"Maksud lo apa nanya kaya gitu?" tanya Alvin tajam.
"Vin.. gak usah ngelak deh, gue ngeliat lo, hampir tiap hari ngeliatin Sivia" jawab Ify.
"Trus? Itu bukan urusan lo!" tegas Alvin.
"ok. itu emang bukan urusan gue. Kalo emang lo nggak mau jawab, ya udah,gue gak maksa kok!" ucap Ify. Mending ngalah deh sama nih manusia. Cukup musuh Ify si Rese satu itu aja. malas nambah-nambah musuh.
"Tapi, gue penasaran aja, gue aneh sama cara lo ngeliat sivia.." lanjut Ify. Alvin menatap Ify.
"suatu saat nanti lo bakalan tau" ucap Alvin datar. Kali ini, gantian Ify yang ngeliatin Alvin
"Lo suka Via?" tebak Ify.
"hah? jangan aneh-aneh deh" Alvin geleng-geleng.
"Lo susah ditebak..." Ify melengos.
"Eh, itu jemputan gue udah ada. Thanks ya Vin!" ucap Ify sambil berlari kecil ke mobilnya.
Sampai didalam mobil, Ify celingukan, siapa tau ada Ozy, anak itu kan akhir-akhir ini curigaan melulu sama Ify. Bisa gawat kalo kali ini dia mikir Alvin pacar Ify. Idihhh, amit-amit dah, pacaran sama manusia yang gak ada ekspresi itu...
"OZy gak ada ya??" tanya Ify begitu ngeliat gak ada tanda-tanda si kunyuk satu itu.
"Den Ozy sama Den Deva non" jawab Pak Oni
"Ohhh." Ify manggut-manggut. bagus deh, dari pada adiknya itu nanya yang aneh-aneh lagi.
"Non ini hebat ya..." pak oni tiba-tiba ngomong.
"hmmm? hebat apanya pak?" tanya Ify bingung.
"kemarin sama cowok ganteng, hari ini juga.." jawab pak Oni polos
"Yang mana pacarnya non?" tanya PAk oni lagi.
"Duhhhh Pak Oni sama aja deh kayak Ozy!!"
* * *
Sivia nyari-nyari buku biologi SMP nya. Acha lagi mau minjem.Jadi, Via ngebongkar barang-barangnya. lagi sibuk-sibuk nyari, dia ketemu satu kertas yang udah agak kusam. Keselip di album foto lama. Karna penasaran, Via ngebuka kertas itu. Tapi belum sempat ngebaca...
"kak.. kakakkk" panggil Acha sambil memasuki kamar Via.
"Kenapa Cha?" tanya Via.
"Bukunya udah ketemu belum?" tanya Acha. Via menepuk jidatnya.
"Aduhh Lupa hehehe. Bantuin cari yah Cha.." Ucap Via.
"Itu kertas apaan kak?" tanya Acha sambil nunjuk kertas yang dipegang kakaknya.
"gak tau, baru mau baca" jawab Via sambil melipat kertas itu dan memasukkannya kedalam saku.
"Udah, lanjutin aja nyarinya."
* * *
Ify berjalan melalui koridor, kayak biasanya, tapi, yang beda, 3 cewek centil-sinting itu, sekarang kalo ngeliatin Ify, kayaknya udah siap nelen. Gak kayak kemarin yang cuma sinis-sinis doang. Mungkin karna labrakan Gatot kemarin itu kali ya? Tapi Ify gak pedui, sampai ada seseorang menepuk bahunya.
'ihhh, 3 cewek centil itu ya?' batin Ify, kemudian berbalik dan.... Jiahhh.... si rese.
"Kenapa lo? ngeiat gue kaya ngeliat setan" ucap Rio.
"Emang lo setan, rese, tukang buat gue sial, bikin gue malu, dan terakhir lo bikin gue hampir mampus di labrak cewe-cewe sinting" cerocos Ify. 3 cewek centi itu terperangah menatap Ify. Ify melotot ke arah mereka.
'Mampus lo semua, rahasia lo gue kasih tau!!' batin Ify.
"maksud lo gue bikin lo dilabrak 3 cewek sinting itu apaan?" tanya Rio.
"Lo mau tau? Tuh, lo tanyain, PENGGEMAR-PENGGEMAR SINTING LO ITU!" jawab Ify sambil menunjuk 3 cewek yang mukanya udah pada puat pasi.
"Mereka ngapain lo?" tanya Rio lagi. Ify jadi gemes sendiri.
"nah, gini aja, ntar lo tanya aja deh ke limbad" jawab Ify.
"limbad?" Rio gak ngerti. Ify tambah gemes. Dicubitnya lengan Rio
"Ihhh Limbad itu temen lo-yang gak punya ekspresi itu!!"
* * *
Hari ini, pelajaran bahasa indonesia. Disuruh mengarang. Kalo aja disuruh mengarang aja, Ify gak keberatan, tapi temanya ditentuin.
"Kalian harus menceritakan, kejadian yang paling mengesankan sewaktu kalian kecil. yang paling kalian ingat hingga sekarang " Ucap Pak Duta.
Ify menghela napas. Perasaan masa kecilnya gak ada asik-asiknya. Paling kalo bukan main sama OZy, main sama Tian, sohibnya dari kecil. Yah... gitu-gitu aja sih...
"dan satu lagi, bapak akan memanggil sesuai abjad" lanjut Pak duta. Ify menghela napas keras. Gila! namanya dia kan Alyssa saufika, jadi urutan kedua..setelah si Limbad Alvin. Sivia udah mulai nulis, bukan nulis sih, nyoret-nyoret di belakang buku.
"Vi, lo cerita apa?" tanya Ify. Via berbalik ke Ify menggeleng pasrah.
"Gue bingung Fy... gimana dong nih.." ucap Via.
"Yee masih enakan lo, nama lo urutannya dibelakang-belakang, nah gue? urutan kedua!" ucap Ify, udah keliatan frustasi. Via mengangguk-ngangguk.
"udah, lo bikin cepetan! ngrang bebas aja deh!" usul Via. Ify mengangguk. Dia melirik sebentar ke Alvin, yang rupanya si Limbad itu, lagi-lagi, ngeliatin Via. Dia kemudian melengos. Ga tau kenapa, Ify selalu ngerasa aneh sama pandangan Alvin itu.
'Pengalaman paling mengesankan..' batin Alvin. Dia menghela napas. Bagi dia, masa kecilnya adalah masa terindah, sekaligus masa terkelamnya....
"vin.. alvin!" panggil Rio.
"napa Yo?" tanya Alvin.
"Kok lo belom ngerjain sih? lo kan nama pertama!' jawab Rio. Alvin menatap bukunya. Kertas itu masih kosong. cuma ada tulisan "pengalaman paling mengesankan sewaktu kecil".
"mending lo cepet ngerjainnya" saran Rio sambil kembali menekuni pekerjaannya. Gak lama kemudian, Pak Duta udah bercicit lagi (Bercicit?? -___-)
"Baiklah, bapak akan memulai dari nama paling pertama. Alvin Jathan. Silahkan" panggil Pak Duta, Alvin maju ke depan. Ify dengan serius memerhatikan. Yah... pengen tau aja tuh anak masa kecilnya gimana, sampai-sampai mukanya datar-datar aja kaya gitu.
"pengalaman paling mengesankan waktu gue kecil, mungkin, menurut kalian semua bisa aja. Tapi, menurut gue, ini adalah momen yang sagat penting buat gue, Alvin Jonathan" Alvin mulai ngomong. Semua anak diem, merhatiin.
Kayak keadian langka banget.. Si Limbad versi cakep itu ngomong. Ify memperhatikan seisi kelas. yang palig antusias kayaknya Si Oik. Dia memperhatikan sambil menopangkan dagunya dengan kedua tangannya.Kayaknya serius banget dia merhatiinnya. Ok, kembali ke limbad.
"hari itu, gue dan temen masa kecil gue janjian di taman kompleks. tempat kita buat ketemuan dan main-main bareng. Hari itu, dia ceria banget,dia bilang dia pengen main sepuasnya, karna takutnya dia nggak bisa main lagi nanti. Itu yang dia bilang. Jadi gue sama dia main seharian.Sampai sore itu, ada satu anak cewek yang dia ajak buat main bareng.." Alvin berhenti sejenak, melirik Oik. Oik tersenyum. Alvin inget dia (Nah.. ketahuan nih... udah banyak yang tebakannya betul). Seneng banget si Oik. Mukanya sampe merah gitu. Oliv yang disamping Oik hanya menatap temennya heran.
'nih Oik kayaknya udah gila. muka semerah...mm stroberi, eh nggak, tomat, eh bukan kesumba aja deh, lebih merah' pikir Oliv senewen.
"Hari itu, kita janji supaya main lagi esok harinya.... tapi disituh saat yang paling gak bisa gue lupain. Temen gue itu, gak pernah bisa main sama gue lagi." Lanjut Avin.
"ooooooooo" sekelas kompak ber "oooo" Ria. Kasian banget si Alvin. Avin melirik Via. Via juga ikutan yang lain teriak "oooooo" Tapi karna dilirik Avin, Via nunduk aja, takut dia sama Ai Limbad ntu.
"Yah, jadi begitu lah, mungkin cerita gue ga jelas ato apalah,(yang ga jelas penulis palin gak berbakat sejagad ini) gue gk pedui. Yang jelas, menurut gue, itu adalah saat yang gak bisa gue lupain seumur hidup. Saat terakhir gue bisa ketawa lepas. bareng sahabat gue." tutup Alvin sambil kembali ketempat duduknya diringi tepuk tangan. Ify melirik Alvin.
'pantes aja ketus tus tus begitu, ternyatos, eh ternyata, kisah hidupnya semalang itu.' pikir Ify 'Eh? tadi dia bilang apa? terakhir kali ketawa lepas waktu kecil? Suram amet...trus... apa mungkin itu ada hubungannya sama Via? Tadi kan dia sempat ngeliat Via? Hmmm, pikiran si Limbad emang susah ditebak....'
"Fy, ify," panggil Sivia.
"why?" tanya Ify.
"noh, giiran lo!" jawab Via. Ify melirik ke depan. Pak duta udah geleng-geleng.
‘Gara-gara si limbad nih.’ Batin Ify.
* * *
Akhirnya, sampai ke giliran via. Kali ini Alvin yang keliatannya serius. mukanya sih, tetep datar-datar aja. menatap lurus ke depan.
"Pengalaman paling menyenangkan waktu gue kecil adalah.... Gue ke Disney Land bareng Mama Papa gue." Via memulai ceritanya. Alvin yang dari tadi merhatiin, langsung buang muka. Bukan itu yang pengen dia denger.
'Lo betul-betul ga inget?' batin Alvin. Dia menatap Via sedih. rio melirik Alvin. Perasaan cerita via tuh Happy-happy aja deh, kok nih bocah yang sedih?
"lo kenapa vin?' tanya Rio bisik-bisik.
"Hmm, apanya?" tanya Alvin balik.
"Cerita orang ceria, kok lo yang sedih?" tanya Rio lagi. Alvin menghela napas. kemudian menggelng.
"Nggak, gue keinget sesuatu aja" jawab Alvin.
Rio diem aja. Kalo jawaban Alvin udah didahuluyin sama Kata "nggak" itu artinya dia nggak mau cerita.
* * *
Ify berjalan melewati lapangan basket. Niatnya sih mau, ke Perpus. Tapi muter ewat lapangan basket.. udah tau dong tujuan Ify... sebelum ngeliat buku yang dari taun ke taun gitu-gitu aja, buku-buku yang dari yang baru sampe jadul... mending liat yang seger dulu (Emang iel sayur? seger) Ify melirik ke lapangan basket, dan... yap! Kak Iel ada!! Tapi... lagi ngomong sama siapa tuh? Ify celingukan, mendekati lapangan basket.
'Hmmm... kakak kelas itu yah?? ckckck cantik banget!' batin Ify sambil melihat awan bicara Kak Iel. Cewek, cantik, putih, tinggi, dan.. megang boa basket... mungkin bisa main basket juga kali ya? Kak Iel juga keliatan seneng ngobrol sama tuh cewek. Sinar matanya itu loh.... Ify terdiam. Entah kenpa, dia iri, iriii banget sama tuh cewek. Bisa deket banget sma Kak Iel.
Ify menghela napas. Dibanding kakak keas itu sih... dia nggak ada apa-apanya...
"lo ngapain bengong-bengong disitu?" tanya seseorang. Ify berbalik.
"Ngapain lo disitu?" tanya Ify. Kaget liat Rio udah disamping dia. Nih orang... muncul kayak setan aja... tiba-tiba banget munculnya.
"justru lo yang ngapain distu.." jaab Rio sambil nunjuk depan Ify, yang ternyata, adalah pintu masuk ke lapangan pake kawat, dan Ify berdiri di depan pintu itu. Ify Cuma diem sambil garuk-garuk kepalanya yang sama sekali gak gatal.
"Siapa yang naruh pintu disini? perasaan tadi gak ada" Ify senewen.
"Elo nya yang bego! gak bisa bedain pintu sama pagar lo? Mentang-mentan dari kawat dua-duanya!" tanya Rio sinis.
"Elo yang bego! Selalu ajaa bikin orang kesel!" ucap Ify sambil berlalu. Tuh orang bikin Ify tambah badmmod aja deh. Ga tau apa kalo Ify lagi kesel? nyebelin banget sih!
Rio hanya menatap Ify bingung. Gimana gak bingung coba. Tuh cewek kayaknya sensi banget sama Rio 'Ahhh sebodo’ batin Rio sambil memasuki lapangan.
* * *
Hari ini, pelajaran Ozy sama kayak pelajaran kakaknya. Apa lagi kalau bukan bahasa Indonesia.
"nah, baiklah, hari ini kita akan belajar membacakan puisi. Nah, siapa yang bisa membaca puisinya didepan?" tanya bu Uccie. Ozy dengan cepat nunjuk tangan.
"Saya bu! Saya!!" OZy teriak kayak make toa.
"eh, biasa aja dong Zy! kaga usah lebay!" tegur Deva.
"Taelah, sirik aja lu dedep" ucap Ozy kemudian dengan percaya diri maju ke depan kelas.
"nah, kamu baca puisi ini" ucap Bu Uccie sambil menyodorkan selembar
kertas.
"Nggak usah bu! Ozy udah punya!" tolak Ozy. Bu Uccie menatap Ozy.
"Nah? mana?" tanya Bu Uccie. Dia nggak ngeliat muridnya ini megang selembar kertas pun.
"Disini Buu" jawab Ozy sambil nunjuk kepalanya.
"Weitsss, hebat lo Zy, nulis puisi di kepala, gimana cara bacanya tuh?" celetuk Nyopon.
"Bego lo ponpon berponi (Nyopon maksudnya hehe) maksudnya udah gue hapal tau!!!!!!!" jawab Ozy.
"Nah gue mulai aja yeee...Puisi berjudul jadul," Ozy meulai.
"kaya muka lo Jadul! hahaha" ledek Deva
"Deva!" tegur bu Uccie.
"Jadul itu jaman dulu" Ozy memulai.
"Udahhh tauuuuuuuuuuuuuu" Anak2 sekelas kompak.
"Jadul itu lawas" lanjut Ozy.
"Apa?? LAWAR?" Deva nyeletuk.
"Bukan! LALAR!" Nyopon ikut-ikutan.
"Eh, diam dong, susah nih gue bikin puisinya!" Tegur Ozy.
"Taelah, itu bukan Puisi Zy, itu cuma nama lain dari Jadul..." ledek Keke.
"Diam lo keke kemoceng! Bu... saya baca puisi saya yang lain aja yaa" pinta Ozy. Bu Uccie mengangguk sambil tersenyum. TOLONG DIBACA DENGAN PENUH PENGHAYATAN!
"Kelaskuuuu, Dikelasku, ada Dedep... Si Setan Bali yang matanya kayak lampu 1000 wat (Maappp buat DS, gue DS juga... tapi ini kan main2 doang ya,, hehehe)" Ozy memulai
"WUuuuuuuuuuu" koor anak-anak sekelas. Deva cuma menatap OZy keki
"Awas lo Zy! dasar, kutu loncat!" ucap Deva
"Ada Juga Keke si Kemoceng yang rambutnya Kayak ekor kuda (Sekali lagi, punteeeeen) da bisa ngebersihin satu sekolahan..." sambung OZy lagi. sekarang semua cekikan sambil ngeliat Keke. Yang diliat cuma bisa merutuk.
"Awas lo ya! Pelawak miriing!!' batin Keke
"ada juga yang kayak kuda... Nyopon, pon pon berponi...(Maap nyoponerz) Yang udah kecil, tapi sok-sokan gangguin gue bilang gue kecil.. " Lanjut Ozy.
"Weiii sialan lo Zy... ntar gue bikin puisi buat lo, judulnya METAL, Si Melayu Total!" ucap Nyopon kesal. OZy gak meduliin Nyopon.
"Yah... yang namanya. Tak kusebutkan satu-satu.... Tak lebih baik dari yang kusebutkan Tadiiiiiiiii... Satu-satunya yang bagus dikelas ini hanya... KACHA! Eh, mACHAn Eh ACHA maksudnya... Kulitnya... sebenning Kaca"
"Huuuuuuuuuuuu" Sorakin Ozy!!
"Enakan di Acha nih! masa si Acha dapatnya bagus-bagus??" protes Nyopon.
"Yeee puisi gue... lanjuuuttt" " Ok, gue udah bingung mau lanjutin gimana tapi yang jelas, puisi gue kayak gitu bu, bagus kan???" tanya OZy. merayu Bu Uccie. Bu Uccie menggelng.
"kamu lebih baik menyusun teks deskriptif atau sejenisnya... Kamu dapat nilai... 65" ucap Bu Uccie sambi menulis di daftar nilai.
"65 bu??? kecl amat?? saya udah berusaha bu! hargai saya dong!!" ozy memelas
"Baiklah, 60." ucap Bu Uccie
"Nah gitu doooonggg kan tambah cantik Ibu.." (Ozy gila ih.... 65 sama 60 gedean mana coba?? ckckckck). Anak-anak yang lain cuma geleng-geleng. Emang dasar, Si Raja Konyol... Pelawak gak laku...
*****
-author: Chiia^^
-facebook: Chiiaa Rify Haling
No comments:
Post a Comment