Part 17 : Kebun yang Menyimpan 2 Cerita Cinta
Okee… tampaknya Rio dan Alvin sudah berhasil menggapai impiannya masing-masing. Hmm.. kira-kira gaya mereka waktu menyapa pacar masing-masing bagaimana yaaa?? Secara Rio kan blak-blakan, kalau Alvin malu-malu! Bagaimana yaa??
****
“Wah, pinter juga lo cara nembaknya” komentar Rio saat Alvin selesai menceritakan tentang kemarin, saat ia menembak Sivia.
“Hahaha, elo juga keren cara nembaknya! Pake ngegitar lagi!” puji Alvin balik, Rio senyum-senyum sendiri.
Tak lama kemudian, mereka berdua sudah sibuk membaca-baca catatan fisika, karena nanti di jam pelajaran ke 3, Pak Duta akan memberikan mereka tes kecil.
Ehmm... sebenarnya hanya Alvin yang benar-benar belajar. Rio memang membaca bukunya, tapi entah kenapa saat ia memelototi rumus-rumus Fisika itu, yang terbayang justru wajah Ify. Membuat Rio jadi malu-malu sendiri.
“Heheheee…” tiba-tiba Rio terkekeh pelan, padahal tidak ada yang mengajaknya mengobrol atau bercanda. Alvin yang mulai ketakutan meninju pundak Rio.
“Aduh! Sakit, Vin!” Rio meringis sambil mengusap-usap pundaknya.
“Elo, sih! Ketawa-ketawa gak jelas! Gua kan takut!” kilah Alvin, meneruskan menghafalkan rumus-rumus Fisika.
Sayup-sayup terdengar suara anak cewek yang sedang mengobrol sambil tertawa-tawa dari luar kelas. Alvin refleks mendongak, Rio juga. Mereka hafal suara itu, itu… Sivia dan Ify!
Alvin buru-buru mengeluarkan buku-buku fisikanya dan mencoba menyelesaikan SEMUA soal yang ada di sana.
Rio sibuk memastikan rambutnya ada dalam gaya paling keren, dan berlatih untuk tersenyum—senyum yang bisa membuat Ify balas tersenyum kepadanya.
“Eh…” gumam Ify pelan saat memasuki kelas. Begitu pun Sivia.
Mereka memang belum terbiasa dengan adanya pacar di dalam kelas. Apalagi mereka masih kelas 8 SMP.
Alvin mendongak lagi dan tersenyum ke arah Sivia, Rio juga tersenyum ke arah Ify.
Sivia dan Ify balas tersenyum dan cepat-cepat meletakkan tas mereka di bangku masing-masing, lalu keluar kelas lagi.
Alvin melengos menatap kepergian Sivia. "Kenapa dia jadi pergi?” gumam Alvin pelan.
“Yaah… Kok Ify pergi, sih!” keluh Rio pelan, senyum yang sejak tadi dipamerkannya kini hilang.
“Mungkin juga mereka masih malu, Yo” ujar Alvin, mencoba menghibur Rio. Rio hanya mengangguk maklum.
***
“Yahelah, Vin! Masa gua dari mulai masuk kelas tadi sampe sekarang belom disapa sama si Ify sih?!” keluh Rio saat dirinya dan Alvin melangkah ke kantin. Saat itu memang sedang istirahat.
"Namanya juga orang malu..” jawab Alvin yang sedang sibuk mencari-cari potongan keripik Chitato yang paling besar untuk dimasukkan ke mulutnya.
“Eh, Zevana ga masuk ya?” tanya Rio tiba-tiba.
Alvin menatapnya heran, “Dia kan
liburan lagi ke Hong Kong! Kok nyariin Zevana? Hayooo elo naksir Zevana yaaa???” goda Alvin kemudian.
Rio melotot seraya meninju pundak Alvin,“Hih! Ga sudi! Gua cuma nanya! Kan ribet nanti kalo gua lagi asik sama Ify terus si nenek lampir itu dateng!” Alvin terkekeh, lalu asyik lagi dengan Chitatonya.
“Ehmm…” terdengar dehaman dari arah pintu kelas. Sontak Alvin dan Rio menoleh.
Oops.. Ify dan Sivia. Sedang berusaha menahan senyum. Ya. Mereka mendengar semua yang Alvin dan Rio bicarakan.
“Eeh… Ify.. Heheheee” sapa Rio, menggaruk bagian belakang telinganya yang sebetulnya tidak gatal sama sekali.
“Err.. Via yaa… hehehehehe” sapa Alvin juga, gugup.
Sivia dan Ify terkekeh mendengar sapaan Rio dan Alvin yang gugup itu. Mereka berdua berjalan ke arah bangku mereka masing-masing.
“Maaf kalo gua masih jarang nyapa. Gua masih belom terbiasa…” ujar Ify, tersenyum pada Rio.
“Maaf kalo udah bikin elo kesel… Gua juga belom terbiasa…” ujar Sivia, kali ini ke Alvin.
Alvin dan Rio hanya tersenyum sambil mengangguk, lalu mereka berdua duduk menghadap Sivia dan Ify.
“Eh, ngomong-ngomong, kita bisa jadian gara-gara kebun ya?” tanya Rio tiba-tiba.
“Mmm… kalo gua sama Rio sih emang gara-gara kebun.. Tapi elo sama Sivia?” tanya Ify balik.
“Iya, semenjak Rio jadi tukang kebunnya Ify, gua jadi ada waktu buat sendiri, buat mikirin masalah gua sendiri, biasanya kan kemana-mana atau apapun itu juga gua barengan sama Rio melulu” jawab Alvin diikuti anggukan dari Sivia.
“Gua juga, semenjak ada Rio, Ify jadi jarang minta ditemenin ke mall atau beli-beli bibit bunga. Dia lebih betah di kamar kali, curi-curi pandang ke tukang kebunnya…” goda Sivia, menyikut lengan Ify yang kini wajahnya merona merah.
“Apaan sih, Siv!” elak Ify, berusaha menutupi wajahnya yang merona merah.
“Udah ah. Intinya, kita semua bisa jadian gara-gara kebun dong?” tanya Rio lagi. Kali ini dijawab oleh anggukan dari Sivia, Alvin, dan Ify.
“Jadi gara-gara kebun ya! Ga nyangka gua, hahahaha!” seru Rio. Alvin tertawa kecil, sedangkan Ify dan Sivia hanya terkekeh.
“Ada apa dengan kebun, Rio?” tanya sebuah suara yang agak berat. Ooh, Pak Duta sedang berjalan ke arah meja guru, dan ia mendengar perkataan Rio yang terakhir tadi!
Alvin dan Rio berpandangan sesaat, lalu kompak menjawab, “Ada cinta, Pak!”
~TAMAT~
-author: ditaa
-facebook: Anindita Putri
Tadaaaa~ tamat yaap~ tunggu repost/post selanjutnya yaa :D
-Anggia
No comments:
Post a Comment