Part 5 : Rio’s New Job
Izin dari Mama sudah didapat, jurus jitu menggombal dari Kak Iel juga sudah didapat. Kira-kira Rio butuh persiapan apa lagi, ya?
****
Hari masih pagi. Tapi Rio sudah semangat 2012 saat menceritakan dirinya yang dengan mudah mendapat izin dari mamanya dan dia juga sudah mendapat jurus jitu menggombal dari Kak Iel kepada Alvin yang masih terkantuk-kantuk, menjadikan ranselnya sebagai bantal.
“Jadi gua ngelamar jadi tukang kebun kapan, Vin?” tanya Rio semangat, Alvin yang masih terkantuk-kantuk hanya bisa menangkap kata-kata yang dilontarkan Rio sepotong-sepotong saja.
“Haa?? Elo mau ngelamar?! Ngelamar sapa, Yo??” tanya Alvin balik, matanya masih 10 watt, nyawa juga belum komplit.
Rio menjitak kepala sohibnya itu dengan kesal,“Ngelamar jadi tukang kebun!!!” Perlahan-lahan, mata Alvin agak cerah, naik jadi 15 watt… 20 watt, nyawanya juga udah mulai terkumpul. Ia menggelengkan kepalanya, lalu seketika pandangan matanya jadi cerah. Ajaib memang kekuatan tidur di sekolah!
“Ntar pas Ify udah dateng, gua bantuin elo ngomong. Tenang aja” jawab Alvin enteng, sambil membuka-buka buku catatan Kimianya yang rapi. Rio? Dia sibuk memastikan rambutnya dalam keadaan sekeren mungkin, agar bisa menarik perhatian Ify barang semenit nanti.
“Naaaah… itu Ify! Fy! Sini bentar!” panggil Alvin keras, Ify meletakkan tasnya di bangku depan Alvin, dan duduk menghadap Alvin.
“Kenapa?” tanya Ify singkat, Rio siap-siap memasang senyum terdahsyatnya.
“Elo pernah bilang kan kalo tukang kebun di rumah elo dipecat? Terus elo minta bantuan gua buat nyari yang baru kan? Gua udah ketemu nih!” jawab Alvin riang, menepuk-nepuk bahu Rio yang sedang menyunggingkan senyuman yang
mampu membuat ikan paus klepek-klepek. *maap. Lebaynya penulis kumat
Ify menatap Rio sangsi, ia nggak merasa yakin Rio yang menjadi salah satu the most perfect boy di sekolah bisa jadi tukang kebun.
“Elo… serius?” tanya Ify, menunjuk Rio dengan ragu. Yang dijawab Rio dengan anggukan mantap.
Ify menghela nafas, “Ya udah, elo bisa nggunting rumput? Nggak jijikan? Bisa nyiram-nyiram tanaman? Nebar pupuk? Nanem bibit? Nyangkul?” Tanya Ify bertubi-tubi.
Rio mengangguk, mengangguk, mengangguk, mengangguk, mengangguk dan mengangguk. Sesuai dengan jumlah pertanyaan Ify.
“Oke, ntar pulang sekolah elo bisa ke rumah gua, kenalan dulu sama mama, terus mungkin mulai besok elo udah bisa kerja. Sebetulnya sih mama perlunya yang bisa kerja seharian, tapi karena mama gua suka sama anak mandiri yang mau kerja sambilan kayak elo, yaa… perkiraan gua sih… 95% mama gua bakal nerima elo jadi tukang kebun” jelas Ify sambil tersenyum manis kepada Rio. Kepada Rio. Rio. YA TUHAN!!! Rio seakan mau terbang mengelilingi bimasakti saking senangnya. Untuk pertama kalinya Ify mau tersenyum kepadanya!! *Tuh kan, penulis lebaynya kumat lagi
“Eh… tapi elo kan belum tau rumah gua?” tanya Ify lagi.
“Gampang itu! Ntar biar Rio pulang bareng gua aja, sekalian ke rumah elo, Fy!” tandas Alvin cepat. Ify tersenyum lagi, kali ini disertai dengan anggukan kecilnya, dan Rio masih tidak bisa berkata apa-apa.
“Oke kalo gitu” ujar Ify pelan, lalu melangkah keluar kelas. Meninggalkan Alvin yang melirik Rio yang masih bengong dengan lirikan menggoda.
“Hayoooo… Ntar sore berduaan nih yeee…” goda Alvin sambil tertawa puas.
“Yahelah elo, Vin! Bukannya ngedukung gua atau apaa… gitu, malah ngegodain! Udah ah! Ntar kesebar beritanya!” tukas Rio sewot. Meninju pelan lengan Alvin yang masih terkekeh.
“Iye daah! Pokoknya ntar pulang sekolah elo ke rumah gua dulu ya!” Alvin mengingatkan Rio sekali lagi. Rio mengangkat ibu jarinya
sebagai jawaban.
***
“Yo! Udah cepetan masuk!” ajak Alvin yang sudah duduk di mobil Avanza hitam milik keluarganya, dengan seorang sopir yang sedang duduk di belakang kemudi.
“Err… gua jadi gak PD!” ujar Rio pelan sambil memasuki mobil Alvin, lalu menutup pintunya.
Alvin tertawa kecil, “Udaah… nyantai aja! Mamanya Ify baik kok!” Rio mengangguk. Mencoba menjadi lebih santai. Bisa-bisa nanti dia nggak diterima jadi tukang kebun gara-gara terlalu gugup.
***
“Pak, stop! Saya mau ke rumahnya Ify dulu, Pak Jo langsung ke rumah aja! Ntar bilangin ke mama kalo saya ke rumah Ify ya!” Pesan Alvin sebelum turun dari mobil. Sopirnya, Pak Jo, hanya mengangguk.
Rio menelan ludahnya saat menatap rumah Ify yang besar. Memang sama besarnya dengan Alvin, tapi rumah Ify terkesan lebih nyentrik dibandingkan rumah Alvin yang elegan.
“Udah, ayo masuk! Ngapain juga elo bengong gitu?” ajak Alvin sambil berjalan ke gerbang rumah Ify, lalu membukanya. Rio cepat-cepat mengikuti langkah Alvin.
TING TONG…
Alvin hanya perlu memijit bel itu sekali, dan pintu rumah Ify langsung terbuka. Tampaklah Ify dibalik pintu itu.
“Eh, elo Vin! Sama Rio juga ya? Oh, masuk aja deh! Gua panggilin mama dulu” suruh Ify sambil membuka pintu rumahnya lebar-lebar, lalu beranjak masuk ke dalam lagi untuk memanggil mamanya.
Tak lama, pembantu Ify datang sambil membawa nampan berisi 2 cangkir the hangat dan snack.
“Eh… makasih bu,” ujar Rio pelan, wanita yang tampaknya sudah tua itu mengangguk sambil tersenyum.
Rio baru meneguk tehnya satu tegukan saat seorang wanita cantik berjalan ke arah Alvin dan Rio, di sampingnya ada Ify.
“Saya mamanya Ify. Oohh… Temannya Alvin juga ya… jadi kamu Rio yang mau kerja sambilan?” tanya wanita yang ternyata mamanya Ify itu lembut.
“Eh.. iya Tante…” jawab Rio sambil tersenyum. Alvin juga tersenyum.
“Tante suka kalau di umur kalian yang masih remaja begini dan berasal dari keluarga yang mampu sudah berpikiran panjang dan mau kerja sambilan! Ya, tante setuju kalau kamu mau kerja sambilan, karena kamu masih kecil juga, sehari hanya bekerja 3 jam, dari pulang sekolah. Tapi… apa kamu serius mau jadi tukang kebun?” tanya Mama Ify lagi, Rio mengangguk mantap.
Mama Ify tersenyum puas, “Ya. Bagus kalau begitu. Mulai besok kamu sudah boleh kerja. Masalah bayaran…” Mama Ify menggantung perkataannya, Rio buru-buru menyelanya.
“Saya nggak terlalu mikirin bayarannya kok Tante!” sela Rio sambil tersenyum. Senyum mama Ify semakin terkembang.
“Kamu memang anak yang mandiri! Ya sudah, sekarang, nikmati tehnya dulu, Tante masih ada urusan. Ify, kamu temani Alvin dan Rio dulu ya!” pesan Mama Ify sambil beranjak pergi. Ify buru-buru duduk di sofa.
“Elo serius mau jadi tukang kebun?” tanya Ify, masih agak ragu.
“Serius!! Serius banget malah. Oh iya, Fy. Udah jam 4 nih, gua harus pulang!” ujar Rio, melirik jam tangannya.
“Gua juga, Fy! Kalo gitu, kita pulang dulu yaa.. Titip salam buat Tante!” pamit Alvin juga, lalu Alvin dan Rio melangkah keluar rumah Ify. Ify hanya tersenyum sambil mengantar mereka ke depan pintu.
“Sukses Yo!” bisik Alvin pelan saat mereka sudah ada di luar gerbang rumah Ify.
“Iya! Sukses banget! Udah deh, gua pulang ya, Vin! Kan rumah gua Cuma beda 1 blok dari sini” pamit Rio, tak lupa berhigh-five dulu dengan sahabatnya itu.
Di perjalanan, Rio tersenyum sendiri. Ia tak sadar ada sebuah motor yang mengikutinya. Tiba-tiba motor itu……
*****
-author: ditaa
-facebook: Anindita Putri
No comments:
Post a Comment