Part 15 : Ify’s Happiness
Kayaknya Rio sama Ify memang
ditakdirkan untuk berantem , maafan,
berantem lagi, maafan lagi.
Unpredictable. Rio senang Ify cemburu,
tandanya Ify ada rasa! Tapi, apa benar
Ify ada rasa?
Hmm… bagaimana dengan Sivia-Alvin?
****
Ify menatap pemandangan jalan raya
yang ramai di balik jendela mobilnya.
Di hatinya kini ada perasaan aneh yang
sedang bergejolak, lebih tepatnya saat
ia mengingat Rio dan Zevana yang
berpegang-pegangan tangan.
Ify menghela nafas panjang sekali lagi
untuk menenangkan perasaannya.
Masa iya ini yang namanya… mm…
cemburu?
Ify menggelengkan kepalanya kuat-
kuat. Ia bukan siapa-siapanya Rio. Ia
bukan teman spesial Rio. Ia bukan
sahabat Rio. Ia hanya teman yang
baru dikenal Rio selama kurang lebih 2
minggu ini. Ify juga tak ada rasa
apapun terhadap
Rio!
Tapi… kalau memang Ify tak ada
perasaan “khusus” terhadap Rio… kenapa
perasaan yang sekarang berkecamuk di
hatinya ini mampu membuatnya
gelisah?
Ify menghela nafas lagi. Sekadar untuk
memastikan apa yang ada di benaknya
saat ini.
Ify.Memang.Cemburu.
‘Kalo gua cemburu, berarti gua suka
sama dia. Ah masa sih?’ pikir Ify.
Sesaat kemudian ia membuka risleting
tasnya dan menarik jurnalnya keluar.
Jurnal itu memang selalu dibawanya
kemana pun ia pergi. termasuk ke
sekolah.
Pelan-pelan, ia menarik 3 lembar kertas
yang terselip di antara halaman-
halaman jurnalnya. Ia lalu membaca isi
kertas itu dan kembali tersenyum.
Ya, kertas itu memang surat-surat
kaleng yang diberikan oleh Rio.
Memang hanya 3 surat, isinya pun
jauh dari romantis, tidak seperti isi surat
dari penggemar rahasia di dalam
film-film.
Ify mendekap erat-erat ketiga surat itu
sambil memejamkan matanya.
Terbayang senyum Rio—yang kini baru
disadarinya—mampu mengalahkan
senyum manis Dayat.
Dan kini ia benar-benar yakin, ia
memang menyukai Rio.
***
Rio menatap langit-langit kamarnya dari
atas tempat tidur. Memang seharusnya
ia berada di rumah Ify, untuk bekerja.
Tapi… hari ini kan hari Sabtu! Dan
mama Ify memperbolehkan Rio untuk
mengambil libur saat hari Sabtu.
Bukannya sedih karena Ify cemburu,
Rio malah senang. Tandanya Ify
menyimpan perasaan“khusus” padanya.
Seperti apa yang dibilang Alvin tadi
siang.
TOK TOK TOK…
Rio tersadar dari lamunannya tentang
Ify saat suara ketukan pintu tiba-tiba
terdengar.
“Masuk” ujar Rio, melangkah ke arah
pintu kamarnya.
Pintu terbuka, dan nampaklah kakak
Rio, Gabriel, yang sedang tersenyum.
"Eh, Kak Iel. Ngapain kak?” tanya Rio,
menahan pintu agar kakaknya bisa
masuk ke kamarnya.
“Engga apa-apa sih. Cuma gua liat akhir-
akhir ini elo kerjaannya ngelamuuuun
melulu. Sukses ya pedekate elo sama
Ify?” tanya Gabriel balik. Duduk di
salah satu sofa berwarna hitam.
Rio tercengang. Kakaknya ini memang
lebih cocok jadi dokter spesialis. Dokter
spesialis cinta maksudnya. Karena
Gabriel selaluuu saja tahu tentang
perkembangan Rio dan Ify, hanya
karena gerak-gerik Rio.
Tak mampu mengelak, Rio hanya
mengangguk.
Gabriel tersenyum melihat anggukan
kepala Rio,“Tembak” ujarnya pelan.
Rio mengerutkan kening, maksudnya?
“Maksudnya?” tanya Rio, duduk di
sofa yang bersebelahan dengan Gabriel.
“Ya tembak! Elo tembak si Ify!” jawab
Gabriel cepat. Gemas juga dia melihat
Rio yang terlalu lugu.
“Engga kecepetan?” tanya Rio ragu. Dia
baru pedekate ke Ify kurang dari 2
minggu!
“Nggak! Tembak deh. Pake tuh gitar lo!”
jawab Gabriel lagi, menunjuk sebuah
gitar yang sudah beberapa hari ini tak
disentuh oleh Rio. Karena terlalu sibuk
memikirkan Ify.
Rio berjalan ke arah gitarnya dan
mencoba memetikkan beberapa kord. Ia
menatap Gabriel dengan senyuman
bangga.
“Iya deh. Gua tembak aja si Ify!
Makasih ya kak, sarannya!” ujar Rio,
tersenyum kepada Gabriel. Beruntung ia
mempunyai kakak sepengertian Gabriel.
Gabriel mengangguk, “Biasa aja lah,
Yo”.
Lantas Gabriel pergi keluar dari kamar
Rio. Sedangkan Rio masih sibuk berpikir
tentang lagu yang cocok untuk
menembak Ify.
I’m Yours? Ah, sudah sering!
Bukan Cinta Biasa? Ribet ah!
Cinta Gila? Makin ribet!
L.O.V.E? Hmm… dari Nat King Cole,
ya…
Great! L.O.V.E dari Nat King Cole!
Simpel, tapi maksudnya jelas. Rio
segera melatih kelancarannya
memainkan lagu L.O.V.E dengan
gitarnya.
Tak sampai 15 menit, Rio sudah
berganti pakaian menjadi yang lebih
keren. Kaus putih, jaket puith bermotif
garis horizontal hitam, dan jins hitam.
Hmm… sanggup membuat cewek-cewek
histeris sepertinya.
Rio tersenyum melihat bayangannya di
cermin. Dengan sigap ia meraih gitarnya,
lalu pergi ke rumah Ify. Rumahnya dan
rumah Ify memang hanya berjarak
beberapa blok saja.
***
Rio menghela nafas panjang untuk
menyiapkan dirinya. Lalu tangannya
bergerak perlahan untuk memijat bel
rumah Ify.
TING TONG…
“Sebentaaaar…” sayup-sayup terdengar
suara seorang cewek dari dalam rumah.
Rio hafal suara itu. Suara Ify.
“Eh, elo, Yo? Ada apa? Kan hari Sabtu?
Elo libur kan? Ngapain bawa gitar?”
tanya Ify bertubi-tubi saat pintu telah
terbuka.
Rio tersenyum sesaat, “Ini, Fy. Gua ada
perlu. Ehm… bisa kita ngomong di sana
aja?” pinta Rio, tangan kirinya
menunjuk sepasang kursi dan meja
berpayung di sudut taman Ify.
“Boleh, yuk” ujar Ify pelan, hatinya
tiba-tiba berdegup kencang. Firasatnya
mengatakan Rio akan mengatakan
sesuatu yang penting.
Ify dan Rio duduk di kursi masing-
masing. Posisinya berhadapan. Rio
segera bersiap untuk memainkan lagu,
sementara Ify masih bingung dengan
maksud Rio.
“Dengerin aja deh. Kalo mau nanya,
nanti dulu aja ya” ujar Rio pelan
sambil tersenyum, seakan mengerti
pikiran Ify.
Perlahan, Rio mulai memetik senar-
senar gitarnya, memainkan sebuah
lagu , dan Rio juga bersenandung
khusus untuk Ify.
L is for the way you look at me
O is for the only one I see
V is very, very extraordinary
E is even more than anyone that you
adore and
Love is all that I can give to you
Love is more than just a game for two
Two in love can make it
Take my heart and please don't break it
Love was made for me and you
Liriknya memang simpel. Maksud dari
liriknya sangat jelas. Tapi memang,
lagu ini lagu yang romantis tanpa harus
bertele-tele.
“Love… was made for me and you…” Rio
melantunkan bait terakhir dari lagunya.
Mendekatkan kursinya ke arah Ify.
Ify masih tercengang. Tidak percaya.
Oh Tuhan, ini mimpi atau apa? Baru
tadi disadarinya tentang perasaannya
sendiri, yang ternyata ia benar-benar
menyukai seorang
Mario Stevano, sekarang orang itu
benar-benar… menembaknya? Oh
apakah lagu itu
dimaksudkan untuk menyatakan
perasaan Rio kepada Ify?
Rio menatap mata Ify lekat-lekat,
senyum masih terkembang di
wajahnya.
“Jadi..?” tanya Rio pelan, membuat hati
Ify berdegup semakin kencang.
“Euh… barusan itu… mmm… nem… err…
nembak atau… cuma sekadar nyanyi?”
tanya Ify ragu. Ia memang tidak
mengerti maksud Rio sebenarnya.
Tawa Rio meledak. “Ify… Ify! Udah
jelas kan maksud dari lagu itu? Love…
was made for ME and YOU…” Rio
kembali melantunkan bait terakhir di
lagu itu beserta penekanan
di kata-kata khusus.
“Ja… jadi itu… ehmm… nem… nembak?”
tanya Ify lagi. Masih ragu. Rio
mengangguk cepat. Rio juga sudah
penasaran akan jawaban Ify.
“Jadi?” tanya Rio, meminta kepastian
dari Ify.
Ify berpikir sebentar. Diterima? Atau
tidak?
“Two in love can make it… Take my
heart and please don’t break it… Love…
was made for me and you…” Ify juga
melantunkan beberapa bait terakhir dari
lagu itu. Senyumnya merekah.
Senyum Rio makin merekah, begitu pun
Ify.
“Makasih, Fy” ucap Rio pelan, menarik
tangan Ify lembut dan
menggenggamnya.
“Itu… itu juga lagu kesukaan aku…”
ujar Ify pelan. Senyumnya masih
belum lepas dari wajahnya.
“Love is all that I can give to you… Love
is more than just a game for two, ² in love can make it, Take my heart and
please don't break it… Love was made
for me and you…”
Mereka berdua. Rio dan Ify.
Melantunkan lagu itu bersama-sama.
Dan hari itu juga menjadi… hari yang
takkan bisa dilupakan oleh Ify dan Rio.
Hari dimana mereka bisa bersama…
*****
-author: ditaa
-facebook: Anindita Putri
No comments:
Post a Comment