Rio: Cuma Lo yang Bisa Bikin Gue Gila (??)
Pasar Sukowati, Bali
“Kak Riooo, cepetaaan!!” teriak Ify. “Ify! Jangan teriak-teriakan napa!!” keluh Sivia.
“Hehe, maaf, Vi…” kata Ify.
Rio berjalan gontai menyusuri Pasar Sukowati.
“Dasar cewek!” gerutu Rio.
“Namanya juga cewek kalo udah liat barang-barang lucu, pasti mau beli,” kata Alvin.
“Harusnya ini kan liburan kita berdua, Vin. Gak sama mereka…” gumam Rio.
“Ya, mau gimana lagi, Yo?” Gumam Alvin sambil membidik objek dengan kamera SLRnya.
“Seandainya Ify sama Sivia belom dateng pas kita lagi minta izin ke Bali sama nyokap gue…” kata Rio.
_Flashback_
“Ma,
boleh kan Rio sama Alvin liburan di Bali, Rio pengen banget liburan
disana, bosen kan di Jakarta terus? Lagian Rio udah lama gak ke Bali…”
rayu Rio.
“Masa cuma berdua sih? Gak ngajak yang lain?” tanya Mama.
“Cakka kan udah balik ke Yogyakarta, Iel ada urusan keluarga, Tante,” jawab Alvin.
“Ya..ya..Ma? boleh ya?” tanya Rio sambil memasang wajah memelas.
“Baiklah, asal kalian harus hati-hati di Bali, Bali itu lumayan bahaya lho… terus…”
“APAA?? KAK RIO MAU KE BALII??”
Semua menoleh kearah pintu, Ify dan Sivia sudah berada di depan pintu.
“Eh, ada Ify, masuk Fy…” kata Mama Rio.
“Kak Rio kok mau ke Bali gak bilang gue? gue ikuut…” rengek Ify.
“Apaan sih, Fy? Gue maunya liburan sama Alvin!” seru Rio.
“Ooh, jadi sekarang pacar lo bukan gue lagi? Sekarang pacar lo Kak Alvin? Oke!” seru Ify.
“Kampret! Berarti lo ngatain gue maho dong!”
“Bukan gue yang ngomong! Elo yang ngomong!”
“Lah, kenapa jadi pada berantem sih?” keluh Sivia. Alvin mengangkat bahu.
“Pokoknya gue ikut!!” seru Ify.
“Nggak!”
“Ntar lo kecantol sama cewek bule seksi pake bikini! Gue gak mauu!!” teriak Ify.
“Eh, sori otak gue gak semesum itu ya! Percaya dong sama gue! yang gitu si Alvin noh!”
“Asem lu, Yo!”
“Eh,
iya gimana kalo Ify sama temennya ikut juga? Lumayan bisa jaga kalian
berdua dari godaan,” kata Mama Rio. Rio melotot dan mengibas-ngibas
tangannya ke Mamanya.
“Rioo…Mama gak mau kamu terjerumus ke pergaulan bebas,” kata Mama.
“Beneran Tante??” tanya Ify dengan mata yang berbinar-binar. Mama Rio mengangguk.
“Tante yang bayarin kok, kalo kamu nanti di Bali ada perlu apa-apa, bilang aja sama Rio,” kata Mama Rio.
“Mama..” Mama Rio melotot. Rio hanya bisa mengangguk pasrah.
“Horeeee!!!” seru Ify kegirangan. Sivia pun juga ikut senang karena bisa ke Bali bersama Ify dan Kak Alvin.
“Ify,
Tante pesen, kamu harus jagain Rio ya, jangan biarin dia masuk ke bar
atau apapun tempat yang laknat di Bali ya, pokoknya jagain Rio,” pesan
Mama Rio.
“Siip, Tante!”
_Flashbackend_
“Vi, yang ini lucu! Yang ini juga lucu! Ini juga! Aaah binguung!” seru Ify yang sibuk yang sibuk sendiri.
“Iya, Fy. Bagus-bagus banget!” kata Sivia.
“Via,
Ify! Senyum dong!” panggil Alvin. Sivia dan Ify pun tersenyum manis
saat di foto oleh Alvin. Setelah di foto, Alvin mengacungkan jempolnya
kearah mereka.
“Vi, sini deh!” ajak Alvin.
“Kenapa, Kak?” tanya Sivia.
“Liat deh, lukisannya bagus-bagus ya,” kata Alvin.
“Iya bagus banget, lukisan aku kalah jauh sama lukisan para seniman di Bali,” ujar Sivia.
“Kata siapa?”
“Kata aku sendiri,”
“Lukisan
kamu gak kalah bagus kok, ngomong-ngomong aku seneng banget pas dapet
lukisan yang dulu kamu bikin buat aku (baca Special Part 1),” kata
Alvin. Sivia tersenyum.
“Thanks, Kak,” jawab Sivia. Alvin tersenyum dan mengelus-elus rambut hitam Sivia.
Sementara
itu, Ify sedang memperhatikan Sivia dan Alvin yang sedang berduaan dan
terlihat sangat mesra dan romantis. Sedangkan mereka berdua? Pegangan
tangan aja jarang apalagi bersikap mesra, lebaran monyet kali Rio bisa
mesra sama Ify. Ify mencoba untuk mengenggam tangan Rio secara
pelan-pelan, tapi harapannya kandas karena tiba-tiba tangannya diangkat
keatas. Ify pun menggerutu kesal. Rio memandang kearah Ify dengan heran.
“Kenapa lo kayak orang gila gitu?”
“Gak papa,” jawab Ify singkat.
‘Gue kayak orang gila gara-gara lo juga kali,’ batin Ify.
Tiba-tiba Ify memasang muka memelas pada Rio. Membuat Rio semakin risih.
“Lo kenapa sih, Fy?” tanya Rio.
“Pegang tangan gue dong,” kata Ify.
“Hah?
Apaan? Lo takut ilang? Lo itu udah gede, Ify…udah kelas 12! Masa takut
ilang! Kalo ilang juga, telpon aja!” jawab Rio. Jawaban Rio membuat Ify
kesal.
‘Ih, kok Kak Rio malah gak peka gitu sih!!’ batin Ify.
“Kok lu jadi bego gini sih Kak??” tanya Ify blak-blakan.
“Lo ngatain gue bego??” tanya Rio nyolot.
“Udah bego, nyolot lagi!! Maksud gue bukan gara-gara gue takut ilang!!” seru Ify.
“Terus apaan??”
“Gue mau kayak itu!!” Seru Ify sambil menunjuk kearah Alvin dan Sivia yang pegangan tangan.
“Lo mau kayak Alvin sama Sivia?? Lo mau, gue ogah!” jawab Rio singkat dan meninggalkan Ify sendirian.
“Kak Rio jahaaat!!!”
***
“Hueeee!!!”
Sivia
hanya bisa menutup kuping saja begitu tangisan Ify meledak. Sivia
menyodorkan tissue lagi ke Ify, sudah hampir dua bungkus tissue
dihabiskan oleh Ify.
“Kok gue bisa-bisanya sih suka sama cowok jutek, jaim, judes kayak Kak Rio sih??” tanya Ify.
“Ya, gak tahu, yang suka elo, kenapa nanya sama gue?” tanya Sivia balik.
“ Haaah, emang nasib punya cowok kayak dia,” gumam Ify.
“Tapi lo sendiri, seneng kan bisa jadian sama Kak Rio? Udah lebih dari satu tahun lagi, gak putus-putus,” kata Sivia.
“Iya juga ya…” gumam Ify.
“Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah…” Sivia malah mendendangkan sebuah lagu untuk Ify.
“Yaaah, lo malah nyanyi, udah ah! Tidur aja yuk, Vi! Besok kan kita harus berangkat pagi ke Tanjung Benoa!” seru Ify.
“O, iya, yuk tidur!”
Sivia mematikan lampu kamar, dan segera tidur.
***
Keesokkan harinya…
“Ify! Banguun! Kebo banget sih lo!” seru Sivia.
“Ntar dulu, Vi…lima menit lagiii…” Ify menarik selimutnya keatas kepalanya.
“Ify ayodoong! Kak Alvin sama Kak Rio udah nungguin didepan hotel!” kata Sivia.
Dengan terpaksa Ify pun bangun sambil menggaruk-garuk rambutnya.
“Ayo langsung pergi!” ajak Sivia.
“Eh, tunggu dulu!!!”
“Kenapa?”
“Masa gue gak mandi siih!!”
“Ngapain juga mandi? Ntar juga basah-basahan lagi! Gue aja nggak, ayo!” kata Sivia sambil menarik tangan Ify.
“Ntar dulu! Gue mau ganti baju! Masa gue pake piyama ke pantai??
“Eh, iya, hehe…yaudah cepetan!” kata Sivia.
Ify
memilih memakai t-shirt warna putih yang dilapisi dengan jaket
berlengan pendek warna biru, memakai celana hitam, rambut dikuncir satu,
dan memakai sendal.
“Ayo, Vi!”
Mereka berdua meninggalkan
kamar dan berjalan menuju depan hotel. Mereka melihat Rio dan Alvin
sedang duduk di sofa depan meja resepsionis sambil mengobrol.
“Kak Alvin, maaf lama,” kata Sivia.
“Gak papa kok, ayo jalan,” ajak Alvin sambil menggandeng tangan Sivia.
“Kak Rio, maaf lama,” gumam Ify.
“Lo ngapain aja sih!! Bosen tahu gue nunggunya!” keluh Rio.
‘Sumpah, kisah cinta gue gak kayak Sivia, beda 180 derajat!’ batin Ify.
“Iya,
maaf, tapi lo seneng kan bisa ketemu sama gue pagi ini, coba kalo
misalnya lo gak bisa ketemu gue lagi gimana? Lo pasti sedih banget,
nangis dipojokan tujuh hari tujuh malam!” kata Ify cengengesan.
“Nyeh, gampang! Disini banyak cewek bule, cakep-cakep lagi! Gue gaet bisa kali ya…” kata Rio enteng.
“Ooh, tuh kan bener lo mau nyari bule seksi pake bikini! Awas lo gue bilangin nyokap…hmmmp!!!”
Tiba-tiba
mulut Ify dibekap oleh Rio karena membuat gaduh hotel saat itu. Semua
pengunjung yang sedang bersantai di tempat yang sama, melihat mereka
dengan tatapan anak-muda-jaman-sekarang-senengnya-bikin-gaduh-aja.
“HMPPH!!!” Ronta Ify. Ify pun mengigit tangan Rio.
“Aduh!! Jorok banget sih lo!” kata Rio.
“Yang jorok tuh elo! Tangan lo bau terasi! Najis!” kata Ify.
“Udah ah ayo! Di tinggal sama tuh sama Alvin sama Sivia!” seru Rio.
“Gendong!”
“Nggak!!”
***
Tanjung Benoa
“Ya, ampun! Masih pagi udah penuh aja sih!” seru Sivia.
“Tauk nih, eh naik apaan dulu?” tanya Ify.
“Banana boat aja yuk!” ajak Alvin.
“Ide bagus, Vin!”
Mereka
pergi ke tempat banana boat, sebelum naik banana boat, mereka harus
memakai rompi keselamatan (??). Setelah itu mereka pun menikmati wahana
air tersebut.
“Aaah, gila basah banget!” seru Sivia.
“Yaiyalah, namanya juga nyebur ke aer!” kata Ify.
“Tapi seru banget!!” kata Rio.
“Iya, Yo…haha…”
Setelah bermain cukup lama di pantai, mereka pun duduk di bawah pohon kelapa untuk melepas lelah.
“Yo, Fy…gue beli makanan dulu disitu ya sama Sivia!” kata Alvin.
Sekarang
hanya tinggal Rio dan Ify. Ify melihat ada beberapa gadis yang
curi-curi pandang sama Rio saat mereka berjalan melewati tempat Rio dan
Ify istirahat. Diam-diam, Ify mendengar pembicaraan gadis-gadis itu.
“Ih, ganteng banget!”
“Manis!”
“Siapa ya namanya?”
Darah Ify naik sampai ke ubun-ubun. Dan tiba-tiba berteriak…
“HEH! NGAPAIN LO LIAT COWOK GUEE??” Teriak Ify dengan suara tinggi dan keras. Membuat Rio yang sedang minum tersedak.
“Ih, apaan sih??” keluh salah seorang gadis.
“Udah sana! Pergi! Cari cowok laen!” seru Ify. Gadis-gadis itu pun pergi.
“Lo kenape sih? Kesambet??” tanya Rio.
“Tuh cewek nyari ribut sama gue!”
“Nyari ribut? Kalo mereka nimpuk lo pake sendal ato batu baru namanya nyari ribut!” seru Rio.
“Dia ngeliatin elo, Kak! Gue yakin dia kesemsem sama lo terus mau kenalan sama lo!”
“Terus apa salahnya ngajak kenalan? Kan bisa nambah temen!” jawab Rio.
“Ah tauk akh! Bête gue!” gerutu Ify. Rio hanya tertawa.
“Dari kemaren marah-marah mulu! Geregetan gue sama lo, Alyssa Saufikaa!!” Seru Rio sambil mencubit kedua pipi Ify.
“Aduh! Sakit! Lepasin! Gue gigit lagi lo!!” Ancam Ify.
“Ih, ganas banget!” keluh Rio.
“Eh,
kok tadi gue denger ada suara cempreng teriak-teriakan gara-gara ada
yang ngeliatin cowoknya ya? Siapa sih? Norak banget deh jadi orang! Baru
pertama kali ya ke Bali? Wajarlah kalo cowoknya cakep! Pasti banyak
yang ngeliatin!” seru Alvin sewot yang baru datang bersama Sivia. Ify
melotot.
“Eum, Vin. Kayaknya lo salah tempat deh ngomongnya,” gumam Rio sambil garuk-garuk kepala.
“Justru
gue ngomong gini, supaya tuh cewek sadar, jangan norak-norak amat,
disini banyak turis bule, malu tahu sama orang luar negeri!” kata Alvin.
Ify
mendelik kearah Alvin.
“Kenapa, Fy? Kelilipan mata lo?” tanya Alvin.
“Gue gak kelilipan sih, tapi kayaknya lo yang bakal kelilipan sama buah kelapa…” gumam Ify.
“He? Maksud lo? Perasaan gue gak enak, nih…” gumam Alvin.
“Permohonan lo dikabulkan. Cewek norak yang lo hujat-hujat tadi udah nyadar dan denger omongan lo,” kata Ify enteng.
“Jangan-jangan…”
“Iya,
lo bener, gue cewek norak yang tadi teriak-teriakan gara-gara ada
liatin cowok gue, dan gue cewek norak yang gak tahu malu yang baru
pertama kali Bali!” seru Ify tanpa napas sekalipun.
“Ma…maap, Fy…gue gak tahu, gue… KABUUR!!” Alvin langsung kabur entah kemana saking takutnya sama Ify.
“Dasar China asem!! Gue sumpahin lo ketimpa pohon kelapa!”
***
Keesokan harinya
Kuta Bali
Karena
Alvin dan Sivia sudah kabur duluan kemana tahu (??), Ify dan Rio
akhirnya jalan berdua di Kuta. Melihat berbagai kerajinan yang ada di
berbagai toko yang ada di sepajang jalan Kuta.
“Fy, istirahat dulu napa…gue capek!” keluh Rio sambil mengusap keringatnya yang bercucuran akibat cuaca yang sangat panas.
“Ahelah, cowok macem apa lo? Jalan gini aja capek!”
“Elo sendiri? Cewek macem apa lo? Jalan muter-muter hampir tiga jam, tetep aja semangat, kagak ada capek-capeknya!” balas Rio.
“Ayo ah! Lembek banget sih lo!”
“Susah yee…kalo liburan bareng cewek!” sindir Rio.
“Ih,
nyindir mulu lo bisanya, bilang aja lo mau lama-lamain kan jalannya
supaya lo bisa bareng gue lebih lama?? Ngaku lo!” tuduh Ify.
“Kege-eran banget lo jadi cewek!”
“Biarin! Yang penting lo suka sama gue kan??” tanya Ify.
“Whatever!!” seru Rio.
BRUUKKK…
Tiba-tiba ada seseorang yang menabrak Rio secara tidak sengaja.
“Kak, lo gak papa?” tanya Ify.
“Gue gak papa,” jawab Rio.
“Eh, lo hati-hati dong kalo jalan!!” seru Ify nyolot. Gadis itu menoleh kebelakang.
“So?
What? Apa urusannya sama lo…” kalimat gadis itu terhenti begitu melihat
Ify dan Rio. Matanya langsung berbinar-binar begitu melihat Rio.
“Hei, kamu cowok yang kemarin duduk di bawah pohon kelapa ya?” tanya gadis itu. Rio mengangguk.
Gadis
itu perlahan mendekat, dan mencoba mendekati Rio. Tapi Ify langsung
berdiri membelakangi Rio, mencegah gadis itu bisa mendekati Rio. Gadis
itu manyun. Gadis itu mencoba menyentuh dan mendekati Rio, tapi karena
ada Ify yang menjadi ‘tameng’ bagi Rio, gadis itu semakin kesal.
“Iiih, stay away from him!!” seru gadis itu.
“Hei, he is my boyfriend!!” balas Ify.
“So? What??”
“Yeuuh, meni beleguk ieu awewe!” gerutu Ify.
“Ify, jangan kayak anak kecil deh,” Rio menarik badan Ify.
“Hei, kenalin! Aku Dea!” gadis bernama Dea itu mengulurkan tangannya. Rio menyambut uluran tangannya.
“Gue Rio,” kata Rio. Rio tersenyum, tentu saja membuat Dea semakin klepek-klepek.
“Ih,
kok lo ganteng banget sih! Jadi pacar gue ya!” seru Dea blak-blakan.
Rio terbelalak. Ify melotot, Ify seperti tertimpa beton yang jatuh
gedung runtuh, terus kelindes sama truk, kena tsunami, gempa, dan
beberapa bencana alam lainnya.
“APAAA???” Teriak Ify.
“Ehm, tunggu, De! Lo bercanda kan??” tanya Rio tidak percaya.
“Hey, sorry! Tidak mungkin seorang Dea Christa Amanda itu bercanda! I’m serious! Ayo kita jalan!!” Dea langsung
menarik tangan Rio dan pergi meninggalkan Ify. Ify mematung.
“Ituu cowook guee!!”
***
Sivia
kembali menutup kupingnya akibat tangisan Ify. Satu bungkus tissue
habis lagi dalam waktu 10 menit. Sivia hanya menghela napas melihat
kelakuan temannya.
“Gue sebel sama Dea gila itu! Seenaknya aja
mengklaim Kak Rio itu cowoknya dia! Jelas-jelas dia cowok gue!!” kata
Ify sesenggukan.
“Haaah, kasian banget sih lo, perasaan susah
banget pacaran sama orang ganteng! Gue aja biasa aja pacaran sama Kak
Alvin,” gumam Sivia.
“Soalnya Kak Alvin ada banyak di Mangga Dua,
yang jualan hape tuh! Mukanya kan sama semua kayak Kak Alvin!” Sivia
langsung melempar bantal kearah muka Ify.
“Siviaaa!! Sakiit!” ringis Ify.
“Daripada Kak Rio, orang paling langka, jenis spesies manusia yang hampir punah!” ledek Sivia.
“Siviaa maaah…”
“Makanya jangan katain Kak Alvin!” seru Sivia sambil melengos.
“Iya, iya…gue harus gimana dong, supaya bisa nyingkirin Dea??” tanya Ify.
“Lo rebut lagi Kak Rio, gampang kan? Udah ah, gue mau makan! Gue laper!” Sivia bangkit dari duduknya dan pergi keluar kamar.
“Ih, Viaa!! Gak setia kawan lo!!!” teriak Ify.
***
Keesokan harinya (lagi)
Kuta Bali
Ify
berjalan gontai di belakang Rio dan juga…Dea. Dea dan Rio bagaikan
seperti sepasang kekasih, sedangkan Ify? Seperti seorang pembantu (??).
Ia malah membawa barang belajaan Dea. Ify terus-terusan melengos dan
mendengus kesal. Kenapa Rio tidak membelanya? Malah asyik menikmati
jalan-jalan.
“Ipi! Bawain barang belanjaan gue!” suruh Dea.
“Eh, lo kira gue apa?? Pembantu! Bawa sendiri!! Kak Rio! Ikut guee!!” Seru Ify sambil menarik tangan Rio.
“Apaan sih, Fy?” tanya Rio.
“Gue
tanya ya, sebenernya pacar lo itu, Dea, gue, ato malah Kak Alvin??
Pokoknya jangan deket sama dia! Dia keliatan gak baik!” tanya Ify. Rio
mangap.
“Kenapa jadi Alvin dibawa-bawa? Eh, apa hak lo ngelarang
gue deket sama Dea? Gue sama dia cuma temen, dia aja yang nganggep gue
lebih!” jawab Rio.
“Dea itu ngarep sama lo! Pokoknya gue gak mau
lo deket sama dia! Hak gue? gue itu pacar lo, lagian gue disuruh sama
nyokap lo buat ngejagain lo!” seru Ify. Rio melengos.
“Sekarang
gue tanya sekali lagi, sebenernya cewek lo itu gue ato Dea? Kenapa lo
gak belain gue, pas gue diperlakuin dia kayak pembantu?” tanya Ify. Rio
tidak menjawab.
“Jawaaaab!!!” teriak Ify. Rio menghela napas.
“Gak tahu.” Jawab Rio enteng.
“Kenapa lo gak tahu? Berarti selama ini lo nganggep gue apa? Pembantu? Sama kayak anggepan Dea?” tanya Ify.
“Gue gak tahu, karena di depan gue ini bukan Ify yang gue kenal!”
“Maksud lo?”
“Ify yang gue kenal, gak kayak gini, marah-marah, dan ngatur-ngatur hidup gue sesuka lo!” kata Rio.
“Gue lakuin ini semua supaya lo gak terjerumus dalam pergaulan bebas!”
“Gue
tahu maksud lo baik, tapi gak gini juga caranya! Gue tahu batasan! Gue
tahu mana yang baik buat gue dan mana yang buruk buat gue, gue bukan
boneka yang bisa seenaknya diatur oleh pemiliknya, gue manusia!” Rio pun
pergi meninggalkan Ify.
“Kak Rio!! Lo tega sama gue!” Rio tetap tak menghiraukan Ify. Ify pun menangis sendirian di jalan.
***
Untuk ketiga kalinya, Sivia menutup kuping setiap hari berturut-turut karena tangisan Ify. Satu bungkus lagi habis oleh Ify.
“Ify, lo gak capek apa nangisin Kak Rio?” keluh Sivia.
“Buat Kak Rio, nangis tujuh hari tujuh malem juga bakal gue lakuin, gue udah sakit hati bangeeet, inii..” kata Ify sesenggukan.
“Cara
lo salah, cantiik…lo terlalu mengekang Kak Rio, Kak Rio juga punya
kehidupan, dia udah dewasa, Fy. Tau mana yang terbaik buat dia, yang ada
kalo lo ngelakuin itu semua dia malah tertekan, dan liat sekarang. Kak
Rio marah sama lo,” tutur Sivia.
“Tapi gue takut tiba-tiba Kak Rio gak suka lagi sama gue, dia malah suka sama Dea…” gumam Ify.
“Percaya
sama gue, Kak Rio sayang banget sama lo, kalo gak sayang, gak mungkin
hubungan lo sampe satu tahun sampai sekarang,” kata Sivia sambil
menghapus air mata Ify dengan tissue.
“Yeah, you’re right,” gumam Ify. Sivia memeluk sahabatnya itu.
“Nanti minta maaf sama Kak Rio ya,” kata Sivia. Ify mengangguk
***
Dea
dan Rio masih berkeliling di sekitar Kuta. Saat ini Rio hanya
memikirkan Ify. Ia merasa bersalah karena sudah membentak Ify. Saat itu,
Rio tak bisa mengendalikan amarahnya.
“Rioo, kamu gak dengerin aku ngomong ya?” tanya Dea.
“Ha? Ngomong apaan?”
“Ah, males ngulangnya! Pasti kamu lagi mikirin cewek sedeng itu kan?” tanya Dea.
“Maksud lo Ify?”
“Iya,
apa kek namanya. Kok lo betah sih pacaran sama dia? Dia kan kayak orang
sedeng, kelakuannya gak bagus, gak kayak cewek biasa, cantik juga
nggak. Mending kamu putusin aja Ify, terus jadian sama aku!” seru Dea.
“Eh, omongan lo dijaga ya! Gue tahu dia sedeng, dia gila, atau apapun itu, tapi gue tetep suka sama dia!” kata Rio.
“Kenapa? Aneh kamu bisa suka sama dia!”
“Gue suka Ify, karena dia tampil apa adanya dia sendiri! Gak peduli apa kata orang! Itu nilai plusnya!” seru Rio.
“Haha, nilai plus? Dia itu cewek aneh yang pernah aku kenal, Yo!” seru Dea.
“Yaa…gue
tahu dia aneh, tapi setidaknya dia bukan cewek yang suka
menjelek-jelekan orang lain,” Rio langsung pergi meninggalkan Dea. Dea
menggerutu kesal.
“IIh, siaal!! Gue sebel sama lo, Rioo!!”
***
Ify
duduk termenung di depan hotel, menunggu Rio yang sedari tadi belum
datang. Udara semakin dingin, dan Ify semakin menarik jaketnya. Kemudian
sesosok laki-laki berjalan secara perlahan-lahan mendekati dirinya yang
sedang duduk sendirian. Rio.
“Kak Rio…” Ify bangkit dari
duduknya dan berhadapan dengan Rio. Rio menunduk. Kemudian ia menarik
tangan Ify dan membawanya ke taman.
“Kak Rio…maafin gue, gue
salah, gue udah bikin lo marah-marah, gue terima lo marah-marah sama
gue, tapi plis jangan benci sama gue, gue bakal hancur kalo lo benci
sama gue, gue gak tahu gimana jadinya gue nanti kalo tiba-tiba lo benci
sama gue akibat sifat gue yang terlalu posesif, plis Kak Rio…” Kalimat
Ify terpotong begitu Rio menutup mulut Ify dengan tangannya.
“Stop!
Jangan ngomong lagi, itu malah bikin gue tambah bersalah lagi sama lo,
Fy. Harusnya gue yang minta maaf, gue kalap tadi, gue gak bisa nahan
amarah gue, maaf gue gak bisa jadi yang terbaik buat lo,” gumam Rio.
“Nggak kok, lo salah. Selama ini lo selalu yang paling terbaik buat gue, tanpa lo gue gak bisa apa-apa,” kata Ify.
Rio
langsung memeluk Ify dengan lembut. Ify tersenyum, ia tenggelam di
dalam pelukan Rio. Baginya, hanya Rio yang terbaik buat Ify. Ify tak
butuh apa-apa lagi asalkan Rio selalu ada untuknya. Tidak tahu apa
jadinya jika Rio pergi meninggalkannya.
“Gue sayang banget sama
lo, Fy…gue gak bakal sia-siain lo, gue tahu dikit lagi gue bakal pisah
sama lo, karena gue di Perancis lo di Indonesia, tapi gue yakin, gue
bakal terus ada di hati lo, sampai kapanpun,” gumam Rio.
“Gue
juga sayang sama lo, gue gak bakal gantiin lo dengan cowok lain
sekalipun dia itu Justin Bieber, gue gak bakal gantiin lo di hati gue,”
gumam Ify.
“Nyeh, saat romantis gini masih aja lo bercanda!” keluh Rio.
***
Keesokkan harinya (lagi)
Siang hari…
Ify menyantap makan siangnya di hotel, nanti malam mereka berempat akan pulang ke Jakarta.
“Viaa…malu-maluin aja deh lo, makan banyak banget!!” seru Ify.
“Laper!” Sivia nyengir. Ify hanya geleng kepala.
“Maaf, Anda Nona Alyssa?” tanya seorang pelayan.
“Iya, saya Alyssa, ada apa ya Mbak?” tanya Ify.
“Ini ada surat buat Nona,” pelayan itu menyodorkan sebuah surat untuk Ify.
“Makasih ya, Mbak!”
Ify membuka surat tersebut dan membacanya.
Alyssa, pergilah ke depan hotel…
Ify tersenyum dan melipat suratnya lagi.
“Dari siapa, Fy?” tanya Sivia.
“Ada deh, gue duluan ya, ada urusan!” Ify langsung pergi menuju depan hotel.
“Yah, si Ify malah pergi! Yaudah deh, makanannya buat gue aja!” seru Sivia.
***
Ify
celingak-celinguk mencari seseorang yang sedang dicarinya sekarang,
tapi hasilnya nihil. Ify pun menghela napas. Tiba-tiba ada yang mencolek
bahu Ify.
“Mbak, ini surat buat Mbak,” kata seorang satpam.
“Ouh, makasih Pak,” Ify langsung membaca surat tersebut.
Berjalanlah kearah kanan…
Ify langsung pergi kearah kanan, dan mencari-cari‘orang’ itu. Kemudian seorang anak kecil menghampirinya.
“Kakak
cantik…ini buat surat dan gelang cantik buat Kakak,” gadis kecil itu
memberikan sebuah surat dan gelang yang cantik berbentuk bunga. Ify
tersenyum.
“Makasih sayang…” kata Ify.
Dikit lagi kamu
sampai di tempat yang aku maksud, carilah seorang Ibu penjual bunga,
kamu akan medapatkan sebuah surat lagi darinya…
Ify mencari-cari
orang yang dimaksud, dan ia menemukan ibu-ibu itu sedang duduk disamping
bunga-bunga yang dijualnya. Ify pun menghampiri ibu-ibu setengah baya
itu.
“Permisi, Bu…saya mencari sebuah surat, apa ibu memegang sebuah surat?” tanya Ify.
“Oh,
ini Mbak cantik, dan ini setangkai bunga mawar putih buat gadis cantik
secantik Mbak ini,” gumam Ibu itu. Ify mengambil suratnya dan setangkai
bunga mawar putih.
“Makasih, Ibu…”
Carilah tanda panah, tanda panah itu akan membawamu ketempat aku berada sekarang, I am still waiting you, Mademoiselle Alyssa…
Ify
tersenyum dan langsung berlari dengan semangat mencari tanda panah yang
dimaksudkan itu, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, hari semakin
gelap. Ia terus mencari tanda panah tersebut. Dan akhirnya ia menemukan
satu tanda panah. Beberapa tanda panah pun ia berhasil temukan dan
akhirnya sampai juga dia di pantai Kuta. Pantai tersebut terlihat sepi,
tapi hanya ada satu orang yang ada disana sambil memandang kearah lautan
luas, dan mata Ify tak bisa mengalihkan
pandangan dari sosok yang
daritadi ia cari selama beberapa jam. Ify berjalan menuju laki-laki itu.
Laki-laki itu berbalik badan dan tersenyum pada Ify.
“Ternyata lo gak nyasar ya, gue takut tiba-tiba lo nyasar,” kata Rio. Ify tertawa.
“Gak bakal lah,”
“Gue mau nunjukkin sesuatu buat lo, ikut gue,” tiba-tiba mata Ify ditutup oleh slayer.
“Yah, kok? Di tutup, gelaaap!!” seru Ify.
“Namanya juga ditutup mata, ya gelap, odong!” keluh Rio.
Rio menuntun Ify ke sebuah tempat, dan kemudian mereka berdua berhenti. Rio membuka slayer yang menutup mata Ify.
“Sekarang buka mata lo perlahan-lahan,” suruh Rio.
Ify
membuka matanya secara perlahan, hatinya dibuat takjub begitu melihat
keindahan yang ciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Keindahan saat matahari
harus tenggelam dan berganti malam, perpaduan warna jingga, dan ungu
menghiasi langit yang luas.
“Keren banget, Kak…” kata Ify takjub.
“Gue yakin lo pasti terkagum-kagum liat sunset di sini,” kata Rio.
Rio tiba-tiba menarik tangan Ify dan menggenggamnya dengan lembut.
“Matahari
boleh tenggelam karena hari harus berganti malam, tapi rasa cinta gue
ke elo gak akan pernah tenggelam begitu aja, rasa cinta gue selalu ada
dan selalu bersinar di hati lo, layaknya matahari yang selalu bersinar
cerah saat siang hari,” kata Rio.
“Ih, bisa aje lo ngegombal! Belajar darimana lo? Kak Cakka kali ya?” tanya Ify.
“Gue ngarang sendiri tauk!” keluh Rio. Ify tertawa lagi.
“Sumpah demi apapun, cuma lo yang bisa bikin gue gila!” seru Rio.
“Maksud lo bikin lo stress gara-gara kelakuan bodoh gue?” tanya Ify.
“Bukan,
cuma lo yang bisa bikin gue gila, gila tentang lo, tergila-gila sama
lo, you’re my spirit, Alyssa, without you, maybe I will be a crazy man,”
gumam Rio. Muka Ify memerah. Baru kali ini Rio mengaku bahwa Rio
tergila-gila padanya.
“Thanks atas pengakuan lo, Kak Mario… I will always love you, forever and always,” gumam Ify.
“I love you too forever and always, Miss Mario…”
“Ahaha, gue jadi malu,” kata Ify cengengesan.
“Ah suasana udah romantis juga, bikin rusuh aja lo!”
“Eciee…Kak Rio bisa romantis juga nih…” Ify dan Rio menoleh kebelakang, Alvin dan Sivia sudah berada di belakang mereka.
“Ah, pada ngerusak momen terindah gue sama Kak Rio aja nih,” keluh Ify.
“Ahahaha, ganggu dikit boleh dong,” goda Alvin.
“Fy,
lari yuk! Jauh-jauh dari mereka! Nanti di gangguin lagi!!” ajak Rio.
Ify dan Rio langsung kabur dan menjauh dari Alvin dan Sivia. Setelah
berhasil menjauh, mereka berdua berjalan di tepi pantai dan bergandengan
tangan.
“Kak, sekarang gue percaya kalo lo gak bakal pernah selingkuh di Perancis,” gumam Ify.
“Kenapa? Biasanya lo gak percaya sama gue,”
“Soalnya cuma gue yang bisa dan memang cuma gue yang bisa bikin
seorang Mario Stevano Aditya Haling jatuh cinta,” kata Ify sambil tersenyum. Rio terkekeh.
“Yaah…selain
itu, cuma gue yang bisa dan memang cuma gue yang bisa bikin seorang
Alyssa Saufika Umari klepek-klepek akibat pesona sang Mario Stevano
Aditya Haling,” kata Rio.
Mereka pun tertawa bersama. Ify
mengingat masa-masa lalu saat Ify bertemu dengan Rio dibelakang sekolah,
jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat Ify menembaknya dan ditolak
mentah-mentah oleh Rio. Kemudian Ify mengingat kembali perjuangan
kerasnya untuk mendapatkan cinta Rio sampai-sampai keinginannya
terkabul, yaitu Rio menembaknya di Puncak dengan dibantu teman-temannya.
Terus Ify juga mengingat saat mereka berdua bertengkar hebat akibat
seorang gadis
yang datang kedalam kisah cinta mereka, yang saat ini
telah menjadi kekasih adiknya. Tak lupa ia mengingat, pengalamannya saat
liburan ke Perancis hanya untuk bertemu Rio. Dan berakhir di atas
Menara Eiffel dengan kalimat “Jet’aime Mademoiselle Alyssa” kata-kata
yang paling ia suka.
Ify tak akan pernah melupakan semua kenangan
yang manis itu. Memang benar kata orang masa SMA itu adalah masa yang
sangat indah. Senang, sedih, bahagia, kebencian, semua tercampur aduk
dan terjadi di masa SMA. Semua yang dialami oleh Ify berakhir dengan
manis, ia menemukan orang cocok untuk mendampingi hidupnya. Seandainya
kamu memiliki rasa cinta untuk seseorang, perjuangankanlah dulu
dihatimu, bukan berjuang untuk terus-terusan mencari perhatian supaya
dirinya menjadi milikmu, tapi terus-menerus berjuang untuk membuatnya
bahagia, karena cinta sejati itu belum tentu bisa memiliki. Seandainya
saat ini dia bukan milikmu dan dia belum‘melihatmu’, suatu saat jika
Tuhan berkehendak pasti keberuntungan jatuh di tanganmu, dia
akan‘melihatmu’ dan menjadi milikmu.
_TAMA
No comments:
Post a Comment