Sunday, June 12, 2011

Ada Apa dengan Kebun Part 6 (repost)

Part 6 : Penyurat Rahasia Dari Kebun

Rio sukses diterima jadi tukang kebun di rumah Ify, tapi di perjalanan pulang, ada motor yang mengikutinya, siapakah itu?
****

BRUUUMMM!! TIN TIIIN!!!

“ADUH KAGET GUA!!” seru Rio lantang sambil memegangi dadanya yang berdetak kencang sekarang. Dia menoleh pelan ke arah pengendara motor yang tadi sudah membuatnya kaget itu.

“KAK IEL!!!” jerit Rio, masih lantang. Ia hafal jenis motor kakaknya dan plat nomornya. Gabriel melepas helm full facenya dan tidak bisa menahan tawanya.

“HAHAHAHAHAHAHAHAAA!! Eh, Yo! Salah sendiri! Sapa juga yang nyuruh elo jalan di tengah jalan? Untung tadi gua yang lewat! Kalo ada mobil, udah ditabrak lo! Eh iya, sejak kapan elo belajar menjerit kayak banci gitu? Hahahahahahaaaa!!” Gabriel masih sempat-sempatnya bercanda sebelum mengisyaratkan Rio agar naik ke motornya.

Rio hanya diam. Sewot. Lagi asyik-asyiknya mikirin Ify malah diganggu! Dengusnya sebal. Tapi tentu saja Gabriel tidak peduli, karena dia harus konsentrasi ke jalan.

***

“Rio? Kamu kenapa telat pulangnya?” tanya Mama Rio heran, biasanya kalau Rio pulang telat, pasti Rio memberitahu mamanya dulu.

“Tadi Rio ke rumah temen. Itu lho, Ma, rumah temen yang butuh tukang kebun. Tadi Rio udah diterima, jadi besok mulai kerja. Tapi kerjanya sehari 3 jam, Ma, dari pulang sekolah. Nggak apa-apa kan, Ma?” tanya Rio balik, Gabriel hanya mengerutkan kening mendengar jawaban adik semata wayangnya itu.

Mama Rio menggeleng cepat, “Nggak apa-apa. Itu tandanya kamu sudah makin mandiri! Nah, sekarang kamu makan, terus mandi ya!” Rio mengangguk, lalu berjalan ke ruang makan diikuti kakaknya yang masih digelayuti rasa heran. Adiknya? Jadi
tukang kebun?

“Yo, elo jadi tukang kebun?” tanya Gabriel heran saat Rio menyendokkan nasi ke piringnya. Rio hanya mengangguk.

“Kok tumben sih? Ah, gua tau. Ini pasti ada apa-apanya. Dan biasanyaa… cowok langsung mau berubah kayak gini gara-gara cewek. Gua tebak ya? Elo naksir cewek, ceweknya suka bunga atau tanaman, terus mungkin elo mau kerja di rumahnya?” Wow. Seratus buat Gabriel. Dengan cepat dan tangkas ia langsung menebak maksud Rio.
Dengan benar. Rio menghela nafas pelan, Kenapa kakaknya ini selalu tahu maksudnya sih?

“Ntar aja, kak. Ada mama tuh” bisik Rio pelan, sambil menunjuk mamanya yang sedang nonton TV.

Senyum Gabriel makin merekah. Ia yakin tebakannya tadi benar, karena tiba-tiba Rio jadi malu-malu kucing.

‘Heran. Kak Iel kok kalo nebak bisa bener gitu sih? Dulu pas gua minta diajarin ngegombal, langsung tau, sekarang gua naksir cewek, langsung tau juga! Dah, emang nasib punya kakak spesialis cinta gini’ pikir Rio sambil makan. Saking asyiknya mikir, makanan yang dia masukin ke mulut engga dikunyah dulu tapi langsung ditelen. Ajaibnya, Rio gak keselek sama sekali.

“Yo, gua tunggu di kamar ya! Ceritain yang sebenernya aja, sapa tau gua bisa bantu-bantu. Eheheheee” pesan Gabriel sambil senyum-senyum menggoda. Rio mengangguk pasrah.

***

“Oooh… Jadi gitu…” gumam Gabriel saat Rio selesai menjelaskan maksud utama dirinya yang mendadak mau kerja sambilan. Ya, karena mau pedekate ke Ify!

“Gini, gua kan tadi udah janji mau ngebantuin elo. Cara yang paling gampang buat elo yang baru pertama kalinya suka sama cewek. Adalaaah… elo bikin surat!” usul Gabriel cepat. Rio mikir, hmm… di dalam rumahnya Ify kan tanamannya di pot ada banyak juga, siapa tahu nanti dia bisa menyelinap sebentar ke kamar Ify buat nyelipin suratnya?

“Iya, bisa juga kak. Tadi sih di dalem rumahnya ada taneman di pot-pot gitu, siapa tau ntar mamanya nyuruh buat diberesin juga, jadinya kan gua bisa nyelipin surat di kamarnya Ify!” sahut Rio bersemangat. Wah, kakaknya ini oke juga buat tempat curhat masalah cinta!

Gabriel tersenyum puas, “Nah! Sapa tau juga di dalem kamarnya… siapa tadi? Ify? Di dalem kamarnya Ify ada tanemannya! Terus elo disuruh ngeberesin tanemannya, kan elo bisa langsung nyelipin suratnya!” Rio mengangguk-anggukkan kepalanya.

Lalu ia segera pergi ke kamarnya untuk menulis surat. Ia berusaha mati-matian agar tulisan tangannya jadi lebih rapi, biar nggak gampang dikenali sama Ify.

***

Rio berjalan santai ke arah kelasnya, dia sempat melihat Alvin yang sudah ada di dalam kelas, saat Rio membuka mulutnya untuk menyapa Alvin, Rio buru-buru sembunyi di balik tembok. Karena dia melihat Alvin dan Sivia. Alvin dan Sivia. Berdua. Di kelas.

‘Yah. Si Alvin diem-diem menghanyutkan! Dia gak pernah cerita kalo dia naksir Sivia!’ pikir Rio sambil ngintip-ngintip Alvin dan Sivia yang lagi berduaan di dalam kelas.

“Ooh… Kalo yang ini itu, angka yang ini dikalikan sama yang ini, nanti hasilnya dibagi sama yang ini” suara Alvin yang sedang menjelaskan rumus-rumus terdengar sayup-sayup.

“Oooh… caranya ternyata gitu, ya… Ya udah deh, makasih ya Vin!” suara Sivia yang lembut juga terdengar sayup-sayup.

Rio yang masih sembunyi di balik tembok sudah tidak mendengar suara apa-apa lagi. Dan dia memutuskan untuk masuk ke kelas. Tepat pada saat Rio melangkah masuk ke dalam kelas, dia melihat…

Rio melihat Alvin yang menyodorkan sebatang cokelat yang dihiasi pita kepada Sivia. Sivia menerimanya dengan muka yang merona merah dihiasi dengan senyuman manisnya.

“Makasih ya, Vin!” ucap Sivia sambil memegang erat cokelat pemberian Alvin. Alvin tersenyum sambil mengangguk. Sivia menyadari ada Rio yang berdiri mematung di sebelah papan tulis, lalu Sivia buru-buru keluar dari kelas. Tetapi Rio masih sempat melihat rona merah di pipi Sivia saat Sivia berjalan melewatinya.

Rio meletakkan tasnya tanpa ekspresi. Alvin kelihatan salah tingkah. Rio tidak bisa menyembunyikan senyumnya lagi saat ia melihat Alvin yang tiba-tiba salting.

“CIE CIEEE!! Ngakunya belom pernah suka sama ceweeeek… Kok tadi beduaan…” goda Rio sambil menusuk-nusuk pinggang Alvin dengan pensilnya.

“Apaan sih Yo! Aku cuma ngasih Sivia cokelat!” kilah Alvin, berusaha membuat wajahnya terlihat biasa. Tapi gagal.

“Cuma ngasih yaa? Yakin cuma ngasih?? Hahahahaaa” goda Rio lagi, Alvin meninju lengan Rio pelan.

“Halah! Elo mah kerjanya ngegodain gua melulu! Ntar sore elo mulai kerja kan?” tanya Alvin, berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Yap! Gua udah diajarin sama Kak Iel, katanya, kalo suka sama cewek, kita bisa ngasih surat ke cewek itu! Gua udah nyiapin surat nih, ntar gua selipin di kamar Ify!” jawab Rio semangat.

“Mana suratnya? Gua baca dong!” pinta Alvin sambil mengulurkan tangannya.

“Nggak. Ga boleh diliat sama siapapun!” tolak Rio tegas, tapi sambil cengengesan. Alvin menoyor kepala sahabatnya itu, lalu
mengeluarkan catatan kimianya untuk dibaca-baca.

***

“Yo, elo langsung ke rumah gua aja ya? Gua pulang duluan, ya Vin, Yo. Daah” pamit Ify sambil tersenyum pada Rio. Rio berusaha untuk membalas senyum Ify walaupun sesak nafas.

“Udah! Ngapain cengengesan gitu? Elo bareng gua aja ke rumah Ify! Ntar gua pulang ke rumah, elo langsung ke rumah Ify” suruh Alvin sambil menarik tangan Rio yang masih terpana karena senyuman Ify.

Alvin dan Rio segera masuk ke mobil, sopir Alvin juga sudah menunggu dari tadi. Di mobil, Rio berkali-kali berusaha menepis perasaannya yang nggak PD.

***

“Udah, Vin. Gua turun disini aja deh. Makasih ya Vin!” ucap Rio seraya turun dari mobil Alvin. Alvin mengangguk sambil
tersenyum, lalu mobilnya melaju ke pekarangan rumahnya sendiri.

Rio berbalik ke gerbang rumah Ify dan membukanya. Sebetulnya Rio mau langsung kerja saja, tapi karena masih belum tahu letak perlengkapan taman kepunyaan Ify, ya sudah, Rio memutuskan untuk menekan bel rumah Ify saja.

“Sebentar…” suara Ify terdengar sayup-sayup saat Rio menekan bel rumah Ify. Deritan halus pintu terdengar, dan tampaklah Ify di balik pintu.

“Oh, elo, Yo! Mama lagi engga ada di rumah! Tapi tadi mama pesen, hari ini elo bisa ngeberesin taneman yang ada di dalem
rumah dulu aja” ujar Ify sambil memberi kode agar Rio masuk ke dalam.

“Nah, ini alat-alat yang bisa elo pake. Elo langsung mulai aja, ya? Gua masih mau makan. Oh iya, ntar tolong sekalian beresin
taneman yang ada di balkon kamar gua, ya! Tuh, kamar gua ada diatas, ada papan namanya kok” pesan Ify sebelum ia pergi ke meja makan. Ify percaya Rio tidak akan mengutak-atik barangnya.

Rio membereskan tanaman-tanaman yang ada di dalam rumah Ify dengan cepat, tanaman-tanaman yang tadinya layu pun terlihat lebih segar. Apalagi beberapa koleksi anggrek yang terletak di ruang keluarga, kini terlihat sangat indah dan cantik. Dan sekarang, saat yang paling ditunggu-tunggu Rio. Masuk ke kamar Ify dan menyelipkan suratnya!!

Perlahan-lahan Rio menaiki tangga, dan menemukan sebuah pintu kamar dengan hiasan nama“IFY”. Rio membuka pintu itu pelan.

WOW. Kamar Ify benar-benar… hijau! Rasanya nyaman berada di kamar Ify, serasa seperti di taman. Dengan wallpaper hutan yang teduh, dan furnitur di kamar Ify yang berbentuk seperti kayu alami, dan koleksi bunga favorit Ify di balkon kamarnya… Kamar itu benar-benar nyaman!

‘Kamarnya bagus bener! Nyaman banget deh kayaknya…’ batin Rio sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar.

Rio teringat suratnya yang akan dia selipkan untuk Ify, Rio buru-buru meraih surat itu yang terlipat dengan rapi di sakunya. Ia berusaha mencari tempat yang strategis untuk menyelipkan suratnya, sesaat kemudian, ia melihat ada sebuah novel yang dibatasi dengan pembatas buku. Otak Rio langsung bekerja, surat itu ia selipkan di tengah-tengah lembar novel itu.

‘Hehehe… Gua pengen liat ekspresi Ify pas dia baca surat gua!’ batin Rio sambil nyengir, ia segera sadar dari lamunannya dan buru-buru membereskan tanaman-tanaman Ify di balkon.

“Udah, Yo?” tanya Ify tiba-tiba, Rio yang tadi sibuk memotong daun yang sudah layu sampai terlonjak kaget. Untung gunting tanamannya nggak lepas dari tangannya.

“Err… Ini udah kok!” jawab Rio singkat, jantungnya masih berdebar nggak karuan karena kaget.

“Ini kan udah jam 5, tandanya elo udah 3 jam kerja. Elo bisa pulang kok. Oh iya, di bawah ada minuman sama makanan, kalo elo mau” ujar Ify, melirik jam dindingnya

“Oh.. iya deh. Gua pulang ya, Fy…” pamit Rio, ia lalu meraih tasnya yang diletakkan di lantai, lalu turun ke lantai bawah. Di ruang tamu, ia sempat meneguk minuman yang sudah disediakan oleh Ify. Setelah itu ia
bergegas pulang.

Ify berniat membaca novel yang belum diselesaikannya tadi. Ia duduk di kursinya dan membuka halaman dimana ia meletakkan pembatas buku.

‘Surat??’ batin Ify, keningnya berkerut. Ia mendapati sebuah surat yang terlipat rapi di
salah satu halaman novel itu. Ia membukanya perlahan.

Ify, hai! Elo mungkin engga kenal sama gua ya? Engga apa-apa, pokoknya mulai sekarang gua selalu ada buat elo!

PS : Maap kalo surat gua ini engga ada romantis-romantisnya. Gua engga berbakat.

Ify tertawa pelan saat membaca surat itu. Ya, hanya tulisan itu saja. Tanpa nama penulis. Tulisan tangannya rapi.

Ify masih menyunggingkan senyumnya saat melipat kembali surat aneh itu. Ia melipatnya menjadi 8 bagian, dan diselipkannya di dalam buku jurnal kesayangannya. Tempat dimana dia menyimpan semua kenangan manisnya.

*****

-author: ditaa
-facebook: Anindita Putri

1 comment:

  1. duhh ini cerita nya mereka masih polos yaa.. seru ka anggi dari awal gue baca suka sama semua karakter disini..


    numpang promo yaa, kunjungi juga blog gue ini: obatkistatradisional

    ReplyDelete