Sore ini Shilla, Ify dan Sivia menemani d ’orions bermain basket sepulang sekolah di gedung olah raga. Mereka bertiga kini duduk di kelas XI dan d ’orions sekarang sudah kelas XII. Ini bulan ketigaAgni mengikuti pertukaran pelajar ke Jepang, dan long-distancenya dengan
Cakka berlangsung lancar.
Setelah merasa cukup lelah, d’orions memutuskan untuk beristirahat. Dengan senang hati Sivia dan Shilla menyeka keringat yang mengucur deras di pelipis Alvin dan Gabriel. Sementara Ify malah sibuk dengan BBnya hanya mengulurkan handuk ke Rio. Sedikit protes dilantunkan Rio
pada Ify karena sikap sedikit kurang
perhatiaannya yang masih sering muncul, tapi hanya ify balas dengan
cengiran dan kembali tenggelam dalam kesibukannya. Cakka hanya
tersenyum masam melihat kelakuan teman-temannya, sudah resiko yang
harus dia tanggung walau kadang merasa iri dan. kangen pada Agni benar-benar mengusiknya.
“ada yang mau sweet seventeen ni, bakal dapet makan gratis kayanya. ” Sindir Sivia pada Ify.
“siapa?” tanya Cakka semangat.
“makan aja lo semangat!” kata Gabriel sambil menoyor Cakka. Cakka manyun.
“ kalo mau makan jangan bikin dinner romantis dong, tar gue makan sama angin. ” Ujar Cakka.
“sama gue gimana kak?” tawar Ify ngaco.
“ tawaran bagus fy! Berarti kita ngedate ni besok kalo lo ulang tahun ?” sambut Cakka nggak kalah ngaco.
“ he’emh, tapi lo nunggu giliran, abis kak Rio baru elo.”
“heh? Gue cuma jadi simpanan elo? Kita putus!”
“elo jahat..” raung Ify.
“lo berdua ngapain?” tanya Rio sambil memandang aneh Cakka dan Ify.
“ cewe lo asik dah yo! Bisa klop sama gue, gue bawa pulang ya?”jawab Cakka sambil cengar-cengir ngarep. Ify tertawa lepas melihat ekspresi Cakka, akhir-akhir ini Ify dan Cakka
memang sedang kompak kalau bercanda.
“bawa aja! Kompak dah, sama-sama setres!” jawab Rio sambil melengos kemudian membereskan tasnya. Rio beranjak pergi sambil menenteng tasnya.
“ kemana yo?” tanya Alvin.
“cari Mrs. Mario baru.” Seru Rio.
Ify berteriak-teriak memanggil Rio sambil mengejarnya.
***
Rio mengedarai motornya dengan kecepatan sedang. Dibiarkannya Ify tidak memeluknya, padahal biasanya Rio pasti ribut kalau Ify memboncengnya tanpa berpegangan erat.
Akhir-akhir ini Ify merasa aneh dengan sikap Rio yang lebih pendiam dan dingin padanya, entah karena apa. Pernah Ify berpikiran kalau Rio sedang bosan padanya tapi ia berusaha membuang jauh-jauh pikiran itu.
“ kak, gue pengen es krim.” Rengek Ify mencairkan kebekuan mereka.
Rio hanya mempercepat laju motornya dan kemudian berhenti di depan kedai es krim langganan mereka.
Ify terus berceloteh macam-macam sambil sesekali menyuap es krimnya, tapi Rio hanya menanggapinya dengan kata-kata pendek, sekedar
mengangguk atau tersenyum, bahkan kadang hanya senyuman masam yang dia berikan.
Kali ini Ify benar-benar yakin pada perubahan Rio, ingin rasanya ia bertanya ada apa dan kenapa Rio berubah, tetapi ia merasa ada sesuatu yang menahannya untuk bertanya juga.
“ gue kaya ngomong sama patung!” gerutu Ify dengan suara yang amat pelan. Rio tidak mendengarnya karena sedang larut dalam pikirannya.
Beberapa hari yang lalu Rio bertemu dengan seseorang yang membuat
pikirannya kacau seperti saat ini. Perkataan orang itu benar-benar membekas di ingatan Rio.
-beberapa hari yang lalu-
Rio sedang makan di caffe yang berada tidak jauh dari apartemennya saat orang itu datang menghampirinya.
“ lo Rio?” tanya orang yang berdiri tegak di samping meja tempat Rio makan. Tanpa menunggu jawaban Rio, orang itu meletakkan segelas
cappuccino di meja dan duduk di hadapan Rio.
Rio melirik sekilas orang itu, ia sedikit kaget melihat siapa yang duduk di hadapannya. Debo. Ya, Debo yang diketahui Rio sebagai mantan pacar Ify. Rio berusaha tetap bersikap biasa dan menyembunyikan kekagetannya.
“ lo, tau gue kan? Dan tau sedikit kisah gue kan? Kisah gue yang sekarang menyambung jadi kisah elo, Alyssa. ” Kata Debo sambil mengaduk minumannya dan sukses
membuat Rio menghentikan makannya dan menatap Debo sinis.
“ mau apa lo?” tanya Rio tajam.
“santai aja bro, gue belum mulai apapun.”
“gua tanya, mau apa elo sama gua?” Rio tidak sedikitpun menurunkan nada bicaranya.
“ oke kalo cara main lo gini, gue ikut, lo tau? Ify masih punya gue. ” Debo memberikan penekanan di setiap kata yang ia ucapkan.
“ apa maksud lo?” tanya Rio tidak sabar.
“ belum pernah ada kata putus dari bibir Ify atau pun gue.”
“nggak tau malu lo! Lo udah nyakitin Ify masih bisa ngomong kaya gitu ?” Rio berusaha santai menghadapi Debo.
“ fine, gue bukan pecundang dan gue akui gue salah nyia-nyiain Ify, dan gue akan memperbaiki semua kesalahan gue, dengan cara miliki dia lagi. ”
“mimpi lo ketinggian! Ify punya gua sekarang, dan elo, nggak mungkin ambil dia dari gua !”
“hey, elo salah! Gue kenal Ify hampir selama hidup gue, gue tau semua hal tentang dia !” Debo tersenyum penuh kemenangan.
” ada janji yang masih gue sama Ify pegang, kartu mati elo! Buat tambahan, gue cinta pertama Ify. ”
“asal lo tau! Nggak mungkin Ify mau sama elo!”
“sure? Lo liat nanti, Mario Stevano!”
Debo menginggalkan selembar uang untuk membayar pesanannya kemudian melangkah pergi.
-sekarang-
Rio tersadar dari lamunannya karena goyangan tangan Ify tepat di depan mukanya.
“ kenapa kak?” tanya Ify lembut dan berusaha untuk tidak mengeluarkan nada penasaran.
Rio hanya menggeleng sambil tersenyum menjawabnya.
“ pulang?” tanya Rio mengalihkan pembicaraan. Ify mengangguk heran. Setelah membayar Rio
mengantar Ify pulang. Sebenarnya hanya satu hal yang sangat ditakutkan Rio saat ini, kehilangan Ify.
***
Siang ini Ify menunggu jemputan Rio di gerbang sekolah. Hari ini kelas XII pulang pagi karena besok akan diadakan pendalaman materi.
Sudah hampir setengah jam Ify berdiri sendirian di tempat itu karena teman-temannya pulang terlebih dulu, sekolah pun sudah mulai sepi. Berkali-kali Ify melirik jam tanganya dan berkali-kali juga ia mengedarkan pandangannya ke jalan untuk mencari sosok Rio, tapi tetap saja hasinya nihil.
Saat Ify tertuduk karena kelelahan, ada seorang anak laki-laki yang Ify perkirakan masih berusia sekitar 8 tahun datang menyapanya sambil menarik-narik lengan bajunya.
“ ada apa dek?” tanya Ify lembut sambil mensejajarkan tingginya dengan anak itu.
Anak itu tak menjawab, hanya menyerahkan setangkai lili putih dan sebuah amplop berwarna biru muda kemudian berlari entah kemana. Anak tadi tidak menyahut apapun saat Ify panggil dan justru malah terus berlari.
Ify mengangkat bahunya kemudian mengalihkan pandangannya ke setangkai lili putih yang berada di tangan kanannya, dan tangan kirinya menyimpan amplop
ke saku seragamnya. Ify memang sangat suka bunga lili putih, dia akan
susah menolak jika ada seseorang yang memberinya bunga itu. Senyum kecil terukir di wajah Ify setelah mencium wangi bunga itu,
wajahnya yang semula tampak sangat lelah berubah menjadi ceria.
Sebuah cagiva hitam berhenti tepat di depan Ify berdiri, Rio yang mengendarainya. Rio tak langsung menyapa Ify karena perhatiannya tersita untuk mengamati Ify yang masih asik dengan bunga lili putihnya sampai tidak menyadari
kedatangannya. Pikirannya kembali melayang pada sosok Debo, hanya orang yang pernah dekat dengan Ify yang tau kalau Ify sangat menyukai
bunga itu. Rio mengedarkan pandangannya ke sekitar bagian depan sekolahnya dan benar dugaannya, matanya menangkap sosok Debo yang sedikit bersembunyi di balik pagar dengan
senyum kemenangan yang tergambar jelas dan membuat emosi dan rasa cemburu Rio serentak naik.
“ kak Rio.” Pekik Ify yang akhirnya menyadari kedatangan Rio. Rio hanya tersenyum masam sampai sebuah ide bergelayut di pikirannya untuk merubah kedudukannya dengan Debo menjadi satu sama.
Rio menarik tangan Ify untuk mendekat padanya kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Ify dan membuat jarak di antara mereka terhapuskan. Ify yang benar-benar kaget dan bingung
dengan kelakuan Rio hanya bisa pasrah, bunga yang ia pengang juga
jatuh tanpa sadar. Sebelum Ify sadar dari keterkejutaannya Rio mendaratkan sebuah kecupan di pipi kirinya dan menahannya beberapa saat.
“ love you.” Bisik Rio lembut tepat di sebelah talinga Ify. Tapi Ify merasa aneh dengan apa yang ia terima dari Rio hari ini, bukan tindakan spontan
Rio yang biasa ia lakukan saat perasaannya sedang benar-benar tak terkendali dan perlakuan yang bisa membuatnya terbang jauh, ada hal lain yang Ify rasakan walaupun tidak tau pasti apa itu.
“balik?” tanya Rio membuyarkan lamunan Ify. Ify hanya mengangguk kemudian naik ke boncengan Rio.
Sambil menstarter motornya, Rio menatap Debo yang sedang geram dengan tatapan penuh kemenangan. Rio tidak hanya menyamakan kedudukan, three point ia dapatkan untuk membalik keadaan. Karena Ify memang miliknya.
***
Rio dan Ify bercanda di tepi kolam renang di belakang rumah Ify bersama Deva dan mama Ify juga.
“ gue kerjain PR dulu ah, kagak selese tar kalo gue di sini terus.” Pamit Deva kemudian berlari menuju kamarnya. Maklum anak SMA baru, masih penyesuaian dengan tugas dari guru yang kadang tanpa ampun dan belas kasihan.
“ ya, mama masak dulu, pacaran deh berdua!” Pamit mama Ify kemudian beranjak ke dapur.
Tinggal Rio dan Ify di tempat itu.
“ fy.” Panggil Rio.
“hmm..” jawab Ify sambil terus memainkan air kolam dengan kakinya.
“ kalo lo punya pilihan, mana yang akan lebih lo perjuangkan antara kenangan atau masa depan, lo pilih yang mana ?”
“heh? Pertanyaan lo aneh banget? Kenapa emang?”
“jawab aja susahnya apa?”
“kalo diperjuangkan sih masa depan, tapi kenangan perlu untuk pelajaran kita membangun masa depan. ”
“kalo ada kenangan lo di masa lalu yang meminta elo untuk masuk lagi ke sana, apa yang lo bakal lakuin ?”
“hidup harus terus berjalan kan? Jadi kenapa kita harus terus tenggelam dalam kenangan ?”
“gue mau lo janji satu lagi sama gue, janji jangan pernah kalah sama kenangan ya !” Rio menyodorkan kelingkingnya pada Ify.
“ maksud lo?”
“nggak papa, gue cuma mau lo janji sama gue.”
Sambil tersenyum Ify melingkarkan kelingkingnya ke kelingking Rio.
“ udah sore, gue balik ya.” Pamit Rio. Ify mengangguk dan kemudian Rio beranjak pergi.
“ kak Rio.” Panggil Ify sambil menarik tangan Rio.
“ apa?” tanya Rio sambil tersenyum lembut.
Tanpa menjawab Ify mendaratkan kecupannya ke pipi Rio dengan gerakan cepat.
“ balesan yang tadi.” Kata Ify dengan pipi yang memerah.
Rio yang terkejut hanya tersenyum sambil memegangi pipinya dan kemudian melanjutkan langkahnya.
***
Sambil mendengar musik di kamarnya, Ify terus mencermati amplop yang diterimanya tadi siang. Amplop itu sama sekali belum ia buka. Ify membulatkan tekatnya kemudian membuka surat itu.
Kita sahabat selamanya, apapun yang terjadi.
Hanya ada kalimat itu yang tertulis di selembar kertas yang terlipat rapi dalam amplop. Sebuah kalimat yang membawa pikiran Ify melayang jauh ke masa lalu. Kalimat itu adalah kalimat yang pernah terucap langsung dari mulutnya dan mulut sahabat kecilnya, Debo.
Pikiran Ify kembali pada saat status persahabatan itu menjadi relasi spesial antara seorang anak laki-laki dan perempuan, awalnya Ify menolak saat Debo menyatakan perasaannya dengan alasan Ify tidak mau merusak persahabatan mereka yang memang sudah terajut sejak mereka kecil walaupun ia memiliki perasaan yang sama dengan Debo. Saat itu Ify sendiri yang mengatakan, apapun yang akan terjadi nantinya hubungan mereka harus tetap baik.
Kini Ify memikirkan hubungannya dengan Debo setahun belakangan ini, tidak ada kontak yang terjadi di
antara mereka sedikitpun. Tapi semua itu karena ulah Debo yang sudah menyia-nyiakannya. Ify tidak
pernah munafik kalau ia juga rindu pada sosok Debo sebagai sahabat, ingat! Sahabat yang selalu ada untuknya, karena hatinya sekarang
milik Rio seutuhnya.
Suara ketukan pintu menyadarkan Ify dari pikirannya.
“fy..” panggil bu Wanda.
“masuk ma..” jawab Ify sambil melipat kembali surat yang sudah ia yakini pengirimnya itu. Bu Wanda memasuki kamar Ify sambil tersenyum.
“ ada apa ma?” sambut Ify.
‘ada yang cari kamu tu.”
“siapa?”
“liat sendiri aja! Pasti kamu seneng, kan udah lama kamu nggak ketemu dia. ”
“em, suruh tunggu dulu deh ma, Ify ganti baju.”
“ya.” Bu Wanda kembali menuruni tangga menuju lantai satu untuk menemani tamu Ify mengobrol.
Tak lama kemudian Ify turun dan menghampiri mama dan tamunya. Ify benar-benar kaget dengan siapa yang datang. Serentak tangan dan kakinya menjadi sangat dingin. Ify terpaku di tempatnya berdiri. Orang yang sangat Ify hindari tiba-tiba muncul lagi, ya, Debo sedang duduk di depannya sambil tersenyum ramah. Dia benar-banar tau keadaan, orang tua Ify memang hanya mengetahui kalau Debo adalah sahabat dekat Ify tidak lebih. Mereka memang sudah melarang Ify berpacaran sejak lama, dan setahun lalu baru ify ketahui sebabnya adalah perjodohannya dengan Rio. Dengan begitu tidak mungkin Ify bisa mengusir Debo.
“ fy, kok malah di situ? Ini Debo cuma dianggurin?” bu Wanda membuyarkan lamunan Ify.
Ify hanya tersenyum masam kemudian menyalami Debo, berusaha bersikap sebiasa mungkin.
“ tante tinggal dulu ya, De.” Pamit bu Wanda.
Tinggal Ify dan Debo yang masih sama-sama diam.
“ gimana kabar lo?” tanya Debo ramah.
“ baik.” Jawab Ify ketus.”mau apa lo kesini?”
“udah terima surat gue kan? Itu tujuannya.”
“elo masih berani dateng setelah apa yang elo lakuin ke gue?”
“gue minta maaf soal itu, gue nyesel banget! Tapi gue kesini sebagai Debo sahabat elo, buat menutup semua lembaran gelap yang udah gue buat, gue nggak mau jadi pecundang buat
persahabatan kita.” Ify diam mencerna kata-kata Debo.
“ gue dateng kesini untuk meminta maaf atas nama persahabatan kita, gue mau menyambung itu lagi, gue tau elo udah punya orang lain di hati elo, yang jauh lebih baik dari gue. ”
“atas nama persahabatan kita, gue.. maafin elo.” Jawab Ify yang teringat janjinya dulu.
“ yang bener fy?” tanya Debo antusias, tidak menyangka akan semudah ini meyakinkan Ify.
Ify mengangguk sambil tersenyum.
“ tapi jangan pernah lo ungkap lagi kisah lain kita!”
“rebes bos!”
Ify dan Debo larut dalam pembicaraan dan candaan mereka sebagai seorang sahabat.
***
Ify, Sivia, dan Shilla, makan di kantin SMA Putra Bangsa, namun kali ini mareka ditamani oleh Ozy, Ray dan Deva yang juga menjadi siswa sekolah ini sekarang.
D ’orions sedang pendalaman meteri hari ini, jadi jadwal istirarat mereka berbeda dengan kelas X dan XI.
“ kak, kata mama kemarin kak Debo ke rumah ya? Ngapain?” tanya Deva, lebih tepatnya mengintrogasi.
“ iya, main doang.” Jawab Ify disambung menyuap mie goreng pesanannya.
“ lo udah nggak marah sama dia yang udah nyakitin elo?”
“dia dateng baik-baik sebagai sahabat gue, kenapa gue harus memperpanjang masalah ?” Deva menghela nafas karena kadang merasa kakaknya terlalu baik, contohnya seperti sekarang, dengan mudahnya Ify bisa memaafkan orang yang jelas-jelas mempunyai kesalahan fatal padanya.
“ kak Ify, gue percaya sama elo, tapi gue juga minta jaga perasaan kakak gue ya! Lo tau kak Rio kan ?” ujar Ray.
Ify hanya mengangguk sambil terus memakan pesanannya. Rio yang handal menghadapi masalah seberat apapun dan diakui banyak orang dapat mengolah emosinya dengan baik memang dapat berubah 180
derajat kalau sudah menyangkut masalah hati. Rio tidak terlalu pintar untuk masalah ini.
***
Ify menunggu bus di halte dekat sekolahnya. Hari ini Rio tidak bisa menjemputnya karena memiliki urusan yang tidak bisa ia tinggalkan. sebuah mobil Jazz putih berhenti di depannya. Ify tau pasti mobil siapa itu.
“ ayo!” ajak Debo dari dalam mobil, kaca kiri mobil memang sengaja Debo buka agar Ify bisa melihatnya.
Tanpa pikir panjang Ify langsung memasuki mobil Debo. Di perjalanan Ify dan Debo terus bernyanyi dan sedikit menggoyangkan badan mereka mengikuti alunan musik yang mereka putar. Akhir-akhir ini hubungan Ify dan Debo memang terus membaik, Debo yang sudah
menetap di Jakarta juga sering main ke rumah Ify.
Namun Ify belum menceritakan semuanya pada Rio yang sedang sibuk dengan pendalaman materi dan beberapa urusan dengan papanya, Ify hanya tidak mau mengganggu dan berusaha
mengerti Rio.
Debo benar-benar datang di saat yang tepat untuk menjalankan semua rencananya. Dengan seperti ini, seakan ia datang untuk menemani Ify yang sedang kesepian.
“main dulu yuk fy?” ajak Debo.
“kemana?”
“dufan?”
Setelah menimbang-nimbang akhirnya Ify setuju. Ia mengirim sms ke mamanya untuk meminta ijin.
***
Hari yang menyenangkan untuk Ify dan terutama Debo harus berakhir. Debo mengantar Ify pulang. Sambil terus bercanda, Debo mengiringi Ify memasuki halaman rumahnya.
“aduh.. senengnya..” sindir seseorang berusaha santai namun terdengar tajam di telianga Ify dan Debo.
Ify tercekat melihat Rio yang bersandar pada motornya. Menyambutnya dengan senyuman sinis dan sindiran tadi.
“ k..kak Rio, udah lama?” Ify gelagapan karena mengerti kalau Rio sudah berpikiran macam-macam padanya. Dan sekarang ia merutuki kata-kata yang baru saja ia ucapkan, mengapa ia tidak langsung menjelaskan pada Rio apa yang
sebenarnya terjadi.
“ baru kok, baru-tiga-jam-gue-nunggu.” Jawab Rio masih berusaha menahan emosinya.
“ em.. maaf.”
“enggak apa-apa kok, harusnya kan gue yang minta maaf udah ganggu elo sama dia, lebih baik gue pulang ya, nona Alyssa. ” Rio segera menstarter motornya dan bersiap meninggalkan Ify yang masih terpaku dengan mata yang mulai memanas.
“ oh iya, satu lagi, selamat deh, buat lo bro.” Kata Rio tajam pada Debo yang juga masih diam pada tempatnya.
Air mata Ify akhirnya leleh, belum pernah ia melihat Rio menatapnya semarah tadi, ia juga sadar kalau ia salah tidak menceritakan semua pada Rio sebelumnya.
“ fy..” panggil Debo lembut sambil memegang bahu Ify.
Ada sesuatu yang mengusik hati Debo saat melihat mata Ify. Mata Ify menyiratkan kalau ia benar-benar takut kehilangan Rio. Ia tau pasti kalau Ify pasti akan mempertahankan pendapatnya kalau ia merasa benar, tapi di depan Rio, Ify nampak benar-benar lemah, sebegitu berharganya Rio untuk Ify. Baru Rio yang mampu membuat Ify seperti ini.
“ de, gue mau sendiri.” Ucap Ify dengan suara serak.
“ oke, gue siap bantu kalo lo butuh gue.”
Debo meninggalkan Ify sendiri.
***
Berhari-hari Ify menjauhi Debo agar tidak membuat hubungannya dengan Rio yang sedang tidak jelas menjadi semakin runyam.
Berhari-hari juga Rio menjaga jarak dengan Ify. Rio tidak pernah datang ke rumah Ify. Di sekolah, saat ia akan berpapasan dengan Ify ia selalu menghindar, dan kalau sudah tidak mungkin menghindar, ia akan menghindari kontak dengan Ify. Rio hanya bermaksud untuk membuat Ify sadar betapa berartinya dia untuknya dan semakin meyakinkan
perasaannya. Tapi Ify mengakap lain, Ify merasa kalau Rio hanya mencoba lari dan masalah dan tidak mau memperbaikinya.
Berkali-kali Ify mencoba menjelaskan pada Rio apa yang sebenarnya terjadi, namun selalu ada saja cara Rio untuk menghindar. Ify sudah lelah sebenarnya. Beberapa hari lagi Ify berulang tahun yang ke 17, orang tuanya dan orang tua Rio sepakat untuk membuat sebuah pesta kecil untuknya. Malam ini keluarga Rio akan datang untuk makan malam di rumah Ify dan untuk membicarakan acara ulang tahun Ify. Mereka memang tidak mengetahui masalah Ify dan Rio yang memang sengaja
ditutupi. Dan malam ini Ify akan mencari kepastian pada Rio untuk hubungan mereka, akan terus berlajut sesuai harapannya atau kalau memang sudah tidak bisa di pertahankan akan berakhir di sini.
Ify memaikan grand pianonya sambil menunggu kedatangan Rio dan keluarganya, juga untuk menemani keluarganya yang
sedang berkumpul. Sejak beberapa hari yang lalu lagu ini terus berputar-putar di otak Ify karena sesuai dengan keadaan saat ini.
Biar aku sentuhmu berikanku rasa itu
Pelukmu yang dulu pernah buatku
Ku tak bisa paksamu tuk tinggal di sisiku
Walau kau yang selalu sakiti aku dengan perbuatanmu
Namun sudah kau pergilah jangan kau selali
Karna ku sanggup walau ku tak mau
Berdiri sendiri tanpamu
Ku mau kau tak usah ragu
Tinggalkan aku kalau memang harus begitu
Ify menghentikan lagunya karena menyadari kedatangan Rio dan keluarganya.
Sebenarnya Rio mendengar seluruh lagu yang dinyanyikan Ify, dan ia yakin lagu itu untuknya.
Makan malam berlangsung seperti biasa untuk orang tua Ify dan Rio yang nampak asik dengan pembicaraan mereka. Ray dan Deva juga nampak asik makan dengan sajian spesial hari ini. Hanya Ify dan
Rio yang nampak canggung, tidak ada candaan garing mereka seperti
biasanya.
“ fy, yo..” panggil papa Rio. Serentak Ify dan Rio mengalihkan pandangannya.
“ kalian kan sudah saling cocok, gimana kalau kalian sekalian tunganan lagi di pesta Ify nanti?” Ify dan Rio tersedak mendengar penawaran dari orang tua mereka, lagi-lagi mereka diberikan pilihan seperti ini saat hubungan mereka sedang tidak bagus. Deva dan Ray mengulurkan segelas air pada kakak mereka masing-masing.
“ gimana?” tanya mama Ify antusias setelah Ify dan Rio terlihat lebih lega.
“ em.. Ify boleh minta waktu bicara sebentar sama kak Rio nggak ?” pinta Ify yang merasa ini saat yang tepat untuk mencari kejelasan semuanya. Pasti terlalu lama kalau menunggu Rio yang bertindak.
Ify menarik tangan Rio ke halaman belakang rumahnya.
***
“ gue cape kak! Apa mau lo sekarang?” tanya Ify pasrah sambil menyandarkan punggungnya pada tiang gazebo.
Rio tersenyum miring kemudian menatap Ify tajam.
“ elo masih bisa tanya mau gue apa?” tanya Rio balik, emosi yang ditahannya berhari-hari memuncak.
Rio medekati Ify dan menumpukan tangan kanannya pada tiang gazebo yang dipakai Ify bersandar agar tidak ada orang lain yang mendengar semua perkataannya dan tidak curiga apa yang sebenarnya mereka lakukan.
“ Hati gue sakit banget liat elo sama dia, elo bilang elo tau siapa gue, tapi kenapa elo masih tega nyakitin gue ?” Ify hanya bisa menunduk mendengar ucapan Rio.
“ di sini! Di sini titik lemah gue, dan elo udah kuasai semuanya.” Kata Rio sambil menunjuk dadanya. ”dengan sangat mudah elo bisa hancurin gue, seperti sekarang, gue hancur fy! Puas lo ?”
Rio meninggalkan Ify yang sudah berlinangan air mata sendirian.
“ kak Rio!” panggil Ify dengan suara parau dan melepas cincin dari jari manis tangan kirinya. Rio menghentikan langkahnya.
“ elo selalu bilang gue harus percaya sama elo, tapi kenapa sekarang elo nggak bisa percaya sama gue? Gue udah berusaha jelasin ini ke elo berkali-kali, dan elo tau itu kan ?”
Ify mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan.
“ bukan cuma elo yang lemah karena rasa ini, gue juga! lo tau betapa lemah bahkan betapa bodohnya gue saat ada sama elo? Gue udah kasih semua yang gue punya buat elo, cuma buat elo! Dan gue nggak pernah nyesel!”
Ify mendekati Rio yang masih terpaku kemudian menarik tangan kanan Rio dan memberikan cincinnya kembali.
“ makasih buat semuanya.” Ucap Ify sambil menghapus air matanya dan kemudian berlar menuju kamarnya.
***
Rio terus memantulkan bola basket di gedung olah raga sekolah untuk meluapkan emosinya. Merutuki dirinya sendiri karena caranya yang tidak memperbaiki keadaan malah justru memperunyam semuanya. Dengan mengembalikan cincin yang pernah ia sematkan di jari manis Ify, secara tidak langsung Ify telah memutuskan hubungan mereka.
Tadi Ify tidak masuk sekolah karena sakit. Seharian tadi ia juga sudah kenyang dengan berbagai ceramah dari Cakka, Alvin, dan Gabriel, juga sedikit amukan dari Deva yang tidak terima kakaknya tiba-tiba sakit cuma
gara-gara dia.
Bola basket yang Rio lemparkan tidak menemui sasaran justru terpantul entah kemana. Rio membungkuk sambil memegangi lututnya dengan nafas yang tidak beraturan dan keringat yang mengucur deras. Sayup-sayup ia mendengar suara pantulan bola basket yang lama-kelamaan semakin
mendekat.
Rio sedikit melirik ke arah si pembawa bola.
“mau jadi pecundang lo cuma diem di sini?” tanya orang itu sambil melemparkan bola ke ring. Debo lah orang itu.
“ dengan lo menghindar kaya gini nggak ada yang bisa lo selesaikan bro !”
Rio mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan emosinya.
“ tonjok aja kalo lo mau dan semua masalah lo bisa selesai dengan itu !” Kata Debo seperti mengerti pikiran Rio. Mendengar suruhan Debo emosi Rio menurun.
“ semua yang udah Ify jelasin ke elo itu amat sangat benar, sekarang cuma ada elo di hati dia dan gue rasa emang gue harus mundur, buat sahabat gue. ”
Debo terus berbicara sambil mendrible bola.
“ apa elo mau pergi setelah elo dapetin semua yang elo mau dari Ify? Kasian dia, cukup gue bajingan di hidup dia, jangan ada yang ke dua !”
“perbaiki semuanya sebelum elo bener-bener kehilangan dia!” Debo menonjok pelan langan Rio karena mulai merasa Rio bisa menerima perkataannya.
“ thanks bro.” Jawab Rio.
“jangan lo bikin dia nangis bahkan sampe sakit lagi! Gue bakal bener-bener rebut dia dari elo kalo sampe kejadian lagi !”
“pasti!” jawab Rio mantab.
“terus ngapain elo masih di sini?”
Rio nyengir dan kemudian berlari dengan tujuan pasti, menemui Ify.
***
Rio memasuki rumah Ify dengan rangkaian lili putih di tangannya.
“ sore tante.” Sapa Rio saat menemui bu Wanda yang sedang menyiapkan makanan.
“ sore yo.” Balas bu Wanda sambil tersenyum dan menghampiri Rio.
Rio mencium tangan bu Wanda seperti biasa.
“ makasih mau kesini, tante yakin kamu tidak akan lari dari masalah. ” Ucap bu Wanda sambil membelai puncak kepala Rio.
“ tante tau semuanya?”
“tau lah, mau gimanapun tante kan mamanya Ify, tante bisa bendain kapan Ify baik-baik saja dan kapan dia punya masalah, tante kan pernah muda juga yo !”
“tapi Rio jangan dipecat jadi calon mantu ya tan!” canda Rio sambil menggaruk tengkuknya.
“ kamu ini ada-ada aja! Temui Ify sana! Kalo udah sakit kaya gitu nggak ada obat yang mempan, cuma cintanya aja yang bisa sembuhin. ” Goda bu Wanda yang membuat Rio terkekeh kemudian berlari menuju kamar Ify.
Ify sedang tertidur saat Rio memasuki kamarnya. Setelah meletakkan bunga yang ia bawa di meja kecil di samping tempat tidur Ify, Rio memeriksa kening Ify. Panas sekali. Ify memang benar-benar sakit. Rio berlutut di samping tempat tidur sambil menggenggam tangan Ify dengan tangan kirinya.
Ditatapnya wajah Ify yang sedang
terlelap, sangat manis. Tangan kanan Rio sibuk menyampingkan beberapa helai rambut Ify yang menutupi wajah cantiknya. Pancaran dari wajah Ify saat ini benar-benar membuatnya merasa bersalah.
“ kak Rio.. kak.. gue sayang elo.”
Tiba-tiba Ify mengigau.
“ fy, gue di sini, buat elo, maafin gue ya! Gue juga sayang banget sama elo. ” Balas Rio sambil membelai rambut Ify.
Perlahan mata Ify terbuka dan menangkap senyum manis Rio padanya. Spontan Ify bangun dan memeluk Rio.
“ maafin gue kak, gue nggak mau lo pergi, gue sayang elo.” Ucap Ify dengan tangisan yang kembali meledak.
“ iya, tapi lo jangan lapin ingus lo di baju gue gini dong! Gue abis mandi ni, jorok lo ah !” Rio berusaha melepaskan pelukan Ify tapi justru Ify semakin kencang memeluknya.
“ bodo!”
“yo wis lah! Gue juga sayang sama elo.” Rio membalas pelukan Ify.
“ kita balikan ya?” Pinta Ify lengkap dengan mupengnya tapi mana Rio liat.
“ nggak romantis lo! Tar aja balikannya!”
“maksud lo? Lo nggak mau balikan sama gue? Pergi aja lo sono yang jauh !” bentak Ify sambil menutupi badan sampai kepalanya dengan selimut.
“ ngek.. elo mau dapet kejutan dari gue nggak?” goda Rio sambil menoel lengan Ify.
“ apaan?” Ify membuka selimutnya lagi.
“ kejutan aja lo semangat!”
“apaan kejutannya?”
“odong! Kalo kejutan diomongin namanya bukan kejutan! Tinggal pasrah nunggu aja apa susahnya sih ?”
“kak Rio mah..” Ify memajukan bibirnya beberapa centi.
“ ganteng?”
“amit-amit!”
“gue balik! Tar kelamaan gue di sini jadi bertiga kita!”
“kak Rio, otak lo pengen gua obral!” seru Ify jengkel sama omongan Rio yang mulai nglantur. Rio hanya terkekeh kemudian melangkah pergi.
***
Hari ini Ify tepat berusia 17 tahun. Malam ini Rio mengajaknya pergi berdua, entah kemana. Ify sudah berdandan cantik hari ini. Dengan gaun serba putihnya, rambut lurus yang digerai dengan hiasan jepit berbentuk bunga mawar berwarna senada dengan gaunnya, ditambah highheels silver. Ify benar-benar anggun malam ini dan nampak sedikit lebih dewasa dan keibuan.
Ify menuruni tangga untuk menemui Rio yang sudah menjemputnya. Rio terperangah melihat penampilan Ify malam ini, luar biasa cantik di matanya. Ify juga tak kalah terkejut dengan penampilan Rio malam ini,
ganteng, gagah pula. Stelan serba putih yang benar-benar cocok untuk Rio.
“ini Ify gue?” tanya Rio setengah tidak percaya dengan mata yang tak juga berkedip.
“ iya lah! Lo pikir siapa?”
“you look so pretty tonight!” puji Rio tulus.
“ thank you, and you’re so hot tonight!” balas Ify.
“lo pikir gue api neraka?” tanya Rio ketus.
“ ganteng maksud gue mas! Nggak mudeng banget sih? Berangkat yuk !”
“bentar! permainan baru mau dimulai nona Alyssa.”
Rio mengambil selembar kain hitam dari saku jasnya dan kemudian ia gunakan untuk menutupi mata Ify. Rio menuntun Ify menuju mobilnya dan membawa Ify ke suatu tempat.
***
“ jangan lo buka sebelum gue suruh!” perintah Rio setelah menghentikan langkahnya di suatu tempat. Dari angin yang berhembus begitu kuat dan suara deburan ombak, Ify menebak kalau ia berada di pantai sekarang. Walaupun rasa
penasarannya begitu besar, Ify tetap mengikuti perintah Rio.
“ buka Fy!!” seru Rio yang terdengar berjarak agak jauh dengan Ify sekarang. Ify benar-benar takjub dengan apa yang ia lihat di depannya.
Dekorasi yang tidak terlalu megah namun manis, sangat manis bahkan. Rio memang paling bisa kalau menyiapkan tempat seperti ini, walaupun ia tak menyadari kalau perbuatannya ini lah yang disebut romantis, yang ia tau kalau ia berbuat seperti ini ia dapat membahagiakan Ify.
Ify lebih terkejut lagi saat melihat bukan cuma dia dan Rio yang ada di tempat itu, ada orang tuanya, orang tua Rio, Ray, Deva, personil d ’orions yang lain dan tentu saja Sivia dan Shilla, juga beberapa undangan lain,
juga seseorang yang berdiri dengan
senyum ramah disana, Debo.
Ditengah mereka terdapat kue tart dengan ukuran sedang. Mereka menyambut Ify dengan nyanyian happy birthday.
“ make a wish fy!” seru Shilla mengingatkan Ify yang akan meniup lilin yang berbentuk angka 17. Ify memejamkan mata sejenak kemudian meniup api yang menyala hingga padam.
“wishnya minta dilamar Rio ya fy?” celetuk Cakka disela kehebohan yang lain dan langsung mendapat toyoran
Alvin.
Potongan kue pertama Ify akan berikan untuk mama dan papanya.
“bener buat kita fy?” goda papa Ify. Ify mengangguk mantab.
“ nggak buat yang disana?” mama Ify menunjuk dermaga kecil yang sebelumnya sengaja ditutupi oleh kerumunan orang.
Ify kembali ternganga melihat keindahan yang yang ada di hadapannya, dermaga itu dihiasi dengan banyak lilin kecil dan Rio duduk ditengahnya sambil memangku gitar dan tersenyum manis pada Ify.
“ one miracle for me from the God, it’s her, the queen of my heart, Alyssa Saufika Umari, happy sweet seventeen, my dear, wish you all the best. ” Ucap Rio.
“ maaf, cuma lagu ini yang bisa aku kasih buat kamu, lagu yang bisa menggambarkan semua yang ada di hati aku buat kamu, lagu ini aku persembahkan untuk Ifyku yang tercinta. ”
Detingan gitar Rio mulai mengalun.
Menatap indahnya senyuman di wajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta teridah
Saat kau peluk mesra tubuhku
Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan
Kepada dirimu..
Aku ingin engkau slalu hadir dan temani aku
Di setiap langkah yang meyakiniku
Kau tercipta untukku..
Meski waktu akan mampu memanggil sluruh ragaku
Ku ingin kau tau ku slalu milikmu
Yang mencintaimu sepanjang hidupku..
Ify menghampiri Rio.
“thank you so much, kak Rio.” Ucap Ify yang masih speechless dengan kejutan beruntun yang diterimanya malam ini.
“ belum selesai cantik!” kata Rio sambil mengambil sesuatu dari saku jasnya.
“ oh my gosh, lagi? Bocor dah jantung gue!” keluh Ify.
“lo ngrusak momen gue ceburin ke laut!” bisik Rio di telinga Ify agar yang lain tidak mendengarnya.
“ em.. fy, malam ini aku mau minta satu hal sama kamu.” Pinta Rio.
“ apa?”
“aku mau kamu temenin aku berjanji setia di depan Tuhan, temani aku melewati seluruh sisa hidup aku, sampai ajal memisahkan kita. ”
“el, kam.. eh lo nglamar gue? Serius lo?” tanya Ify mreman.
Well, Ify ngrusak momen yang sudah Rio bangun susah payah. Rio menepuk keningnya sendiri.
“ percuma gue udah susah-susah pake aku kamu sampe romantisan kaya gini sama elo! Mak lampir..mak lampir! Bingung kenapa gue betah sama elo !” keluh Rio sambil mengacak-acak rambutnya.
“ ngekk.. jadi nggak ni? Lamaran Debo kemaren belum gue jawab ni. ” Ancam Ify sambil berpura-pura menjauh dari Rio dan mendekati Debo.
“ lo maju satu langkah lagi gue terjun ke laut!” Rio balik mengancam.
“ hhe.. becanda!”
“mau nggak?” tawar Rio ketus sambil membuka kotak perhiasan yang berisi cincin yang sebenarnya memang punya Ify.
“ minta dong sama orang tua gue!”
“om, tante, dep, semuanya, ipy boleh jadi punya Rio ya? Awas lo ada yang ganggu-ganggu lagi !”
“boleh, tapi jagain yang bener anak perempuan om satu-satunya !” jawab papa Ify
“of course, om! tante?”
“sahnya minimal 2-3 tahun lagi lo..” jawab mama Ify.
“siap tante! Gimana fy?”
“hmm.. kalo gue nggak mau kasian sama elo, pasti jadi perjaka tua, kan cuma gue yang mau sama elo. ”
“bodo! Kan cuma elo yang gue mau dan gue butuh.” Rio memasangkan kembali cincinnya ke jari manis Ify.
“ cium..cium...cium....” seru yang lain.
“ hush! Pamali! Nggak boleh! Belum sah!” kata papa Ify yang mendapat dukungan dari mama Ify ddan orang tua Rio.
“ udah pernah om!” jawab Rio keceplosan dengan polosnya.
” mampus gue!” kata Rio sambil menutup mulutnya sadar dengan tatapan bermacam-macam bentuk dari yang lain.
“ Rio...” seru papa Rio sambil menjewer telinga Rio.
“ pa ampun pa! Kilav! Aduh.. Sakit pa..” rintih Rio sambil meringis kesakitan. Yang lain tertaawa puas melihat Rio seperti anak-anak dimarahi pemilik kebun dengan tuduhan mencuri mangga.
>> the end...
No comments:
Post a Comment