngeliat hujan. Makanya dia sengaja ngebuat cokelat panas buat Ify.
Rio menaruh gelas itu dimeja disamping Ify. Tapi Ify ga sadar. Sibuk sama pikirannya sendiri. Air matanya terus mengalir.Rio heran ngeliat Ify yang lagi nangis. Rio mendekat ke Ify. Memastikan. Dan emang bener, Ify lagi nangis.
"Fy? lo kok nangis?" Tanya Rio khawatir ngeliat Ify. Ify menghapus air matanya dengan cepat. Kemudian menjawab.
"Ngga apa-apa kok Yo." jawab Ify sambil terus berusaha menyeka air matanya. Rio menatap Ify heran sekaligus khawatir.
"Tadi lo ngga diapa-apain om-om itu kan??" tanya Ro memastikan. Ify menggeleng cepat. "trus?" tanya Rio lagi. Kali ini Ify hanya diem. Gak berekspresi apa-apa. Rio mengehela napas sebentar.
"gue bikin cokelat panas tuh" Ucap Rio sambil menunjuk cokeat pamas buatannya. "lo mium gih. Dingin nih" sambung Rio.
Ify mengangguk kecil. kemudian mengambil gelas yang berisi cokelat panas itu. Hangat. Kalo minum cokelat panas pas hujan itu emang pas banget. Rio memperhatikan Ify yang lag minum cokelat panas.
"lo marah yah sama gue? sama ucapan gue pas berantem sama Debo tadi?" tanya Rio.
"itu hak elo kalo lo gak suka sama gue" jawab Ify sambil menyesap cokat panasnya sekali lagi. Rio hanya menatap Ify penuh penyesalan. Dia tau, cewek itu kesal. Rio kemudian bangun. Masuk kedalam rumahnya. Ify hanya bisa cengo. Kok cowok itu ninggalin dia? apa kata-kata dia tadi itu salah? Ify kan cuma bilang itu hak nya dia! Apa dia marah? Ify menunduk lagi. Rio susah ditebak.
Tiba-tiba Rio datang lagi. Kali ini dia ngebawa gitar. Ify hanya menatap Rio heran. Kenapa nih anak bawa-bawa gitar? TApi Rio tampak gak peduli. Dia menatap Ify lekat lekat, kemudian mulai memetik gitarnya. Dan mulai nyanyi.
Her name is Alyssa
i want ask her out
her name is Alyssa
she's way too beutiful
i know i'm way too young
but i don't give a damn
they call me crazy
but my heart speaks out
Breathe in
Don’t deny don’t hide your feeling
You’ll be fine with me
It’s not too late
To close my eyes
As i’m thinking about you
You’ll be fine tonight
Hey girl
Give me a chance
To make you smile
Make you high
Ify, what a beautiful what a pretty
name
Give me a chance to tell
That I like you (that I like you)
Musician and a host aren’t that so thin
I wanna be your someone for of your life
Breathe in
Don’t deny don’t hide your feeling
You’ll be fine with me
It’s not too late
To close my eyes
As i’m thinking about you
You’ll be fine tonight
Hey girl
Give me a chance
To make you smile
Make you high
Ify, what a beautiful what a pretty
name
Give me a chance to tell
That I like you (that I like you)
Listen to my story
Listen to your heart beat your heart beat
The song’s from my heart for you
sharon
Remember all the words
(Kevin Aprilio-Cathy Sharon. Diubah dikit. Namnya Cathy sharon diubah jadi Alyssa :p Kalo belum denger, coba pada denger deh. kalo aku yang dinyanyiin sama Kevin atau Rio.. udah terbang deh :p Lirik + Download:http://gudanglagu.com/k/kevin-aprilio/kevin-
aprilio-cathy-sharon/
Ify menahan napas. Dia ga tau lagu siapa yang baru dinyanyiin sama Rio itu. Tapi dia denger jelas namanya disebut tadi. Rio menatap Ify lagi.
"Itu... lagunya siapa Yo?" tanya Ify penasaran.
"Lagunya Kevin aprilio. Judulnya cathy sharon. LAgunya buat Cathy Sharon. Dia nyanyiinnya sambil main piano." jelas Rio. Ify manggut-manggut. " Tapi disini, gue main make gitar, dinyanyiin sama gue, Mario Stevano Aditya, Buat elo. Alyssa Saufika" tambah Rio. Jantung Ify serasa berhenti berdetak.
"Lo nyanyiin buat gue?" tanya Ify memastikan. Rio mengangguk lagi.
"anggap itu isi hati gue"
* * *
Hujan udah reda. Ify masih terdiam. Berusaha mencerna ucapan Rio barusan.
"Siaaaaaanggg!!" Teriak seorang anak SMP sambil melepaskan sepatunya yang udah penuh lumpur. "YAhhh, kotor lagi deh nih sepatu!" rutuk Keke, adik Rio. Anak cewe itu.
Akhirnya, perhatian Rio dan Ify teralihkan. mereka memandang keke. Ify memperhatikan seragam keke. Seragam yang sama kyak oZy. APa mungkin............ dia satu sekolah sama Ozy?
Keke tersenyum tipis ke Ify. Kemudin bertanya. "Temennhya kak rio?" tanya Keke. Ify mengangguk. "Oh ya? kak Rio jarang bawa temen cewek loh. Cewek-cewek pda takut sama dia. Hiii" sambung Keke lagi. Ify tertawa kecil. Sedangkan Rio langsung menjitak Keke
"Banyak omong kamu! udah sana masuk. Tuker pakian." perintah Rio. Keke manyun. Tapi ga nurutin perintah kakaknya. dia malah menoleh ke Ify.
"kakak siapa?" tanya Keke.
"Ify temen sekelas Rio.kamu?" jawab Ify ssmbil tersenyum kecil. Lucu juga nih adiknya Rio.
"Ohh. AKu Keke, sekolah di SMP Fariast. kelas IX-2. Adiknya kak Rio" jawab Keke panjang lebar. Ify tersenyum kecil. Ga salah lagi. ini pasti keke yang namanya ada di puisi bikinan OZy.
"Sekelas ya sama Ozy?" tanya Ify lagi. Keke mengangguk dengan semangat.
"ya ampun kak.. orangnya nyebeliiinnn banget! masa dia ngebuat puisi yang ngeledekin anak-anak sekelas? mana bilangnya Pipi keke bulet lagi!" cerocos keke.
"emang bulet kali Ke" timpal Rio.
"uhhh. kakak diem deh! eh, ngomong-ngomong kok kak Ify kenal Ozy?" tanya Keke ke Ify.
"ya iya lah.. orang dia adek aku" jawab Ify santai. Keke melongo.
"kandung?" tanya Keke lagi. Ify mengangguk. keke makin ga percaya.
"masa sih OZy punya kakak secantik ini?" Ify tersenyum malu mendengar ucapan Keke yang barusan.
"Tapi kayaknya kelakuannya sama deh ke..." Timpal Rio.
* * *
Ify turun dari motor Rio. Kemudian tersenyum.
"Thanks ya Yo." Ucap Ify. Rio mengangguk.
"Lain kali, jangan jalan ke daerah yang gak lo kenal." saran Rio. Ify mengangguk.
"Itu kan gara-gara lo juga......" sambung Ify. Rio tersnyum kecil. Kemudian menepuk puncak kepala Ify.
"Lo kayak anak kecil tau ga?" ucap Rio sambil tersenyum miring. Ify manyun.
"Oh iya. Sebenernya... kenapa lo nyanyiin lagu itu buat gue tadi?" tanya Ify. Tangan Rio masih dipuncak kepalanya.
"Permintaan maaf gue. Lo mau maafin gue kan? Gue tadi emosi banget sih” ucap Rio sambil menatap Ify dalam. Ify jadi salah tingkah.
“hmmm. Gimana yah??” Ify sok jual mahal. Padahal dalam hati seneng banget. Apalagi kalo nginget lagu Rio tadi. Rio menanti dengan cemas. Jujur, dia takut cewek ini marah lagi sama dia.
"Ya udah deh, berhubung lagu lo bagus. Gua maafin" ucap Ify sambil tersenyum. Rio kemudian mengacak-ngacak rambut Ify.
"Thanks Fy." Bisik Rio.
"Arggghhhh Rambut gue berantakan!!!!!!!!!" Teriak Ify kesal. Rio menjulurkan lidah.
"Bye"
"Bye"
* * *
Ify memasuki sekolah dengan riang. Sepanjang jalan, dia nyanyiin lagunya Justin bieber-one time. Tapi pas dikoridor dia papasan sama Debo. Si Penyebar foto-foto itu. Ify berhenti. menatap cowok itu tajam. Tapi cowok itu malah tersenyum
"Lo manis kalo senyum" Ucap Debo. Ify tersenyum tipis.
"So? Lo mau foto gue gitu?" tanya Ify pede. Senyum cowok itu makin terkembang.
"kalo lo mau...." Ify tersenyum sinis.
"Sayangnya gue ga mau!" Ucap Ify ketus kemudian melewati cowok itu. Tapi cowok itu menahan lengan Ify.
"lepasin! Jangan kurang ajar deh!" Marah Ify.
"Lo masih berharap sama cowo itu? Lo ga denger kemarin dia bilang apa? Dia ga suka sama elo!" Ucap debo keras. Ify menyentakan tangan Debo.
"Oh ya? dia mau suka ato ngga sama gue. Toh, itu bukan urusan elo!" seru Ify kesal.
"emang lo suka sama dia?" tanya Debo. Telak.Ify hanya tersenyum tipis.
"Apa pedui lo?" kali ini Ify betul-betul berjalan meninggalkan cowok itu.
Sementara tu, gak jauh dari tempat Ify dan Debo berantem tadi, seseorang memperhatikan mereka. orang itu kemudian berjalan menghampiri Debo, pas Ify udah ninggalin Debo.
"terima kekalahan elo" ejek Rio.
"Gue belum kalah!" seru Debo kesal.
"Tapi lo bakalan kalah" Ucap Rio sambil menepuk pundak Debo. Kemudian meninggakan Debo. "gue orangnya santai aja. Dan step by step, gue udah jauh didepan elo" tambah Rio. Debo merutuk kesal. Dia pikir dia udah bisa misahin Ify sama Rio. Tapi kayaknya mereka msih biasa-biasa aja tuh.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
Cinta Si Nyolot Dan Mr. Perfect Part18 (repost)
Ify menatap cowok disampingnya yang kayaknya ga begitu merhatiin kalo dari tadi, Ify udah kayak cacing kepanasan gara-gara sibuk mikirin cara yang tepat buat ngusir kunyuk yang ga lain dan ga bukan itu Rio, yang lagi duduk disamping dia, dengan santai memainkan Blackberrynya.
Ify melotot ke Sivia dan Alvin seolah lagi nge-judge mereka berdua dengan tatapannya. Minta pertanggung jawaban mereka berdua. Tapi Alvin hanya mengedikan bahu. Sivia hanya menggeleng pelan. Ify udah mau ngamuk-ngamuk. tapi berhubung Rio masih adem ayem disamping dia, dia terpaksa ga teriak-treriak buat marah-marahin Alvin dan Sivia. Dia duduk kembali. Membuka tasnya dan mengambil I-Phone nya. Mulai meng-sms Sivia
To: Sivia imut bawel
Via!! Balik ke tempat duduk lo! SEKARANG!
From: Sivia Imut Bawel
Duh, lo liat sendiri kan? Rio ga mau minggir dari situ! @_@
To: Sivia Imut Bawel
Ga mau tau!! paksa aja deh, dia pasti langsung cabut. ini kan tempat elo!
From: Sivia Imut Bawel
kaga berani gue Fy... lo yang galak aja takut, apalagi gue.
Ify mendengus pelan. Sivia ga berani. dan ga mungkin berani. Ify mulai memencet-mecet I-Phone nya lagi
To: Alvin Limbad Sipit
Vin!!! Balikin temen elo ke alamnya!!
Alvin melirik Ify sebentar. kemudian membalas sms Ify.
From: Alvin Limbad Sipit
Sorry Fy, Si Rio kalo udah gak gerak-gerak lagi. artinya ga mau diganggu.
Ify mendelik kesal ngebaca baesan Alvin.
To:Alvin Limbad Sipit
kalo gak gerak-gerak artinya dia udah mati tau! ayo doong. bisa stres gue kalo dia duduk disini.
From: Alvin Limbad Sipit
Tenang aja Fy, Rio gak bakal ngapa-ngapain lo. dia adem-ayem aja tuh
Ify menatap tajam Alvin. Kalo di kartun-kartun, udah ada api tuh dimata Ify. Avin menatap Ify seolah menenangkan. Tapi Ify malah manyun sejadi-jadinya. emang si rio belum ngapa-ngapain. tapi dia udah malas buat nyari gara-gara sama cowo satu ini. entah kenapa....
Sementara itu, diam-diam, Rio memperhatikan cewek disebelahnya, yang udah kayak cacing kepanasan. Melotot ke arah Sivia dan Alvin, melotot ke I-Phone nya. Komat-kamit gak jelas. Diam-diam Rio tersenyum tipis. Lucu juga ngeliat cewek itu kesal. meskipun itu adalah salah satu ekspresi yang paling sering dia liat pas berhadapan sama Ify, dia ga pernah bosen sama ekspresi itu. Malah terkesan menyukai ekspresi itu.
Ify mulai mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya. Menandakan kalo dia mulai boring dan marah. Semakin lama ketukannnya semakin cepat. tek,tek,tek,tek,tek. Dan terkahir Brakkkkkkkkkkkkkk. Ify menggebrak mejanya. Dia sendiri bingung kenapa menggebrak mejanya sendiri. Ify melihat sekitar. Semua anak lagi ngeliatin dia sekarang. Ify cuma bisa cengengesan ga jelas. Kemudian menunduk menahan malu.
"Lo udah sinting ya? tau-tau ngegebrak meja."Rio mulai ngomong. Ify menatap cowok itu sebentar.
"Bukan urusan lo" jawab Ify
"ya, emang gue ga berurusan sama orang sinting" ucap Rio sambil tetep fokus ke HPnya.
Ify mendelik. hei? inikah cowok yang ngebuat perasaan dia ga karuan kemaren? yang ngebuat dia ngersa punya perasaan yang sama bahkan lebih kayak perasaan ke kak Gabriel? cowok rese yahng satu ini? Behhhh, kayaknya Ify betul-betul kerasukan dihutan kemarin.
"yang sinting itu elo" gumam Ify pelan. Rio berbalik ke Ify.
"gue denger". Ify juga berbalik menatap Rio. Mata Rio yang tajam (setajam Silet hue) menatap Ify. Ify bisa merasakan pipinya memanas. Gimana nggak? Rio ngeliat dia dengan tatapan yang bisa bikin cewe-cewe fans dia meleleh.
"Jangan ngeliatin gue kayak gitu" ucap Ify sambil membuang muka. Rio tersenyum tipis. Dia tau wajah cewek itu sempat merah tadi.
"muka lo merah tuh" ucap Rio. Dan.. sekali lagi, eajah Ify memerah kembali.
'Damn!'rutuk Ify dalam hati.
* * *
Ozy udah berdiri diepan kelas. Sambil tersenyum jahil. Anak-anak sekelas mulai menahan napas. Berharap Ozy ga ngebuat "sekuel" dari puisi waktu itu. atau seenggak-enggaknya, nama mereka ngga tercantum disana. Tapi begitu melihat senyum Ozy yang manis dan mematikan itu..... udah pasti ada yang ga beres.
"baiklah Ozy, kamu mau baca puisi apa?" tanya Bu Uccie. Ozy hanya tersenyum simpul. Sok pake rahasia-rahasiaan.
"nanti ibu denger aja deh. Bagus kok puisinya. Saya bikin jam 12 malam, ditemani kopi bikinan Kuntilanak, humornya pak pocong, sama kitikannya tuyul hehehe" jawab Ozy.
"Ya ampun. pertanda ga baik nih." keluh Keke.
"ya iyalah, dia nyusun bareng setan... mau baik darimana?" sambung Deva.
"Pasti kita masuk lagi deh" sambung Nyopon juga. Udah ada perasaan ga enak yang muncul. Pasti si Ozy bakal naruh nama nyopon, deva sama keke tuh. itu kan wajib banget.
Ozy berdehem. Anak-anak lain udah mulai komat-kamit ngucap doa. Deva udah mulai melotot make matanya yang 1000 watt itu. Si Keke nyiapin kemoceng buat dilepmparin tuh Si Ozy kalo namanya disebut. Si Nyopon udah kayak cacing kepanasan.
"silahkan mulai OZy" bu Uccie mempersilahkan. Ozy mengangguk. Mulai membaca.
"UNTITLE" OZy Mulai ngebaca judulnya.
"Dikelas gue ada Deva yang matanya bulet Kalo si Keke pipinya bulet Si Nyopon kayak ulet Kalo Acha Cantik banget"
"Huuuuu" Anak-anak sekelas nyorakin Ozy. Acha menunduk malu. Keke udah ancang-ancang sama kemocengnya. mata deva udah ngabisin energi PLN se-jawa-bali. Nyopon jatuh dari tempat duduknya gara-gara duduk ga tenang dari tadi.
"Si Gita Tipis kayak Penggaris Iyan giginya laris patton item ga manis abang Oji manis abis"
Huuuuuuuuuuuu kali ini sorakan anak-anak sekelas lebih bergemuruh lagi. Gita udah nyiapin penggaris buat motong-motong OZy kalau dia balik ke tempat duduknya. Si patton hanya komat-kamit ga jelas. Sedangkan Iyan mengambil kaca dan memperhatikan giginya yang hampir semua palsu.
Anak-anak yang lain berdoa mengucap syukur. soalnya mereka ngeliat Ozy yang udah balik ketempat duduknya. yang berati.... nama mereka ga ada!! horeeeee.
OZy berjalan dengan santai ketempat duduknya. begitu duduk Brrrrrrrrr! petir nyamber. Alias si deva nyamber. Si Keke mukulin pake kemoceng, si gita make penggaris, sedangkan Nyopon naruh ulet dimeja Ozy (nah? uletnya muncul dari mana??-_-).
* * *
Ify, bareng Sivia, Agni, Nova, Oik Dan Oliv ke kantin. Dan seperti biasa, kalo udah dikantin, pasti pada ngegosip. Dan yang paling semangat nanya-nanya ya si Nova.
"Eh, tadi kenapa tuh lo bis duduk sama Rio?" tanya Nova smbil menggulung Mie ayam nya di garpu.
"Bukan mau gue. Tuh tanyain aja ke Via. Dia yang duduk duluan sama si limbad. Makanya Rio duduk sama gue." ucap Ify smabi menunjuk sivia. Nove beralih ke Sivia. Dan langsung nyerocos.
"Kok bisa sih lo duduk sama orang yang ngomongnya paling irit kayak dia?" tanya Nova.
"Mmmm, ceritanya panjang deh..." jawab Sivia, sambi mikirin kejadian sebenernya tadi pagi.
FLASHBACK<<<
Sivia memasuki kelas. dan langsung menghampiri "sahabat" masa kecilnya. Alvin. Dia betul-betul penasaran. Apa dia betul-betul dekat sama Alvin? Lagian dia juga mau nyanyain ALvin soal surat impian maa kecil itu.
"Pagi" sapa Sivia sambil duduk disamping Alvin. Kebetulan yang punya belum datang. teman sebangku Sivia, Ify juga belum datang. Alvin berbalik. Kemudian tesenyum tipis.
"Pagi" sapa Alvin balik. "Kenapa?"
"Mmmm, mau liat kertas yang kemarin doongg" pinta Sivia.
"Yang mana?" tanya Alvin pura-pura bego. Sivia memutar bola mata.
"Yah, yang impian itu lohhhh" jawab Sivia. Alvin memiringkan kepalanya sebentar. Kemudian menggeleng.
"Ngga ah. Itu ga boleh dibaca ama siapapun kecuali gue" jawab Alvin santai. Sivia manyun.
"Pelit" Sivia menjulurkan lidah. "ya udah. Gue nanya-nanya aja deh. Harus djawab dengan jujur. Ceritanya musti panjang. dan ga boleh bilang 'udah lupa' yang amnesia kan gue bukan elo" cerocos Sivia. Alvin hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.
AKhirnya, Sivia mulai bertanya. Alvin ngejawab, dan mulai nyeritain sedikit-sedikit. Sesekali mereka berdua ketawa bareng. Sampai ga nyadar kalo kelas yang tadinya masih kosong udah hampir penuh. Sivia juga ga sadar kalo sahabatnya udah datang. Dan terkahir, Sivia ga yadar kalo pelajaran udah akan dimulai. Dan Bu Winda. Wali kelas mereka yang super bawel dan galak itu, udah masuk kekelas.
Sivia menoleh keamping. Kagetnya gak habis-habis. Soalnya, Rio-yang notabene rival Ify. Udah duduk manis ditempat disamping Ify. Yang gak lain tempat Sivia.Sivia mengerjapkan mata. Berusaha meyakinkan diri kalo itu emang Rio. Waktu Sivia pengen balik ketempat duduknya. Malah gak bisa. Jadilah Sivia duduk sama Alvin. Dan Rio duduk sama si Ify.
FLASHBACK END
Sivia tersenyum tipis kalo nginget kejadian itu lucu juga. Si Ify keliatan banget keselnya.
“yah.. nih anak enyum-senyum lagi! Woyy!” tegur Agni. Menyadarkan Sivia.
"kenapa lo Vi? Hayoo tadi ngapain sama Alvin??" Goda Nova. Wajah Sivia kontan memerah.
"Ngga!" elak Sivia.
"Ngga kok merah mukanya" Oliv ikut-ikutan ngeledek.
"Gue balik kekelas" Oik berdiri, kemudian berjalan keluar kantin. Semua menatap heran ke Oik.
"Oik kenapa?" tanya Ify heran.
Semuanya kompak menggeleng.
"Mungkin lagi ga nafsu makan kali"
* * *
Dari luar kantin. Seseorang sedang memegang kamera nya sambil tersenyum, dai mengangkat kameranya. Mulai memotret.
"Ekspresi dia kalo lagi bareng temen-temennya beda. Keliatan natural banget" ucapnya sambil memotret lagi.
Di sisi lain dikoridor, Alvin dan Rio jalan mau kekantin. Barengan. Rio mengedarkan pandangan sewaktu udah mendekati kantin. Dia memngangkat alis pas ngeliat seorang cowo yang lagi megang kamera dan motret. Rio mendekati cowok tu. Alvin mengikuti Rio dari belakang. Rio mengikuti arah pandang cowok itu. Objek foto cowok itu adalah.... Ify. Rio membelalakan mata. Seketika dia inget kejadian foto-foto Ify yang ada dimading. Dengan cepat dia membalik badan cowok itu.
"Ngapain lo?" tanya Rio dingin. Cowok itu kaget. Tapi berusaha tenang.
"Bukan urusan lo" jawab Cowok itu ketus sambil berusaha melewati Rio. Dia berusaha ngelindungin kameranya. Tapi keburu direbut ama Rio. Cowok itu membelalakan mata. "balikin kamera gue!" Ucap cowok itu.
"Gue cuma mau liat-liat" jawab Rio santai sambil menyalakan kamera itu. Cowok itu berusaha merebut. Tapi Cowok itu kalah tinggi ama Rio. Rio mengangkat kamera itu tinggi-tinngi. Kemudian menatap cowok itu tajam.
"Kalo emang ga ada yang aneh-aneh. Biarin gue liat!" Ucap Rio. Cowok itu langsung mematung. Rio mulai melihat-lihat foto-foto yang ada didalam kamera itu.
Rio mengangkat alis. Heran. Hampir semua foto-foto didalam kamera itu objeknya adalah Ify.
Alvin juga ikut ngeliat. Gak kalah kagetnya sama Rio. Yang paling bikin Rio kaget. Semua foto yang ditempel dimading waktu itu ada di dalam kamera itu. Rio menatap cowok itu tajam sekali lagi.
"Kenapa foto-foto ini ada sama elo? Foto ini elo yang ambil dan nyebarin?" tanya Rio . Cowok itu mengambil kembali kameranya.
"Bukan urusan lo!" Ucapnya. Kemudian berbalik. mau kabur lagi. Rio menahan cowok itu.
"Lo suka sama Ify?" pertanyaan Rio itu ngebuat cowok itu berbalik.
"Kalo iya kenapa?" jawab Cowok itu.
*Buggghhh* Rio menonjok cowok itu sampai terjatuh. kemudian mencengkram kerah baju cowok itu.
"Kalo elo suka sama dia. Ngapain lo ngebuat dia susah? seneng lo ngeliatin dia dikatain sama satu sekolahan? Hah?" Ucap Rio geram.
"Gue ga suka ngeliat dia deket sama cowok lain!" Ucap cowok itu sambil mencoba berdiri. Udah banyak anak-anak yang ngelilingin mereka.
"Kekanak-kanakan lo!" Bogem Rio udah hampir mendarat di wajah cowok itu. Tapi ditahan sama Alvin.
"Udahlah bro" Alvin menenangkan. Anak-anak disitu makin astik menonton.
"Dasar Psycho! Apa lo gak mikirin dampak buat dia? Egois banget lo" Ucap Rio sambil membersihkan lengan bajunya. Cowok itu berusaha berdiri.
Sementara itu, Ify Cs yang lagi dikantin, ngeliat keramaian di depan kantin.
"eh? itu kenapa tuh?" Ucap Oliv sambil menunjuk ke depan. Mereka kompak berbalik.
"eh? Kayaknya itu Rio deh! eh? Rio berantem?" ucap Nova sambil menunjuk-nunjuk ke depan kantin.
"Hah? Rio berantem? Wah.. ga ngajak-ngajak nih!" Ucap Agni sambil berdiri kemudian keluar kantin. Ify, Sivia, Oliv dan Nova mengikuti Agni.
Ify menerobos agar sampai ditengah kerumunan orang-orang tersebut. Dan sangat kaget pas ngeliat Rio ditengah kerumunan orag itu bersama seorang cowok. Rio mengepalkan tangan.
"apa peduli lo sama dia? Gue hanya mau ngebuat dia jauh sama elo dan temen lo! Supaya dia bisa nyadarin kalo ada gue yang lebih baik dan lebih care sama dia!" Ucap cowok itu. sekarang dia udah berhadap-hadapan sama Rio.
"Lo gak bisa nyari cara yang lebih gentle? hah?" tanya Rio. Kalo aja ini bukan disekolah, dan ga banyak yang ngeliat kayak ini, pasti rio udah nonjok dia lagi.
Pas cowok itu mau ngejawab, dia nggak sengaja ngeliat Ify yang berdiri dibelakang Rio. Rio ga sadar karna dia ngebelakangin Ify. Dia tersenyum Picik.
"Elo yang gak gentle. Pura-pura ga suka sama dia. Tapi kenyataannya? lo marah sama gue. itu nandain kalo lo suka sama dia. Tapi lo ga berani ngungkapin itu semua!"balas cowok itu. Rio jadi salah tingkah.
Ify yang ada dibelakang Rio gak ngerti.apa yang lagi diributin dua cowok ini. Dia menyikut Alvin.
"GUE GAK SUKA SAMA DIA! GUE CUMA KASIAN AMA DIA! JADI KORBAN KEGILAAN LO!" ucap Rio tegas dan keras,
"Vin? Ini kenapa sih?" tanya Ify ke Alvin berbalik.
"Ify?" Ucap Alvin kaget. mendengar nama Ify disebut. Rio berbalik. Seketika wajahnya memucat. smentara itu, Ify yang ga ngerti hanya memandang Alvin dan Rio bergantian dengan heran. kenapa dua cwok ini kaget banget pas ngeliat dia.
Rio meraih tangan Ify. Membawa Ify keluar dari kerumunan. Yang nonton hanya bisa heran ngeliat perkelahian yang endingnya ga jelas. Cowok itu sendiri tersenyum puas. Merasa rencananya berhasil.
* * *
Ify menyentakan tangannya yangsedari tadi dicengkram Rio keras-keras.
"itu tadi kenapa sih?" Tanya Ify sambil mengelus tangannya yang memerah gara-gara dicengkram Rio.
"Lo kenal siapa cowok tadi?" tanya Rio sambil menatap Ify tajam. Ify menggeleng pelan. "betul?" tanya Rio sekali lagi. Ify menggeleng lagi.
"emang dia siapa?" tanya Ify. Rio menatap Ify.
"Lo udah tau siapa yang masang foto-foto dimading itu?" Ify menggeleng lagi."Cowok itu. Dia yang ngefotoin sekaligus nyebarin" ucap Rio. Ify membelalakan matanya.
"hah??? di di, dia???" Ify tampak kaget. Rio mengangguk. Ify mengepalkan tangannya. Berjalan ke tempat tadi.
"Lo mau kemana?" tanya Rio.
"Gue mau bikin perhitungan sama dia!" Ucap Ify sambil terus berjalan. Tapi Rio mencengkram Ify.
"Ga usah." ucap Rio smbil menatap Ify tajam.
"kenapa?" Masuk aja kekelas. Udah mau bel" habis Rio ngomong kayak gitu.bell berbunyi.
* * *
Cowok itu siapa sih? ngeselin banget!!" dumel Ify pas udah pulang skolah.
"Yang mana Fy??" tanya Cakka yang ngebalikin pulpen Ify.
"Itu.. yang tadi berantem sama Rio." jawab Ify sambil memasang wajah kesal.
"Ohh... itu Debo. Anak kelas 10-5. Kenapa emangnya?" tanya Cakka balik.
"Dia yang nyebarin foto gue sama Rio, Alvin dan Kak Iyel yang waktu itu" jawab Ify kesal. sewaktu menyelempangkan tasnya, Ify teringat pembiacaraan Rio dan Debo tadi.
"Elo yang gak gentle. Pura-pura ga suka sama dia. Tapi kenyataannya? lo marah sama gue. itu nandain kalo lo suka sama dia. Tapi lo ga berani ngungkapin itu semua!"ucap Debo
"GUE GAK SUKA SAMA DIA! GUE CUMA KASIAN AMA DIA! JADI KORBAN KEGILAAN LO!" Bales Rio Entah kenapa, perasaan Ify jadi gak menentu. sakit. Itu yang dia rasain. Dia udah tau kalo Rio nggak suka sama dia. Tapi kenapa ngomongnya musti gitu-gitu amat?
Ify duduk kembali ketempat duduknya. Dia jadi ga semangat. Padahal tadi dia udah pengen ngelabrak cowok sialan itu.
"Jadi, bikin perhitungan sama dia?" tanya Rio. Ify mendongak. Menatap Rio sinis.
"nggak usah" jawab Ify kemudian berjalan keluar kelas. Ninggalin Rio. Rio hanya menatap aneh Ify. Kemudian berbalik ke Alvin.
"vin. Tadi Ify denger?" tanya Rio. Alvin terdiam sebentar. kemudian menangguk. Rio menghela napas. Dia udah bersikap bodoh.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
Ify melotot ke Sivia dan Alvin seolah lagi nge-judge mereka berdua dengan tatapannya. Minta pertanggung jawaban mereka berdua. Tapi Alvin hanya mengedikan bahu. Sivia hanya menggeleng pelan. Ify udah mau ngamuk-ngamuk. tapi berhubung Rio masih adem ayem disamping dia, dia terpaksa ga teriak-treriak buat marah-marahin Alvin dan Sivia. Dia duduk kembali. Membuka tasnya dan mengambil I-Phone nya. Mulai meng-sms Sivia
To: Sivia imut bawel
Via!! Balik ke tempat duduk lo! SEKARANG!
From: Sivia Imut Bawel
Duh, lo liat sendiri kan? Rio ga mau minggir dari situ! @_@
To: Sivia Imut Bawel
Ga mau tau!! paksa aja deh, dia pasti langsung cabut. ini kan tempat elo!
From: Sivia Imut Bawel
kaga berani gue Fy... lo yang galak aja takut, apalagi gue.
Ify mendengus pelan. Sivia ga berani. dan ga mungkin berani. Ify mulai memencet-mecet I-Phone nya lagi
To: Alvin Limbad Sipit
Vin!!! Balikin temen elo ke alamnya!!
Alvin melirik Ify sebentar. kemudian membalas sms Ify.
From: Alvin Limbad Sipit
Sorry Fy, Si Rio kalo udah gak gerak-gerak lagi. artinya ga mau diganggu.
Ify mendelik kesal ngebaca baesan Alvin.
To:Alvin Limbad Sipit
kalo gak gerak-gerak artinya dia udah mati tau! ayo doong. bisa stres gue kalo dia duduk disini.
From: Alvin Limbad Sipit
Tenang aja Fy, Rio gak bakal ngapa-ngapain lo. dia adem-ayem aja tuh
Ify menatap tajam Alvin. Kalo di kartun-kartun, udah ada api tuh dimata Ify. Avin menatap Ify seolah menenangkan. Tapi Ify malah manyun sejadi-jadinya. emang si rio belum ngapa-ngapain. tapi dia udah malas buat nyari gara-gara sama cowo satu ini. entah kenapa....
Sementara itu, diam-diam, Rio memperhatikan cewek disebelahnya, yang udah kayak cacing kepanasan. Melotot ke arah Sivia dan Alvin, melotot ke I-Phone nya. Komat-kamit gak jelas. Diam-diam Rio tersenyum tipis. Lucu juga ngeliat cewek itu kesal. meskipun itu adalah salah satu ekspresi yang paling sering dia liat pas berhadapan sama Ify, dia ga pernah bosen sama ekspresi itu. Malah terkesan menyukai ekspresi itu.
Ify mulai mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya. Menandakan kalo dia mulai boring dan marah. Semakin lama ketukannnya semakin cepat. tek,tek,tek,tek,tek. Dan terkahir Brakkkkkkkkkkkkkk. Ify menggebrak mejanya. Dia sendiri bingung kenapa menggebrak mejanya sendiri. Ify melihat sekitar. Semua anak lagi ngeliatin dia sekarang. Ify cuma bisa cengengesan ga jelas. Kemudian menunduk menahan malu.
"Lo udah sinting ya? tau-tau ngegebrak meja."Rio mulai ngomong. Ify menatap cowok itu sebentar.
"Bukan urusan lo" jawab Ify
"ya, emang gue ga berurusan sama orang sinting" ucap Rio sambil tetep fokus ke HPnya.
Ify mendelik. hei? inikah cowok yang ngebuat perasaan dia ga karuan kemaren? yang ngebuat dia ngersa punya perasaan yang sama bahkan lebih kayak perasaan ke kak Gabriel? cowok rese yahng satu ini? Behhhh, kayaknya Ify betul-betul kerasukan dihutan kemarin.
"yang sinting itu elo" gumam Ify pelan. Rio berbalik ke Ify.
"gue denger". Ify juga berbalik menatap Rio. Mata Rio yang tajam (setajam Silet hue) menatap Ify. Ify bisa merasakan pipinya memanas. Gimana nggak? Rio ngeliat dia dengan tatapan yang bisa bikin cewe-cewe fans dia meleleh.
"Jangan ngeliatin gue kayak gitu" ucap Ify sambil membuang muka. Rio tersenyum tipis. Dia tau wajah cewek itu sempat merah tadi.
"muka lo merah tuh" ucap Rio. Dan.. sekali lagi, eajah Ify memerah kembali.
'Damn!'rutuk Ify dalam hati.
* * *
Ozy udah berdiri diepan kelas. Sambil tersenyum jahil. Anak-anak sekelas mulai menahan napas. Berharap Ozy ga ngebuat "sekuel" dari puisi waktu itu. atau seenggak-enggaknya, nama mereka ngga tercantum disana. Tapi begitu melihat senyum Ozy yang manis dan mematikan itu..... udah pasti ada yang ga beres.
"baiklah Ozy, kamu mau baca puisi apa?" tanya Bu Uccie. Ozy hanya tersenyum simpul. Sok pake rahasia-rahasiaan.
"nanti ibu denger aja deh. Bagus kok puisinya. Saya bikin jam 12 malam, ditemani kopi bikinan Kuntilanak, humornya pak pocong, sama kitikannya tuyul hehehe" jawab Ozy.
"Ya ampun. pertanda ga baik nih." keluh Keke.
"ya iyalah, dia nyusun bareng setan... mau baik darimana?" sambung Deva.
"Pasti kita masuk lagi deh" sambung Nyopon juga. Udah ada perasaan ga enak yang muncul. Pasti si Ozy bakal naruh nama nyopon, deva sama keke tuh. itu kan wajib banget.
Ozy berdehem. Anak-anak lain udah mulai komat-kamit ngucap doa. Deva udah mulai melotot make matanya yang 1000 watt itu. Si Keke nyiapin kemoceng buat dilepmparin tuh Si Ozy kalo namanya disebut. Si Nyopon udah kayak cacing kepanasan.
"silahkan mulai OZy" bu Uccie mempersilahkan. Ozy mengangguk. Mulai membaca.
"UNTITLE" OZy Mulai ngebaca judulnya.
"Dikelas gue ada Deva yang matanya bulet Kalo si Keke pipinya bulet Si Nyopon kayak ulet Kalo Acha Cantik banget"
"Huuuuu" Anak-anak sekelas nyorakin Ozy. Acha menunduk malu. Keke udah ancang-ancang sama kemocengnya. mata deva udah ngabisin energi PLN se-jawa-bali. Nyopon jatuh dari tempat duduknya gara-gara duduk ga tenang dari tadi.
"Si Gita Tipis kayak Penggaris Iyan giginya laris patton item ga manis abang Oji manis abis"
Huuuuuuuuuuuu kali ini sorakan anak-anak sekelas lebih bergemuruh lagi. Gita udah nyiapin penggaris buat motong-motong OZy kalau dia balik ke tempat duduknya. Si patton hanya komat-kamit ga jelas. Sedangkan Iyan mengambil kaca dan memperhatikan giginya yang hampir semua palsu.
Anak-anak yang lain berdoa mengucap syukur. soalnya mereka ngeliat Ozy yang udah balik ketempat duduknya. yang berati.... nama mereka ga ada!! horeeeee.
OZy berjalan dengan santai ketempat duduknya. begitu duduk Brrrrrrrrr! petir nyamber. Alias si deva nyamber. Si Keke mukulin pake kemoceng, si gita make penggaris, sedangkan Nyopon naruh ulet dimeja Ozy (nah? uletnya muncul dari mana??-_-).
* * *
Ify, bareng Sivia, Agni, Nova, Oik Dan Oliv ke kantin. Dan seperti biasa, kalo udah dikantin, pasti pada ngegosip. Dan yang paling semangat nanya-nanya ya si Nova.
"Eh, tadi kenapa tuh lo bis duduk sama Rio?" tanya Nova smbil menggulung Mie ayam nya di garpu.
"Bukan mau gue. Tuh tanyain aja ke Via. Dia yang duduk duluan sama si limbad. Makanya Rio duduk sama gue." ucap Ify smabi menunjuk sivia. Nove beralih ke Sivia. Dan langsung nyerocos.
"Kok bisa sih lo duduk sama orang yang ngomongnya paling irit kayak dia?" tanya Nova.
"Mmmm, ceritanya panjang deh..." jawab Sivia, sambi mikirin kejadian sebenernya tadi pagi.
FLASHBACK<<<
Sivia memasuki kelas. dan langsung menghampiri "sahabat" masa kecilnya. Alvin. Dia betul-betul penasaran. Apa dia betul-betul dekat sama Alvin? Lagian dia juga mau nyanyain ALvin soal surat impian maa kecil itu.
"Pagi" sapa Sivia sambil duduk disamping Alvin. Kebetulan yang punya belum datang. teman sebangku Sivia, Ify juga belum datang. Alvin berbalik. Kemudian tesenyum tipis.
"Pagi" sapa Alvin balik. "Kenapa?"
"Mmmm, mau liat kertas yang kemarin doongg" pinta Sivia.
"Yang mana?" tanya Alvin pura-pura bego. Sivia memutar bola mata.
"Yah, yang impian itu lohhhh" jawab Sivia. Alvin memiringkan kepalanya sebentar. Kemudian menggeleng.
"Ngga ah. Itu ga boleh dibaca ama siapapun kecuali gue" jawab Alvin santai. Sivia manyun.
"Pelit" Sivia menjulurkan lidah. "ya udah. Gue nanya-nanya aja deh. Harus djawab dengan jujur. Ceritanya musti panjang. dan ga boleh bilang 'udah lupa' yang amnesia kan gue bukan elo" cerocos Sivia. Alvin hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.
AKhirnya, Sivia mulai bertanya. Alvin ngejawab, dan mulai nyeritain sedikit-sedikit. Sesekali mereka berdua ketawa bareng. Sampai ga nyadar kalo kelas yang tadinya masih kosong udah hampir penuh. Sivia juga ga sadar kalo sahabatnya udah datang. Dan terkahir, Sivia ga yadar kalo pelajaran udah akan dimulai. Dan Bu Winda. Wali kelas mereka yang super bawel dan galak itu, udah masuk kekelas.
Sivia menoleh keamping. Kagetnya gak habis-habis. Soalnya, Rio-yang notabene rival Ify. Udah duduk manis ditempat disamping Ify. Yang gak lain tempat Sivia.Sivia mengerjapkan mata. Berusaha meyakinkan diri kalo itu emang Rio. Waktu Sivia pengen balik ketempat duduknya. Malah gak bisa. Jadilah Sivia duduk sama Alvin. Dan Rio duduk sama si Ify.
FLASHBACK END
Sivia tersenyum tipis kalo nginget kejadian itu lucu juga. Si Ify keliatan banget keselnya.
“yah.. nih anak enyum-senyum lagi! Woyy!” tegur Agni. Menyadarkan Sivia.
"kenapa lo Vi? Hayoo tadi ngapain sama Alvin??" Goda Nova. Wajah Sivia kontan memerah.
"Ngga!" elak Sivia.
"Ngga kok merah mukanya" Oliv ikut-ikutan ngeledek.
"Gue balik kekelas" Oik berdiri, kemudian berjalan keluar kantin. Semua menatap heran ke Oik.
"Oik kenapa?" tanya Ify heran.
Semuanya kompak menggeleng.
"Mungkin lagi ga nafsu makan kali"
* * *
Dari luar kantin. Seseorang sedang memegang kamera nya sambil tersenyum, dai mengangkat kameranya. Mulai memotret.
"Ekspresi dia kalo lagi bareng temen-temennya beda. Keliatan natural banget" ucapnya sambil memotret lagi.
Di sisi lain dikoridor, Alvin dan Rio jalan mau kekantin. Barengan. Rio mengedarkan pandangan sewaktu udah mendekati kantin. Dia memngangkat alis pas ngeliat seorang cowo yang lagi megang kamera dan motret. Rio mendekati cowok tu. Alvin mengikuti Rio dari belakang. Rio mengikuti arah pandang cowok itu. Objek foto cowok itu adalah.... Ify. Rio membelalakan mata. Seketika dia inget kejadian foto-foto Ify yang ada dimading. Dengan cepat dia membalik badan cowok itu.
"Ngapain lo?" tanya Rio dingin. Cowok itu kaget. Tapi berusaha tenang.
"Bukan urusan lo" jawab Cowok itu ketus sambil berusaha melewati Rio. Dia berusaha ngelindungin kameranya. Tapi keburu direbut ama Rio. Cowok itu membelalakan mata. "balikin kamera gue!" Ucap cowok itu.
"Gue cuma mau liat-liat" jawab Rio santai sambil menyalakan kamera itu. Cowok itu berusaha merebut. Tapi Cowok itu kalah tinggi ama Rio. Rio mengangkat kamera itu tinggi-tinngi. Kemudian menatap cowok itu tajam.
"Kalo emang ga ada yang aneh-aneh. Biarin gue liat!" Ucap Rio. Cowok itu langsung mematung. Rio mulai melihat-lihat foto-foto yang ada didalam kamera itu.
Rio mengangkat alis. Heran. Hampir semua foto-foto didalam kamera itu objeknya adalah Ify.
Alvin juga ikut ngeliat. Gak kalah kagetnya sama Rio. Yang paling bikin Rio kaget. Semua foto yang ditempel dimading waktu itu ada di dalam kamera itu. Rio menatap cowok itu tajam sekali lagi.
"Kenapa foto-foto ini ada sama elo? Foto ini elo yang ambil dan nyebarin?" tanya Rio . Cowok itu mengambil kembali kameranya.
"Bukan urusan lo!" Ucapnya. Kemudian berbalik. mau kabur lagi. Rio menahan cowok itu.
"Lo suka sama Ify?" pertanyaan Rio itu ngebuat cowok itu berbalik.
"Kalo iya kenapa?" jawab Cowok itu.
*Buggghhh* Rio menonjok cowok itu sampai terjatuh. kemudian mencengkram kerah baju cowok itu.
"Kalo elo suka sama dia. Ngapain lo ngebuat dia susah? seneng lo ngeliatin dia dikatain sama satu sekolahan? Hah?" Ucap Rio geram.
"Gue ga suka ngeliat dia deket sama cowok lain!" Ucap cowok itu sambil mencoba berdiri. Udah banyak anak-anak yang ngelilingin mereka.
"Kekanak-kanakan lo!" Bogem Rio udah hampir mendarat di wajah cowok itu. Tapi ditahan sama Alvin.
"Udahlah bro" Alvin menenangkan. Anak-anak disitu makin astik menonton.
"Dasar Psycho! Apa lo gak mikirin dampak buat dia? Egois banget lo" Ucap Rio sambil membersihkan lengan bajunya. Cowok itu berusaha berdiri.
Sementara itu, Ify Cs yang lagi dikantin, ngeliat keramaian di depan kantin.
"eh? itu kenapa tuh?" Ucap Oliv sambil menunjuk ke depan. Mereka kompak berbalik.
"eh? Kayaknya itu Rio deh! eh? Rio berantem?" ucap Nova sambil menunjuk-nunjuk ke depan kantin.
"Hah? Rio berantem? Wah.. ga ngajak-ngajak nih!" Ucap Agni sambil berdiri kemudian keluar kantin. Ify, Sivia, Oliv dan Nova mengikuti Agni.
Ify menerobos agar sampai ditengah kerumunan orang-orang tersebut. Dan sangat kaget pas ngeliat Rio ditengah kerumunan orag itu bersama seorang cowok. Rio mengepalkan tangan.
"apa peduli lo sama dia? Gue hanya mau ngebuat dia jauh sama elo dan temen lo! Supaya dia bisa nyadarin kalo ada gue yang lebih baik dan lebih care sama dia!" Ucap cowok itu. sekarang dia udah berhadap-hadapan sama Rio.
"Lo gak bisa nyari cara yang lebih gentle? hah?" tanya Rio. Kalo aja ini bukan disekolah, dan ga banyak yang ngeliat kayak ini, pasti rio udah nonjok dia lagi.
Pas cowok itu mau ngejawab, dia nggak sengaja ngeliat Ify yang berdiri dibelakang Rio. Rio ga sadar karna dia ngebelakangin Ify. Dia tersenyum Picik.
"Elo yang gak gentle. Pura-pura ga suka sama dia. Tapi kenyataannya? lo marah sama gue. itu nandain kalo lo suka sama dia. Tapi lo ga berani ngungkapin itu semua!"balas cowok itu. Rio jadi salah tingkah.
Ify yang ada dibelakang Rio gak ngerti.apa yang lagi diributin dua cowok ini. Dia menyikut Alvin.
"GUE GAK SUKA SAMA DIA! GUE CUMA KASIAN AMA DIA! JADI KORBAN KEGILAAN LO!" ucap Rio tegas dan keras,
"Vin? Ini kenapa sih?" tanya Ify ke Alvin berbalik.
"Ify?" Ucap Alvin kaget. mendengar nama Ify disebut. Rio berbalik. Seketika wajahnya memucat. smentara itu, Ify yang ga ngerti hanya memandang Alvin dan Rio bergantian dengan heran. kenapa dua cwok ini kaget banget pas ngeliat dia.
Rio meraih tangan Ify. Membawa Ify keluar dari kerumunan. Yang nonton hanya bisa heran ngeliat perkelahian yang endingnya ga jelas. Cowok itu sendiri tersenyum puas. Merasa rencananya berhasil.
* * *
Ify menyentakan tangannya yangsedari tadi dicengkram Rio keras-keras.
"itu tadi kenapa sih?" Tanya Ify sambil mengelus tangannya yang memerah gara-gara dicengkram Rio.
"Lo kenal siapa cowok tadi?" tanya Rio sambil menatap Ify tajam. Ify menggeleng pelan. "betul?" tanya Rio sekali lagi. Ify menggeleng lagi.
"emang dia siapa?" tanya Ify. Rio menatap Ify.
"Lo udah tau siapa yang masang foto-foto dimading itu?" Ify menggeleng lagi."Cowok itu. Dia yang ngefotoin sekaligus nyebarin" ucap Rio. Ify membelalakan matanya.
"hah??? di di, dia???" Ify tampak kaget. Rio mengangguk. Ify mengepalkan tangannya. Berjalan ke tempat tadi.
"Lo mau kemana?" tanya Rio.
"Gue mau bikin perhitungan sama dia!" Ucap Ify sambil terus berjalan. Tapi Rio mencengkram Ify.
"Ga usah." ucap Rio smbil menatap Ify tajam.
"kenapa?" Masuk aja kekelas. Udah mau bel" habis Rio ngomong kayak gitu.bell berbunyi.
* * *
Cowok itu siapa sih? ngeselin banget!!" dumel Ify pas udah pulang skolah.
"Yang mana Fy??" tanya Cakka yang ngebalikin pulpen Ify.
"Itu.. yang tadi berantem sama Rio." jawab Ify sambil memasang wajah kesal.
"Ohh... itu Debo. Anak kelas 10-5. Kenapa emangnya?" tanya Cakka balik.
"Dia yang nyebarin foto gue sama Rio, Alvin dan Kak Iyel yang waktu itu" jawab Ify kesal. sewaktu menyelempangkan tasnya, Ify teringat pembiacaraan Rio dan Debo tadi.
"Elo yang gak gentle. Pura-pura ga suka sama dia. Tapi kenyataannya? lo marah sama gue. itu nandain kalo lo suka sama dia. Tapi lo ga berani ngungkapin itu semua!"ucap Debo
"GUE GAK SUKA SAMA DIA! GUE CUMA KASIAN AMA DIA! JADI KORBAN KEGILAAN LO!" Bales Rio Entah kenapa, perasaan Ify jadi gak menentu. sakit. Itu yang dia rasain. Dia udah tau kalo Rio nggak suka sama dia. Tapi kenapa ngomongnya musti gitu-gitu amat?
Ify duduk kembali ketempat duduknya. Dia jadi ga semangat. Padahal tadi dia udah pengen ngelabrak cowok sialan itu.
"Jadi, bikin perhitungan sama dia?" tanya Rio. Ify mendongak. Menatap Rio sinis.
"nggak usah" jawab Ify kemudian berjalan keluar kelas. Ninggalin Rio. Rio hanya menatap aneh Ify. Kemudian berbalik ke Alvin.
"vin. Tadi Ify denger?" tanya Rio. Alvin terdiam sebentar. kemudian menangguk. Rio menghela napas. Dia udah bersikap bodoh.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
Cinta Si Nyolot Dan Mr. Perfect Part17: Harta Karun masa kecil (repost)
Ify melengos ditempat duduknya. Aneh. Itu yang dia rasain. Pas papasan sama Rio tadi. Kalo biasanya dia nantangin Rio, ngeliat Rio tanpa takut, sekarang malah menunduk. Seolah ga mau ngeliat wajah cowok itu. Bahkan wajahnya bersemu merah. Ify menepuk-nepuk pipinya. Jangan gila! Dia hanya kayak gini pas suka sama kak iel. Masa sama cowok ini juga gara-gara alasan yang sama? Ify menggelngkan kepala. Gak mungkin. ini pasti gara-gara Ify malu kemarin meluk Rio. Ya, pasti karena itu. Atau... harusnya begitu.
Sivia menoleh ke Ify. Menyadari perubahan temannya itu. Sejak kemarin, suka ngelamun, senyam-senyum sendiri, ngetuk-ngetuk kepala, geleng-geleng. Kayak orang lagi..... gangguan jwa :p
"eh, Fy, kok gue perhatiin lo aneh ya?" tanya via sambil memperhatikan temannya.
"maksud lo?" tanya Ify ga ngerti.
"maksud gue, setelah o ngileng di kebun teh kemarin kok... lo kayaknya aneh gitu?? jangan-jangan lo..." Sivia mulai menduga-duga. Wajah Ify memerah. Duhhh, jangan sampai nih orang tau deh.
"Apaan?" tanya Ify.
"lo kemasukan setan ya???Setan apaan? tuyul? Kunti? Buto ijo? kok lo senyum2 melulu?" Tanya Sivia beruntun. Ify manyun. Kayaknya sohibnya ini deh yang kemasukan. Tapi untungnya dia nggak menduga soal Ify dan Rio. Untuuuung. :) "jadi bener nih?" lanjut Sivia. "apanya?" tanya Ify balik.
"Lo.. kerasukan??"
"Yeeee enak aja, "
"nah trus? lo kenpa senyam-senyum gaje dari tadi?" tanya Sivia ulang. Ify tersenyum misterius.
"Rahasiaaaaaaa" Sivia manyun. Ify ga asik nih main rahasia-rahasiaan.
"Siv.." panggil seseorang. Sivia berbalik.
"eh, Alvin. Kenapa Vin?" tanya Sivia.
"ntar sore ada acara gak? Gue mau ngajak lo ke suatu tempat" ajak Alvin gak pake basa-basi. Sivia menaikan alis, melirik ke Ify sebentar. Ify mengangguk, seolah-olah bilang. 'udah, trima aja!'. Sivia berbalik lagi ke Alvin.
"Oke deh, kebetulan hari ini ga ada acara. emang mau kemana?" tanya Sivia lagi.
"liat aja nanti." jawab Alvin sambil tersenyum lembut. Whoaaaa, kayak ada getser yang mencair, Ify dan Sivia meleleh ngeliat senyum Alvin itu. Ga senyum aja udah cakep, apalagi senyum.Alvin kayaknya ga sadar kalo Sivia sama Ify lagi terkagum-kagum, dia langsung jalan aja. kembali ke tempat duduknya. Ify menyikut Sivia.tersenyum menggoda ke Sivia.
"Cieeee yang ntar mau kencan..." goda Ify. Wajah sivia memerah.
"apaan sih? jalan bareng kan bukan berarti kencan!" bales Sivia. Ify makin jail.
"Jiahhhh, alesan....." Ify tersenyum jail. wajah Sivia makin merah.
"ya udah kalo ga percaya" Sivia manyun. Ify terkikik. Dasar Sivia, baru digangguin dikit aja gitu juga.
"Cup, cup, cup, jangan ngambek dooong. Gue sih ga papa. lo mau kencan kek, jalan-jalan biasa kek, jalan-jalan ke dunia lain kek, ato ngunjungin keluarga lo dikebun binatang juga gue bisa aja :p"
"ifyyyyy," Sivia manatap Ify gemas.
"Hehehehe, asal beliin gue coklat yahhh, gue lagi pengen makan coklat nih" ify mulai ngerayu.
"Lagi ngidam lo? lagian gue sama Alvin mau ke toko coklat emangnya?"
"eenak aja... ayo lah, anggap aja pajak, hehehehe" Ify mulai ngeluarin senyum manisnya. ngejampi-jampi Sivia buat ngangguk.
"Iya deh... orang belum jadian aja udah dipajak. apalagi jadian ntar"
* * *
Ify menyedot air mineralnya. Hahhh, seger, siang-siang panas gini, adem... Ify menatap Air mineralnya yang tadi dia beli dikantin. dia beli dua tadi. gara-gara kehausan. tapi minum satu aja kayaknya udah lebih dari cukup.
"Airnya kasih di siapa nih? mubazir kalo dibuang. gue udah ga haus lagi." ucap Ify sambil terus berjalan. Tanpa sengaja, Ify menoleh ke lapangan basket. tepatnya, dipinggir lapangan. disitu ada Rio, yang lagi duduk, keringetan banget. Dehidrasi kayaknya (sotoy) dia terus mengelap keringat yang jatuh mulus di wajahnya.
Ify tersenyum tipis. Kasih rio aja kali ya? lagian kemarin dia udah bantuin gue. selama ini kalo gue lagi susah juga dia yang ngebantuin gue' batin Ify kemudian menghampiri Rio.
"Fans-fans lo gak ngasih air ya?" tanya Ify. Rio berbalik.
"gak butuh" jawab Rio cuek. Ify manyun. padahal niatnya baik. Ify duduk disamping Rio. Menyodorkan air mineral itu.
"nih, kebetulan tadi gue beli dua" ucap Ify sambil menyodorkan air mineral itu. Rio menatap Ify sebentar. Kemudian ngeliat ke air mineral itu. Ify memutar bola mata. Gengsian banget sih jadi orang! Ify menarik tangan Rio
kemudian meletakan air itu ke Rio.
"Nih, ambil aja, ga usah malu-malu :p" ucap Ify smbil tersenyum. tanpa berkata apa-apa, Rio meneguk air mineral itu. satu kali tegukan langsung habis. Ify cuma bisa geleng-geleng. kayaknya nih orang emang lagi dehidrasi deh..... untung aja Ify maksa buat nerima. kalo nggak? mungkin udah mati deh si Rio (yee, enak aja mati).
"tumben lo baik" ucap Rio tiba-tiba.
"Yeee lo gimana sih? gue baik salah. gue nyolot salah, gue galak salah." Ify manyun. ngerasa kebaikannya ga dihargain.
"Ya.... sorry deh. Makasih ya buat airnya" Rio tersenyum. sambil menatap Ify.Ify langsung melting. 'Nih orang gak usah ngeliat gue kayak gitu kenapa? bikin gue salting aja' batin Ify sambil menunduk. wajahnya memerah. jantungnya berdebar keras. keinget
kejadian di hutan waktu itu. untungnya Rio gak merhatiin. Rio malah ngeliat ke lapangan.
"eh, gue main lagi dulu ya" pamit Rio kemudian berjalan kembali ke tengah lapangan, bergabung sama yang lain. Ify mengangkat muka. sadar ato nggak, dia mulai merhatiin Rio yang lagi main basket. dia terlihat enjoy pas main basket. dia terlihat sangat menikmati. dan menurut Ify yang ga tau apa-apa tentang basket, cara main Rio bagus. gerakannya cepat, cara dia ngeshoot bola juga keren banget. dibawah sinar matahari, Rio yang lagi main basket keliatan..... cakep.
Ify menggelng keras. Tadi gue mikir apaan sih??? Apa gue mulai.... Ify menghela napas. melihat ke arah Rio lagi. kali ini, rio juga lagi ngeliat ke arah Ify. Dia tersenyum ke Ify, senyum yang ga pernah Ify liat. Senyumnya manis banget. Ify menunduk lagi. Wajahnya memerah lagi. Debaran di jantungnya juga makin kuat. apa gue mulai suka Rio? batin Ify.
* * *
Sore ini, Alvin menjemput Sivia. Gak kayak duu yang jalan kaki doang xp (waktu itu kan perginya deket, lagian rumah Avin deket kok sama rumah Sivia, sivia nya aja yang ga tau). hari ini dia make motor yang biasa dia pake ke sekolah. Sivia menghampiri Alvin.
"pergi sekarang Vin?" tanya Sivia. Alvin mengangguk. Sivia naik ke boncengan Alvin. Sepanjang jalan, mereka cuma diem-dieman. Sivia ga tau mau ngomon apa, lagian ngobrol diatas motor kan ga enak.
Akhirnya, mereka sampai ditempat tujuan. Gak jauh dari rumah Via, deket banget malah. Ga perlu pake motor juga bisa. Mereka berhenti didepan sebuah rumah megah. Sivia menaikan alis.
'rumah siapa nih?' batin Sivia.
"Ayo masuk Via" ajak Alvin. Sivia menurut. Dia mengikuti Alvin sampai
kedalam rumah.
"ini... rumah elo ya Vin??" tanya Sivia sambil mengedarkan pandangan. Rumah ini keren, kesannya rapi banget.
"Iya," jawab Alvin pendek. Sivia menaikan alis.
'ngapain Alvin ngajakin gue kerumah dia?' batin Sivia.
"Alvin" Sivia dan Alvin berbalik. Seorang cewek, lebih tua dari Alvin keluar dari rumah bagian belakang. Dia tersenyum ke Sivia. "Sivia ya?" tanya cewek itu. Sivia mengangguk, membalas senyum cewek itu, tapi ga inget siapa dia. Cewek itu berjalan mendekat.
"nggg, kakak siapa ya? kok kenal saya?" Sivia memberanikan diri untuk bertanya. Cewek itu tersenyum.
"cece tasya." jawab cewek itu. Sivia memiringkan leher. berusaha mengingat-ngingat.
'Cece tasya? namanya kok aneh banget? kalo tasya sih pernah denger. yang penyanyi cilik itu ;p' pikir Sivia.
"ce, Alvin sama Via pergi dulu" pamit Alvin, dia udah muncul lagi (kapan ilangnya?) udah make jaket dan bawa helm. Cece Tasya mengangguk.
"hati-hati dijalan" pesen Cece Tasya.
* * *
Sebenernya, Alvin bisa aja langsung pergi sama Sivia ke tempat tujuan mereka, masalahnya Cece tasya pengen ngeliat Sivia, katanya udah lama ga ngeliat Sivia, kalo dulu kan tiap hari. Alvin memarkirkn motornya dipinggir danau. ditempat tujuan mereka yang sebenernya. Sivia sih, ngikut aja.mereka berdua kemudian duduk di bangku yang ada disitu.
Sivia mengedarkan pandangan. tempat ini lumayan sepi, hanya ada dua orang bapak-bapak yang lagi mancing, tempatnya teduh, pohonnya lumayan banyak lah... sempat ragu juga kalo ini masih jakarta.
"Masih sama kayak tujuh tahun lalu..................." ucap Alvin tiba-tiba. Sivia melirik ke Alvin.
"Maksudnya? Oh iya, ngapain lo ajak gue ke sini? mancing?" tanya Sivia beruntun. Alvin menggeleng.
"susah ya jadi orang amnesia... kita tuh dulu sering banget ke sini. Gue, elo, bokap lo,bokap gue, oma gue, cece tasya.. dan... nyokap lo..." jawab Alvin. Matanya menatap lurus ke danau. seolah lagi nginget kejadian yang pernah terjadi disana.
Sivia berpikir sebentar. Apa mungkin dulu dia deket banget sama Alvin? Tapi kok kayaknya gak mungkin banget yah dia deket sama orang yang... dingin banget kayak gini?
"Siv.." panggil Alvin
"Hm?" Sivia berbalik ke Alvin.
"gini, sebenernya, tujuh tahun lalu, kita janji buat negbuka "harta karun" kita 10 tahun lagi. Tapi berhubung elo ilang ingatan, dan gue rasa terlalu lama buat nunggu sisa tiga tahun itu. gue rasa hari ini kita buka aja "harta karun" masa kecil kita" jelas Alvin panjang lebar. Sivia menaikan Alis. Dia... dan Alvin... punya harta karun semasa kecil? ALvin betul, mungkin ini bakal ngebuat gue inget masa lalu gue. Sivia mengangguk. Alvin kemudian berjalan ke sebua pohon besar. Yang keliatannya udah berumur puluhan tahun *sotoy* Alvin berjongkok di depan pohon itu.
Kemudian mengambil batang kayu yang ada disamping pohon itu. Kemudian udah asik menggali.
“hatra karunnya di kubur yah?” tanya Sivia. Dia pikir hanya di film-film aja harta karu dikubur, hehehehe. Alvin mengangguk.
“iya dong. Soalnya pas kecil kan kalo denger harta karun, pasti harta karunnya dikuburin. Jadi harta karun kita juga dikuburin” jelas Alvin. Sivia mengangguk-angguk.
“gue bantu yah?” pinta Sivia.
“Jangan, ntar tangan lo kotor lagi”
“Yah.. pliss, gue cari batang kayu deh, yayayaya” Tanpa nunggu jawaban Alvin, Sivia langsung berjalan, mencari batang kayu.“nah! Ini dia!” seru Sivia senang, kemudian menghampiri Alvin dan ikutan menggali.
Ternyata, lumayan dalam juga“harta karun” mereka dikubur. Setelah hampir 30 menit menggali, barulah ketemu sebuah kotak, yang tertanam sekitar 25 centi dibawah tanah.
“Horeeeeee dapat harta karun!!” seru Sivia. Betul-betul kayak anak kecil. Alvin tersenyum.
Mereka berdua kemudian membwa kotak itu ke tempat mereka duduk tadi.
"Ayo buka Vin!" Ucap Via semangat. udah ga sabar pengen liat, apa "harta karun" masa kecil mereka itu.
Alvin ngebuka kotak itu perlahan. Sivia mengintip kedalam kotak itu. Ada beberapa benda didalamnya. masing-masing dikasih label dengan tulisan tangan yang khas anak-anak banget. morat-marit ga jelas. benda yang terletak paling atas adalah....
"Lha? Kok pulpen?" ucap Sivia sambil ngambil pulpen itu. Sivia menatap Alvin. pengen tau maksud pulpen itu, dan siapa pemilik pulpen itu.
"itu punya lo, pulpen pertama lo, kesayangannya lo" jelas Alvin. Sivia memperhatikan pulpen itu. emang ada nama Sivia disitu. "hampir semua label dan hal-hal lain yang disni kita tulis pake itu kok!" jelas Alvin lagi.
Sivia manggut-manggut. Hebat si Alvin, masih nginget hal-hal yang udah lama kayak gitu. Gak begitu penting juga. Sivia mencoret-corel pulpen itu ketelapak tangannya. Ga jadi. Udah ga ada tintanya kali yah?
Sivia melihat kedalam kotak itu lagi. Kali ini, alisnya terangkat kembali. Apaan lagi tuh?
"Ihhh lucuunyaaa" seru Sivia sambil mengambil foto yang ada didalamkotak itu. Difoto itu, tampak dia dan Alvin berdiri diepan pohon tempat mereka nguburin harta karun ini. Difoto itu, ekspresi Sivia dan Alvin bener-bener aneh. Mata mereka dijulingin, lidahnya dijulurin, tangannnya ditaruh ditelinga, dibikin kayak telinga gajah yang gede itu (bisa dibayangin gak??? pasti lucu yah kalo ada hehehehe apalagi Si Alvin.
"Hahahahaha" Sivia ketawa ngakak. Ya ampuuunnnn, apa gue segila ini pas kecil? si Limbad ini bisa juga nampangin muka kayak gitu?? hahahaha. batin Sivia sambil memegangi perutnya. Sumpah! baru kali ini ngeliat foto dia yang hancur-hancuran gitu. "Eh, Vin, Coba lo bikin ekspresi muka kayak gini lagi! Trus gue foto, gue pajang dimading, trus dibawahnya gue tulis, salah satu dari tujuh keajaiban SMA Fariast hehehehe" seloroh Sivia. Sivia gak boong. Nih orang senyum aja satu sekolah gempar, apalagi kalo nampangin muka kayak gini? untuuung, ini waktu masih kecil, coba kalo sekarang, hehehehe parah banget tuh :p
"Yah.... emang gue apaan? Oh iya, foto itu dimabil sama nyokap lo. pas keluarga kita piknik bareng, gue, elo, bokap-nyokap lo, bokap gue, oma gue, cece tasya, sama bokap gue." jelas Alvin. Sivia mengangguk lagi. Kemudian mengamati foto itu lagi. Tawanya pecah lagi. Kalo Ify sama Ray ngeliat ini.. psti mereka ketawa sampe guling-guling (?)
"Ini buat gue yah Vin!!" Pinta Sivia semangat. 'Buat gue tunjukin ke Ify sama Ray, hehehe' tambah Sivia dalam hati.
"Oke, boleh-boleh aja. Asal jangan lo kasih liat ke Ify sama Ray, mereka berdua suka heboh" jawab Alvin. Sivia melengos. ALvin udah tau maksudnya. Yah... sial. Tapi ga papa, yang penting benda yang satu ini, mungkin bisa ngebuat dia inget masa lalunya.
Harta karun ketiga...... sebuah buku yang udah lusuh. Kayak buku tulis biasa. TApi keliatan banget umurnya udah bertahun-tahun. didepannya tertulis. Sivia-Alvin, besar-besar. khas anak keci kalo nulis, kecil yah kecil banget, kalo gede ya gede banget.
"Buku apaan tuh Vin?" tanya Sivia pas Alvin ngambil buku itu.
"buku harian. MAu baca?" tawar Alvin sambil menyodorkan buku itu ke Sivia.
Sivia melihat buku itu sebentar. dengan tatapan ga ngerti. Tapi dia mulai ngebuka buku itu. di halaman pertama ditulis.
Alvin Jonathan
Sivia Azizah
Nama mereka berdua, yang lagi-lagi menghiasi buku itu. Narsis amat sama nama masing-masing. Sivia membalik lembaran buku itu lagi. lembaran berikutnya dibagi jadi dua bagian. Seolah membagi kedua buku itu menjadi dua bagian. dibagian pertama.....
Sivia.
Yah... hari ini Si Alvin nyebelin!
Masa dia ngabisin es krim aku sih? itu kan es krim kesukaan aku!
Rasa coklat! katanya ga suka cokat, he, ngabisi punya aku! jadi aku bales deh, makan es krim tiramisu dia. jadi sekarang Alvin yang marah.
Via ga mau minta maaf ahhh kan yang mulai duluan Alvin :p
Sivia ngakak. Hehehe, anak kecil banget deh, rebutan es krim. ngambek hanya karna es krim. Pasti lucu deh ngeliat Alvin ngambek. sekali lagi, Sivia pengen ngeliat tampang cowok itu, sama kayak yang dia liat dan baca dari "harta karun" mereka ini. Alvin juga tersenyum waktu ngebaca tulisan yang ada disitu.Sivia melengos. terlalu banyak yang dia lupain. setelah itu dia membaca tulisan yang ada dibawah tulisan itu.
Alvin.
Yah... Sivia marah pas aku makan es krimnya.
Pas aku tinggal bentar buat manggil cece, eh, es krim aku udah dimakan
sama dia.
Emang dasar, sekalian aja gak sisain! Tapi aku gak bisa lama-lama marah sama Sivia ntar aku mainnya sendiri lagi.
Yah..........
Sivia terkikik geli. Anak-anak banget deh merek berdua.
"Baca nya lanjut dirumah aja ya" ucap Alvin. Sivia mengangguk.
Menaruh buku itu dipangkuannya. Dan dengan semangat melihat kedalam kotak lagi. Benda terakhir yang dadidalam situ. Dua buah kertas. Masing-masing ditulis nama mereka. Alvin dan Sivia.
"Punya lo yang ini, yang ini, punya gue" ucap Alvin sambil menyodorkan kertas yang satu ke Sivia. sedangkan yang satu dia pegang.
"ini apaan?"tanya Sivia sambil membolak-balik kertas itu.
"Impian, cita-cita, dan hal yang paling kita senangin pas kecil" Jelas Alvin.Sivia mengangguk
"boleh baca sekarang?" tanya Sivia. Alvin mengangguk.
"Iya, tapi kita balik ke tempat duduk kita dulu. okey?" Sivia mengangguk. Ngikutin Alvin kembali ketempat mereka duduk awalnya. Sivia mulai membuka kertas itu. Alvin juga.
* * *
Ify masuk ke kelas dengan langkah malas-malasan. Semalaman dia mikirin perasaan dia yang makin gak karuan kalau nginget Rio. Nginget senyuman tiba-tiba Rio. Nginget waktu dia pelukan sama Rio. Ify ngerasa senang, malu dan ga tau apalagi. Selama ini, Ify hanya pernah satu kali punya perasaan kayak gitu. Waktu sama Kak Iyel. Tapi ga gini-gini amat. Ngapa-ngapain bawaannya keinget Riooo terus.
Ify melangkah lunglai ke mejanya. Duduk ditempat duduknya. Ify memperhatikan tempat disampingnya
yang masih kosong.
'Sivia belum datang yah?' batin Ify. Dia melirik ke meja Rio. ceritanya curi-curi pandang gitu :p
Tapi bukan Rio yang dia liat, tapi Sivia.. bareng... yah siapa lagi kalo bukan Alvin. Mereka brdua lagi ngobrol. Ga tau deh ngomongin apa. Tapi Ify ngeliat Avin tersenyum kecil, sedangkan Sivia ngakak abis. Sesekali keliatan Via ngegodain Alvin. Gatau deh ngegodain apaan. Ify heran juga sih ngeliatnya. Tapi ngambil sisi positifnya aja. Mereka berdua tuh kan temen masa kecil. pasti ngomongin masa kecil mereka deh. Ify mulai berspekulasi.
Tiba-tiba seseorang menghalangi pandangan Ify. orang itu duduk ditempat Sivia. Ify yang agi asik-asiknya merhatiin Alvia, mendongakkan kepala. Kemudian menaikan alis. Gak percaya. Rio!
"ngapain duduk disitu?" tanya Ify.
Beda sama yang biasa, kalau biasanya kan pasti bilang. "Heh! Ngapain lo duduk disitu?" ato "Itu tempat duduk sivia! kok lo duduk disitu?" tapi kali ini hanya itu yang bisa dia ucapin.
"Ngga boleh? anggap aja gue tukeran sama temen lo" jawab Rio sambi menunjuk Sivia dengan dagunya. Ify hanya mengangguk perlahan. Ga tau musti ngomong apa-apa lagi.
"Pagi anak-anak" sapa Bu Winda ketika masuk kelas. Ify mendongakan kepala. Cepet banget uh guru masuk kelas! Ify melirik ke sebelahnya. Rio masih duduk ditempat Sivia, gak beranjak kemana pun. Sivia juga. Kayaknya dia takut buat kembali ketempatnya. Dia udah berdiri buat kembali ketempatnya. Tapi karna Rio gak bereaksi apa-apa, malah mengeluarkan buku-buku dari tasnya, Sivia langsung mengurungkan niatnya.
"Sivia? kenpa kamu berdiri?" tanya Bu winda. Sivia hanya garuk-haruk kepala. Trus duduk kembali ditempat duduk Rio. Rio sendiri tenang-tenang aja. Seolah biasa-biasa aja. Ify kebingungan sendiri. Mata Bu Winda beralih ke Ify dan Rio.
"Mampus deh!' batin Ify. Bu Winda membenarkan letak kacamatanya yang agak melorot.
"Mario? Kenapa kamu duduk disitu? Bukannya kamu duduk dengan Alvin?" Tanya Bu Winda. Kayaknya dia hafal tempat duduk anak-anak didiknya. Kan dia wali kelas Ify.
"Cuma pengen bersosialisasi sama anak-anak lain. Boring aja kalo disitu-situ mulu" jawab Rio santai. Seolah gak lagi melakukan hal yang aneh-aneh. Bu Winda kayaknya ga mau memperpanjang masalah. Dia hanya mengangguk, seolah penjelasan Rio udah logis banget.
Sedangkan Ify hanya bisa menaikan alis. Bersosialisasi? sama siapa? gue?' batin Ify. Tapi setelah itu, Ify udah gak bisa nerka-nerka kenapa Rio gak mau minggir dari tempat duduk disampingnya. Karena setelah itu, dia udah sibuk ngerjain soal-soal yang Bu Winda kasih.
* * *
Pas jam pertukaran pelajaran, ga ada tanda-tanda Rio mau balik ke tempatnya. Dia malah asik sama BBnya. Sivia sendri ga berani "ngusir" Rio dari situ, soalnya Rio keliatan udah pewe banget disitu.
"Eh, Yo, kok lo gak balik ketempat duduk lo sih?" tanya Ify penasaran.
"Gue udah duduk. ga mau bangun lagi. males" jawab Rio asal. Ify memutar bola matanya. Susah ngomong sama nih anak.
"Trus, Via gimana?" tanya Ify lagi.
"Ya, dia duduk ja disitu. Alvin ga bakal gigit kok" jawab Rio santai. Ify menghela napas.
"up to you. asa jangan selamanya duduk disini aja"
Sementaraitu, anak-anak lain pada berspekulasi tentang tempat duduk Ify, Rio, Alvin sivia yang udah berubah. Ada yang bilang kalo Avin suruh Sivia pindah, supaya Rio dan Ify bisa baikan, gak suka berantem kayak dulu lagi, ada yang bilang Alvin nyuruh Sivia pindah supaya Rio dan Ify bisa pedekate, ada yang bilang Ify nyuruh Sivia pindah supaya Sivia PDKT sama Alvin, dan dia sama Rio, ada yang biang kalo Rio suka sama Ify dan berencana nembak Ify, tapi masih PDKT, sekaligus nyomblangin Alvin sama Sivia. Pokoknya macam-macam deh!
* * *
Impian, Cita-cita,dan semua yang Via suka......
Sivia pengen banget bisa jadi dokter! soalnya, pas masih kecil, sivia suka sakit-sakitan, dan ada dokter baik hati yang selalu nyembuhin Via dokter bilang, jadi dokter banyak pahala, karna nyembuhin banyak orang.
Trus, Sivia juga pengen bisa ke Disneyland bareng papa dan mama, pengen liat mickey mouse, donal duck, Guffi, yang biasa Via tonton.
Via juga pengen punya adek. Kayak temen-temen Via. Via kesepian cuma sendirian sama mama dirumah terus.
Tapi Via gak begitu keepian lagi karna ada Alvin. Pokoknya Via pengen temenan selamanya sama Alvin. Soalnya Alvin itu baikkkkk banget, ga kayak anak cowok lain yang suka jail sama Via.
Via suka Alvin, Via sayang Alvin. Via ga mau pisah dari Alvin.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
Sivia menoleh ke Ify. Menyadari perubahan temannya itu. Sejak kemarin, suka ngelamun, senyam-senyum sendiri, ngetuk-ngetuk kepala, geleng-geleng. Kayak orang lagi..... gangguan jwa :p
"eh, Fy, kok gue perhatiin lo aneh ya?" tanya via sambil memperhatikan temannya.
"maksud lo?" tanya Ify ga ngerti.
"maksud gue, setelah o ngileng di kebun teh kemarin kok... lo kayaknya aneh gitu?? jangan-jangan lo..." Sivia mulai menduga-duga. Wajah Ify memerah. Duhhh, jangan sampai nih orang tau deh.
"Apaan?" tanya Ify.
"lo kemasukan setan ya???Setan apaan? tuyul? Kunti? Buto ijo? kok lo senyum2 melulu?" Tanya Sivia beruntun. Ify manyun. Kayaknya sohibnya ini deh yang kemasukan. Tapi untungnya dia nggak menduga soal Ify dan Rio. Untuuuung. :) "jadi bener nih?" lanjut Sivia. "apanya?" tanya Ify balik.
"Lo.. kerasukan??"
"Yeeee enak aja, "
"nah trus? lo kenpa senyam-senyum gaje dari tadi?" tanya Sivia ulang. Ify tersenyum misterius.
"Rahasiaaaaaaa" Sivia manyun. Ify ga asik nih main rahasia-rahasiaan.
"Siv.." panggil seseorang. Sivia berbalik.
"eh, Alvin. Kenapa Vin?" tanya Sivia.
"ntar sore ada acara gak? Gue mau ngajak lo ke suatu tempat" ajak Alvin gak pake basa-basi. Sivia menaikan alis, melirik ke Ify sebentar. Ify mengangguk, seolah-olah bilang. 'udah, trima aja!'. Sivia berbalik lagi ke Alvin.
"Oke deh, kebetulan hari ini ga ada acara. emang mau kemana?" tanya Sivia lagi.
"liat aja nanti." jawab Alvin sambil tersenyum lembut. Whoaaaa, kayak ada getser yang mencair, Ify dan Sivia meleleh ngeliat senyum Alvin itu. Ga senyum aja udah cakep, apalagi senyum.Alvin kayaknya ga sadar kalo Sivia sama Ify lagi terkagum-kagum, dia langsung jalan aja. kembali ke tempat duduknya. Ify menyikut Sivia.tersenyum menggoda ke Sivia.
"Cieeee yang ntar mau kencan..." goda Ify. Wajah sivia memerah.
"apaan sih? jalan bareng kan bukan berarti kencan!" bales Sivia. Ify makin jail.
"Jiahhhh, alesan....." Ify tersenyum jail. wajah Sivia makin merah.
"ya udah kalo ga percaya" Sivia manyun. Ify terkikik. Dasar Sivia, baru digangguin dikit aja gitu juga.
"Cup, cup, cup, jangan ngambek dooong. Gue sih ga papa. lo mau kencan kek, jalan-jalan biasa kek, jalan-jalan ke dunia lain kek, ato ngunjungin keluarga lo dikebun binatang juga gue bisa aja :p"
"ifyyyyy," Sivia manatap Ify gemas.
"Hehehehe, asal beliin gue coklat yahhh, gue lagi pengen makan coklat nih" ify mulai ngerayu.
"Lagi ngidam lo? lagian gue sama Alvin mau ke toko coklat emangnya?"
"eenak aja... ayo lah, anggap aja pajak, hehehehe" Ify mulai ngeluarin senyum manisnya. ngejampi-jampi Sivia buat ngangguk.
"Iya deh... orang belum jadian aja udah dipajak. apalagi jadian ntar"
* * *
Ify menyedot air mineralnya. Hahhh, seger, siang-siang panas gini, adem... Ify menatap Air mineralnya yang tadi dia beli dikantin. dia beli dua tadi. gara-gara kehausan. tapi minum satu aja kayaknya udah lebih dari cukup.
"Airnya kasih di siapa nih? mubazir kalo dibuang. gue udah ga haus lagi." ucap Ify sambil terus berjalan. Tanpa sengaja, Ify menoleh ke lapangan basket. tepatnya, dipinggir lapangan. disitu ada Rio, yang lagi duduk, keringetan banget. Dehidrasi kayaknya (sotoy) dia terus mengelap keringat yang jatuh mulus di wajahnya.
Ify tersenyum tipis. Kasih rio aja kali ya? lagian kemarin dia udah bantuin gue. selama ini kalo gue lagi susah juga dia yang ngebantuin gue' batin Ify kemudian menghampiri Rio.
"Fans-fans lo gak ngasih air ya?" tanya Ify. Rio berbalik.
"gak butuh" jawab Rio cuek. Ify manyun. padahal niatnya baik. Ify duduk disamping Rio. Menyodorkan air mineral itu.
"nih, kebetulan tadi gue beli dua" ucap Ify sambil menyodorkan air mineral itu. Rio menatap Ify sebentar. Kemudian ngeliat ke air mineral itu. Ify memutar bola mata. Gengsian banget sih jadi orang! Ify menarik tangan Rio
kemudian meletakan air itu ke Rio.
"Nih, ambil aja, ga usah malu-malu :p" ucap Ify smbil tersenyum. tanpa berkata apa-apa, Rio meneguk air mineral itu. satu kali tegukan langsung habis. Ify cuma bisa geleng-geleng. kayaknya nih orang emang lagi dehidrasi deh..... untung aja Ify maksa buat nerima. kalo nggak? mungkin udah mati deh si Rio (yee, enak aja mati).
"tumben lo baik" ucap Rio tiba-tiba.
"Yeee lo gimana sih? gue baik salah. gue nyolot salah, gue galak salah." Ify manyun. ngerasa kebaikannya ga dihargain.
"Ya.... sorry deh. Makasih ya buat airnya" Rio tersenyum. sambil menatap Ify.Ify langsung melting. 'Nih orang gak usah ngeliat gue kayak gitu kenapa? bikin gue salting aja' batin Ify sambil menunduk. wajahnya memerah. jantungnya berdebar keras. keinget
kejadian di hutan waktu itu. untungnya Rio gak merhatiin. Rio malah ngeliat ke lapangan.
"eh, gue main lagi dulu ya" pamit Rio kemudian berjalan kembali ke tengah lapangan, bergabung sama yang lain. Ify mengangkat muka. sadar ato nggak, dia mulai merhatiin Rio yang lagi main basket. dia terlihat enjoy pas main basket. dia terlihat sangat menikmati. dan menurut Ify yang ga tau apa-apa tentang basket, cara main Rio bagus. gerakannya cepat, cara dia ngeshoot bola juga keren banget. dibawah sinar matahari, Rio yang lagi main basket keliatan..... cakep.
Ify menggelng keras. Tadi gue mikir apaan sih??? Apa gue mulai.... Ify menghela napas. melihat ke arah Rio lagi. kali ini, rio juga lagi ngeliat ke arah Ify. Dia tersenyum ke Ify, senyum yang ga pernah Ify liat. Senyumnya manis banget. Ify menunduk lagi. Wajahnya memerah lagi. Debaran di jantungnya juga makin kuat. apa gue mulai suka Rio? batin Ify.
* * *
Sore ini, Alvin menjemput Sivia. Gak kayak duu yang jalan kaki doang xp (waktu itu kan perginya deket, lagian rumah Avin deket kok sama rumah Sivia, sivia nya aja yang ga tau). hari ini dia make motor yang biasa dia pake ke sekolah. Sivia menghampiri Alvin.
"pergi sekarang Vin?" tanya Sivia. Alvin mengangguk. Sivia naik ke boncengan Alvin. Sepanjang jalan, mereka cuma diem-dieman. Sivia ga tau mau ngomon apa, lagian ngobrol diatas motor kan ga enak.
Akhirnya, mereka sampai ditempat tujuan. Gak jauh dari rumah Via, deket banget malah. Ga perlu pake motor juga bisa. Mereka berhenti didepan sebuah rumah megah. Sivia menaikan alis.
'rumah siapa nih?' batin Sivia.
"Ayo masuk Via" ajak Alvin. Sivia menurut. Dia mengikuti Alvin sampai
kedalam rumah.
"ini... rumah elo ya Vin??" tanya Sivia sambil mengedarkan pandangan. Rumah ini keren, kesannya rapi banget.
"Iya," jawab Alvin pendek. Sivia menaikan alis.
'ngapain Alvin ngajakin gue kerumah dia?' batin Sivia.
"Alvin" Sivia dan Alvin berbalik. Seorang cewek, lebih tua dari Alvin keluar dari rumah bagian belakang. Dia tersenyum ke Sivia. "Sivia ya?" tanya cewek itu. Sivia mengangguk, membalas senyum cewek itu, tapi ga inget siapa dia. Cewek itu berjalan mendekat.
"nggg, kakak siapa ya? kok kenal saya?" Sivia memberanikan diri untuk bertanya. Cewek itu tersenyum.
"cece tasya." jawab cewek itu. Sivia memiringkan leher. berusaha mengingat-ngingat.
'Cece tasya? namanya kok aneh banget? kalo tasya sih pernah denger. yang penyanyi cilik itu ;p' pikir Sivia.
"ce, Alvin sama Via pergi dulu" pamit Alvin, dia udah muncul lagi (kapan ilangnya?) udah make jaket dan bawa helm. Cece Tasya mengangguk.
"hati-hati dijalan" pesen Cece Tasya.
* * *
Sebenernya, Alvin bisa aja langsung pergi sama Sivia ke tempat tujuan mereka, masalahnya Cece tasya pengen ngeliat Sivia, katanya udah lama ga ngeliat Sivia, kalo dulu kan tiap hari. Alvin memarkirkn motornya dipinggir danau. ditempat tujuan mereka yang sebenernya. Sivia sih, ngikut aja.mereka berdua kemudian duduk di bangku yang ada disitu.
Sivia mengedarkan pandangan. tempat ini lumayan sepi, hanya ada dua orang bapak-bapak yang lagi mancing, tempatnya teduh, pohonnya lumayan banyak lah... sempat ragu juga kalo ini masih jakarta.
"Masih sama kayak tujuh tahun lalu..................." ucap Alvin tiba-tiba. Sivia melirik ke Alvin.
"Maksudnya? Oh iya, ngapain lo ajak gue ke sini? mancing?" tanya Sivia beruntun. Alvin menggeleng.
"susah ya jadi orang amnesia... kita tuh dulu sering banget ke sini. Gue, elo, bokap lo,bokap gue, oma gue, cece tasya.. dan... nyokap lo..." jawab Alvin. Matanya menatap lurus ke danau. seolah lagi nginget kejadian yang pernah terjadi disana.
Sivia berpikir sebentar. Apa mungkin dulu dia deket banget sama Alvin? Tapi kok kayaknya gak mungkin banget yah dia deket sama orang yang... dingin banget kayak gini?
"Siv.." panggil Alvin
"Hm?" Sivia berbalik ke Alvin.
"gini, sebenernya, tujuh tahun lalu, kita janji buat negbuka "harta karun" kita 10 tahun lagi. Tapi berhubung elo ilang ingatan, dan gue rasa terlalu lama buat nunggu sisa tiga tahun itu. gue rasa hari ini kita buka aja "harta karun" masa kecil kita" jelas Alvin panjang lebar. Sivia menaikan Alis. Dia... dan Alvin... punya harta karun semasa kecil? ALvin betul, mungkin ini bakal ngebuat gue inget masa lalu gue. Sivia mengangguk. Alvin kemudian berjalan ke sebua pohon besar. Yang keliatannya udah berumur puluhan tahun *sotoy* Alvin berjongkok di depan pohon itu.
Kemudian mengambil batang kayu yang ada disamping pohon itu. Kemudian udah asik menggali.
“hatra karunnya di kubur yah?” tanya Sivia. Dia pikir hanya di film-film aja harta karu dikubur, hehehehe. Alvin mengangguk.
“iya dong. Soalnya pas kecil kan kalo denger harta karun, pasti harta karunnya dikuburin. Jadi harta karun kita juga dikuburin” jelas Alvin. Sivia mengangguk-angguk.
“gue bantu yah?” pinta Sivia.
“Jangan, ntar tangan lo kotor lagi”
“Yah.. pliss, gue cari batang kayu deh, yayayaya” Tanpa nunggu jawaban Alvin, Sivia langsung berjalan, mencari batang kayu.“nah! Ini dia!” seru Sivia senang, kemudian menghampiri Alvin dan ikutan menggali.
Ternyata, lumayan dalam juga“harta karun” mereka dikubur. Setelah hampir 30 menit menggali, barulah ketemu sebuah kotak, yang tertanam sekitar 25 centi dibawah tanah.
“Horeeeeee dapat harta karun!!” seru Sivia. Betul-betul kayak anak kecil. Alvin tersenyum.
Mereka berdua kemudian membwa kotak itu ke tempat mereka duduk tadi.
"Ayo buka Vin!" Ucap Via semangat. udah ga sabar pengen liat, apa "harta karun" masa kecil mereka itu.
Alvin ngebuka kotak itu perlahan. Sivia mengintip kedalam kotak itu. Ada beberapa benda didalamnya. masing-masing dikasih label dengan tulisan tangan yang khas anak-anak banget. morat-marit ga jelas. benda yang terletak paling atas adalah....
"Lha? Kok pulpen?" ucap Sivia sambil ngambil pulpen itu. Sivia menatap Alvin. pengen tau maksud pulpen itu, dan siapa pemilik pulpen itu.
"itu punya lo, pulpen pertama lo, kesayangannya lo" jelas Alvin. Sivia memperhatikan pulpen itu. emang ada nama Sivia disitu. "hampir semua label dan hal-hal lain yang disni kita tulis pake itu kok!" jelas Alvin lagi.
Sivia manggut-manggut. Hebat si Alvin, masih nginget hal-hal yang udah lama kayak gitu. Gak begitu penting juga. Sivia mencoret-corel pulpen itu ketelapak tangannya. Ga jadi. Udah ga ada tintanya kali yah?
Sivia melihat kedalam kotak itu lagi. Kali ini, alisnya terangkat kembali. Apaan lagi tuh?
"Ihhh lucuunyaaa" seru Sivia sambil mengambil foto yang ada didalamkotak itu. Difoto itu, tampak dia dan Alvin berdiri diepan pohon tempat mereka nguburin harta karun ini. Difoto itu, ekspresi Sivia dan Alvin bener-bener aneh. Mata mereka dijulingin, lidahnya dijulurin, tangannnya ditaruh ditelinga, dibikin kayak telinga gajah yang gede itu (bisa dibayangin gak??? pasti lucu yah kalo ada hehehehe apalagi Si Alvin.
"Hahahahaha" Sivia ketawa ngakak. Ya ampuuunnnn, apa gue segila ini pas kecil? si Limbad ini bisa juga nampangin muka kayak gitu?? hahahaha. batin Sivia sambil memegangi perutnya. Sumpah! baru kali ini ngeliat foto dia yang hancur-hancuran gitu. "Eh, Vin, Coba lo bikin ekspresi muka kayak gini lagi! Trus gue foto, gue pajang dimading, trus dibawahnya gue tulis, salah satu dari tujuh keajaiban SMA Fariast hehehehe" seloroh Sivia. Sivia gak boong. Nih orang senyum aja satu sekolah gempar, apalagi kalo nampangin muka kayak gini? untuuung, ini waktu masih kecil, coba kalo sekarang, hehehehe parah banget tuh :p
"Yah.... emang gue apaan? Oh iya, foto itu dimabil sama nyokap lo. pas keluarga kita piknik bareng, gue, elo, bokap-nyokap lo, bokap gue, oma gue, cece tasya, sama bokap gue." jelas Alvin. Sivia mengangguk lagi. Kemudian mengamati foto itu lagi. Tawanya pecah lagi. Kalo Ify sama Ray ngeliat ini.. psti mereka ketawa sampe guling-guling (?)
"Ini buat gue yah Vin!!" Pinta Sivia semangat. 'Buat gue tunjukin ke Ify sama Ray, hehehe' tambah Sivia dalam hati.
"Oke, boleh-boleh aja. Asal jangan lo kasih liat ke Ify sama Ray, mereka berdua suka heboh" jawab Alvin. Sivia melengos. ALvin udah tau maksudnya. Yah... sial. Tapi ga papa, yang penting benda yang satu ini, mungkin bisa ngebuat dia inget masa lalunya.
Harta karun ketiga...... sebuah buku yang udah lusuh. Kayak buku tulis biasa. TApi keliatan banget umurnya udah bertahun-tahun. didepannya tertulis. Sivia-Alvin, besar-besar. khas anak keci kalo nulis, kecil yah kecil banget, kalo gede ya gede banget.
"Buku apaan tuh Vin?" tanya Sivia pas Alvin ngambil buku itu.
"buku harian. MAu baca?" tawar Alvin sambil menyodorkan buku itu ke Sivia.
Sivia melihat buku itu sebentar. dengan tatapan ga ngerti. Tapi dia mulai ngebuka buku itu. di halaman pertama ditulis.
Alvin Jonathan
Sivia Azizah
Nama mereka berdua, yang lagi-lagi menghiasi buku itu. Narsis amat sama nama masing-masing. Sivia membalik lembaran buku itu lagi. lembaran berikutnya dibagi jadi dua bagian. Seolah membagi kedua buku itu menjadi dua bagian. dibagian pertama.....
Sivia.
Yah... hari ini Si Alvin nyebelin!
Masa dia ngabisin es krim aku sih? itu kan es krim kesukaan aku!
Rasa coklat! katanya ga suka cokat, he, ngabisi punya aku! jadi aku bales deh, makan es krim tiramisu dia. jadi sekarang Alvin yang marah.
Via ga mau minta maaf ahhh kan yang mulai duluan Alvin :p
Sivia ngakak. Hehehe, anak kecil banget deh, rebutan es krim. ngambek hanya karna es krim. Pasti lucu deh ngeliat Alvin ngambek. sekali lagi, Sivia pengen ngeliat tampang cowok itu, sama kayak yang dia liat dan baca dari "harta karun" mereka ini. Alvin juga tersenyum waktu ngebaca tulisan yang ada disitu.Sivia melengos. terlalu banyak yang dia lupain. setelah itu dia membaca tulisan yang ada dibawah tulisan itu.
Alvin.
Yah... Sivia marah pas aku makan es krimnya.
Pas aku tinggal bentar buat manggil cece, eh, es krim aku udah dimakan
sama dia.
Emang dasar, sekalian aja gak sisain! Tapi aku gak bisa lama-lama marah sama Sivia ntar aku mainnya sendiri lagi.
Yah..........
Sivia terkikik geli. Anak-anak banget deh merek berdua.
"Baca nya lanjut dirumah aja ya" ucap Alvin. Sivia mengangguk.
Menaruh buku itu dipangkuannya. Dan dengan semangat melihat kedalam kotak lagi. Benda terakhir yang dadidalam situ. Dua buah kertas. Masing-masing ditulis nama mereka. Alvin dan Sivia.
"Punya lo yang ini, yang ini, punya gue" ucap Alvin sambil menyodorkan kertas yang satu ke Sivia. sedangkan yang satu dia pegang.
"ini apaan?"tanya Sivia sambil membolak-balik kertas itu.
"Impian, cita-cita, dan hal yang paling kita senangin pas kecil" Jelas Alvin.Sivia mengangguk
"boleh baca sekarang?" tanya Sivia. Alvin mengangguk.
"Iya, tapi kita balik ke tempat duduk kita dulu. okey?" Sivia mengangguk. Ngikutin Alvin kembali ketempat mereka duduk awalnya. Sivia mulai membuka kertas itu. Alvin juga.
* * *
Ify masuk ke kelas dengan langkah malas-malasan. Semalaman dia mikirin perasaan dia yang makin gak karuan kalau nginget Rio. Nginget senyuman tiba-tiba Rio. Nginget waktu dia pelukan sama Rio. Ify ngerasa senang, malu dan ga tau apalagi. Selama ini, Ify hanya pernah satu kali punya perasaan kayak gitu. Waktu sama Kak Iyel. Tapi ga gini-gini amat. Ngapa-ngapain bawaannya keinget Riooo terus.
Ify melangkah lunglai ke mejanya. Duduk ditempat duduknya. Ify memperhatikan tempat disampingnya
yang masih kosong.
'Sivia belum datang yah?' batin Ify. Dia melirik ke meja Rio. ceritanya curi-curi pandang gitu :p
Tapi bukan Rio yang dia liat, tapi Sivia.. bareng... yah siapa lagi kalo bukan Alvin. Mereka brdua lagi ngobrol. Ga tau deh ngomongin apa. Tapi Ify ngeliat Avin tersenyum kecil, sedangkan Sivia ngakak abis. Sesekali keliatan Via ngegodain Alvin. Gatau deh ngegodain apaan. Ify heran juga sih ngeliatnya. Tapi ngambil sisi positifnya aja. Mereka berdua tuh kan temen masa kecil. pasti ngomongin masa kecil mereka deh. Ify mulai berspekulasi.
Tiba-tiba seseorang menghalangi pandangan Ify. orang itu duduk ditempat Sivia. Ify yang agi asik-asiknya merhatiin Alvia, mendongakkan kepala. Kemudian menaikan alis. Gak percaya. Rio!
"ngapain duduk disitu?" tanya Ify.
Beda sama yang biasa, kalau biasanya kan pasti bilang. "Heh! Ngapain lo duduk disitu?" ato "Itu tempat duduk sivia! kok lo duduk disitu?" tapi kali ini hanya itu yang bisa dia ucapin.
"Ngga boleh? anggap aja gue tukeran sama temen lo" jawab Rio sambi menunjuk Sivia dengan dagunya. Ify hanya mengangguk perlahan. Ga tau musti ngomong apa-apa lagi.
"Pagi anak-anak" sapa Bu Winda ketika masuk kelas. Ify mendongakan kepala. Cepet banget uh guru masuk kelas! Ify melirik ke sebelahnya. Rio masih duduk ditempat Sivia, gak beranjak kemana pun. Sivia juga. Kayaknya dia takut buat kembali ketempatnya. Dia udah berdiri buat kembali ketempatnya. Tapi karna Rio gak bereaksi apa-apa, malah mengeluarkan buku-buku dari tasnya, Sivia langsung mengurungkan niatnya.
"Sivia? kenpa kamu berdiri?" tanya Bu winda. Sivia hanya garuk-haruk kepala. Trus duduk kembali ditempat duduk Rio. Rio sendiri tenang-tenang aja. Seolah biasa-biasa aja. Ify kebingungan sendiri. Mata Bu Winda beralih ke Ify dan Rio.
"Mampus deh!' batin Ify. Bu Winda membenarkan letak kacamatanya yang agak melorot.
"Mario? Kenapa kamu duduk disitu? Bukannya kamu duduk dengan Alvin?" Tanya Bu Winda. Kayaknya dia hafal tempat duduk anak-anak didiknya. Kan dia wali kelas Ify.
"Cuma pengen bersosialisasi sama anak-anak lain. Boring aja kalo disitu-situ mulu" jawab Rio santai. Seolah gak lagi melakukan hal yang aneh-aneh. Bu Winda kayaknya ga mau memperpanjang masalah. Dia hanya mengangguk, seolah penjelasan Rio udah logis banget.
Sedangkan Ify hanya bisa menaikan alis. Bersosialisasi? sama siapa? gue?' batin Ify. Tapi setelah itu, Ify udah gak bisa nerka-nerka kenapa Rio gak mau minggir dari tempat duduk disampingnya. Karena setelah itu, dia udah sibuk ngerjain soal-soal yang Bu Winda kasih.
* * *
Pas jam pertukaran pelajaran, ga ada tanda-tanda Rio mau balik ke tempatnya. Dia malah asik sama BBnya. Sivia sendri ga berani "ngusir" Rio dari situ, soalnya Rio keliatan udah pewe banget disitu.
"Eh, Yo, kok lo gak balik ketempat duduk lo sih?" tanya Ify penasaran.
"Gue udah duduk. ga mau bangun lagi. males" jawab Rio asal. Ify memutar bola matanya. Susah ngomong sama nih anak.
"Trus, Via gimana?" tanya Ify lagi.
"Ya, dia duduk ja disitu. Alvin ga bakal gigit kok" jawab Rio santai. Ify menghela napas.
"up to you. asa jangan selamanya duduk disini aja"
Sementaraitu, anak-anak lain pada berspekulasi tentang tempat duduk Ify, Rio, Alvin sivia yang udah berubah. Ada yang bilang kalo Avin suruh Sivia pindah, supaya Rio dan Ify bisa baikan, gak suka berantem kayak dulu lagi, ada yang bilang Alvin nyuruh Sivia pindah supaya Rio dan Ify bisa pedekate, ada yang bilang Ify nyuruh Sivia pindah supaya Sivia PDKT sama Alvin, dan dia sama Rio, ada yang biang kalo Rio suka sama Ify dan berencana nembak Ify, tapi masih PDKT, sekaligus nyomblangin Alvin sama Sivia. Pokoknya macam-macam deh!
* * *
Impian, Cita-cita,dan semua yang Via suka......
Sivia pengen banget bisa jadi dokter! soalnya, pas masih kecil, sivia suka sakit-sakitan, dan ada dokter baik hati yang selalu nyembuhin Via dokter bilang, jadi dokter banyak pahala, karna nyembuhin banyak orang.
Trus, Sivia juga pengen bisa ke Disneyland bareng papa dan mama, pengen liat mickey mouse, donal duck, Guffi, yang biasa Via tonton.
Via juga pengen punya adek. Kayak temen-temen Via. Via kesepian cuma sendirian sama mama dirumah terus.
Tapi Via gak begitu keepian lagi karna ada Alvin. Pokoknya Via pengen temenan selamanya sama Alvin. Soalnya Alvin itu baikkkkk banget, ga kayak anak cowok lain yang suka jail sama Via.
Via suka Alvin, Via sayang Alvin. Via ga mau pisah dari Alvin.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
Subscribe to:
Posts (Atom)