"Thanks ya Vin! Keluarga lo asik-asik banget, baik-baik ramah banget pula" Ucap Sivia sambil tersenyum senang, dia dan ALvin lagi jalan di kompleks rumah mereka. Alvin mau nganterin Sivia pulang.
"Sama-sama. Cece Tasya bilang sering-sering main ke rumah. rame soalnya kalo ada elo" Sivia mengangguk. Alvin mendongak, menatap lampu jalan yang menyinari jalanan kompleks yang agak sepi
"Ok. Pasti gue bakal sering main-main ke rumah elo kok. Asik. Rame" Mereka berdua terdiam. Udah bingung mau ngobrol apa lagi
"Eh," Mereka berdua ngomong bersamaan, kemudian menunduk.
"Ladies first" Ucap Alvin. Sivia menggeleng.
"Ga ah. Lo aja duluan" tolak Sivia. Dia sendiri lagi bingung mau ngomong apaan.
"Lo aja" tolak Alvin juga. Sivia menghela napas sebentar. Kemudian berhenti tepat dibawah lampu jalan.
“Emm, gini. Sebenernya, gue mau say thank banget sama elo, soalnya selama ini lo udah ngebantuin gue supaya ingatan gue pulih, dan supaya gue bisa ingat semuanya .Makasih karna elo masih mau temenan sama gue meskipun gue hanya inget sedikit tentang elo” Ucap Sivia. Alvin mengangguk pelan.
“Ga papa kok Siv. Lo inget sedikit doang, ataupun lo gak inget sama sekali, lo tetep sahabat terbaik gue. Sahabat maa kecil gue” Ucap Alvin, dengan sedikit penekanan di kata “sahabat”
Entah kenapa, mendengar penekanan Alvin dikata sahabat, ngebuat hati Sivia sakit. Hanya dianggap sebagai “sahabat”. Tapi Sivia dengan cepat menggeleng. Alvin udah terlalu baik sama dia. Harusnya dia udah seneng. Karena meskipun hanya dianggap sebagai sahabat, Alvin udah se-care itu sama dia.
“oh iya Vin. Kamu mau ngomong apa tadi?” tanya Sivia. Alvin menatap Sivia dalam. Sivia jadi nervous, diliatin kayak gitu.
“Lo ngga marah kan sama gue?” tanya Alvin. Masih menatap Sivia lekat-lekat.
“Marah sama lo? Emang lo salah apaan?” tanya sivia bingung.
“Soalnya... gara-gara gue, elo dan nyokap elo kecelakaan. Seharusnya gue gak....” ucapan Alvin terputus karena telunjuk Sivia udah didepan mulut Alvin. Sivia tersenyum. Kemudian menurunkan tangannya.
“Janji itu, kita yang buat bareng. Dan soal kecelakaan itu, emang udaah takdir. Lo ga salah. Ga ada yang salah. Tapi kalo ada yang harus disalahin. Gue juga salah. Bukan elo aja” ucap Sivia bijak. Sivia kemudian menurunkan telunjuknya.
“Elo sahabat gue, sahabat waktu kecil. Tapi gue rasa, lo selalu jadi sahabat gue. Karena, meeskipun gue udah lupa ingatan, gue udah ga inget siapa elo. Elo tetep bersedia jadi sahabat gue. Dan gue juga salut sama elo. Yang ga pernah ngelupain gue” lanjut Sivia. Kali ini dia udah mulai bisa membalas tatapan Alvin.
“ya, dan sahabat masa kecil gue, sekarang udah beda. Udah ga kayak pas masih kecil, yang tomboy dan urakan. Tapi jadi cantik dan lebih cewek” puji Alvin. Sivia menunduk malu mendengar pujian Alvin.
“Tapi Sivia yang dulu, sama Sivia yang sekarang tetep sama. Tetep jadi cewe yang sangat berart buat gue. Alvin Jonathan” Sivia menatap Alvin. ga ngerti sama ucapan Alvin barusan. Alvin tersenyum.
"Sivia, masih sama kayak yang aku impiin, dan bakal aku wujudin impian aku............"
* * *
Sivia membolak-balikan badannya ditempat tidur. Mikirin kata-kata Alvin tadi. Sivia kemudian bangun, duduk menyandar di kepala tempat tidurnya. Dia tersenyum sambil menduga-duga maksud Alvin tadi.
"Jangan-jangan... Alvin suka lagi sama gue" ucap Sivia PD.tapi lagsung geleng-geleng.
"Gak mungkin lah.... gue aja kali yang suka sama dia..................upps gue baru bilang apa tadi? gue suka Alvin?" Sivia jadi bingung sendiri. "Well, Alvin emang baik, cakep pula... sayang, kalo didepan banyak orang jarang senyum...." Sivia menghela napas. Kemudian melirik jam disamping tempat tidurnya. Jam 5 pagi. Sivia menguap lagi. Okey, menguap untuk terakhir kalinya.
Sivia berjalan ke balkon dikamaranya. Menggeser pintu yang menghalangi kamarnya dengan balkon. Kemudian meletakkan taangannya di pembatas balkon itu.
"Pagi-pagi begini... enaknya ngapain ya??" Sivia mulai berpikir. Pas lagi mikir, dia ngeliat 2 orang lagi jogging.
"Yah... Jogging aja deh. Udah lama juga ga joging"
* * *
Sivia berlari kecil mengelilingi kompleks. Tapi belum setengah udah capek.
"Ah, udahana deh. Singgah taman dulu"Ucap Sivia sambil berlari kecil ke taman kompleks. Biar bisa duduk. Sewaktu Sivia berjalan ke tempat duduk yang memanjang di taman, matanya gak sengaja menangkap ayunan yang lagi kosong disistu. Sivia tersenyum tipis.
"Disitu aja deh" Sivia berjalan menuju Ayunan itu. Kemudian mulai duduk disitu. "Yah... kalo gak ada yang goyangin, gak asik nih..." pikir Sivia sambil memegang kedua sisi ayunan itu.
Tiba-tiba, Ayunan itu didorong oleh seseorang. Sontak Sivia ikut berayun bersama ayunan itu. Sivia mendongak berusaha ngeliat siapa orang yang ngayunin dia.
"Jangan kayak gitu. Entar patah leher kamu" saran cowok itu. Alvin. Sivia tersenyum kembali ke posisi duduknya.
"Ayunin lagi doong" Pinta Sivia manja. Alvin tersenyum kemudian mendorong ayunan itu lagi. Membiarkan Sivia ikut terayun.
"Masih kayak dulu... suka ayunan" gumam Alvin. Sivia menapakan kakinya ditanah. Membuat ayunan itu terhenti. Kemudian berdiri.
"berarti aku yang dulu sama sekarang sama dong" ucap Sivia sambil tersenyum. Alvin mengangguk.
"sama-sama ga bisa diem" Ucap Alvin. Sivia manyun.
"eh, Vin.... impian masa kecil elo apa sih??? Ayoo dong, kash tau...." rengek SIvia. Udah penasaran.
"Hmmmm. Paling besok juga tau" jawab Alvin sambil tersenyum misterius.
"kenapa besok?" tanya SIvia penasaran. ALvin hanya tersenyum tipis.
* * *
"Kyaaaaaaaaaaa" Sivia teriak-teriak.
Bentar lagi jam 7.00 tapi dia masih belum selesai siap-siap. Sivia berlari menuruni tangga rumahnya dengan buru-buru sambil menyisir rambutnya. Kemudian berkaca di kaca dekat ruang makan.
"Kak. Ga sarapan" tegur Acha sambil mengoleskan selai ke rotinya. Sivia menggeleng cepat.
"Ga sempet Cha" jawab Sivia kemudian menuju ibunya. "Mi, Via berangkat dulu ya" pamit Via buru-buru. Mama Sivia mengangguk.
"Kak. Seenggaknya makan dijalan" ucap Acha sambil menyodorkan rotinya yang tadi dia olesin pake selai coklat. Sivia mengambil roti itu.
"Thanks Cha" Sivia menyubit pipi Acha sebelum berlari keluar pintu. Sivia membuka pintu gerbang rumahnya dengan terburu-buru. Karna ga ngeliat jalan...
"Brukkkkk" Sivia menabrak seseorang.
"Awww. ngapain sih pagi-pagu berdiri didepan rumah orang? ga tau gue lagi buru-buru?" semprot SIvia. Orang yang dia tabrak itu berbalik.
"Justru karna gue tau elo buru-buru. makanya gue disini" jawab Alvin tenang sambil tersenyum.
"Heuu. elu Vin. Gue pikir siapa... belum ke sekolah lo? Ntar telat lohhh" Ucap Sivia sambi melirik jam digitalnya. 07.05!
"justru itu. AYo naik" ajak Alvin. Sivia sempat cengo sesaat. Ke sekolah bareng ALvin? Mimpi apa dia semalam?
"cepetan. ntar telat loh" ALvin menirukan ucapan SIvia tadi. Sivia tersenyum. kemudian naik ke boncengan Alvin.
* * *
Untung banget nasib Alvin dan Sivia ga parah kayak Rio Ify. Mereka datang tepat saat bel. Waktu masuk lewat gerbang barulah bell berbunyi.
"Hahhhh" Alvin dan Sivia mendesah bersamaan. "Hampiirr aja" ucap mereka berdua bersamaan lagi. Mereka berdua kemudian saling bertatapan kemudian ketawa bareng.
"Tosss" Sivia dan ALvin kemudian berhi-five.Entah kenapa, Sivia jadi teringat sesuatu. Saat itu, hampir mirip kayak gini.Waktu kecil, Sivia dan Alvin ngejailin satpam kompleks. terus dikejar. Untung Avin narik Sivia cepat, sehingga mereka berdua bisa masuk ke rumah Alvn tanpa sepengetahuan si satpam. Trus, mereka berdua berhi-five di belakang pintu. Lumayan mirip...
"kok bengong vi?" tanya Alvin. Sivia tersadar dari lamunannya.
"Oh, iya, masuk ke kelas yuk"
* * *
Siang itu trasa panas banget. Sekelas pada ngipas-ngipas semua. Ga terkecuali pak Dave. Malahan dia ngeluarin kipasnya yang siper gede. Make bulu-nulu warna-warni. Sivia sama Ify sempet-sempetnya ngegosipin kipas super pak dave itu.
"Menurut elo, tuh kipas make bulu apa?" tanya Ify sambil menunjuk Kipas pak Dave.
"Bulu burung merak kali" tebak Sivia asal sambil cekikikan.
"Wooo. Make bulu ayam itu maahh" ucap Ify. Ify dan Sivia cekikikan lagi.
"Cocok tuh, buat dijadiin kemoceng" tambah Sivia. Cekikan mereka berdua tambah keras. Sampai Pak Dave berbalik. Menatap dua anak muridnya itu.
"Ehm, Alyssa, Sivia. Apa yang kalian tertawakan?" tanya Pak Dave tajam. Ify dan Sivia langsung diem. Berhenti cekikikan. Pak Dave berbalik. Membuka kipas supernya dengan gaya yang sangaaaaat kemayu. Sivia yang ngerasa Lucu. Ketawa lagi. Bukan cuma ketawa biasa. Tapi ngakak!
"Sivia! Apa yang kamu tertawakan? Ada yang lucu?" tanya PAk Dave tajam. Tapi tetep kemayu. Sivia bungkam lagi. paling ga tahan dia ngeliat orang yang kemayunya-lebay abis kaya pak dave.
"Ngga pak" jawab Sivia. Pak Dave berjalan ke arah Sivia.
"Jangan bohong. Kamu pasti ngetawain saya ya?" tebak pak Dave. Sivia cengo. Bagus deh kalo nih guru sadar kalo harusnya dia gantian sama Bu Winda. Bu Winda cowo, dianya yang cewe .Sivia hanya garuk-garuk kepalanya yang sama sekali ga gatel.
"Bukan kok Pak..." bantah Sivia sambil tersenyum manis. Seolah-olah emang bukan.
"Trusssssss?? Ngetawain siapa dong kamu??" Pak Dave mendekati Sivia. Svia memutar otak. Bingung harus jawab apa. ga mngkin kan dia ngejawab ngetawain papan tulis yang lagi ikutan ngipas-ngipas?
"mmm" Sivia terus berpikir. ga mungkin juga dia bilang papan keringatan, atau apalah semacamnya.
"Sivia ketawa gara-gara saya godain pak" Ucap Avin tiba-tiba. Ngebuat pandangan anak-anak sekelas beralih ke Alvin. Siapa yang ga heran coba? masa Alvin yang terkenal kayak limbad-yangsehari-hari jarang ngomong-ngegodain Sivia? Aneh? tentu... Ify sama Rio tau jelas. Alvin adem-ayem aja dari tadi. Kalo Ify, tentu udah tau Apa yang ngebuat Sivia ketawa.
"Ehm. Kamu tau tidak kalo sekarang pelajaran saya?" tanya Pak Dave, mendekati Alvin. Kebetulan Sivia sama Alvin duduknya deket.sampingan aja.
"Tau" jawab Alvin santai. Yang panik justru Sivia. Gila aja tuh Si Alvin. masih bisa dia bersikap nyantai.
"Trus? kenpa kamu main-main di jam pelajaran saya?" tanya PAk DAve galak.
"Bosen" jawab ALvin enteng. Sivia cengo.
'Duhhh ALvin gimana sih? Ngebelain gue tapi kok malah masuk ke jurang?' batin Sivia.
"kalau begitu, keluar dari kelas saya sekarang" perintah Pak Dave. Ga pake lama, Alvin langsung berjalan keluar kelas. KAli ini yang cengo Ify. Hei! ini bukan pertama kalinya Alvin diusir dari kelas. Karna ngebantuin Sivia. untuk hal terakhir, yang tau hanya Ify, dan Rio.
"Duhh. ALvin gimana sih..."
* * *
Sivia keluar keas dengan buru-buru. Nyari Alvin. Kalo dulu, gampang nyarinya. Karna jelas-jelas Alvin lagi di lapangan, sekarang, udah muter-muter tapi ga ketemu.
"Vi... kekantin ga?" tanya Ify yang baru keluar dari ruang guru. Sivia menggeleng.
"Ngga ah" tolak Sivia sambil mengedarkan pandangan sekali lagi.
"Nyari Alvin?" tanya Ify. Sivia mengangguk. Ify tersenyum kemudian merangkul Sivia kemudian berbisik. "menurut gue Alvin tuh suka loh sama elo... buktinya dia selalu ngebelain elo.." bisik Ify kemudian tersenyum jahil dan melepaskan rangkulannya.
"hah?" Sivia blushing. Ify mengacungkan jempol, kemudian berjalan menuju kantin.
* * *
Sivia masih muter-muter nyari ALvin, sendirian aja. pas lewat koridor, seorang cowo menghentikan langkahnya. Sivia mendongak. Bukan Alvin. DAn bukan orang yang dia kenal. Tanpa basa-basi, cowo itu nyerahin Sivia selembar kertas.
"Apaan nih? dari siapa?" tanya Sivia sambil membolak-balik kertas itu.
"lo baca aja deh" jawab cowok itu sambil berlalu. Sivia mengedikan bahu. Kemudian mulai membuka lipatan kertas itu.
Gue gak suka boong.
Apa yang gue ucapin pasti bakalan gue lakuin. dan janji gue bakalan gue
penuhin.
Ok. isinya emang cuma itu. Cuma secuil. Tapi ga dimengerti sama Sivia. Sivia melipat kertas itu kembali, kemudian berjalan lagi. nyari Alvin. Sampai didepan kelas 10-5 serang anak cewek menghampirinya.
"Sivia?" tanya cewe itu. Sivia mengangguk. Cewek itu meyodorkan kertas yang sama. kemudian berlalu. Sivia membuka kertas itu lagi. kemudian membaca isinya
Mau tau apa impian gue?
Temuin gue diruang musik.
ok. yang kali ini lebih secuil malah. Tapi sivia rasa, dia harus ngikutin kemauan orang ini. Sivia kemudian berjalan ke ruang musik. dengan sejuta pertanyaan.
* * *
Sivia membuka pintu ruang musik perlahan. Sunyi senyap. Kayaknya ga ada kelas yang make ruang musik sekarang (ya iyalah, jam istirahat) Sivia berjalan memasuki ruang musik. Tiba-tiba terdengar suara dentingan piano. Sivia menoleh ke tengah ruangan. Tempat Piano itu.
Telah Lama Sendiri
Dalam Langkah Sepi
Tak Pernah Kukira
Bahwa Akhirnya
Tiada Dirimu Disisiku
Sivia melongo pas ngeliat pemain piano itu. Alvin! Alvin tersenyum ke Sivia. Kemudian kembali bernyanyi, dan memainkan piano.
Meski Waktu Datang
Dan Berlalu Sampai Kau Tiada Bertahan
Semua Takkan Mampu Mengubahku
Hanyalah Kau Yang Ada Direlungku
Hanyalah Dirimu
Mampu Membuatku Jatuh Dan Mencinta
Kau Bukan Hanya Sekedar Indah
Kau Tak Akan Terganti
Tak Pernah Kuduga
Bahwa Akhirnya
Tergugat Janjimu Dan Janjiku
Meski Waktu Datang
Dan Berlalu Sampai Kau Tiada Bertahan
Semua Takkan Mampu Mengubahku
Hanyalah Kau Yang Ada Direlungku
Hanyalah Dirimu
Mampu Membuatku Jatuh Dan Mencinta
Kau Bukan Hanya Sekedar Indah
Kau Tak Akan Terganti
Kau Tak Akan Terganti
Alvin menghentikan permainan pianonya. Berbalik ke Sivia, tersenyum manis. Senyum yang bisa bikin cewek-cewek pada melting.
"Siv, setelah elo pergi, gue kesepian banget. Tapi, selama apa pun elo pergi. Elo ga akan terganti buat gue. dan gue harap, lo ga akan ninggalin gue lagi" ucap Alvin sambil menatap Sivia dalam. Sivia Speechless. ga tau harus ngomong apaan. Dan ga ngerti sama yang barusan. Yang barusan itu.... lagu yang dinyanyiin Alvin buat dia? masih sibuk dengan pikiran dia sendiri. Sivia ga sadar kalo Alvin udah berlutut didepan dia.
"Siv... elo tau apa impian gue? Ngejadiin elo sama kayak bokap gue ke nyokap gue. Cintain dia, sayangin dia, bahkan sampai akhir hayat nyokap gue, dan sampai sekarang... sampai nyokap gue ga ada" ucap Alvin. Serius. Sivia masih speechless. Ga percaya. Apa mungkin.... Alvin nembak dia?
"Siv.... Would you be my girl? be a part of my life?" tanya Alvin sungguh-sungguh. Sivia melongo. Alvin minta dia jadi ceweknya? Well, siapa sih yang bisa nolak Alvin? tapi.... Sivia masih ragu dengan perasaannya. Apa dia beneran suka sama Alvin? Alvin sendiri menatap Sivia dengan harap-harap cemas. Sivia tampak berpikir.
"Vin... Lo selama ini udah baik banget sama gue. elo selalu ngebelain gue.... tapi... gue belum yakin sama perasaan gue" ucap Sivia sambil menunduk.
Hati Alvin serasa mencelos. Tapi dia tetep berusaha tersenyum.
"Gak apa-apa kok Siv. pasti susah buat elo. Toh elo juga belum inget semua tentang gue kan?" ucap Alvin kemudia berdiri lagi. meskipun tersenyum,. sebenernya Alvin kecewa.
'Tapi Vin.... gue rasa...... gue cuma gak yakin sama perasaan gue. gue cuma gak yakin, apa betul gue gak suka sama elo? tapi... sekarang gue udah nemu jawabannya. Gue yakin, gue suka sama elo. gue sayang sama elo. Meskipun gue belum inget "elo" sepenuhnya" ucap Sivia sambil tersenyum lebar. Alvin sontak mendongak.
"be.. beneran Siv?" tanya Alvin ga percaya. Sivia mengangguk kecil. "jadi jawabannya?" tanya Alvin lagi.
"mmm....yes." jawab Sivia malu. Alvin mendekati Sivia, awalnya, Sivia pikir alvin mau meluk dia... taunya.... Alvin nyubit pipi Sivia.
"Makasih" bisik Alvin lembut ke Sivia.
* * ***
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
No comments:
Post a Comment