Sunday, April 22, 2012

I'm Yours part 15 -Last part- (re-post)

Iel tertegun begitu membuka pintu rumahnya, “ Via?”

Ya, ada Sivia yang kini berdiri di depan pintu rumah iel, malam ini ia tampak cantik dengan balutan dress biru laut dan rambut tergerainya.

Iel terperangah, “Via, ngapain lo kesini malem – malem?”

“Mau dinner sama lo, boleh kan?”

“Dinner?”

Sivia mengangguk mantap, lantas dengan langkah pasti melewati iel dan masuk kedalam rumah megah itu, Iel pun mengikuti langkah Sivia yang sudah lebih dulu masuk,

“Eh, ke halaman belakang lo aja yuk!” Ajak Sivia lantas menarik lengan iel yang tersenyum pasrah.

Sampailah iel dan sivia dibelakang halaman rumah iel, ada hamparan rumput nan hijau yang tampak anggun dimalam hari, ada kolam renang yang menenangkan mata, dan.. ada sebuah kanvas dipinggir kolam renang, sepertinya iel memang sedang melukis sebelum sivia datang, yap, semua terasa begitu indah malam ini,

“Haaaahh..” Sivia menghela nafas panjang, lantas dilihatnya iel kembali menuju kanvasnya, kembali duduk diatas sebuah kursi didepan kanvas itu, sebenarnya ada satu kursi kosong lagi disampingiel, dan disitulah kini sivia mendudukkan tubuhnya,

“Lo lagi ngelukis apaan?” Ujar Sivia seraya berusaha mendekatkan matanya kearah kanvas, matanya menangkap sebuah gambar, ada dua orang anak kecil sedang berlari dengan tangan bergandengan, yangsatu, cewek dengan kuncir duanya, dan yang satu lagi, adalah seorang anak laki– laki dengan topi merahnya, dengan latar malam dipenuhi bintang- bintang, terlihat jelas kedua anak itu sedang berlarimengejar bintang dilangit, oh, tapi, bukan hanya ada dua anak itu, tapi jugaada seorang anak cowok lagi yang berdiri disamping jalan,

“Ini siapa?”

Iel menghela nafas panjang,lantas menyandarkan tubuhnya dikursi, “Via, lo masih inget gak, waktu TK kita suka pulang bareng…”

Sivia tertegun, tapi kemudian menganggukan kepalanya, “Dan setiap kita pulang sekolah pasti ada anak cowok yang godain elo, kan? Lo masih inget cowoknya?” Lanjut Iel.

Sivia tersenyum kecil, “Oooh, inget, inget, siapa ya namanya…. Mm…. De..de…”

“Debo..” Sambung Iel.

“Iya, itu maksud gue,”

Iel kembali menghela nafas panjang, “Lo masih inget gak? Betapa Debo naksir sama lo…”

Kali ini Sivia tak dapat menahan tawanya, “Oh, iya, iya, gue inget. Waktu TK, setiap pulang sekolah, dia suka nungguin gue di taman komplek, nah, kalo dia liat gue pulangbareng sama lo, dia pasti langsung ngumpet… hahaha, iya kan?”

Iel tersenyum kecil, tapi tidak menjawab apa –apa,

“Lah, terus nyambungnya sama lukisan ini apaan?” Tanya sivia penasaran.

“Via, lo sadar gak sih, kita selalu berlari ngejar bintang kita masing – masing, kita selalu berusaha meraih bintang itu, tapi..tanpa kita sadari, kita selalu bergandengan tangan..Dan itu berarti, sama aja, kita meraih bintang itu bareng–bareng, dan pada akhirnya, kita tetap akan bertemu, karena kita selalu bergandengan tangan…” jelas iel.

Sivia tertegun, lantas menghela nafas panjang, tidak tahu mau menjawab apa, sampai iel kembali menyambung
kalimatnya, “Via, sejauh apapun kita berlari, kita akan tetap bertemu disatu titik, karena kita terus bersama, karena kita terus berpegangan tangan, via…aku pikir sudah saatnya kita kembali bertemu disatu titik, dan anggap saja, malam ini adalah titik temu itu…” Lanjut Iel, matanya tak beralih memandang sivia.

“Via, kita udah sama – sama berusaha, kita udah sama – sama mengejar bintang kita masing – masing, tapi sampai kapan pun, pegangan tangan itu akan tetap mempertemukan kita… Via,gue bukan Romy Rafael yang bisa baca pikiran orang, atau siapa lah… Tapi hati gue bilang, lo udah berhenti mengejar bintang lo,dan sekarang saatnya lo kembali bertemu gue… “ Jelas iel.

Sivia tercekat, nafasnya tertahan, entah apa kata yang bisa menggambarkan hatinya saat ini, ia bahagia, ya hatinya berdesir…

“Via, gue bukan cowok romantis yang bisa bikin lo melayang karena kata – kata gombal gue, gue juga gak bisa menjanjikan apapun buat lo, gue Cuma bisa terus menggenggam tangan lo dengan ketulusan gue.. Gue cuma bisa menyayangi lo sebagai mana adanya, lo hanya perlu untuk terus membiarkan gue menggenggam tangan lo… Via, jadi cewek gue ya..”
Jelas iel.

Dan, disinilah, detik inilah, sivia merasakan hatinya berdesir hebat, ada perasaan bahagia yang tiba – tiba membuncah keluar, ada rasa lega yang membuat tubuhnya seakan melayang. Dan kini, isi hatinya dipertanyakan, ya, sivia tidak mungkin menolak permintaan itu… Kini sivia sadar, ia terlalu melihat jauh, ia bahkan ingin meraih bintang yang terlalu tinggi, padahal…padahal…padahal disampingnya sudah ada iel, iel yang senantiasa akan terus menggenggam tangannya…iel yang akan terus mengajaknya berlari sepenuh cinta, iel yang kini tengah menunggu jawabannya, dan jawaban itu adalah…..

“Yes, I do..”

Iel tertegun, perlahan ia menarik sudut – sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman, senyuman yang mungkin tidak akan bisa mewakili perasaan hatinya saat ini,senyuman yang mungkin tidak akan mampu melukiskan betapa bahagianya ia, betapa ia merasakan seolah denyut nadinya hilang entah kemana, betapa ia merasakan ia ingin mengucapkan sesuatu…

Iel berdehem, memecah keheningan diantara keduanya, lantas kemudia iel berdiri dari bangkunya, dan melangkah masuk kedalam rumahnya. Tidak lama kemudian, iel kembali dengan sebuah gitar ditangannya,

“Iel, lo mau maen gitar?”

Iel menggeleng mantap, “Nggak, orang gue gak bisa maen gitar,”

“Lah, terus?”

“Gue mau nyuruh lo mainin buat gue…”

Sivia tertegun, “Lho? Kok gue?”

“Ya..kan elo yang bisa..”

“Tapi kan biasanya kalo disinetron – sinetron cowok yang mainin gitar buat ceweknya? ah, lo gak romantis!” Sivia manyun.

Iel tertawa kecil, “ya udah, lo maen sinetron aja sono..”

“Kan gue bukan artis!”

“Ya, iyalah…orang lo cewek gue.. mana sudi gue ngeliat lo dipeluk – peluk cowok lain disinetron! Elo kan…”

Sivia tertegun, tapi kemudian tersenyum kecil.. “Gue kenapa?”

Iel terlihat ragu, tapi kemudian tersenyum nakal, “Lo kan jelek,mana ada cowok yang mau meluk lo, kecuali…”

Sivia lagi – lagi manyun, “Kecuali gue…” Sambung iel.

Sivia tersenyum lebar, lantas kemudian menundukkan kepalanya, wajahnya berseri – seri,

“Yee, malah mesem – mesem! Udah, buruan maen, lagunya yang romantis ya..”

Sivia tersenyum kecut, tapi kemudian meraih gitar ditangan iel, lantas memangku gitar itu, “Lagu apa ya?”

“mm..Kalo lagu cinta satu malam gimana?” Usul Iel dengan nada menggoda.

Sivia menelan ludah, berusaha menerima betapa tidak romantisnya cowoknya ini,

“Lagu ini aja ya,” Sivia mulai memetik gitarnya, mengalunkan sebuah nada, lantas mulai bernyanyi, Christian Bautista-The way you look at me,

No one ever saw me like you do
All the things that I could add up to
I never knew just what a smile was worth
But your eyes say everything without a single word

Coz there’s something in the way you look at me
It’s as if my heart knows you’re the missing piece
You make me believe that there’s nothin in this world I can’t be
I’d never know what you see
But there’s something in the way you look at me

Dan lengkaplah sudah, malam ini menjadi pertemuan kembali dua tangan yang pernah saling menggenggam, kini kedua tangan itu akan terus bergandengan, tanpa harus melihat bintang lain, ya, saling menggenggam, Dengan perasaan bahwa indahnya hidup kini adalah cerita mereka, dan mereka saling menatap untuk menikmatinya bersama. Cerita hidup ini memang indah, jika ada seseorang di samping kita yang akan senantiasa siap menggenggam tangan kita, serta mengajak berlari, menikmati indahnya
cinta…

@@@

“Apa via? Jadi elo jadian sama iel….HFPFHFTFTFT…” Ify terpaksa menghentikan kalimatnya karena tersedak oleh bakso yang disumpalkan via kemulutnya

Sivia mengangguk, kemudian kembali memasukkan suapan nasi goreng kantin ke dalam mulutnya,

“Serius lo, via? Elo, sama iel?” Tanya Ify lagi.

Sivia kembali mengangguk, “Iya, emang kenapa sih kalo gue sama iel? Freak emang?”

“Lah? Bukannya lo suka sama Rio?” Tanya Ify lagi.

“Itu kan dulu, sekarang sih…” Sivia menggantung kalimatnya, terlihat berfikir sebentar, tapi kemudian kembali membuka mulut, “Eh, jangan – jangan waktu itu lo lebih milih Alvin gara– gara gue suka sama Rio ya?”

Ify tertegun, tapi kemudian menganggukan kepalanya, “Salah satu alasannya ya itu…”

Sivia melotot, kemudian malah menoyor kepala Ify, “ Yeeh! Dodol! Lo kenapa gak nanya sama gue dulu sih? Gue itu udah ngelupain semuanya, terbukti kan, sekarang gue malah jadian sama iel.. ah, elo fy!”

“Yaa, mana gue tau..” Sahut Ify.

“mm.. Pokoknya lo harus ketemu sama Rio!” Jelas Via.

“Mau ngapain lagi? Gue aja udah hampir dua minggu gak ngomong sama dia! Gak, ah..”

Sivia kembali melotot, “Justru itu, lo berdua harus ngomong empat mata, gue yakin kok dia masih suka sama lo.. ayolah, fy!”

Ify tak menanggapi, malah sibuk menghabiskan jus mangganya, “Ify! Lo denger gue gak sih! Lo sama rio itu harus ketemu.. masa mau diem – dieman terus! Kapan jadiannya?”

“Siapa juga yang mau jadian sama cowok belagu kayak gitu?” Balas Ify.

Sivia menghela nafas panjang, “Plis deh, fy, buang dulu rasa gengsi lo itu… perasaan lo jauh lebih penting!”

Lagi – lagi Ify tidak menjawab, hanya terus menatap Sivia,

“Fy, mau ya?!!”

“Tapi dia pasti udah benci sama gue, via!”

“Kata siapa?”

“Kata gue barusan..”

“Ya udah, liat aja nanti… “

@@@

"Gue sih mau – mau aja via, tapi.. lo tau kan Rio kayak gimana orangnya..” Sahut iel begitu mendengar rencana sivia untuk mempertemukan ify Dengan Rio.

“Ayolah, iel, Pliss…”

“Susah, via..”

“Coba dulu!”

Iel menatap Sivia, mencari keyakinan diwajah rupawan itu, kemudian tersenyum kecil, “Iya deh, demi elo..”

“Sip.”

“Jadi apa rencana lo?”

@@@

Rio dan iel memasukki ruang music beriringan, “Lo mau ngapain sih iel ngajakin gue kesini?”

Iel celingukan, “mm, Ya lo tau kan yo, gue itu gak bisa maen alat music, nah.. gue kan pengen kasih kejutan buat cewek gue, gue pengen maenin alat music buat via, biar romantis yo..” Sahut Iel, ia berusaha untuk tidak terlihat gugup.

Rio buang muka, kesel sendiri, “YA udah sih, maen suling aja! Lo bisa kan maen suling?”

“Yaelah yo, jaman sekarang, mana romantis kalo pake suling! Gue maunya, pake gitar yo…gitar..”

Rio mendelik, “Berani bayar berapa lo?”

“Goceng dah!”

“Gigi lu goceng! Gocap..”

“Gille! Gocap???”

Rio mendengus kesal, kemudian membalikkan badannya, hendak meninggalkan ruang music, “Ya udah kalo gak mau..”

“Eh, iya, iya..iya.. ok, gocap! Setuju gue!” Sahut Iel cepat.

Rio tersenyum kecil, kemudian menghela nafas panjang, “Oke, satu lagu doang kan? Lo mau lagu apaan?”

“mm.. Gini yo, kok mendadak perut gue mules ya, aduh, bawaan orok nih yo..gue ke kamar mandi bentar yak! Bentar doang. Okeh, “Jelas iel, tanpa menunggu jawaban Rio, Ia lantas segera berlari meninggalkan ruang musik. Sukses sudah.

Sampai diluar ruang music, iel langsung mengeluarkan ponsel disakunya, mencari satu nama dalam daftar kontaknya, lantas menempelkan ponselnya ketelinga,

“Via, Rio udah diruang music… buruan bawa Ify!.... Oke?... Sip!”

@@@

Rio mendesah kesal, lantas kembali melipat tangannya didepan dada, ia sedang menunggu iel yang tak kunjung balik dari kamar mandi,

Tapi tiba – tiba pintu ruang music diketuk dari luar dan masuklah seorang cewek, Rio tertegun, ya tuhan, itu kan…Ify.

“Ngapain lo kesini?” Tanya Rio garang.

Ify yang baru masuk terlihat terkejut setengah mati begitu melihat Rio, “Elo? Harusnya gue yang nanya, ngapain lo kesini?”

“Ya terserah gue, lah..” Sahut rio.

“Ya udah, terserah gue juga dong!” Balas Ify.

Ify kaget setengah mati begitu melihat sosok Rio diruang music, Ify mulai curiga, jangan – jangan ini semua rencana sivia?

“Emangnya lo mau ngapain sih kesini? Nyariin Alvin?” Tanya Rio lagi.

Ify tertegun, kemudian menggelengkan kepalanya, “Gak kok, tadi gue disuruh sama via ambil gitar di ruang music..”

“Kenapa bukan dia aja yang ngambil?”

“Dia mendadak mules!” Sahut Ify gak kalah jutek.

“Lho? Kok sama alasannya sama Iel?”

Ify tertegun, “Maksud lo?”

“iya, tadi iel yang bawa gue kesini, terus dia juga mendadak mules! Masa iya mulesnya bisa barengan gitu? Mentang – mentang udah jadian!” Lanjut rio.

“Jangan – jangan….” Ucap Ify dan rio berbarengan.

Tuh, kan! Ini semua emang rencana Iel dan Via. Ify menelan ludah yang terasa pahit dilidahnya, suasana mendadak hening, baik Ify maupun Rio tidak sudi membuka mulut, Sampai akhirnya Rio berdehem kecil,

“Lo kenapa sih?” Tanya Rio tiba – tiba.

“Kenapa gimana?”

“Lo menghindar ya dari gue?”

Ify tercekat, nafasnya tertahan, “Ya, enggak lah..” Jawab Ify, ia berbohong, jelas – jelas ia memang menghindari Rio.

“Bohong!”

“Bener..”

“Terus kenapa lo gak mau ngomong sama gue?”

“Ya, kan… lo yang gak mau ngomong sama gue..” Sahut ify, terus mencoba mencari alasan.

Rio mendelik, lantas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, “Jangan – jangan lo marah gara – gara kejadian itu?”

“Kejadian apaan?”

“Lo pura – pura bego atau emang bego dari sononya sih!!??”

Ify buang muka, “Lo tuh bisanya emang Cuma menghina ya!”

Rio tidak menjawab, malah sibuk mengalihkan pandangan kesekitar,

“Gue emang bego, yo! Gue udah nyakitin perasaan banyak orang, terutama… terutama…”

“Siapa?”

Ify tertegun, Terutama elo, yo! Gue udah bohongin perasaan gue sendiri, gue gak pernah mau mengakui kata hati gue yang bilang kalo emang cuma elo yang ada dihati gue…

“Udahlah, lupain aja..” Sahut ify seraya meninggalkan ruang music. Lagi - lagi,ini bukan saat yang tepat. Oh!

@@@

Besoknya, saat pulang sekolah. Ify berjalan dengan santai menuju rumah. Tapi baru beberapa meter dari sekolah, ia melihat beberapa cowok berseragam SMA, sepertinya darisekolah lain. Mereka tertawa terbahak – bahak. Tiga orang itu membawa pemukul bisbol. Wah, rupanya mereka habis maen bisbol, pikir Ify. Tapi tiba– tiba…

Sayup – sayup Ify mendengar pembicaraan mereka,

“Biar mampus tuh si rio! Bisanya tebar pesona aja sama cewek – cewek kita!” Seru seseorang diantara mereka, ify hanya bisa mendengarkan.

“Bener banget tuh, bos! Cewek gue aja sampai kepincut sama si rio! Sampai Cinta mati! Coba, apa bagusnya si Rio?” Sahut yang lain.

“Iya! Harusnya kita abisin aja tuh anak dari dulu! Pake pelet apa sih tuh orang!!” Sahut yang lain lagi.

Deg! Ify merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Apa? Siapa tadi? Rio? Mario stevano maksudnya? Yang belagu itu? Ya tuhan, jangan – jangan…Ify semakin mempercepat langkahnya,

Tiba – tiba ditengah jalan, tepatnya ditaman kecil dekat sekolah, ia melihat seseorang terkapar disana. Ia mendekati orang itu. Betapa kagetnya ia ketika melihat wajah orang itu, “Rio!”

“Rio! Elo kenapa, yo?” Tanya Ify panic.

Rio tidak menjawab. Namun cowok itu masih bernapas.Wajahnya memar dan darah terus mengalir di kaki kirinya.

“Fy…Fy…” Ucapnya setengah sadar.

“Iya, ini gue…” Ucap Ify sambil menopang bahu rio, lalu memapahnya menuju tembok taman.

Rio berusaha sekuat tenaga menyeret kakinya menuju tembok taman. Berhasil! Ify mendudukkan tubuh Rio di tanah, lalu menyandarkan punggung cowok itu ke tembok.

“Thanks, fy. Tapi… lo pulang aja gih!”

“Heh! Lo gila, ya? Lo pikir gue bakalan ninggalin gitu aja orang yang lagi sekarat kayak elo begini?” Ucap ify dengan suara tinggi.

“Gue udah nggak apa –apa kok,” Rio menimpali tak kalah kerasnya.

“Heh! Elo tuh udah sekarat kayak gini masih aja belagu!”

“Udahlah…sana pulang!”

“Nggak!” Ify bersikeras, lalu mengeluarkan handuk kecil dari tasnya dan membalutkannya di kaki Rio yang berdarah.

“Ini, biar darahnya berhenti..” ucapnya datar. Ia lalu mengambil tisu dari saku bajunya dan membersihkan luka di wajah Rio.

“Lo abis berantem ya, Yo?” Tanyanya.

“Biasalah! Di kroyok gue. Tiga lawan satu..” Sahut Rio.

“Makanya jadi orang jangan belagu!”

Rio tidak menanggapi, tapi sejenak kemudian…” Kok elo baik sama gue sih?” Tanya Rio..

“Heh, lo jangan kege-eran, diam aja, ya!” perintah Ify sambil terus mengelap wajah Rio. Rio pun mengikuti perintah Ify.

“Ngomong – ngomong, lo mau gue anterin pulang gak?” Tanya Ify.

Rio tidak menjawab, “Heh! Lo denger gak sih? Gue nanya lo mau dianterin pulang gak?”

“Katanya gue disuruh diem, “Jawab Rio, cuek.

“Hu-uh! Lo tuh nyebelin banget sih!” Ify mulai kesal.

“Lo tadi nanya apa?”

“Gue nanya, lo mau dianterin pulang gak?”

“Gak perlu..”

“Terserah elo deh!” Ucap Ify sambil melemparkan tisu bekas luka Rio, “Lo udah baikan, kan? Ya udah, pulang sendiri sana! Soalnya gue mau pulang,”Ify berkata sambil beranjak dari tempatnya hendak meninggalkan Rio.

“Jangan pergi, Fy!” Cegah Rio.

Tetapi Ify tidak memedulikannya. Ia teguh pada pendiriannya untuk meninggalkan Rio.

Tiba – tiba Rio menarik tangan Ify sehingga cewek itu jatuh tepat diatas tubuh Rio. “Gue bilang, elo…jangan..pergi…” Ujar Rio penuh tekanan. Ify yang menyadari posisinya, cepat – cepat bangkit, “Oke, tapi jangan gitu dong caranya!” Ucapnya sambil duduk di sebelah Rio.

Rio hanya terdiam. Suasana hening. Sepi.

“Rio, gue udah gak kuat lagi ngadepin elo, dari awal kita ketemu, elo udah cari masalah, selalu ngerjain gue, tapi tiba – tiba lo bisa mendadak jadi baiiik
banget,lo selalu ada disaat gue dikerjain sama si shilla, lo selalu ngelindungin gue..! Elo selalu bikin gue bingung. Elo selalu bikin gue marah, tapi juga selalu bikin gue ngerasa nyaman…selalu..” Ify tak sanggup melanjutkan kata– katanya. “sebenarnya mau lo apa sih, yo? Lo mau mainin perasaan gue? Lo mau bikin gue takluk sama lo? Iya? Dan setelah lo berhasil bikin gue suka sama lo,lo bakal ninggalin gue gitu aja… iya? JAwab gue, yo!” Emosi Ify keluar tanpa terkontrol.

Rio hanya memandangi Ify tanpa berkomentar apa – apa.

“Rio, jawab dong!” Teriak Ify sambil mengguncang – guncang tubuh Rio. Ify mulai kesal lihat cowok itu hanya diam.

“Rio…”

Suara Ify mulai melemah. “Gue nggak pernah benci sama elo, tapi kenapa lo selalu mainin perasaan gue?” Ify menunduk untuk menutupi air matanya yang mulai menetes.

“Awalnya hidup gue normal – normal aja. Tapi sejak ketemu elo…” Akhirnya Rio bereaksi. Ia merengkuh kepala Ify dan merebahkannya ke dadanya. Ify tak berkutik ketika cowok itu mencium
rambutnya,

“Baru kali ini gue nemuin cewek kayak elo. Waktu pertama gue ngeliat elo, gue kira elo sama aja kayak cewek – cewek lain, yang manja dan banyak gaya. Jadinya gue iseng pengen mainin elo. Tapi ternyata elo beda! Gue seneng ngeliat betapa elo gak takut gue gertak dengan kata – kata kasar gue! Gue seneng ngeliat lo yang malah berani narik gue ketengah lapangan waktu hujan, gue seneng ngeliat semangat elo waktu belajar maen basket. Gue seneng ngeliat semangat lo, gue suka sama gaya lo marah, gaya
keras kepala lo…” Ify semakin menangis. Jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya gemetar. Mungkin Rio bisa merasakan ditak jantungnya.

“Sampai akhirnya gue sadar kalo ternyata gue sayang banget sama elo. Gue selalu merhatiin setiap elo olahraga dilapangan, meskipun elo gak pernah nyadarin. Gue seneng nyariin elo kalo lo nggak kelihatan dilapangan. Lo gak tau betapa takutnya gue saat ngeliat elo dikatain abis – abisan sama anak satu sekolah, saat elo dikerjain sama Shilla. Gue rela elo benci sama gue, tapi gue nggak rela waktu elo jauh dari gue… dan saat lo lebih milih Alvin, gue ngerasa gue udah gak perlu hidup ini lagi…” Rio berkata sambil terus memeluk Ify yang tak henti menangis,

“Maafin gue ya, Fy…”

Ify menganggukan kepalanya dalam pelukan Rio. Ya, semudah itu ia memaafkan Rio..

“Fy, gue takut banget kehilangan elo. Gue takut gue gak kuat ngeliat elo sama Alvin. Maaf kalau kemaren gue kasar sama elo. Terus terang, gue cuma gak tau gimana caranya ngasih tau ke elo betapa menderitanya gue tanpa elo..”

Langit sore telah berubah menjadi gelap. Bulan muncul mendengar semua pengakuan itu. Rio rela menjatuhkan harga dirinya didepan cewek yang paling disayanginya. Dan malam ini pula, Rio menyatakan perasaannya pada Ify…

Dan Ify, ia tidak mungkin menolak. Kali ini ia ingin mengakui kata hatinya, kata hatinya yang mengatakan bahwa, ia memang menginginkan Rio…

@@@

Anak – anak The Four Mr. Perfect sedang berkumpul dimarkas mereka, seperti biasanya.

Iel terkejut saat ponsel disakunya berdering, ia pun meraih benda itu, ada satu pesan masuk,

Sender : Yayang Via

Yak, dengan bangga saya mengumumkan bahwa Ify dan Rio sudah jadian kemarin, ternyata mereka gak butuh bantuan kita iel. Haaah, memang, cinta sejati akan bersatu dengan sendirinya….Hehe. Ify sendiri yang cerita sama aku, iel. Si belagu Rio udah cerita belum?

Iel tersenyum lebar seraya kembali memasukkan ponselnya kedalam saku, “Eciiiiiieee, ada yang baru jadian….” Serunya. Ray yang sedang asyik dengan komiknya langsung beranjak mendekati iel, Alvin yang sedang mendengarkan walkman pun tak mau ketinggalan, sementara Rio mulai curiga, jangan– jangan…

“Siapa , siapa?” Tanya Ray dan Alvin semangat.

“Siapa lagi kalo bukan bos kita, si Rio….. sama yayang Ify….” Sahut Iel semangat.

Dan benar saja, Rio harus menelan ludah yang terasa pahit dilidahnya, terbuka sudah,

“Cieeeee, Riooooo, PJ! PJ! PJ!” Seru ray yang langsung menghampi Rio dengan senyum lebar diwajahnya.

THE END

EPILOG

Ify berjalan menuju pintu rumahnya yang sejak tadi diketuk seseorang. Kemudian…

“Ri…Rio? Ngapain lo?” rio terkejut ketika melihat Rio berdiri diteras rumah.

“Ikut gue yuk, Fy!” Ucapnya.

“Kemana?”

“Udah, ikut aja. Ntar juga lo tau.”

“Gue perlu ganti baju dulu gak?”

“Nggak usah, udah cantik..” Ucap Rio sambil melemparkan salah satu helm-nya pada Ify. Rio menyalakan motor sport-nya dan Ify duduk dibelakangnya. Beberapa saat kemudian cowok itu telah membawa Ify melesat cepat menuju ke suatu tempat.

Tanpa mereka sadari, saat itu seorang anak kecil cowok mengintip dari balik tirai jendela rumah Ify, dia adalah si Ozy yang tengah senyum– senyum sendiri, “Tuh kan bener, Kak Ify pasti jadiannya sama Kak Rio….Hihihi…”

@@@

Angin bukit menerpa wajah seorang cewek yang tengah berdiri diantara deretan pepohonan.

“Rio.. Ini keren banget! Dari mana elo tau ada tempat kayak gini?” Ify berkata karena takjub melihat keindahan lampu – malpu deretan rumah di kaki bukit.

Rio membawa Ify menuju bukit di pinggiran kota bogor, yang masih asri dan terbebas dari asap knalpot kota Jakarta.

“Ini namanya bukit bintang. Sebenarnya bukit ini gak ada namanya, tapi gue yang menamakannya sendiri. Dulu, waktu gue kecil, gue sering ke sini sama nyokap gue. Pas gue besar, ya baru
kaliini. Ternyata tempat ini masih kayak dulu…” Rio menghela nafas panjang. “gue gak nyangka bisa ketempat ini lagi… sama elo,” Lanjut Rio sambil menatap wajah gadis disebelahnya.

Ditatap rio dari jarak sedekat itu, Ify jadi salah tingkah, “Hmm.. Luka lo udah nggak apa – apa kan?”
Tanya Ify.

“Udah mendingan. Ah, biarin aja.. nggak uusah dipikirin,”Jawab Rio cuek.

Ify duduk diatas motor Rio, Cowok itu duduk disebelahnya. Mereka berada diantara pohon – pohon pinus yang berjajar disepanjang kota. Di depan mereka terbentang luas pemandangan kota diwaktu malam.

“Rio..” Ify tampak ragu – ragu,

“Hmmm… gue… gue say…”

“Gue sayang sama elo, Fy..” Rio memotong kata – kata Ify sambil memandangnya dengan tatapan tajam.

Jantung Ify berdetak kencang, ternyata Rio tahu apa yang akan dikatakan Ify. Ify membalas tatapan cowok Itu.

Tiba – tiba terjadi sesuatu yang jarang terjadi. Rio tersenyum. Bukan senyum meremehkan seperti biasanya, tapi senyum yang berbeda.

Danbaru kali itu Ify menyadari betapa gantengnya Rio.

“Gue tau apa yang akan lo ucapin, tapi gue nggak mau elo yang pertama kali mengucapkannya,” Ujar Rio.

Ify terlonjak. Sebenarnya apa yang diucapkan cowok itu barusan memang benar. Tetapi tetap saja, Rio terlalu pede.

“Heh! Nggak udah sok kege…”

Belum sempat ify melanjutkan kata – katanya, mendadak ia merasakan tubuhnya seperti terkena aliran listrik. Hatinya berdesir. Ify merasakan sesuatu yang hangat, lembut, dan lembab…. Mengunci bibirnya, Bibir rio….

@@@

Dear Diary,

Dulu aku memang nggak tau apa yang namanya cinta. Tapi ternyata dia datang sendiri tanpa aku sempat berfikir untuk mencarinya.

Rio membuat aku sadar, ternyata benci dan cinta memiliki perbedaan yang sangat tipis. Selama ini aku belajar untuk menembus cinta yang hanya disadari hal– hal yang nyata, yang dapat dilihat atau diraba. Dan ternyata… keindahan sejati bukanlah yang terlihat pada kulit luarnya!

Akhirnya aku memang memilih Rio. Tuhan… apa ini memang yang terbaik?

Alyssa Saufika

TAMAT, deeeeeh….

I'm Yours part 14 -Dia Lagi- (re-post)

Seorang juri dengan setelan jas hitam menaiki panggung, tangannya membawa sebuah map berwarna merah yang tidak terlalu tebal, senyum kecil membuatnya tampak lebih gagah,

“Baik, sekarang adalah saat yang ditunggu – tunggu, dimana saya selaku perwakilan juri dalam perlmbaan ini, akan mengumukan…siapa yang berhasil menjadi pemenang pada lomba nyanyi tahunan sekolah tahun ini..” Jelasnya, lantas mulai membuka map merah ditangannya,

“Seperti yang sudah kita lihat, semua peserta sudah menunjukkan performance terbaik mereka masing – masing, dan dewanjuri sudah memutuskan…. Dengan bangga, saya umumkan, bahwa musisi sejati itu adalah……”Lanjutnya.

Semua penonton terdiam sejenak, semua menantikan satu nama yang nantinya akan disebutkan. Ify dan sivia yang duduk dikursi bagian kanan aula pun menanti – nanti nama itu disebutkan,

“Adalah……Mario Stevano Aditya Haling….. dari kelas Xa….” Seru MC tersebut. Ify tersenyum lebar, sivia juga. Sementara Rio yang duduk bersama The Four Mr.Perfect lainnya mendadak jadi pusat perhatian.

Seluruh pandangan mengarah ke arah Rio yang duduk dibarisan belakang.

“Wuiiih, siapa dulu yang ngajarin?” Seru Ray sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Emang siapa?” Tanya iel dengan nada mencibir.

“Au! Yang jelas bukan gue..” Balas Ray cengengesan.

Iel mencibir lantas menoyor kepala Ray.

“Ayo yo, maju lo ke panggung! Yee, malah bengong!” Seru Ray.

Rio tertawa kecil, lantas berdiri dan melangkah menuju panggung. Senyum kebanggaan terlihat jelas diwajahnya. Anak – anak cewek yang notabene adalah penggemar Rio langsung berteriak histeris, sementara penonton lain tak henti – hentinya memberikan tepuk tangan, Sementara Rio hanya tersenyum lebar, dengan bangga ia menerima sebuah penghargaan berupa sebuah medali emas, piagam, dan sebuah piala bergilir.

Rio melangkah mendekati mic, kembali tersenyum lebar, “Thanks buat semuanya, buat sobat – sobat gue yang the best, Ray, iel, Alvin, dan…” Rio menggantung kalimatnya, lantas mencari sosok seseorang diantara kerumunan penonton,dan matanya berhenti begitu mendapati sosok Ify, Ify yang dipandangi begitu, jadi salting sendiri,

“Dan.. buat seseorang yang udah jadi inspirasi buat gue untuk nyanyiin lagu tadi, sorry gue gak bisa nyebutin namanya, oke, last, thank you so much for you, guys!” sambung Rio lantas turun dari panggung.

Teriakan histeris kembali terdengar. Tepuk tangan kembali berdatangan. Rio pun melangkah dengan santainya, kembali ke bangkunya semula diiringi dengan decak kagum para penonton yang hadir.

Ify masih bengong, kata – kata Rio tadi… Untuk gue? Oh? Serius? Masa sih? Gue inspirasinya? Lho? Kok bisa? Ah, apaan sih lo fy! GR amat! Siapa tau tadi Rio gak sengaaja ngeliat kearah elo? Ya, siapa tau gak sengaja. Tapi… ah, masa bodo! Batin Ify.

Sementara Alvin dibangkunya diam – diam menghela nafas panjang, habis sudah. Alvin kalah. Dan itu berarti, Ify tidak akan menerimanya. Itu berarti, Ify memang bukan untuk Alvin… ya, ada sosok lain yang memang ditakdirkan untuk Ify, dan Cowok itu…Rio??

@@@

Ify dan Alvin sampai di halaman belakang sekolah, Ify yang menarik Alvin untuk bisa sampai disini.

“Selamat ya…” Seru Ify dengan senyum lebar.

Alvin mengangkat alis, bingung sendiri,

“Lho, Fy? Lo budek ya?”

“Hah? Enak aja!” Ify mencibir tidak mengerti.

“Lagian, Emangnya tadi lo gak denger, yang menang itu Rio.. bukan gue!”

Ify tertawa kecil, “Ya.. emangnya gak boleh gue kasih selamat ke elo? Lagian, tadi lo nyanyinya keren banget banget banget banget!”

Alvin tertawa pelan, lantas menghela nafas panjang. Lantas hadir sosok lain, Rio tiba – tiba datang dengan senyum kecil di wajahnya, Rio menghampiri Ify dan Alvin yang tengah berdiri di bawah rimbunan pepohonan di taman belakang sekolah.

“Yo..” Sapa Alvin.

“Hai, Vin..” Sapa Rio balik, lantas mengalihkan pandangan ke arah Ify,

“Fy..”

Ify hanya tersenyum kecil,

“Selamat ya, yo!” Ujar Alvin dengan ekspresi datar.

Rio tersenyum kecil lantas memasukkan kedua tangannya ke saku celana, stay cool.

Alvin menghela nafas panjang, lantas meraih pundak Ify, dan memegangi pundak cewek itu, “Fy, lo gak lupa kan sama janji lo?”

Ify menggeleng, tanda ia masih mengingat jelas janji yang terucap di ruang music sewaktu itu.

“dan, kayaknya gue gak perlu nagih janji itu, soalnya kan… gue…” Lanjut Alvin. Ify mengangkat alis, “Karena lo udah kalah?”

Alvin mengangguk, sementara Ify tertawa kecil, “Emangnya kenapa kalo lo kalah? Gue gak bilang kalo lo kalah gue gak bakal nerima lo kan?”

Alvin tertegun, senyumnya mengembang, “Hah? Jadi…..?”

Ify tersenyum nakal, lantas menganggukan kepala, “iya, gue mau kok nerima lo..”

JEDEEER!! Alvin kaget. Apalagi rio yang sedari tadi berdiri dibelakang mereka. Apa?

“Fy?” Tanya Alvin meminta penjelasan.

“Iya vin, walaupun lo kalah, tapi gue tetep bakal nerima lo…” Ujar Ify mantap.

Rio merasakan nafasnya tercekat, dadanya sesak.

Alvin terdiam, kedua tangannya masih memegangi pundak Ify, “Fy, thanks atas jawaban lo. Gue seneng. Seneeeeng banget. Tapi… gue mau Tanya satu hal, “Ucap Alvin, ia menghela nafas panjang kemudian kembali menyambung kalimatnya,

“Terus gimana sama perasaan lo Ke….Rio?” Ify tertegun, ia hanya bisa menelan ludahnya yang terasa pahit. Apa? APa mungkin Alvin tau perasaannya yang sesungguhnya? Bahwa sebenarnya ia menyukai Rio, dan bukan Alvin?

Rio kembali tercekat, oh ya tuhan, kenapa seolah semuanya seperti terbuka ditaman ini? APa ini waktu yang tepat? Oh, god! Batin Rio.

“Jawab Fy!” Ucap Alvin kali ini sambil mengguncang pundak Ify pelan.

“Apaan sih lo, vin! Emangnya gue ada perasaan apa sama Rio?” Tanya Ify yang berusaha menutupi kegugupannya.

Tiba – tiba aja Alvin melangkah mundur, Menjauhi Ify, tapi masih menghadap cewek itu. Sekarang posisi Ify tepat berada ditengah antara Rio dan Alvin. Ketiganya berdiri sejajar.

“Fy, gue mau lo punya dua pilihan, gue mau lo coba dengerin kata hati lo sendiri, sekarang coba lo Tanya sama hati lo, siapa yang sebenarnya lo suka? Gue atau Rio?” Ucap Alvin, lantas kembali membuka mulut,

“Kalo emang hati lo milih gue, lo bisa maju beberapa langkah kearah gue, tapi kalo hati lo milih Rio, lo silahkan maju kearah Rio…” Jelas Alvin lagi.

Ify tertegun bukan main, matanya berpindah – pindah menatap Rio dan Alvin yang kini berdiri di sisi kiri dan kanan Ify. .

Ify bingung. Hatinya jelas memilih Rio, tapi… Perlahan Ify berbalik menatap rio, lantas maju beberapa langkah ke arah cowok itu,

Alvin merasakan hatinya mencelos, sementara Rio terkejut bukan main. Apa? Ify berjalan kearahnya? APa itu berarti…

Ify menghela nafas panjang ,sebelum akhirnya menatap rio lekat – lekat,

“Yo, thanks selama ini lo udah ngisi hari – hari gue, lo udah bikin gue katawa, marah, sampai bikin gue nangis…”Ujar Ify, matanya basah, pipinya lembab, Ify menangis sejadinya,

“Gue tau sebenernya lo orangnya baik, gue tau sebenernya lo gak pernah tega ngeliat cewek nangis..” Sambung Ify.

Rio tertegun, tapi tetap tidak melepaskan pandangan dari Ify,

“Yo, lo lebih dari sekedar cowok perfect buat gue.. lo punya segalanya! Lo ganteng, lo pinter maen basket, pinter maen music, lo lebih dari sekedar perfect buat gue! Dan harus gue akui, gue selalu ngerasa nyaman ada disamping lo…. Tapi, gue gak bisa bohongin perasaan gue sendiri, kalo… “ Ify menggantung kalimatnya, dan dengan sangat tanpa diluar dugaan Ify malah kembali membalikkan badannya dan perlahan melangkah ke arah Alvin.

Rio tercekat, ia hanya bisa memandangi punggung Ify yang terus menjauh darinya, Ify terus melangkah ke arah Alvin, Alvin tertegun, mendapati kenyataan bahwa Ify malah berbalik ke arahnya,

“Kalo…kalo elo yang gue pilih, vin!” Jelas Ify mantap, matanya menatap Alvin lurus.

Alvin terperanjat, tapi kemudian menghela nafas panjang, “Lo jangan bohong lagi, Fy..! gue tau hati lo sebenernya bukan milih gue! Walaupun gue baru kenal sama lo, gue bisa ngerasain kapan saat dimana lo negerasa nyaman, dimana lo ngerasa bahagia, dan saat itu adalah…saat lo bersama Rio. Saat lo di samping Rio… “ Jelas Alvin lirih.

Ify tertegun, tatapannya menunduk, ia tidak berani untuk sekedar menatap Alvin, ya,semua yang dikatakan Alvin memang benar. Rio-lah orangnya, tapi.. ada alasan lain yang membuat Ify enggan untuk mengakui perasaannya.

“Fy, semuanya keliatan jelas di mata lo, lo suka sama Rio! Dan kenapa sih lo gak jujur perasaan lo sendiri?” sambung Alvin.

“Tapi vin, yang gue pilih itu elo…” Jawab Ify.

“Gak Fy! Lo pilih gue bukan karna lo suka sama gue! Tapi karena lo kasian kan sama gue? Lo kasian kan ngeliat kondisi nyokap gue? Lo kasian kan mendengar kisah hidup gue?Gue tau, fy. Lo gak bisa nutupin semua itu dari gue, dan satu hal yang harus lo tau, gue gak mau lo terima gue Cuma karena satu kata….KASIHAN!” Jelas Alvin.

Ify tercekat, nafasnya sesak, kedua matanya terus mengeluarkan air mata,

“Fy… lo gak perlu kasianin gue! Gue lebih bahagia kalo lo nolak gue, daripada lo harus nerima gue Cuma karna perasaan kasian. Gue tau yang sebenarnya ada di hati lo itu Rio….dan
bukan gue! Iya kan, Fy?” Tanya Alvin lagi.

“Vin, gue…gue…” Ucap ify terbata – bata, ia masih sesunggukan.

“Fy, sorry, gue gak bisa ngejalanin hubungan ini..” Jelas Alvin lantas tanpa menunggu jawaban Ify, ia segera melangkah pergi.

Ify termangu dalam tanda Tanya. Lagi – lagi ia hanya bisa menangis. Ya, hatinya memang memilih Rio, tapi apa salahnya meluangkan tempat untuk orang lain, Ify mengakui,ia memang iba dengan kisah hidup Alvin yang tak banyak orang ketahui. Ia hanya ingin menjadi orang pertama yang memeluk Alvin saat jiwa cowok itu dikalahkan oleh kerapuhan. Hanya itu. Ia ingin menjadi pendengar setia saat Alvin menceritakan keluh kesahnya, sekali lagi, hanya itu..

Dan Rio? Ify sudah berusaha setengah mati untuk mengalahkan perasaannya pada cowok itu, ya, walaupun hatinya terus menolak..

@@@

Malam menjelang, Sivia baru saja bangun dari tidur siangnya. Hari ini hari libur, jadi sudah tentu Sivia punya banyak waktu untuk istirahat.

Sivia masih tergolek diatas tempat tidur, matanya masih setengah terbuka. Kamar Sivia khas ABG, penuh dengan warna – warna ceria, pink di tembok sebelah timur, biru dan kuning membelah di tembok sebelah barat.Perabot kamarnya mahal, semuanya builtin sendiri. Barang –barang yang dipesan selalu limited dan pasti butuh uang banyak untuk mewujudkannya.

Sivia bangkit dari keranjangnya, menghampiri sebuah bungkusan besar – tipis yang dibalut kertas copy cokelat, benda itu diletakkan didekat lemari pakaiannya.

Dituntut rasa penasaran, Sivia pun membuka bungkusan itu, sebuah kanvas, daan senyumnya pun mengembang begitu mendapati wajah close up-nya terpampang jelas dikanvas besar tersebut, di kanvas itu terlihat wajahnya sedang tersenyum dengan latar ribuan gitar yang dilukis dengan warna temaram. Sivia tersenyum lebar, ia begitu tersanjung.

Yup, ia tentu tau siapa yang mengirimkan lukisan ini, siapa lagi kalau bukan Gabriel? Sivia ingat sekali, iel memang pintar soal lukis-melukis, he’s talented! Karya lukis iel sudah tidak terhitung lagi, dan semuanya jelas bukan hanya sembarang karya lukis, melainkan karya lukis yang memiliki makna tersendiri yang sulit dimengerti.

Sivia menghela nafas panjang, lantas meletakkan lukisan itu diatas tempat tidurnya. Ada rasa lain yang dirasakannya, bahagia? Tentu, ia bahagia. Bukan, ada rasa lain, selain bahagia… cinta? Apa mungkin? Masa iya secepat itu? Tapi kan…

Haaaah, sivia menghela nafas lagi, lantas beranjak dari tempat tidurnya.

I'm Yours part 13

Pagi tlah tiba…Pagi tlah tiba… horee! Hatiku gembira…

pagi ini Ify bangun dengan semangat ’45, hari ini Rio, Alvin, Dan Sivia akan unjuk gigi memperlihatkan kemampuan mereka. Wow, satu hal yang jelas belum tentu terjadi untuk kedua kalinya,

Ify melangkah ringan hendak keluar rumah, ayah – ibunya sudah berangkat dagang sejak tadi shubuh. Dan Ify pun terperanjat melihat sebuah mobil jaguar hitam terparkir di depan rumahnya, Ify melongo. Setaunya, mama Ira tidak punya mobil seperti itu. Lah, ini mobil siapa?

Tiba – tiba pintu mobil dibuka, Keluarlah dua orang bapak – bapak berbadan tegap dengan pakaian serba hitam. Yang satu berambut cepak, dan yang satunya asli botak.

“Dengan non Ify?” Tanya yang berkepala botak.

Ify mengangguk kecil, “Iya, bapak – bapak ini siapa ya?”

Dua orang bapak – bapak tadi membungkuk sedikit untuk memberi hormat,

“begini non Ify, Den Rio, majikan saya, memerintahkan kami berdua untuk menjemput non Ify dirumahnya..” Ify melongo, Rio? Ngapain juga?

Tiba – Tiba Ozy keluar dari rumah,

“Kenapa kak?”

“Ini zy…. Eh, kamu kok belom rapi?” Tanya Ify heran melihat adiknya yang belum berseragam sekolah.

“Aku masuk siang, kak…” Jawab ozy polos.

Ifymanggut – manggut, lantas kembali mengalihkan pandangan ke dua bapak – bapak tadi, “Pak, Yang bapak maksud itu Mario stevano aditya haling bukan?”

“Iya, betul non, itu tuan muda saya..” Jawab yang berambut cepak.

“Ayo non Ify, kita udah ditunggu sama den Rio.” Tambah Yang botak.

Ify melongo lagi, “Ditunggu dimana pak?”

“Di perlombaan nyanyi kan?” Sahut Yang botak lagi.

Ify manggut – manggut, “ Oh, iya. Tapi pak, kayaknya saya berangkat sendiri aja..”

“Jangan non Ify, nanti den Rio bisa marah. Kami berdua bisa dipecat.” Sahut yang berambut cepak.

Ify tertegun, hah? Masa sampe segitunya? “Tapi pak…”

“Kami berdua bukan orang jahat kok. Non Ify gak usah khawatir.. Ayo!” Seru yang botak.

Ify terdiam sejenak, lantas menganggukan kepalanya, “Ya udah, pak.”

“Zy, kakak jalan dulu ya.”Pamit Ify pada adiknya.

“Sama bapak – bapak ini KaK Ify?” Ify mengangguk mantap, “Iya, bapak – bapak ini orang suruhannya kak Rio. Jadi kamu tenang aja, ya..”

Ozy mengangguk mantap. Ify pun segera bergegas masuk ke dalam mobil mewah itu, Ify sempat bingung Karena dua orag bapak – bapak tadi ikut duduk dijok belakang bersama Ify. Oh, rupanya masih ada satu bapak – bapak lagi yang akan nyetir mobil. Tapi.. kenapa Rio sampe nyuruh tiga orang sekaligus kalo Cuma mau jemput Ify?Lagian, ngapain juga nih dua bapak – bapak duduknya dempet – dempet sama Ify? Ify mulai cemas, segala pikiran negative mulai berdatangan.

Mobil pun melaju, suasana didalam mobil sendiri hening, Ify melihat kearah depan, ia tidak mengenali siapa yang duduk dibangku kemudi, pasalnya wajahnya nyaris tertutup oleh kaca mata hitam besar yang digunakannya. Ify menghela nafas panjang,sementara dua orang bapak – bapak yang duduk disampingnya semakin merapat ke tubuh Ify. Ify takut, oh, ya tuhan…

Ify mendesah kecil, berusaha membuang pikiran jahat dikepalanya, tapi tiba – tiba Ify merasakan ada sesuatu yang membekap mulutnya, sebuah sapu tangan dengan obat
bius yang membuat Ify kini sesak, Ify panic, ia mencoba berteriak, dilihatnya kesamping, ternyata dua orang bapak – bapak tadilah yang kini membekap mulutnya, Ify terus meronta– ronta, dadanya semakin sesak, aroma dari obat bius itu begitu tajam tercium.Ify terus meronta, sampai akhirnya aroma obat bius itu membuatnya tak sadarkan diri…

@@@

Alvin mengetuk pintu rumah Ify, tak lama seseorang membukanya dari dalam,

“Eh, ozy..” Sapa Alvin.

Ozy tersenyum kecil, “Wah, Kak Alvin..”

Alvin tersenyum lebar, “Kak Ify mana, zy?”

Ozy terlihat bingung, lantas garuk – garuk kepala, “Lho? Tadi kan udah dijemput sama supir – supirnya Kak Rio..” Jawa Ozy polos.

Alvin tertegun, Rio? Ah, lagi – lagi ia kalah cepat. “Supirnya kak Rio?”

“Iya, ada tiga orang, katanya sih disuruh sama kak Rio buat jemput kak Ify..”

Alvin menghela nafas panjang, gak biasanya Rio kayak gini!

“oh, gitu. Ya udah, Kak Alvin pergi dulu ya, zy.”Ucap Alvin lantas menaiki motor sportnya, dan langsung tancap gas.

@@@

Rio turun dari motor sport-nya, pagi ini ia tampak begitu tampan dengan setelan putih. Kemeja putihnya dibalut sebuah jas dengan warna putih yang memikat, dipadu celana panjang dan sepatu kets kulit berwarna putih yang membuatnya benar – benar terlihat gagah.

Rio melangkah ringan, ia menghiraukan cewek– cewek yang kini hanya bisa melongo melihat penampilannya yang memang mempesona. Rio terus melangkah menuju aula sekolah, tempat dimana lomba nyanyi akan berlangsung. Hari ini tidak ada kegiatan belajar-mengajar, hanya lomba nyanyi.

“Widiih, keren banget lu, yo!” Seru Ray begitu Rio sampai didepan aula, Ray memang sedang menunggu kehadiran sahabat– sahabatnya.

Rio tersenyum kecil, tapi tidak menjawab apa– apa. Dari arah berlawanan muncul Alvin dengan setengah berlari,

“yo, Ify mana?” Tanya Alvin.

Rio mengangkat alis, “ify? Ya, dirumahnya kali. Kok nanya gue?” jawab Rio cuek.

“Lho? Bukannya dia sama lo?”

@@@@

Sivia baru saja turun dari Alphard-nya saat ponsel disakunya berbunyi nyaring, segera diraihnya benda itu, ada satu pesan masuk,

Sender : Iel

‘Via, Setelah penghalang itu lenyap, kamu pasti bisa dapetin bintang kamu. Aku percaya kamu bisa..”

Sivia tertegun, Apa? Apa maksudnya? Jangan – jangan… Ify? Ya tuhan… Buru – buru Sivia menghubungi Gabriel, tapi tak ada jawaban, Sivia menghela nafas panjang, lantas kembali mencoba menghubungi Gabriel, tapi hasilnya tetap nihil.

Tiba – Tiba Sivia ingat sesuatu, ia tahu apa yang harus dilakukannya, Rio. Ya Rio. Ia harus menemui cowok itu, secepatnya.

@@@

“Lho? Bukannya dia sama lo?”

Rio tertegun, “Nggak, gue berangkat sendiri dari rumah..”

“Yo, serius!” ucap Alvin dengan nada yang mulai naik.

“yeah, I am so serious.” Sahut Rio mentap.

Alvin terlihat kaget, “terus Ify kemana?”

“bentar deh, vin. Gue gak ngerti, maksud lo apa sih?” Tanya Rio.

“Iya, vin. Kok lo tau – tau nanyain Ify?” Tambah Ray.

Alvin menghela nafas panjang, “Jadi gini, tadi pagi gue mau jemput Ify kerumahnya, tapi ify nya udah gak ada, dan adeknya bilang, dia udah pergi sama tiga supirnya Rio.” Jelas Alvin.

Rio tercekat, what? Dia sama sekali gak nyuruh supirnya untuk jemput Ify.

“Gak, gue gak pernah nyuruh supir gue buat jemput Ify.”

“Iya, yo, gue juga gak percaya kalo itu elo yang nyuruh, tapi pertanyaannya, tiga orang itu siapa? Ify sekarang kemana?” Alvin panic.

Rio gak kalah paniknya, tapi tiba – tiba ia teringat sesuat, “Gabriel mana?”

Ray mengangkat bahu, sementara Alvin hanya bisa menggeleng.

Tiba – tiba dari arah yang berlawanan juga muncul Sivia dengan setengah berlari, sivia terengah – engah,

“Yo, Ify yo..” Ucap Sivia.

Rio tertegun, “Ify kenapa via? Dia dimana sekarang?” Tanya Rio panic.

“TAdi…Tadi Gabriel sms gue, dia bilang…” Sivai terlihat ragu.

“Iel bilang apa?” Tanya Alvin gak kalah paniknya.

Sivia menghela nafas panjang, “Dia bilang, setelah Ify lenyap, gue… gue… gue pasti bisa ngedapetin elo..”

Rio tertegun, hatinya tercekat, ya tuhan, Apa ini? Ify..

“Maksud lo?” Tanya Rio tidak mengerti. Sivia menunduk, “Gue… gue.. gue suka… sama elo, yo..”

Rio kembali tertegun, ia kaget bukan main,

“Udah lama gue nyimpen perasaan ini, sorry yo. Tapi gue gak peduli, sekarang keselamatan Ify yang paling penting. “Tambah Sivia.

Rio mendesah kesal, tapi tidak menjawab apa – apa.

“Iya yo, Sivia bener, sekarang yang paling penting kita harus nyelamatin Ify dulu. Iel itu nekat, dia bisa ngelakuin apapun..” TAmbah Ray.

Rio bergeming, menghela nafas panjang, Ify, Ify, Ify, kini hanya cewek itu yang ada dalam pikirannya.

“Oke, gue tau gue harus kemana.” Ujar Rio mantap, lantas segera berlari menuju parkiran untuk mengambil motor sportnya.

Sivia menunduk, Ray bingung sendiri, Sementara Alvin terlihat begitu panic, “gue juga harus pergi..” Jelas Alvin lantas bergegas pergi, tapi sebuah suara menghentikan langkahnya,

“Vin, tolong semua peserta kamu data lagi, ya..” Perintah Pak Oni yang tiba-tiba nongol dari dalem aula.

Alvin melengos, dia memang ditunjuk pak Oni sebagai salah satu panitia dari
perlombaan ini, Alvin sempat ragu, tapi kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam aula,“Shit!” Ucap Alvin pelan.

@@@

Ify membuka matanya, ia baru saja sadar dari pingsannya, Ify menghela nafas panjang, lantas mulai berusaha mengenali sekelilinya, ya tuhan, dimana ia sekarang?Ify mengedarkan pandangan, ia sedang berada disebuah ruangan yang tidak terlalu besar dengan suasana ruangan yang cukup berantakan, banyak bekas cat air dilantai, dan mata Ify menangkap sosok seseorang yang sedang duduk di depan sebuah kanvas yang berdiri tegak.

Ify tidak bisa mengenali sosok itu, pasalnya sosok itu menghadap kanvas dan membelakangi Ify.

Ify baru sadar kalau tubuhnya diikat disebuah kursi tua dengan lilitan tali, Ify meronta – ronta, tapi tetap saja…

“Lo siapa?” Tanya Ify.

Dan betapa terkejutnya Ify saat sosok itu menoleh, sosok yang sudah dikenalnya, Gabriel.

“Gabriel?”

Gabriel tersenyum sinis, lantas berdiri, “Hai, fy..” sapanya.

Ify nyaris tidak bisa mempercayai kenyataan didepan matanya, ya tuhan, Gabriel?

“Lo.. Lo yang bawa gue kesini?”

“Iya,” Sahut Gabriel cepat.

“Tapi kenapa, iel? Gue salah apa sama lo?” Gabriel tersenyum sinis, lantas melangkah mendekati Ify, “Salah lo, Lo udah bikin bintang gue nangis, lo penyebabnya..”

Ify tertegun, “Hah? Bintang lo? Siapa?”

Gabriel tak menjawab, ia malah mengangkat tangan lantas menunjuk kanvas yang tadi ditekuninya, sebuah kanvas yang berukuran cukup besar. Ify mengamati kanvas itu,dan, oh ya tuhan, Ify terkejut setengah mati begitu mengenali sosok seorang cewek yang wajahnya terlukiskan dikanvas itu, sivia? Ya, itu memang lukisan wajah Sivia, Ify tidak mungkin salah,

“Sivia?” Tanya Ify, tidak sanggup mencari kata lain.

Gabriel kembali tersenyum sinis, “Iya, sivia, dan lo adalah orang yang udah buat dia nangis, lo yang bikin putri masa kecil gue itu nangis!” Jelas Iel lirih.

“Maksud lo apa? Geu gak pernah bikin sivia nangis.”

“Itu kan didepan lo, tapi dibelakang lo? Apa lo pernah tau gimana perasaannya sivia tiap lo ada disamping Rio? Apa lo pernah tau gimana hancurnya hati Sivia ngeliat Rio selalu peduli sama lo?
Gak kan?” Jelas iel.

Ify tertegun, ia kaget bukan main, “rio? Maksud lo apaan sih? Gue gak ngerti..” ify terpaksa menghentikan kalimatnya karena tiba – tiba satu tamparan iel mendarat di pipi Ify, Ify merintih,

“Lo bukannya gak ngerti! Tapi lo gak pernah mau ngerti! Lo gak pernah mau ngerti perasaannya sivia..” Jelas iel Lirih.

Ify memegangi pipinya yang baru saja terkena tamparan iel, ada rasa sakit yang dirasakannya,

“Lo gak pernah tau kan gimana Sivia suka sama Rio?”

Kalimat terakhir Gabriel membuat Ify tercekat, Ya tuhan, jadi selama ini Sivia menyukai Rio?

“Dan lo pikir selama ini lo udah jadi sahabat yang baik buat sivia? Lo salah! Bahkan mungkin lo adalah sahabat terjahat untuk sivia..” Lanjut iel.

Ify terus berusaha melepaskan iktan ditubuhnya, tapi teteap saja hasilnya nihil, “iel..”

“Kenapa sih fy lo gak pernah nyadarin itu semua?”

“iel..”

“Fy, Sivia selalu menganggap Rio itu bintangnya, dan disaat dia berusaha ngeraih bintangnya sendiri, lo tiba – tiba dateng dan menghancurkan semuanya… semuanya, Fy! Termasuk perasaan gue waktu ngeliat dia nangis..” Iel menghela nafas panjang, kemudian menyambung kalimatnya,“Lo gak pernah tau gimana hancurnya perasaan gue waktu ngeliat sivia nangis!”

“Tapi gue kan gak tau semuanya iel!” Bantah Ify, air matanya mulai mengalir.

“Lo gak mau tau , Fy!”

“Gak, iel.. gue gak tau! Kalau aja gue tau dari awal, gue pasti bakal menghargai perasaan sivia tanpa lo suruh!”

“Ya, tapi kenyataannya apa? Semuanya udah terlambat, rio terlanjur memilih lo, sementara sivia? Gimana sama dia, fy? Gimana?” Lanjut Iel.

Ify diam, tidak tau harus menjawab apa,

“Jawab gue, Fy! Gue sayang banget sama sivia, gue gak mau ngeliat dia sedih, itu aja.” Sambung iel.

Ify lagi – lagi hanya diam, ia terus menangis,

“Lo gak tau gimana pengennya sivia ngeliat Rio ikut lomba nyanyi itu kan? Karena lo egois, lo gak pernah mau tau gimana perasaan sahabat lo sendiri. Makanya gue sangaja bawa lo kesini, geu gak mau disaat Sivia ngeliat bintangnya selalu ada elo!”

Ify tertegun, apa?

“Iel, gue minta maaf, gue minta maaf buat semuanya..”

Gabriel tersenyum sinis, “kalo maaf lo itu masih ada harganya pun gue gak sudi untuk nerima..” Sahut Iel dingin.

Ify terus menangis, ya tuhan, Kenapa harus Rio? Dan kenapa haru sivia? Sahabatnya sendiri.

Iel bergeming, ia melangkah perlahan mendekati kanvas berlukiskan wajah Sivia, lantas menyentuh lukisan itu lembut, lukisan dari tangannya sendiri. Perlahan Iel mengeluarkan air mata, tapi buru – buru dihapusnya.

Ify terus menangis, sampai sebuah kegaduhan itu tiba – tiba terdengar. Pintu ruangan itu dibuka dengan kasar, dan munculah sosok Rio dengan didampingi dua orang bapak – bapak yang tadi pagi menjemput Ify dirumah.
Ify terperanjat melihat kedatangan rio, terlebih sekarang kedua tangan Rio dipegang kuat oleh dua bapak– bapak tadi,

“Ify..”Ucap Rio lirih begitu melihat Ify.

“Yo..” Panggil Ify balik.

Iel malah tersenyum sinis, lantas bertepuk tangan, “Wah, wah, ternyata sobat gue ada yang punya nyali juga!”

Rio tertegun, lantas menatap Gabriel tajam, “Iel! Mau lo apa sih?”

Iel berjalan mendekati rio yang kini tidak berdaya, “Sorry yo, ini semua bukan tentang persahabatan kita, tapi tentang pengorbanan cinta kita..”

“maksud lo?” Sahut Rio dingin.

“Lo berani dateng kesini buat menyelamatkan Ify, cewek yang lo yang suka, Right? Dan Ify gue bawa kesini, juga karena cewek yang gue suka, Sivia.”” Jelas Iel.

Rio tertegun, lantas melempar tatapan tajam kea rah iel, “Lo udah bener – bener gila, iel! Lo gila karena cewek itu..”

Iel tertawa sinis, lantas memberikan kode pada dua asistennya untuk melepaska Rio dan segera pergi, dua orang itu menurut.

“Denger ya, iel! Ini bukan pengorbanan cinta namanya, tapi ini itu lebih mirip sama pelampiasan cinta lo yang gak kesampaian!” Bentak rio.

Telinga Iel panas, hatinya berontak, Ia lantas mendaratkan satu pukulannya diwajah Rio. Rio yang lengah lantas hanya bisa menerima pukulan keras iel diwajahnya, ia pun tersungkur dilantai,

“Rio..” Panggil Ify lirih, tapi tetap tidak bisa melakukan apa – apa.

“Fy..” balas Rio seraya mencoba bangkit.

“Yo, lo ngapain sih kesini? Lo mau nyari mati?” Tanya Ify.

Akhirnya Rio berhasil bangkit, “Fy, mati sekalipun aku tetep rela ada disini..”

“Rio…” Ucap Ify, tidak sanggup mencari kata lain.

Rio tersenyum kecil, tapi tidak mengucapkan apa – apa lagi. Iel lagi – lagi bertepuk tangan, lantas tertawa sinis, “Rio, lo itu emang sobat gue yang paling jago ngerayu cewek! Salut gua..”

“Udahlah, iel, gue udah disini, sekarang apa mau lo?” Tanya Rio dingin.

“Mau gue? Gue mau lo janji satu hal,”

“Apa?”

“Lo harus nerima Sivia..”

“Tapi itu gak mungkin, iel”

“Apanya yang gak mungkin? Lo tinggal terima sivia!” Rio mendelik, “gue bak bisa, iel! Apa lo mau gue nerima Sivia Cuma karena lo? Bukan karena gue bener – bener suka sama dia? Apa lo mau gue tetep jalanin sama dia tanpa ada perasaan apapun?”

Iel terdiam, tidak tau harus menjawan apa, sampai Rio kembali buka mulut,

“Apa lo gak takut kalo itu malah akan nyiksa Sivia? Apa artinya sih sebuah hubungan tanpa dua orang yang saling mencintai?”Sambung Rio.

Iel lagi – lagi hanya diam, tatapannya menunduk,

“Mungkin Sivia suka sama gue, tapi bukan gue yang dia butuhin! Dia butuh elo… elo, iel!”

“Gak, yo!” Sahut iel dingin.

“Iya, iel. Buktinya selama bertahun – tahun dia bisa menyembunyikan perasaannya ke gue, tapi dia gak bisa jauh dari elo…”

“Sivia butuh sosok seperti elo, seseorang yang akan menjanjikan balasan perasaan! Dan itu bukan gue..” Sambung Rio.

Iel merasakan hatinya berontak, ia marasakan sakit yang teramat sangat dihatinya, seluruh perasaannya selama bertahun – tahun seperti meluap begitu saja. Dengan emosi yang meluap, Iel kembali maju untuk melayangkan satu tinju lagi diwajah Rio,Tapi belum sempat tangannya menyentuh wajah Rio, suara itu tiba – tiba terdengar,

“Iel…” Panggil seseorang.

Iel menoleh, “Sivia..”

Sivia masuk kedalam ruangan itu, “Iel, aku minta maaf..”

“via..” Ucap iel lirih, tidak sanggup mencari kata lain.

“Maaf, Maaf udah buat kamu harus terus berkorban…” Ucap Sivia lirih, air matanya mulai mengalir.

“Maaf, Maaf udah buat kamu menunggu tanpa kepastian…” Lanjut Sivia.

Iel membiarkan air matanya mengalir begitu saja,“via…”

“Maaf, Maaf karna sudah menyayangi aku..” Tambah Sivia seraya menyeka air matanya, lantas kembali membuka mulut, “Maaf, Maaf karna aku egois…”

“Maaf, Maaf untuk semuanya, Kamu berhak untuk bahagia..” Sambung Sivia.

Iel tertegun, hatinya berdesir hebat,” Via..”

Sivia tersenyum nakal, lantas mendekati Iel dan meninju punggung iel pelan, “Iel, jangan kayak gini lagi, ya! Aku takut, aku takut kehilangan kamu…” Sambung sivia seraya memberikan seulas senyum penuh makna.

Iel tertegun, oh tuhan, kata – kata sivia barusan terlalu indah untuk menjadi kenyataan..

Sementara, Rio dengan sigap menghampiri Ify lantas membuka tali yang mengikat tubuh Ify. Dan saat tali itu terbuka, Ify langsung meloncat kedalam pelukan Rio,

Rio balas mameluk Ify erat, seolah hanya Ify lah yang tersisa didunianya, perlahan Ify berbisik,

“Makasih ya, yo…”

“Fy, Aku takut, aku takut kehilangan kamu lagi…” Sahut Rio.

@@@

“Yaaak, kita panggilkan peserta selanjutnya, Alvin jonathaaaaannn!” Seru seorang MC dari atas panggung.

Alvin yang menyadari namanya disebut, langsung melihat sekeliling, Ify, seseorang yang ditunggunya belum juga datang. Oh tuhan, kenapa harus kayak gini? Padahal Ify-lah yang paling diharapkannya untuk melihat permainan pianonya. Padahal Ify-lah yang sangat ia harapkan untuk ada disini…

Dengan segenap keputusasaan, Alvin akhirnya berdiri dan melangkah menuju panggung yang tidak terlalu luas itu, lantas mengambil posisi di grand piano yang tersedia ditengah panggung, Alvin menghela nafas panjang, sesungguhnya ia masih sangat berharap saat ini juga Ify muncul dari pintu masuk, tapi apa mungkin? Alvin mengangkat kepalanya, mengalihkan pandangan ke-arah pintu masuk aula, dan betapa terkejutnya Alvin saat melihat sosok gadis yang dengan berlari kecil memasuki pintu masuk aula,

Ify.Ya, gadis itu datang, Ify benar – benar datang didampingi sosok Rio. Ada juga iel dan sivia. Alvin menghela nafas panjang,ia bahagia. Akhirnya Ify bisa melihat penampilannya, akhirnya.

Dari kejauhan, Ify yang baru saja memasuki aula cukup terkejut melihat Alvin-lah yang kini berada ditengah panggung, ya, Ify datang disaat yang tepat. Ify tertegun saat matanya dan mata Alvin bertemu, Ify tersenyum lebar. Memberikan semangat untuk Alvin diatas panggung.

Alvin mulai mendentingkan nada, lagu Kasih putih, seluruh penghuni aula sejenak terdiam, larut dalam alunan nada yang diciptakan jemari Alvin. Alvin mulai bernyanyi,kedua matanya terpejam, Alvin benar – benar menyanyikan lagu itu segenap hati.

Ify tertegun, ya tuhan, Suara Alvin bagus! Terlebih ditambah dengan penghayatannya, oh, suaraitu begitu mempesona, setiap lirik yang diucapkan Alvin seolah berasal dari dasar hati terdalam, setiap nada yang tercipta pun terdengar begitu indah.

Alvin dengan mulus bisa menyelesaikan penampilannya, semua berdecak kagum. Semua penonton dibuat terpana, mereka semua bertepuk tangan dengan senyum kepuasan diwajah.Tak terkecuali Ify, ia memberikan tepuk tangan dari hati untuk seorang Alvin yang kini mulai turun dari panggung.

“Yak, sungguh penampilan yang benar – benar memukau…” Seru seorang MC yang tampak gagah dengan setelan jas hitam pekat itu, “Oke, sekarang kita panggilkan peserta selanjutnya, yaitu…. Mario stevano Aditya haling!!!!” sambungnya.

Mendadak tepuk tangan penonton pecah, bayangka, seorang Rio yang notabene adalah cowok paling popular satu sekolah sesaat lagi akan menunjukkan penampilannya. Satu hal yang benar– benar terbilang langka.

Rio tersenyum tipis, lantas perlahan menoleh kearah Ify, menatap wajah manis gadis disampingnya, dan rio mendapatkan satu keyakinan diwajah Ify, Ify tersenyum…

Rio menghela nafas panjang, lantas melangkah pasti menuju panggung, ada keyakinan diwajahnya. Diatas panggung, Rio meraih sebuah gitar yang nampaknya sudah disediakan panitia, ia lantas duduk disebuah bangku ditengah panggung.

Disisi lain Ify terus menatap Rio, hatinya berdesir kecil. Dan ify pun tertegun saat pundaknya ditepuk seseorang dari belakang, Ify menoleh,

“Sivia..”

Sivia tersenyum lebar, lantas menyeka air mata dipipinya, “Fy..” Ucap Sivia lirih lantas memeluk Ify erat, “Sorry ya.. gue minta maaf, fy!”

Ify menghela nafas panjang, lantas balas memeluk sivia, “gue yang harusnya minta maaf…” Ujar Ify.

Sivia tertawa kecil lantas melepaskan pelukannya, “nggak fy, gue yang salah sama elo..”

Ify tersenyum lebar, merangkul sahabatnya satu itu.

Dan alunan nada dari gitar yang dipetik Rio membuat Ify segera mengalihkan pandangan ke arah panggung. Diatas panggung, Rio duduk tenang diatas sebuah bangku, perlahan tangannya mulai memetik senar gitarnya, menghasilkan sebuah nada yang begitu apik, sebuah lagu
berjudul Ajari aku,

Ify tercengang, matanya tak berhenti menatap Rio yang kini terus memetik gitarnya, suara rio mulai mengalun indah, ia mengucapkan bait demi bait dari lagu yang dinyanyikannya dengan begitu semprna, daaan, Ify benar – benar tidak mempercayai telinganya, Suara itu… suara Rio… terdengar begitu lembut. Dipadukan dengan alunan nada dari gitarnya, menjadikan suara Rio benar – benar memukau. Suara terindah yang pernah didengar Ify…

Semua penoton hanya bisa takjub melihat penampilan peserta satu ini, alunan suara Rio sudah membuat ruangan aula ini seakan hening, sejuk, tak ada lagi yang terdengar.Hanya suara Rio…. Dan alunan nada dari perikan gitarnya….

Rio terus bernyanyi, mengalunkan kata demi kata dengan segenap hatinya. Lagu ini merupakan gambaran perasaannya. Ya, itu sudah pasti. Rio memejamkan matanya, ia merasakan hatinya berdesir hebat. Ada kepuasan dihatinya yang pilu.

Dengan mulus dan tanpa cacat satu pun, Rio menyelesaikan lagunya. Semua penonton yang dibuat terpukau langsung bertepuk tangan. Sivia berdecak kagum, ya tuhan, bintangnya… bintangnya, Rio… Tapi kali ini sivia seperti menepis perasannya. Ia menoleh kesamping, ada Ify yang kini terus bertepuk tangan.Sivia sadar, sudah ada Ify. Ify yang lebih berarti untuk bintangnya.

Penontot terus bertepuk tangan. Semua takjub, semua terpesona, Ify pun serupa. Gadis satu ini tidak henti – hentinya bertepuk tangan, senyum lebar pun tak lepas dari bibirnya…

Disamping Ify, Sivia mencibir, “Udah kali Fy terpesonanya, Rio udah selesai tuh..” Ledek Sivia.

Ify tertawa kecil, tapi tidak menjawab apa – apa. Ia terus bertepuk tangan,

“Wow! Penampilan yang sangat, sangat, sangat luar biasa!” seru MC tadi, “Baik, sekarang kita akan memanggilkan peserta terakhir kita…. Sivia Azizah!!!”

Sivia tertegun saat namanya dipanggil, tapi tetap saja ia tidak dapat menyembunyikan senyum dibibirnya, Dengan lagkah pasti Sivia menuju panggung, ia meraih gitar yangtadi digunakan Rio, lantas berdiri ditengah panggung, Sivia tersenyum lebar, lantas mulai memetik gitarnya, memainkan sebuah nada dari lagu kesukaannya, Ten to Five-I will fly. Sivia mulai menyanyikan lagu pilihannya, dipadukan dengan nada apik dari gitarnya.

Ify tertegun, ia tidak menyangka yang sekarang berdiri ditengah panggung adalah Sivia, sahabatnya…

Dari kejauhan, iel yang masih berdiri didepan pintu masuk tersenyum lebar, hatinya bahagia, ia bahagia melihat Sivia, sang putri masa kecil yang kini tampak sangatnyaman menyanyikan lagu diatas panggung. Ia berharap, Setelah hari ini, Siviaakan lebih melihat perasaannya, bukan hanya melihat sosoknya. Semoga…

I'm Yours part 12 (re-post)

Alvin menutup pintu ruang music lantas menghela nafas panjang, ia baru saja selesai membantu pak oni menentukan nomor urut peserta untuk lomba nyanyi esok lusa, ternyata cukup banyak yang berminat mengikuti lomba nyanyi tahun ini, termasuk Alvin dan Rio. Keduanya untuk pertama kali mau mengikuti lomba rutin setiap tahunnya ini.

“vin..” Panggil seseorang.

Alvin menoleh, lantas tersenyum lebar, “Hai, Fy..”

Ify tersenyum kecil, “Abis ngapain?”

“Ini, gue disuruh bantuin pak oni buat lomba nyanyi lusa, biasalah..” sahut Alvin santai seraya mulai melangkah.

“ooh, lo jadi kan ikut lomba nyanyi?” Tanya Ify sambil ikut berjalan mengiringi Alvin. Alvin menoleh, mengangguk mantap, “Jadi, lah. Jaminannya kan elo..” Goda Alvin.

Ify mencibir, teringat janjinya, “Woo, ada maunya!”

“Emang..” Sahut Alvin cepat.

Ify mengangkat alis, kemudian mereka berdua serentak tertawa,

“Eh, Fy, lo kok ngasih syaratnya ngikut lomba nyanyi sih? Gak ada yang lain apa?”

“emang kenapa? Lo takut?” Alvin melengos, “Ya, bukannya gitu, tapi kayaknya ribeeet banget!”

Ify tertawa kecil, “Ya, sebenernya sih gue yang emang pengen ikut.. tapi, berhubung gue gak bisa maen alat musik, yaa..”

“ooh, gue jadi pelampiasannya gitu?” Sahut Alvin cepat.

Ify kembali tertawa kecil, sampailah mereka berdua didepan kelas Ify, langkah Ify dan Alvin terhenti,

“Vin, gue masuk dulu ya, “Pamit Ify.

Belum sempat Ify melangkah, Alvin sudah memanggilnya lagi, “Fy, mm..”
Ify menoleh, “Apaan?”

“Pulang sekolah ada acara gak?” Tanya Alvin ragu. Ify menggeleng cepat,

“Mau gak kalo pulangnya mampir ke rumah gue dulu? Gue mau ngenalin lo sama nyokap gue..” Ucap Alvin ragu.

Ify tersenyum lebar, “wah, boleh tuh! Ayo! With pleasure, Alvin.” Sahut Ify, Ia meniru kata – kata yang biasa Alvin ucapkan, ‘with pleasure’

“Thanks ya, fy. Tapi gak usah ngopi kata – kata gue gitu kali!!” Protes Alvin

@@@

Alvin membuka pintu kamar, diiringi Ify, lantas masuk kedalam ruangan itu. Kamar mamanya, ya kini Alvin dan Ify sudah berada dikamar mama Alvin. Begitu melihat sosok mamanya diatas kursi roda dengan pandangan kosong yang mengarah keluar jendela,Alvin langsung menghampiri sosok rapuh itu lantas berlutut disamping kursi roda mamanya,

Ify mengikuti dibelakang, “Tante..” Sapa Ify.

Tak ada jawaban. Ify bingun sendiri, perasaan tadi gue ngomongnya udah gede banget? Batin Ify.

“Nyokap gue kena stroke, fy. Sejak enam bulan yang lalu..” jelas Alvin

Ify terbelalak, ya tuhan, “Oh, sorry vin, gue gak maksud..”

“Gak apa – apa, fy. Gue yang salah gak ngasih tau lo duluan.” Sahut Alvin cepat.

Ify mengangguk kecil lantas ikut berlutut disamping Alvin,

“Tante, ini saya, Ify…” Jelas Ify. Lagi – lagi tak ada jawaban, hanya sebuah lirikan mata yang tidak terlalu berarti apa – apa.

“Tante, gimana kabar Tante?” Tanya Ify lembut, sudut – sudut matanya mulai mengeluarkan air mata, Ify menangis.

“Tante, jangan kapok ya punya anak ajaib kayak Alvin!” Ucap Ify seraya melirik Alvin.

Alvin tertawa keci, tapi tetap tidak bisa menahan air matanya.

“Tante, Alvin itu anaknya ajaib lho! Masa ya, dia mau – maunya ikut lomba nyanyi Cuma demi saya tante.. “ Jelas Ify dengan nada menyindir,

Alvin kembali tertawa kecil, lantas menyeka air matanya yang terus mengalir, “Apaan sih, fy!” balas Alvin.

“Ya, gak apa – apa, tante pasti udah lama banget kan gak ngobrol lepas kayak gini?” Tanya Ify seraya menggengam sebelah tangan mama Alvin.

“tante tau gak, Alvin itu sayaaang banget sama tante! Ngelebihin rasa sayangnya ke siapapun, tante..” Tambah Ify, air matanya terus mengalir.

Alvin tersenyum kecil, memandangi Ify dan mamanya bergantian. Ada kecocokan diantara keduanya, Alvin bernafas lega, “Thanks ya, fy..”

Ify tersenyum lebar, lantas menyeka air matanya, “Gue boleh sering – sering kesini kan, vin?”

Alvin tersenyum kecil, ada kebahagiaan didalam hatinya, dan satu hal yang mustahil jika ia tidak menyetujui permintaan gadis lugu berhati malaikat dihadapannya…

@@@

“di minum, fy..” Ujar Alvin seraya menyerahkan segelas cokelat panas pada Ify.

Ify tersenyum kecil, lantas menerima cokelat panas itu, mengesapnya perlahan, “buatan lo, vin?”

Alvin mengangguk mantap, lantas duduk dibangku piano, masih diruamh Alvin, tepatnya disebuah ruang keluarga yang terlihat sudah lama tidak tersentuh, dan memang ada sebuah grand piano mewah di ruangan ini.

“Lo tinggal berdua aja vin sama nyokap lo?” Tanya Ify.

Alvin mengangguk mantap, “mm, Vin, lo udah mau cerita belom ke gue?” Tanya Ify ragu.

“tentang?”

“tentang bokap lo, dan kejadian kemaren malem,” Sahut Ify cepat.

Alvin menghela nafas panjang, “Lo mau tau apa?”

“Kemaren yang diterowongan itu siapa sih, vin? Yang bawa – bawa tongkat besi itu?”

“Mereka anak buah bokap gue..”

“Bokap lo? Mereka mau ngapain?”

Alvin kembali menghela nafas panjang, “Tauk! Ngebunuh gue kali!”

Ify yang sedang asyik menyesap cokelat panasnya tersedak, “hah? Ngebunuh lo? Tadi lo bilang mereka anak buah bokap lo…”

“Lo jangan samain bokap gue sama sosok seorang ayah pada umumnya dong, Fy!” Jelas Alvin.

Ify tertegun, “Maksud lo?”

“Dia… dia gak pantes disebut sebagai ayah! Setelah apa yang dia lakuin ke almarhum bokap gue, dan nyokap gue..”

Ify terbelalak, “Lho? Jadi dia bukan bokap kandung lo? Dan maksud lo, bokap kandung lo udah…”

“Iya, dia udah meninggal dua tahun yang lalu, kena serangan jantung..” jelas Alvin.

“Sorry, vin..”

“Never mind.”

Ify meletakkan cangkir cokelat panasnya diatas meja, lantas kembali menatap Alvin, “Terus apa hubungannya kematian bokap kandung lo sama bokap tiri lo itu?”

“Papa kena serangan jantung setelah dapet kabar kalo perusahaannya bangkrut, dan bokap tiri gue itu lah yang menyebabkan perusahaan bokap gue bangkrut…”

“terus kok sekarang malah… menikah sama nyokap lo?” Tanya Ify ragu.

“Nyokap gue terpaksa, fy. Waktu itu nyokap gue kalut, dia gak bisa nerima kenyataan kalo perusahaan bokap gue udah ancur. Dia gak bisa nerima kenyataan kalo keluarga gue udah gak punya apa – apa. Dan pada akhirnya, dia mohon – mohon sama bokap tiri sialan gue itu untuk kembaliin semuanya, bokap tiri gue setuju, asalkan nyokap gue mau menikah sama dia… “

“terus nyokap lo mau?”

“Iya, nyokap gue setuju. Dan pada saat nyokap gue udah hamil anak dari laki – laki sialan itu, dia pergi gitu aja… dia pergi ninggalin gue sama nyokap gue. Dan pada akhirnya, nyokap gue keguguran…. Gitu deh, fy.” Jelas Alvin, tanpa sadar air matanya mulai mengalir.

“Vin..”Ucap Ify lantas berlutut didepan Alvin yang tengah duduk dibangku piano, Ify menggenggam tangan Alvin erat, mencoba merasakan apa yang Alvin rasakan..

“vin, setiap manusia punya jalan takdirnya masing – masing, dan seburuk apapun kenyataan itu, semua udah ada yang ngatur vin, tuhan itu adil..” jelas Ify ikut – ikutan mengeluarkan air mata.

“Tapi tuhan gak adil sama gue, Fy! Kalo emang tuhan adil sama gue, kenapa bokap gue meninggal? Kenapa nyokap gue harus tersiksa kayak gini? Kenapa laki – laki brengsek itu gak mati aja? Kenapa Fy?” Ujar Alvin lirih, air matanya terus mengalir.

Ify semakin memperkuat genggaman tangannya, “Vin, gue tau ini berat. Gue tau lo sayang banget sama nyokap lo, gue tau lo gak mau bokap lo pergi buat selamanya, tapi percaya sama gue vin, ini yang terbaik buat elo..”

“Apanya yang terbaik sih fy? Jelas - jelas ini gak adil..” Bentak Alvin seraya melepaskan genggaman tangan Ify. Alvin terus menangis, terlihat sekali seluruh emosinya seperti menguap. Ify tidak menyerah begitu saja, ia kembali meraih tangan Alvin lantas mengggenggamnya, “Vin, ini udah yang terbaik dari tuhan buat elo, harusnya lo bersyukur,nyokap lo masih ada di samping lo, lo punya sahabat – sahabat yang care sama lo, lo masih punya gue..” Jelas Ify.

Alvin tak lagi membuka mulut, ia hanya menatap Ify penuh arti.

“vin, kita jalanin semuanya bareng – bareng ya, lo gak sendirian vin! Lo harus inget itu..” Sambung Ify seraya maju untuk memeluk Alvin, Alvin yang kini rapuh…

Alvin tak bergeming, ia membiarkan air matanya kini mengalir begitu saja, sampai akhirnya kehangatan itu begitu terasa menjalari hatinya, ya kehangatan dari pelukanIfy. Ify memeluk Alvin erat. Mencoba memberi kehangatan yang berarti. Ify terus memeluk Alvin…

Alvin tertegun, lantas balik memeluk Ify, menyatukan kehangatan dari kepingan hatinya yang rapuh…

@@@

Keesokan harinya, di ruang musik sekolah…..

Rio meletakkan kembali gitar ditempatnya, ia baru saja menyelesaikan latihan untuk lomba nyanyi besok, dan Rio pun terperanjat saat tiba – tiba shilla muncul dari belakang,

“Shilla? Sejak kapan lo disini?”

Shill tersenyum kecil, “Udah lumayan lama, permainan gitar lo masih kayak dulu, yo, keren!” Puji shilla seraya mengacungkan dua jempolnya.

Rio mendelik, lantas mendesah kesal, “Lo kok bisa tau gue disini? Lo ngikutin gue?”

“kalo iya kenapa?”

“Mau lo apa sih, shill?”

Shilla tersenyum sinis, “Gue? Gue Cuma mau lo balik lagi sama gue..”

“Itu mustahil!” sahut rio cepat.

“Ya, gue tau kok.”

“Bagus kalo lo udah ngerti!” UJar Rio seraya beranjak pergi, tapi tangan shilla menahannya,

“Bentar, yo. Ada yang mau gue tanyain..”

Rio melepaskan pegangan tangan shilla, lantas buang muka, muak dengan cewek satu ini, “Apaan?”

Shilla menghela nafas panjang, lantas menatap Rio tajam, “Apa Bener lo suka sama si Ify?”

@@@

Ify melangkah ringan menyusuri koridor sekolah, dan langkahnya terhenti didepan ruang music dengan pintu yang terbuka, tanpa pikir panjang lagi, Ify mendekati pintu itu, bergegas masuk kedalamnya,

Ify sudah nyaris melangkah masuk, tapi membatalkan niatnya begitu mendengar suara-suara dari dalam ruang musik yang tengah membicarakan sesuatu yang langsung menarik perhatiannya. Dia mengernyitkan kening, dan merapat ke dinding disisi pintu ruang musik. Ify melongokkan kepalanya sedikit untuk mencari tahu siapa saja yang ada di dalam ruangan itu. Dia mengenali Rio, yang tengah berdiri tegak dengan kedua tangan dilipat di dada, didepannya ada… shilla? Ya, Ify yakin itu memang shilla. Tapi ngapain juga Rio ngobrol sama shilla lagi? Bukannya Rio udah benci banget sama shilla? Ify semakin penasaran . Ify menarik kepalanya kembali, tapi menajamkan telinga. Berusaha menangkap pembicaraan yang tengah terjadi.Biasanya Ify tidak pernah memperdulikan omongan orang lain. Tapi pembicaraanini berbeda, karena ify mendengar namanya disebut-sebut disana. Ify jelas penasaran,

“Bentar, yo. Ada yang mau gue tanyain..”

Rio melepaskan pegangan tangan shilla, lantas buang muka, muak dengan cewek satu ini, “Apaan?”

Shilla menghela nafas panjang, lantas menatap Rio tajam, “Apa Bener lo suka sama si Ify?”

Ify merasakan degup jantungnya mendadak terasa lebih cepat, ada sesuatu didalam hatinya, entahlah, mungkin sebuah penantian..

“Apaan sih, lo!” bentak Rio.

Shilla tersenyum sinis, “Udahlah, yo. Gue kenal siapa lo, gue tau sikap lo ke ify itu beda sama sikap lo ke cewek lain, apalagi sama gue!” Shilla menghela nafas panjang, ikut – ikutan melipat kedua tangannya didada, lantas kembali membuka mulut,“Lo mungkin gak sadar sama perasaan lo sendiri, tapi anak kecil yang baru ngerti cinta pun pasti tau kalo lo emang suka sama cewek itu..” Sambung shilla.

Rio tak bergeming, hanya diam menunggu kalimat shilla selanjutnya.

Shilla menghela nafas panjang, “Sikap lo beda yo, lo selalu ngelindungin dia, lo selalu ada buat dia, apa – apa dia..” Lagi – lagi Rio hanya diam, sampai shilla kembali melanjutkan kalimatnya,

“Gue tau mungkin Ify beda dimata lo, mungkin dia lebih dari sekedar cewek yang tiba – tiba dateng dikehidupan elo dan….” Shilla menggantungkan kalimatnya, terlihat sedikit ragu, tapi kemudian kembali membuka mulut, “dan.. ya, harus gue akuin, dia udah menghancurkan hubungan kita..” sambung shilla.

Sementara di luar, Ify tertegun, hah? LAgi – lagi itu..

“Udahlah, shill. Lupain hubungan kita, anggep aja gak pernah ada apa – apa diantara kita.” Sahut Rio datar.

Shilla bergeming, terdiam sejenak, lantas mengangkat bahunya, “ya, mungkin gue emang harus ngelupain hubungan itu, gak ada gunanya lagi.”

Rio tersenyum kecil, lantas beranjak pergi, tapi lagi – lagi shilla menahannya, “Yo, tunggu, apa mungkin lo ikut lomba nyanyi juga demi Ify?” Tanya shilla lirih.

Ify tertegun, menanti jawaban diluar sana…

Rio menghela nafas panjang, “bukan..” Ify melengos, “terus?”

“Ini kemauan gue sendiri.”

Hening sesaat, tapi kemudian Shilla memecah keheningan, “Yo, kenapa sih lo gak pernah jujur sama hati lo sendiri? Lo suka kan sama Ify?”

Rio terdiam, “Entahlah..”

“kok gitu?”

“gue ragu shill, gue gak ngerti apa yang gue rasain setiap gue ngeliat dia, setiap gue ada dideket dia.. yang jelas gue selelu pengen ngelindungin dia, gue selalu pengen ngeliat dia senyum.. itu aja.” Jelas Rio.

Ify tertegun, kata – kata Rio tadi saja sudah terdengar sangat indah baginya,

Rio menghela nafas panjang, “gue gak tau ini perasaan cinta atau bukan? Ya udahlah shill, biar waktu aja yang jawab…” Jelas Rio lantas beranjak pergi, tapi untuk ketiga kalinya shilla menahan Rio,

“Yo, terus.. apa masih ada kesempatan buat gue?” Tanya Shilla ragu.

Kali ini Ify tercekat, ia tidak berani mendengar jawaban Rio atas pertanyaan Ify, tapi tiba – tiba,

“Sorry shill, cerita kita udah berakhir.. bahkan mungkin cerita itu gak pernah dimulai!” Jelas Rio.

Dan Ify pun tersenyum lebar, yak! ia bahagia, Rio memang belum sepenuhnya mengakui perasaannya ke-Ify, tapi setidaknya bayang – bayang shilla sudah terhapus dengan sendirinya oleh pernyataan Rio barusan. Ify menghela nafas panjang, lantas buru– buru beranjak pergi.

@@@

Rio mematut dirinya didepan kaca kamar mandi sekolah, pandangannya lurus kedepan, ia heran sendiri, kenapa tadi dengan mudahnya ia bisa mengatakan seluruh isi hatinya dengan shilla? Kenapa dia semudah itu percaya sama shilla? Oh, god..

Rio mendelik, lantas menepuk keningnya sendiri, “bego lo, yo!”

@@@

Sivia celingak – celinguk didepan kelas Gabriel, mencari sosok cowok itu, ada sesuatu yang memang ingin ia tanyakan, Sivia tertegun saat pundaknya ditepuk seseorang, buru – buru sivia menoleh,

“Ray! Ngagetin aja lo!” Omel Sivia, lantas kembali mengedarkan pandangan untuk mencari Gabriel.

“Ngapain lo, neng? Tumben kekelas gue?”

“Gabriel mana, Ray?”

Ray mengangkat bahu, “Baru aja pulang.”

Sivia tertegun, “Hah? Pulang? Tumben dia bel vunyi langsung pulang!”

Ray mengangguk kecil, “Tau tuh, beberapa hari ini dia emang aneh, kayak.. orang frustasi gitu.”

“Wah, kayak elo dong?” Canda Sivia seraya beranjak pergi.

Ray mencibir, “Asem lu!” balas Ray lantas ikut berjalan mengiringi sivia.

@@@

Ify menutup bukunya, mendesah kecil, lantas menghempaskan tubuhnya diatas kasur, telentang. Ify memejamkan matanya, berusaha mendengar kata hati kecilnya saat ini. Ya, Ify tau hati kecilnya sedang berbisik, Besok lomba nyanyi tahunan sekolah akan berlangsung, dan Itu berarti Sivia, Alvin, Dan Rio akan unjuk gigi sekaligus bersaing untuk merebutkan gelar pemenang, daaan, jika Alvin menang, itu berarti….

Ify mendesah kecil, ada keraguan dihatinya, bukan keraguan atas pengakuan Alvin, melainkan keraguan akan perasaannya sendiri. Ify ragu, ia bimbang, apa benar hatinya sudah memilih Alvin? Entahlah. Yang jelas selalu ada sosok lain di hati Ify,Rio? Ya, Rio. Cowok itu sudah memberikan arti lain pada rasa cinta yang dirasakan Ify, dan hanya Rio yang bisa.

Bukan yang lain, Alvin sekalipun. Oh god.. Ify membuka matanya, menghela nafas panjang, berusaha memusatkan pikiran pada…Alvin. Ya, entah kenapa, Ify selalu merasa ingin membagi kebahagiaan pada sosok Alvin. Sosok Alvin yang terlihat sempurna, tapi ternyata begitu rapuh…

Ify kembali memejamkan matanya, Alvin? Ya tuhan,apa benar hatinya sudah memilih Alvin? Lantas bagaimana dengan Rio? Ify kembali menghela nafas panjang, ia terdiam, seolah tengah bertanya pada hati kecilnya? Siapa sebenarnya yang memang diinginkan Ify? Siapa sebenarnya yang sudah melahirkan getar - getar cinta dihati Ify?

Ify bingung, perlahan hatinya memberikannya jawaban, Ia menyukai Rio, hanya satu, dan memang Rio… Tapi ada rasa lain dihatinya saat ini, rasa lain yang membuat Ify merasa harus mengedepankan perasaan orang lain, dan akan mengorbankan perasaannya sendiri….

Ify tertegun saat tiba – tiba Ozy masuk kekamarnya, “Eh, ozy..” sapa Ify seraya duduk dipinggir kasur.

Ozy tersenyum kecil, lantas ikut – ikutan duduk dipinggir kasur Ify, “Kak Ify kenapa?”

Ify tertegun, “kenapa gimana?”

“Kak Ify pasti lagi mikirin kak Alvin…” Ujar Ozy polos.

Ify tertegun mendengar celotehan Ozy,

“Apaan sih kamu! Masih kecil juga! Diem deh..” Omel Ify.

Ozy tersenyum polos, “Atau.. lagi mikirin Kak rio?”

Ify kembali tertegun, “Hah? Rio? Kamu kok bisa tau Rio?”

“Iya, kan waktu yang melem – melem, Kak Rio yang nganterin Kak Ify pulang, terus gendong kak Ify sampai kamar… “Ozy nyengir kuda.

Ify melotot, “Emangnya kamu belom tidur?”

Ozy menggeleng cepat, “Kan tim kesukaan ozy lagi tanding piala dunia, kak.” Ify menggut – manggut,

“Kak, kalo menurut aku, Kak Rio itu perhatiaaan banget sama kakak.”

“Sok tau!”

“yeee, bener. Kan keliatan, kak!”

“Oppo?”

“Keliatan dari matanya, kak…”

Ify tertegun, “Ah, kamu! Udah tidur sana..”

“Tapi Kak Alvin juga baik sih kak. Kalo aku jadi kakak, aku pilih siapa ya?”

Ify melotot, “Ozy! Tidur sana! Ganggu aja! Dasar!”

“Tapi ya kak, KAk Alvin itu…”

“Aaaaaah! Bodo, bodo, bodo…” Omel Ify seraya mendorong Ozy keluar kamar.

I'm Yours part 11 -Cinta Begini- (re-post)

Ify sampai didepan rumah Rio yang megah bak istana, saking takjubnya, Ify sampai geleng – geleng kepala sendiri sambil megap – megap,

“Gille! Ini sih dua kali lipet dari rumah mama Ira..” BAtin Ify.

Ify pun segera memencet bel, beberapa kali, tak lama kemudian pintu dibuka, cekreek! Begitu bunyinya..

Keluarlah sosok Rio yang malam ini tampil menawan dengan jaket kulit berwarna cokelat.

Rio terbelalak melihat sosok Ify berdiri didepan rumahnya, “ify?” Ify tersenyum kecil, “yo..”

“Tau dari mana lo rumah gue?” Tanya Rio garang.

Ify tersenyum kecut, “Sivia..”

Rio menganggukan kepalanya, “Mau ngapain?”

Ify mengeluarkan sesuatu dari dalam tas selempangnya, sapu tangan Rio, sapu tangan yang Rio pinjamkan sewaktu seragam Ify basah terkena lumuran jus mangga, “gue Cuma mau balikin ini… makasih.”

Rio mengangkat alis, memandangi sapu tangannya yag kini diulurkan Ify kepadanya, tiba – tiba saja terdengar sebuah suara dari dalem rumah, “Riooo, kita berangkat kapan?” Seru seseorang.

Ify tertegun, sepertinya ia menganali suara itu, Ray? Rio mengalihkan pandangan kedalem rumahnya, “Iyeeee, bentar!” Sahut Rio cuek.

Tak lama muncul Ray dari dalam rumah Rio disusul dengan Gabriel, Ify terkejut.

“Eh, ada neng Ify..” Sapa Ray.

Ify tersenyum kecil, tapi tidak menjawab apa – apa.

“fy..” Sapa Gabriel.

Ify kembali tersenyum.

“yo, tadi gue udah coba telpon kerumahnya Alvin, kata pembokatnya sih dia udah mau jalan..” seru Ray seraya merangkul pundak rio.

Ify tertegun, Hah? Alvin?

“Kayaknya kita jalan sekarang aja deh, yo!” tambah Gabriel.

Rio menganggukan kepalanya, lantas mengalihkan pandangan ke Ify, “Tadi mana sapu tangan gue?” Tanya Rio.

Ify segera menyerahkan sapu tangan ditangannya kepada sang pemilik, “mm, yo, tadi lo bilang…. Alvin? Alvin kenapa?”

“Alvin lagi ada masalah, fy.. emang Alvin gak cerita sama lo?” Sahut Gabriel.

Ify menggeleng, “Gak tuh.. masalah apa?”

“Udahlah, bukan urusan cewek!” sahut Rio dingin.

Ify mencibir, “Udah yok, jalan!” seru rio seraya menutup pintu rumahnya.

“Lo bertiga mau kemana?” Tanya Ify.

“Kita mau bantuin Alvin, sebagai teman yang baik…” Ray terpaksa menghentikan kalimatnya karena Rio sudah membekap mulutnya,

“Udahlah Ray, ayo, buruan!” Seru rio lagi.

“eh, gue boleh ikut gak?” Tanya Ify memelas.

Rio tertegun, menaikkan alisnya, tapi tidak berkata apa – apa, malah Ray yang bereaksi,

“Oh, neng Ify mau ngikut abang Ray?” Sahut Ray, lantas mengalihkan pandanagn ke arah Rio, “Boleh gak yo?”

Rio terdiam sejenak, menatap Ify, mencari keseriusan diwajah gadis itu, lantas kemudian menganggukan kepalanya.

@@@

Alvin terus memacu mobilnya, sesekali ia melihat kearah jalan, ia baru saja memasukki kawasan cibubur, sebelumnya ia memang belum pernah kedaerah sini.

Alvin menghela nafas panjang, tak sabar untuk sampai dirumah papanya. Alvin terus menyusuri jalanan malam yang lenggang, melewati keramaian kota cibubur dimalam hari, tak lama, Alvin sampai di sebuah jalan yang teramat sepi, tak ada satu kendaraan pun, hanya mobilnya, segala macam firasat buruk langsung merajai benak Alvin.

Alvin menghela nafas panjang, berusaha mengusir rasa takutnya, dan sampailah ia disebuah terowongan panjang nun gelap, tanpa ragu Alvin pun memasukki terowongan itu.. Alvin terpaksa menghentikkan mobilnya karena tiba – tiba saja matanya menangkap sosok seorang nenek tua yang tersungkur diaspal, Alvin lantas keluar mobil,

“Nek, nenek kenapa?” Tanya Alvin lembut. Nenek – nenek tadi tidak menjawab, ia malah dengan sendirinya berdiri lantas melangkah pergi meninggalkan Alvin, Dan betapa terkejutnya Alvin ketika ia mengangkat kepala untuk memanggil nenek tadi, ada dua buah truk besar dan sebuah mobil sedan mewah dihadapannya, Alvin bergeming. Menatap tajam. Ia baru menyadari, kalau kehadiran nenek tadi hanya jebakan untuknya agar ia bersedia keluar mobil, ya tuhan… siapa mereka? Siapa yang ada didalam dua truk besar itu? Pintu mobil sedan tadi dibuka, keluarlah seseorang dengan pakaian serba hitam, Alvin bergidik, berusaha mengenali orang itu, dan Alvin pun tertegun saat menyadarai sosok gagah itu, ya tuhan.. papanya?

“Alvin… sudah lama kita tidak bertemu!” Ujar laki – laki itu seraya berjalan mendekati Alvin yang kini berdiri mematung.

Alvin menatap tajam papanya, lantas buang muka, “Dasar pengecut! Ngapain lo pake cara kayak gini?”

Laki – laki tadi tertawa sinis, lantas menghisap rokok ditangannya, “Ya sudahlah Alvin… kalo dalam kamus papa, yang curang itu yang bakal menang!”

Alvin buang muka, tanpa ia sadari, ia mundur selangkah.

“BAgus, kamu datang sendirian! Punya nyali juga kau, Alvin!” Lanjut laki – laki itu. Alvin tak bergeming, “Lo mau apa? Lo mau ngebunuh gue? Ngapain lo bawa truk gede kayak gini?” Tanya Alvin.

Papanya malah tertawa sinis, lantas membuang puntung rokok ditangannya, kemudian melumat rokok tadi dengan sepatu hitamnya, “Kamu liat rokok ini? Malam ini nasib kamu akan sama dengan rokok ini… kamu… bakal mati!! Kamu bakal nyusul Irfan! Ayah kandungmu itu!” Alvin tertegun, dadanya sesak, ia dapat merasakan degup jantungnya kini sangat cepat, “gue gak takut sama lo! Dasar iblis!” Bentak Alvin.

“Alvin…Alvin… kamu memang sama persis dengan almarhum ayah kandung mu!” sahut laki – laki tadi,

“Gimana keadaan ibumu itu, vin? Masih cacat gak dia? Hah?” Alvin tertegun, hatinya berontak, “Apa lo bilang? Cacat? Dia kayak gitu juga gara – gara lo! Dasar pengecut!”

@@@

Rio terus memacu mobilnya, matanya terus mengamati jalan, “Tadi mobilnya Alvin kearah mana, Ray? Lo sih berisik! Kehilangan jejak tuh gua…” Omel Rio.

Ray mencibir, “Tadi sih lurus, yo.. eh, ada apaan tuh diterowongan?”Seru Ray begitu melihat sebuah terowongan besar, dibagian depan terowongan itu ada beberapa orang dengan pakaian seragam mirip pemadam kebakaran, orang – orang itu terlihat sedang memperbaiki jalan, pasalnya dipinggir terowongan itu ada sebuah truk besar yang membawa pasir, sementara bagian depan terowongan hanya ditutup dengan sebuah papan yang menjulang tinggi.

Rio bergidik, menghentikkan mobilnya didepan terowongan tadi, lantas membuka jendela mobil, “Pak, bisa kesini sebentar?” Panggil Rio.

Seseorang dari pekerja – pekerja tadi menghampiri Rio, “iya dek, ada apa?” “ini ada apa ya, pak? Kok jalanannya ditutup?” Tanya Rio lagi.

Bapak – bapak tadi menyipitkan matanya, tampak kegelisahan diwajahnya, “Oh, didalam sedang ada perbaikan, dek.. adek mending jangan lewat sini!”

Rio bergeming, hah? Malam – malam begini ada perbaikan jalan? Apa mungkin? Rio membuka mulut lagi, “Masa sih, pak? Kok malem – malem gini?”

Bapak tadi menggaruk – garuk kepalanya lantas mengangguk kecil, mencoba meyakinkan Rio, “iya dek, betul. Perbaikannya udah dari tadi siang..”

Rio tak menjawab, malah memasukkan kepalanya kedalam mobil kembali, “Ray, iel, katanya didalem lagi ada perbaikan jalan dari tadi siang.. Kok gue gak yakin ya?”

“Iya yo! Kok ada yang aneh ya? Tadi jelas – jelas Alvin masuk sini, kalo emang ada perbaikan jalan dari tadi siang, kenapa Alvin bisa masuk?” Sahut Gabriel yang duduk dijok belakang bersama Ify.

“betul tuh, yo! Lagian kok perbaikan jalan gak ada suara mesin ya? Tadi malah kalo gak salah gue denger suara orang ngomong gitu…” TAmbah Ray.

Rio mencibir, “Yee! Dodol, kalo gak ada orangnya, siapa yang mau perbaiki jalan?”

“bukan Yo, siapa tau itu suara Alvin!” Tambah Ray.

Rio bergeming, “Iya juga ya, tapi Alvin ngapain didalem?”

“Apa mungkin Alvin dicegat didalem terowongan ini?” UJar Ify.

Rio tak menjawab, ia kembali melongok keluar jendela, “Pak, kita boleh masuk gak?”

“ya, gak bisa dek..”

“Tapi tadi temen saya bisa masuk sini!” Sahut rio cepat.

Bapak – bapak tadi semakin menunjukkan kegugupannya, “Wah, adek salah liat kali!” Rio menggeleng cepat, “GAk mungkin, pak…”

Tiba – tiba terdengan suara Ray, “yo.. bentar deh!”

Rio menurut, lantas kembali memasukkan kepalanya kedalam mobil, “kenapa?”

“Gini yo, kita tubruk aja papan didepannya, kita masuk secara paksa, ! Soalnya filing gue bilang, Alvin ada didalem, dan lagi dalam bahaya!” Seru Ray.

“Gimana Yo, daripada kita sama sekali gak bisa masuk!” Tambah Gabriel.

Rio berfikir sebentar, lantas mengangguk mantap, Rio lantas menancap gas, memajukkan mobilnya, menubruk papan yang menghalangi jalan, tidak peduli dengan teriakan bapak – bapak tadi dan teman – temannya yang melarang masuk, mobil Rio terus memasuki terowongan, dan mereka berempat pun terkejut setengah mati begitu melihat keadaan didalam terowongan…

@@@

“Apa lo bilang? Cacat? Dia kayak gitu juga gara – gara lo! Dasar pengecut!” bentak Alvin.

Papa Alvin tersenyum sinis, “Alvin jonathan, apa kamu mau tau apa yang ada didalam truk besar itu?”

Alvin bergidik, memandangi dua truk besar itu, lantas kembali menatap papanya, “Apa?”

Laki – laki tadi kembali tersenyum sinis, lantas menaikkan satu tangannya, entahlah, mungkin itu sebuah kode, Dan Alvin pun terbelalak saat melihat pemandangan didepannya, Ya tuhan! Ternyata dua truk besar itu menampung puluhan orang berseragam serba hitam,
sepertinya semua laki – laki, mereka membawa sesuatu ditangannya, sebuah tongkat besi.

Alvin tertegun, bayangkan! Tiba – tiba saja didepan matanya hadir puluhan laki – laki dengan tampang sangar dan senjata ditangan,apa? Apa yang mau mereka lakukan? Membunuh Alvin?

“gimana Alvin? Kamu takut? Mereka semua anak buah papa, lho..” Ucap laki – laki itu. Alvin tak bergeming, sudah terbayang segala kemungkinan terburuk dibenaknya? Apa? Alvin benar – benar akan mati disini? Ya tuhan…

“Lo bener – bener pengecut! Beraninya maen keroyokan!” bentak Alvin.

“Kan papa udah bilang, didalam kamus papa, yang curang yang bakal menang… dan malam ini, kamu akan menyusul ayahmu si Irvan itu ke neraka!!”

Alvin menghela nafas panjang, entahlah, hatinya seperti sudah pasrah, bayangkan, ia harus seorang diri melawan sekian banyak orang. Alvin memejamkan matanya, memasrahkan semuanya… hidupnya, Mamanya, Orang yang paling dicintainya, dan.. Ify. Gadis itu..

Alvin terkejut saat melihat pantulan cahaya lampu mobil didepannya, Alvin pun lantas membalikkan badan, dan betapa terkejutnya Alvin saat mengenali sosok didalam mobil Itu, Mobil itu terus melaju, lantas berhenti tepat disamping Alvin, “Naik, vin!” seru rio.

“Rio? Ray? Gabriel? Kok lo bertiga bisa disini?” Tanya Alvin tidak mempercayai kenyataan didepan matanya.

Ray ikut – ikutan nongol dari jendela mobil, “itu gunanya sahabat, Vin..”

“Udah vin, buruan naik!” Seru rio lagi.

Alvin pun lantas membuka pintu mobil, dan matanya terbelalak saat melihat Ify, “fy..”

“Udah, buruan masuk vin!” Seru Ify. Tanpa pikir panjang lagi, Alvin pun masuk kedalam mobil, sama sekali tidak peduli dengan panggilan papanya yang terus memanggil namanya,

Rio memacu mobilnya, “siap, guys?” Seisi mobil mengangguk mantap. Rio pun bergerak maju, berusaha menorobos puluhan laki – laki berpakaian serba hitam yang berbaris rapi. Mereka pun tidak tinggal diam, mereka mencoba menghentikan mobil rio.

Mobil rio terus melaju, menerobos benteng pertahanan dari puluhan laki – laki tadi, tapi tiba – tiba..

PRAANG!

Kaca belakang mobil Rio pecah terkena pukulan tongkat besi dari salah satu laki – laki tadi, seisi mobil terbelalak, terutama Ify yang memekik ketakutan,

Rio tidak peduli, ia terus menancap gas, sampai akhirnya mobil Rio berhasil melewati puluhan laki – laki tadi dan akhirnya keluar dari terowongan, Ify menghela nafas panjang, lantas membuka matanya yang sejak tadi terpejam,

“Fy, lo gak apa – apa?” Tanya Alvin panic.

Ify menggeleng, “Gak, gue gak apa – apa..”

@@@

Suasana mobil hening, Rio masih sibuk mengendarai mobilnya menyusuri jalan tol menuju Jakarta, jalanan lenggang, hanya ada beberapa kendaraan lalu lalang.

Ray sudah tertidur dijok depan, sementara Gabriel asyik dengan walkman dan komik connan-nya, sementara Alvin hanya memandangi jalan tanpa berniat membuka mulut,
Ify pun serupa,

“Lo kok gak ngajak – ngajak kita sih, vin?” Tanya Rio.

Alvin tersenyum kecil, lantas menyandarkan kepalanya disandaran jok, “yaa, gue kan Cuma mau buktiin ke laki – laki pengecut itu, yo!”

Rio tertawa kecil, tapi tidak menjawab apa – apa. Malah Ify yang bereaksi,

“vin..” PAnggil Ify.

Alvin menoleh, menatap Ify lembut,

“Kenapa, fy?”

“Mungkin gue gak tau apa –apa tentang masalah lo sama bokap lo, tapi gue Cuma mau lo tau, lo gak sendirian… ada gue, ada Rio, ada Ray, ada Gabriel, ada nyokap lo!" Jelas Ify, lantas perlahan meraih tangan Alvin,
menggenggamnya erat, seolah ingin memberikan Alvin kekuatan..

Alvin tertegun, terlebih sekarang ada tangan Ify yang tengah menggenggam tangannya erat, “Thanks, fy..” ucap Alvin lirih.

Ify kembali tersenyum, lantas kembali menyandarkan kepalanya dijok mobil, masih belum melepaskan genggaman tangannya,

Di jok kemudi, rio naik darah. Cemburu? Jelas! Tapi rio gak mau cari ribut. Biarlah… hari ini menjadi milik Alvin dan Ify. Rio menghela nafas panjang, lantas kembali konsentrasi memacu mobilnya.

@@@

Ify terbangun saat pantulan sinar matahari mendarat dipipinya, Ify membuka matanya, mengerjap-ngerjapkan beberapa kali, hingga benar – benar terbuka lebar. Ify tertegun begitu menayadari sosok ibunya yang kini duduk dipinggir tempat tidur,

“Eh, ibu..”

Ibu Ify tersenyum lebar, lantas membelai rambut anaknya.

“Tadi malem Ify pulang jam berapa, bu?” Tanya Ify seraya duduk disamping ibunya.

“Jam… setengah dua pagi!”

Ify terbelalak, “Hah? Setengah dua, bu?”

Ibu ify tersenyum kecil, “iya, tadi malam kamu diantar pulang sama… nak siapa ya namanya… Rio! Iya, rio..”

Ify kembali terbelalak, “Rio, bu?”

“Iya, dia anaknya tanggung jawab sekali lho, Fy. Dia nganterin kamu sampai depan kamar..”

Ify lagi – lagi kaget, “hah? Sampe depan kamar, bu? Yang gendong Ify sampai kamar siapa, bu?”

“Ya, nak Rio..”

Ify tertegun, “Rio? Emang bapak kemana, bu?”

“Bapak kebetulan lagi kebagian tugas siskamling, fy..” Ify memukul keningnya sendiri, “Aduuh, ibu kok ngebiarin si rio gendong Ify sampai kamar sih, bu?”

Ibu Ify tertawa kecil, “Lho, emang kenapa? Dia anak baik – baik, kok.”

Ify melengos, “Baik apanya!”

“Baik, ah. Dan sepertinya, dia juga perhatian banget sama kamu..”

Ify kembali melengos, “perhatian opo!”

“Lho? Iya toh, fy.. Rio itu anak baik. Ibu setuju lho kamu sama dia…” ledek ibu Ify. Ify mencibir, “Ah, ibu apaan sih! Rio sableng begitu dibilang baik! Udah ah, Ify mau mandi..” Sahut Ify lantas beranjak keluar kamar.

@@@

Ify mendesah kesal, lagi – lagi ia harus bertemu dengan pelajaran olahraga, pelajaran yang paling dibencinya. Untuk kali ini, olahraga basket. Haaaah, lagi–lagi Ify menggerutu. Kenapa harus olahraga? Dan kenapa harus main basket?

Ya oloh.. Satu per satu anak dipanggil sesuai absen untuk diberi kesempatan mencoba memasukkan bola, Ify takut, mengingat ia sama sekali tidak bisa maen basket, drible aja gak bisa! Ify takut, apalagi di lapangan sebelah ada kelas Rio yang juga sedang megikuti pelajaran olahraga, bagaimana kalau sampai Rio melihat Ify yang tidak bisa maen basket sama sekali? Maluuu pisan!

Ify berdoa dalam hati, semoga saja sebelum namanya dipanggil bel sudah berbunyi, tapi lagi – lagi semua tidak sesuai dengan harapannya, Pak Dave, guru olahraga asli batak itu sudah berkoar – koar ,memanggil nama Ify, ify tertegun.

“Fy, lo dipanggil pak dave noh! Kaga denger?” Seru Sivia tiba – tiba.

Ify menoleh, tersenyum kecut, lantas perlahan memberanikan diri menghampiri Pak Dave dan tampang sangarnya.

“Lama kali kau! Cape aku sebut namamu!” omel Pak dave yang masih kental dengan logat bataknya.

Ify memaksakan tersenyum, “Maaf pak,”

Pak Dave mengangguk kecil, lantas mengulurkan bola basket ke tangan Ify,

“Ayo, kau coba masukan bola dulu!” Ify melengos, ya tuhan..

“Tapi, pak..”

“Apa lagi? Hah?” Sahut Pak Dave cepat.

Melihat tampang sangar pak Dave, Ify tidak berani lagi membantah, ia pun mengambil bola basket ditangan Pak Dave, lantas membalikan tubuhnya menghadap ring basket,

“Ayo! Kau dribel dulu bolanya!” Seru Pak Dave lagi.

Ify takut, takut banget, tapi kemudian Ify meneguhkan hatinya, lantas menatap lurus kedepan dan mulai mendribel bola semampunya, belum sempat Ify meloncat untuk memasukkan bola ke ring, Pak Dave sudah mencak – mencak,

“Apa daya kau ini! Mendribel bola saja tak bisa!” Omel Pak Dave masih dengan logat bataknya.

Ify melengos, hah? Perasaan tadi gak jelek – jelek amat! Pak Dave geleng – geleng kepala, kemudian mengalihkan pandangan kelapangan sebelah yang juga dipenuhi anak – anak,

“Rio, kemari kau!” Panggil Pak Dave. Ify terperanjat begitu pak dave memanggil… Siapa tadi? Rio? God! Mau apa?

Rio yang sedang asyik bermain basket langsung menghampiri Pak Dave, keringatnya bercucuran, “Kenapa pak?” Tanya Rio, lantas melirik Ify sebentar. Pak Dave menepuk – nepuk pundak Rio, “Begini yo! Bapak mau minta bantuan kau ajarin basket murid bapak! Lebih baik kamu kenalan dulu…” Seru Pak Dave seraya melirik Ify yang kini Mematung.

Ify terbelalak, what? Rio mau mengajarinya basket? Rio? Cowok belagu itu? Ya oloh.. Kaga ada yang laen appa?? Rio mengalihkan pandangan Ke arah Ify, “Saya udah kenal, pak..”

Pak dave menganggukan kepalanya, “Oh, bagus! Begini Yo, Tolong kamu ajarin dia maen basket. Ya.. ilmu – ilmu dasar aja, cara mendribel, masukin bola..”

Lagi – lagi Ify terperanjat, serius nih? Sama Rio? “Tapi pak..” ucap Ify. Pak Dave menoleh, “Sudah! Rio ini permainan basketnya sudah mantap! Bapak yakin dia bisa ajarin kau!” Ify menutup mulutnya, tidak ada gunanya membantah lagi.

“ayo Yo, bawa dia ke sebelah sana!” Seru Pak Dave seraya menunjuk bagian lapangan yang memang sepi, tapi tetep ada ring basketnya!

Dengan santai Rio membalikkan badannya, lantas melangkah menuju tempat yang dimaksdu pak Dave, Ify mengikuti dari belakang,

“Jangan lo pikir gue mau diajarin sama lo, ya! Ini juga terpaksa setengah mati gue!” bentak Ify begitu ia dan Rio sampai ditempat tujuan.

Rio menoleh, “Ya udah, gak usah cerewet!" sahut Rio datar.

Ify mencibir, “Emang sejago apa sih basket lo?” Tanya Ify dengan nada menantang.

Rio tersenyum sinis, “Sini bolanya!”

Tanpa pikir panjang, Ify melempar bola basket ditangannya kearah Rio. Rio menangkap bola basket pemberian Ify, lantas mulai mendribel, rio melesat melewati Ify sambil terus mendribel bola basket.

Kemudian, dari jarak yang lumayan jauh, cowok itu bersiap – siap memasukkan bola. Dan…. Hop! Dengan halusnya bola itu masuk kedalam Ring. Rio melirik kearah Ify dan menaikkan satu alisnya sambil senyum penuh kebanggaan. ‘Pamer dong! Kapan lagi coba?’ Batin Rio.

Ify menelan ludah, tidak bisa berkata apa – apa. Ya tuhan, gampang banget Rio masukin bola ke Ring? Dribelnya juga bagus banget! Kok bisa sih? Tapi tetep aja,huh! Belagu amat sih nih cowok! Emangnya dia siapa? Ify ngedumel dalam hati.Padahal sejujurnya dia kagum juga melihat gaya main basket Rio. Tapi tetepaja, Ify gak boleh memperlihatkan kekagumannya.

“Oh, ok. Lumayan lah..” Ucap ify.

Rio tersenyum kecil, tapi tidak berkata apa – apa, malah kemudian kembali mendribel bola basket.

“Alvin kemana? Kok dari tadi gue gak liat?” Tanya Ify.

“dia lagi dipanggil pak Oni..” sahut rio sambil dengan santainya kembali memasukkan bola kedalam ring.

“dipanggil pak Oni? Kenapa?”

“biasalah, dia kan anak kesayangannya pak oni. Ya, paling disuruh bantuin ngajarin anak – anak..” Jelas rio lantas dengan santai melempar bolanya kearah Ify. “Nih, coba dribel dulu!”

Ify menangkap bola itu, lantas menatap rio tajam, “Lo mau malu – maluin gue? Jelas – jelas tadi pak Dave bilang gue gak bisa dribel!”

Rio tertawa sinis, kemudian memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, “Lo bisanya apaan sih? Dribel bola aja gak bisa!”

Ify mencibir, “Gue kan gak pernah maen basket!”

“Makanya, kerjaan lo jangan Cuma bikin gorengan aja!” Sahut rio cuek.

Ify tertegun, seperti ada yang menohok hatinya, Rio mengangkat alis, lalu menoleh ke arah Ify. Rio terlihat ragu, tapi lalu mengucapkan sesuatu yang di luar dugaan Ify.

“Sorry kalo nyinggung..”

Ify memaksakan seulas senyum tipis, tapi lagi – lagi tidak mengatakan apa – apa.

“heh! Buruan dribel bolanya! Malah bengong!” Omel Rio.

Ify melengos, “Lo budek apa pura – pura budek sih? Tadi kan gue udah bilang, gue gak bisa!”

Rio mendelik, kemudian menghampiri ify, “Gini nih, liatin ya..”

Bola berpindah ketangan Rio, kemudian ia mulai mendribel bola perlahan, dribel ditempat, “pandangan lo harus tetep lurus kedepan, badan lo jangan terlalu bungkuk,bola juga jangan terlalu rendah, sedang aja..” jelas rio seraya mempraktekan cara mendribel bola yang benar.

Ify mengamati setiap contoh yang diberikan Rio, cukup rumit, Tapi ify, tetap mencoba memahami maksud Rio, dan Ify pun menganggukan kepalanya, Rio melirik Ify sekilas, kemudia kembali menatap lurus kedepan, “terus, baru lo mulai dribel sambil maju, inget, pandangan harus tetep kedepan, gak boleh nunduk..” Sambung Rio seraya mulai melangkah maju sambil terus mendribel bola, Ify terus mengamati.

“Naah, kalo lo ngerasa udah siap, baru lempar bolanya..” Sambung rio lagi, kali ini sambil kembali memasukkan bola kedalam ring.

“Udah ngerti belom?” Tanya Rio sinis.

Ify menganggukan kepalanya, “dikit..”

“Coba!” perintah rio seraya melempar bola basket kearah Ify.

Ify sigap menangkap bola basket yang dilempar rio, lantas mulai mendribel, mengikuti semua contoh yang Rio berikan, “Oke, bagus!” Gumam rio.

Ify berbalik, manatap rio, “beneran udah bagus?”

Rio mengangguk kecil, “iya, tapi harus banyak belajar lagi.. sekarang cara masukin bola ke ring!” jelas rio seraya mengambil bola ditangan Ify.

“liat ya..” Rio mulai mengambil ancang – ancang untuk memasukkan bola,

“Pandangan harus lurus kearah ring, kaki kiri dibelakang, terus bola diangkat, gak boleh ngelebihin kepala…” Ify manggut – manggut,

“kalo udah posisi siap, baru lempar…” Sambung rio, lagi – lagi dengan mudahnya berhasil memasukkan bola.

Ify kembali manggut – manggut. “Nah, sekarang lo coba…” Ujar rio seraya kembali mengembalikan bola ke Ify. Ify mulai mengambil ancang – ancang, ia mengikuti semua contoh yang rio praktekan tadi, daaann… Hop! Yak, masuk! Ify bersorak sorai begitu melihat bola lemparannya berhasil masuk ring.

Rio tersenyum lebar, “nah, gitu dong..” Seru rio lantas mendekati Ify.

Ify tercekat saat tiba – tiba Rio mendekatinya lantas mengacak – ngacak puncak rambut ify, Ya tuhan.. Ify diam. Tidak sanggup mengatakan apa – apa. Apa yang dilakukan Rio barusan jelas membuatnya mati kutu. Tiba – tiba saja Ify merasakan hatinya berdesir, ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya saat ini… perasaan hangat karena sentuhan tangan Rio. Tanpa sadar Ify menyentuh puncak kepalanya sendiri,ia menyentuh bagian kepalanya yang beberapa detik lalu sempat disentuh tangan Rio. Oh, ya tuhan…

“Gue gak nyangka, ternyata lo berat juga!” Seru Rio tiba – tiba sambil terus mendribel bola.

Ify tertegun, “berat?”

Rio melirik Ify sekilas, “iya, emang nyokap lo belom cerita tadi malem gue yang gendong lo sampe kamar lo?”

Ify tertegun, tapi tidak berkata apa – apa. “Lo makan apaan sih? Gue berasa kayak gendong emaknya kuda nil tau gak!”

Ify mencibir, “Ya, lagian. Siapa suruh lo gendong – gendong gue!”

“Lho? Kata nyokap lo bokap lo gak ada, ya udah… lagian kemaren tuh tinggal lo dimobil gue! Yang lain udah pada molor dirumah masing – masing!” Jelas Rio sambil dengan santainya memasukkan bola kedalam ring.

Ify kaget, “Hah? Emang yang laen kemana? Perasaan kemaraen kita pulang bareng yang lainnya kan?”

“Iya, tapi berhubung rumah lo yang paling jauh, jadi lo yang paling terakhir gue nganterinnya! Elo sih, punya rumah diujung dunia kayak gitu!” Omel rio.

Ify mencibir, “Lah? Lo tau rumah gue dari mana?”

“Alvin.” Sahut Rio singkat.

Ify manggut – manggut, ia ingat sebelumnya Alvin pernah mengantarnya pulang, waktu itu.. bersama Ozy, adeknya.

“Lo gak bilang terima kasih nih ceritanya?” Tanya rio menyindir.

Ify tertegun, tapi kemudian tersenyum kecil, “Iya deh, makasih.”

Rio tak menjawab, ia malah kembali asyik mendribel bola, kembali bersikap cuek, PAdahal, didalam hatinya ia teramat bahagai!Bayangkan, hari ini ia bisa berada sedekat ini dengan gadis pujaannnya,wow! Rejeki emang gak
kemana..

@@@

Sementara dipinggir lapangan Sivia mematung melihat pemandangan didepan matanya, ada Rio dan Ify yang kini terlihat sangat akrab, rio sedang mengajari ify main bola basket, satu hal yag tidak pernah dirasakan Sivia..

Sivia menyipitkan matanya, berusaha dengan jelas melihat setiap gerak – gerik Rio dan Ify, cowok pujaan hatinya dan yang satu lagi sahabat dekatnya. Ya, harus sivia akui,ia cemburu. Ia cemburu melihat kebersamaan rio dan Ify, dan sepertinya ia mulai mempercayai kata hatinya yang mengatakan bahwa Rio menyukai Ify. Dan pamandangan di depannya benar – benar mempertegas bahwa Rio memang menyukai Ify…

“Sivia…” Panggil seseorang lembut.

Sivia menoleh, “Eh, iel..”

Gabriel tersenyum lebar, ada bola basket ditangannya, “kok gak ikut maen?”

Sivia menggeleng, “Gak ah, males.”

“Terus lo ngapain disini?”

Sivia tidak menjawab, ia malah mengangkat telunjuknya kearah rio dan Ify yang kini semakin terlihat akrab.

Gabriel mengangkat kepalanya, matanya mengikuti arah yang dimaksud sivia, ada Rio dan Ify.

“Kenapa? Rio lagi?” Tanya Gabriel.

Sivia tersenyum kecil, “Kayaknya Rio ngerasa nyaman banget ya dideket Ify..” ucap Sivia yang belum melepaskan pandangannya dari Rio dan Ify.

Gabriel mendesah pelan, “Emang kenapa? Lo cemburu?”

Sivia tertegun, menoleh sebentar ke arah Gabriel, lantas kembali memperhatikan Rio dan Ify, “Apa sih artinya rasa cemburu gue! Gue emang cemburu, gue akuin itu,tapi toh itu gak akan berarti apa – apa…”

Gabriel tertegun, ia tidak menyangka Sivia akan berkata seperti itu.

“Kalo diliat dari cara Rio ngeliat ify, ngomong sama Ify, sikapnya ke Ify…..perasaan gue bilang kalo… kalo… Rio suka sama Ify, iel!” jelas Sivia, lantas menoleh kembali kearah Gabriel,

“Menurut lo gimana?” Sambung Sivia.

Gabriel mengangkat bahu, “Mungkin juga..”

Sivia kembali mengalihkan pandangan ke arah Rio dan Ify, “iel…” Panggil Sivia lirih, masih belum melepaskan pandangannya yang terus memperhatikan Rio.

“kenapa?” Sahut Gabriel.

“Kasih gue satu alasan kenapa gue gak bisa meraih bintang gue sendiri? Kenapa gue gak bisa ada disamping Rio?” Tanya Sivia, perlahan sudut – sudut matanya mulai mengeluarkan air mata.

Gabriel tertegun, tidak tahu harus menjawab apa, “Via, lo nangis?” Sivia tak bergeming, ia membiarkan air matanya terus mengalir, “Jawab gue iel, kenapa gue gak bisa ngedapetin bintang gue? Kenapa Rio malah lebih suka sama Ify? Dan kenapa harus Ify? Sahabat gue sendiri…” Jelas Sivia.

Gabriel menghela nafas panjang, memandangi bola basket yang kini teronggok sepi ditangannya, “Lo tenang aja, vi. Gue tau apa yang harus gue lakuin.” Ujar Gabriel mantap lantas beranjak pergi begitu saja.

Sivia tertegun, hah? Apa maksudnya? Sivia hendak memanggil Gabriel untuk
menanyakan maksud kalimatnya tadi, tapi terlambat, Gabriel sudah menghilang…