Sunday, April 22, 2012

I'm Yours part 12 (re-post)

Alvin menutup pintu ruang music lantas menghela nafas panjang, ia baru saja selesai membantu pak oni menentukan nomor urut peserta untuk lomba nyanyi esok lusa, ternyata cukup banyak yang berminat mengikuti lomba nyanyi tahun ini, termasuk Alvin dan Rio. Keduanya untuk pertama kali mau mengikuti lomba rutin setiap tahunnya ini.

“vin..” Panggil seseorang.

Alvin menoleh, lantas tersenyum lebar, “Hai, Fy..”

Ify tersenyum kecil, “Abis ngapain?”

“Ini, gue disuruh bantuin pak oni buat lomba nyanyi lusa, biasalah..” sahut Alvin santai seraya mulai melangkah.

“ooh, lo jadi kan ikut lomba nyanyi?” Tanya Ify sambil ikut berjalan mengiringi Alvin. Alvin menoleh, mengangguk mantap, “Jadi, lah. Jaminannya kan elo..” Goda Alvin.

Ify mencibir, teringat janjinya, “Woo, ada maunya!”

“Emang..” Sahut Alvin cepat.

Ify mengangkat alis, kemudian mereka berdua serentak tertawa,

“Eh, Fy, lo kok ngasih syaratnya ngikut lomba nyanyi sih? Gak ada yang lain apa?”

“emang kenapa? Lo takut?” Alvin melengos, “Ya, bukannya gitu, tapi kayaknya ribeeet banget!”

Ify tertawa kecil, “Ya, sebenernya sih gue yang emang pengen ikut.. tapi, berhubung gue gak bisa maen alat musik, yaa..”

“ooh, gue jadi pelampiasannya gitu?” Sahut Alvin cepat.

Ify kembali tertawa kecil, sampailah mereka berdua didepan kelas Ify, langkah Ify dan Alvin terhenti,

“Vin, gue masuk dulu ya, “Pamit Ify.

Belum sempat Ify melangkah, Alvin sudah memanggilnya lagi, “Fy, mm..”
Ify menoleh, “Apaan?”

“Pulang sekolah ada acara gak?” Tanya Alvin ragu. Ify menggeleng cepat,

“Mau gak kalo pulangnya mampir ke rumah gue dulu? Gue mau ngenalin lo sama nyokap gue..” Ucap Alvin ragu.

Ify tersenyum lebar, “wah, boleh tuh! Ayo! With pleasure, Alvin.” Sahut Ify, Ia meniru kata – kata yang biasa Alvin ucapkan, ‘with pleasure’

“Thanks ya, fy. Tapi gak usah ngopi kata – kata gue gitu kali!!” Protes Alvin

@@@

Alvin membuka pintu kamar, diiringi Ify, lantas masuk kedalam ruangan itu. Kamar mamanya, ya kini Alvin dan Ify sudah berada dikamar mama Alvin. Begitu melihat sosok mamanya diatas kursi roda dengan pandangan kosong yang mengarah keluar jendela,Alvin langsung menghampiri sosok rapuh itu lantas berlutut disamping kursi roda mamanya,

Ify mengikuti dibelakang, “Tante..” Sapa Ify.

Tak ada jawaban. Ify bingun sendiri, perasaan tadi gue ngomongnya udah gede banget? Batin Ify.

“Nyokap gue kena stroke, fy. Sejak enam bulan yang lalu..” jelas Alvin

Ify terbelalak, ya tuhan, “Oh, sorry vin, gue gak maksud..”

“Gak apa – apa, fy. Gue yang salah gak ngasih tau lo duluan.” Sahut Alvin cepat.

Ify mengangguk kecil lantas ikut berlutut disamping Alvin,

“Tante, ini saya, Ify…” Jelas Ify. Lagi – lagi tak ada jawaban, hanya sebuah lirikan mata yang tidak terlalu berarti apa – apa.

“Tante, gimana kabar Tante?” Tanya Ify lembut, sudut – sudut matanya mulai mengeluarkan air mata, Ify menangis.

“Tante, jangan kapok ya punya anak ajaib kayak Alvin!” Ucap Ify seraya melirik Alvin.

Alvin tertawa keci, tapi tetap tidak bisa menahan air matanya.

“Tante, Alvin itu anaknya ajaib lho! Masa ya, dia mau – maunya ikut lomba nyanyi Cuma demi saya tante.. “ Jelas Ify dengan nada menyindir,

Alvin kembali tertawa kecil, lantas menyeka air matanya yang terus mengalir, “Apaan sih, fy!” balas Alvin.

“Ya, gak apa – apa, tante pasti udah lama banget kan gak ngobrol lepas kayak gini?” Tanya Ify seraya menggengam sebelah tangan mama Alvin.

“tante tau gak, Alvin itu sayaaang banget sama tante! Ngelebihin rasa sayangnya ke siapapun, tante..” Tambah Ify, air matanya terus mengalir.

Alvin tersenyum kecil, memandangi Ify dan mamanya bergantian. Ada kecocokan diantara keduanya, Alvin bernafas lega, “Thanks ya, fy..”

Ify tersenyum lebar, lantas menyeka air matanya, “Gue boleh sering – sering kesini kan, vin?”

Alvin tersenyum kecil, ada kebahagiaan didalam hatinya, dan satu hal yang mustahil jika ia tidak menyetujui permintaan gadis lugu berhati malaikat dihadapannya…

@@@

“di minum, fy..” Ujar Alvin seraya menyerahkan segelas cokelat panas pada Ify.

Ify tersenyum kecil, lantas menerima cokelat panas itu, mengesapnya perlahan, “buatan lo, vin?”

Alvin mengangguk mantap, lantas duduk dibangku piano, masih diruamh Alvin, tepatnya disebuah ruang keluarga yang terlihat sudah lama tidak tersentuh, dan memang ada sebuah grand piano mewah di ruangan ini.

“Lo tinggal berdua aja vin sama nyokap lo?” Tanya Ify.

Alvin mengangguk mantap, “mm, Vin, lo udah mau cerita belom ke gue?” Tanya Ify ragu.

“tentang?”

“tentang bokap lo, dan kejadian kemaren malem,” Sahut Ify cepat.

Alvin menghela nafas panjang, “Lo mau tau apa?”

“Kemaren yang diterowongan itu siapa sih, vin? Yang bawa – bawa tongkat besi itu?”

“Mereka anak buah bokap gue..”

“Bokap lo? Mereka mau ngapain?”

Alvin kembali menghela nafas panjang, “Tauk! Ngebunuh gue kali!”

Ify yang sedang asyik menyesap cokelat panasnya tersedak, “hah? Ngebunuh lo? Tadi lo bilang mereka anak buah bokap lo…”

“Lo jangan samain bokap gue sama sosok seorang ayah pada umumnya dong, Fy!” Jelas Alvin.

Ify tertegun, “Maksud lo?”

“Dia… dia gak pantes disebut sebagai ayah! Setelah apa yang dia lakuin ke almarhum bokap gue, dan nyokap gue..”

Ify terbelalak, “Lho? Jadi dia bukan bokap kandung lo? Dan maksud lo, bokap kandung lo udah…”

“Iya, dia udah meninggal dua tahun yang lalu, kena serangan jantung..” jelas Alvin.

“Sorry, vin..”

“Never mind.”

Ify meletakkan cangkir cokelat panasnya diatas meja, lantas kembali menatap Alvin, “Terus apa hubungannya kematian bokap kandung lo sama bokap tiri lo itu?”

“Papa kena serangan jantung setelah dapet kabar kalo perusahaannya bangkrut, dan bokap tiri gue itu lah yang menyebabkan perusahaan bokap gue bangkrut…”

“terus kok sekarang malah… menikah sama nyokap lo?” Tanya Ify ragu.

“Nyokap gue terpaksa, fy. Waktu itu nyokap gue kalut, dia gak bisa nerima kenyataan kalo perusahaan bokap gue udah ancur. Dia gak bisa nerima kenyataan kalo keluarga gue udah gak punya apa – apa. Dan pada akhirnya, dia mohon – mohon sama bokap tiri sialan gue itu untuk kembaliin semuanya, bokap tiri gue setuju, asalkan nyokap gue mau menikah sama dia… “

“terus nyokap lo mau?”

“Iya, nyokap gue setuju. Dan pada saat nyokap gue udah hamil anak dari laki – laki sialan itu, dia pergi gitu aja… dia pergi ninggalin gue sama nyokap gue. Dan pada akhirnya, nyokap gue keguguran…. Gitu deh, fy.” Jelas Alvin, tanpa sadar air matanya mulai mengalir.

“Vin..”Ucap Ify lantas berlutut didepan Alvin yang tengah duduk dibangku piano, Ify menggenggam tangan Alvin erat, mencoba merasakan apa yang Alvin rasakan..

“vin, setiap manusia punya jalan takdirnya masing – masing, dan seburuk apapun kenyataan itu, semua udah ada yang ngatur vin, tuhan itu adil..” jelas Ify ikut – ikutan mengeluarkan air mata.

“Tapi tuhan gak adil sama gue, Fy! Kalo emang tuhan adil sama gue, kenapa bokap gue meninggal? Kenapa nyokap gue harus tersiksa kayak gini? Kenapa laki – laki brengsek itu gak mati aja? Kenapa Fy?” Ujar Alvin lirih, air matanya terus mengalir.

Ify semakin memperkuat genggaman tangannya, “Vin, gue tau ini berat. Gue tau lo sayang banget sama nyokap lo, gue tau lo gak mau bokap lo pergi buat selamanya, tapi percaya sama gue vin, ini yang terbaik buat elo..”

“Apanya yang terbaik sih fy? Jelas - jelas ini gak adil..” Bentak Alvin seraya melepaskan genggaman tangan Ify. Alvin terus menangis, terlihat sekali seluruh emosinya seperti menguap. Ify tidak menyerah begitu saja, ia kembali meraih tangan Alvin lantas mengggenggamnya, “Vin, ini udah yang terbaik dari tuhan buat elo, harusnya lo bersyukur,nyokap lo masih ada di samping lo, lo punya sahabat – sahabat yang care sama lo, lo masih punya gue..” Jelas Ify.

Alvin tak lagi membuka mulut, ia hanya menatap Ify penuh arti.

“vin, kita jalanin semuanya bareng – bareng ya, lo gak sendirian vin! Lo harus inget itu..” Sambung Ify seraya maju untuk memeluk Alvin, Alvin yang kini rapuh…

Alvin tak bergeming, ia membiarkan air matanya kini mengalir begitu saja, sampai akhirnya kehangatan itu begitu terasa menjalari hatinya, ya kehangatan dari pelukanIfy. Ify memeluk Alvin erat. Mencoba memberi kehangatan yang berarti. Ify terus memeluk Alvin…

Alvin tertegun, lantas balik memeluk Ify, menyatukan kehangatan dari kepingan hatinya yang rapuh…

@@@

Keesokan harinya, di ruang musik sekolah…..

Rio meletakkan kembali gitar ditempatnya, ia baru saja menyelesaikan latihan untuk lomba nyanyi besok, dan Rio pun terperanjat saat tiba – tiba shilla muncul dari belakang,

“Shilla? Sejak kapan lo disini?”

Shill tersenyum kecil, “Udah lumayan lama, permainan gitar lo masih kayak dulu, yo, keren!” Puji shilla seraya mengacungkan dua jempolnya.

Rio mendelik, lantas mendesah kesal, “Lo kok bisa tau gue disini? Lo ngikutin gue?”

“kalo iya kenapa?”

“Mau lo apa sih, shill?”

Shilla tersenyum sinis, “Gue? Gue Cuma mau lo balik lagi sama gue..”

“Itu mustahil!” sahut rio cepat.

“Ya, gue tau kok.”

“Bagus kalo lo udah ngerti!” UJar Rio seraya beranjak pergi, tapi tangan shilla menahannya,

“Bentar, yo. Ada yang mau gue tanyain..”

Rio melepaskan pegangan tangan shilla, lantas buang muka, muak dengan cewek satu ini, “Apaan?”

Shilla menghela nafas panjang, lantas menatap Rio tajam, “Apa Bener lo suka sama si Ify?”

@@@

Ify melangkah ringan menyusuri koridor sekolah, dan langkahnya terhenti didepan ruang music dengan pintu yang terbuka, tanpa pikir panjang lagi, Ify mendekati pintu itu, bergegas masuk kedalamnya,

Ify sudah nyaris melangkah masuk, tapi membatalkan niatnya begitu mendengar suara-suara dari dalam ruang musik yang tengah membicarakan sesuatu yang langsung menarik perhatiannya. Dia mengernyitkan kening, dan merapat ke dinding disisi pintu ruang musik. Ify melongokkan kepalanya sedikit untuk mencari tahu siapa saja yang ada di dalam ruangan itu. Dia mengenali Rio, yang tengah berdiri tegak dengan kedua tangan dilipat di dada, didepannya ada… shilla? Ya, Ify yakin itu memang shilla. Tapi ngapain juga Rio ngobrol sama shilla lagi? Bukannya Rio udah benci banget sama shilla? Ify semakin penasaran . Ify menarik kepalanya kembali, tapi menajamkan telinga. Berusaha menangkap pembicaraan yang tengah terjadi.Biasanya Ify tidak pernah memperdulikan omongan orang lain. Tapi pembicaraanini berbeda, karena ify mendengar namanya disebut-sebut disana. Ify jelas penasaran,

“Bentar, yo. Ada yang mau gue tanyain..”

Rio melepaskan pegangan tangan shilla, lantas buang muka, muak dengan cewek satu ini, “Apaan?”

Shilla menghela nafas panjang, lantas menatap Rio tajam, “Apa Bener lo suka sama si Ify?”

Ify merasakan degup jantungnya mendadak terasa lebih cepat, ada sesuatu didalam hatinya, entahlah, mungkin sebuah penantian..

“Apaan sih, lo!” bentak Rio.

Shilla tersenyum sinis, “Udahlah, yo. Gue kenal siapa lo, gue tau sikap lo ke ify itu beda sama sikap lo ke cewek lain, apalagi sama gue!” Shilla menghela nafas panjang, ikut – ikutan melipat kedua tangannya didada, lantas kembali membuka mulut,“Lo mungkin gak sadar sama perasaan lo sendiri, tapi anak kecil yang baru ngerti cinta pun pasti tau kalo lo emang suka sama cewek itu..” Sambung shilla.

Rio tak bergeming, hanya diam menunggu kalimat shilla selanjutnya.

Shilla menghela nafas panjang, “Sikap lo beda yo, lo selalu ngelindungin dia, lo selalu ada buat dia, apa – apa dia..” Lagi – lagi Rio hanya diam, sampai shilla kembali melanjutkan kalimatnya,

“Gue tau mungkin Ify beda dimata lo, mungkin dia lebih dari sekedar cewek yang tiba – tiba dateng dikehidupan elo dan….” Shilla menggantungkan kalimatnya, terlihat sedikit ragu, tapi kemudian kembali membuka mulut, “dan.. ya, harus gue akuin, dia udah menghancurkan hubungan kita..” sambung shilla.

Sementara di luar, Ify tertegun, hah? LAgi – lagi itu..

“Udahlah, shill. Lupain hubungan kita, anggep aja gak pernah ada apa – apa diantara kita.” Sahut Rio datar.

Shilla bergeming, terdiam sejenak, lantas mengangkat bahunya, “ya, mungkin gue emang harus ngelupain hubungan itu, gak ada gunanya lagi.”

Rio tersenyum kecil, lantas beranjak pergi, tapi lagi – lagi shilla menahannya, “Yo, tunggu, apa mungkin lo ikut lomba nyanyi juga demi Ify?” Tanya shilla lirih.

Ify tertegun, menanti jawaban diluar sana…

Rio menghela nafas panjang, “bukan..” Ify melengos, “terus?”

“Ini kemauan gue sendiri.”

Hening sesaat, tapi kemudian Shilla memecah keheningan, “Yo, kenapa sih lo gak pernah jujur sama hati lo sendiri? Lo suka kan sama Ify?”

Rio terdiam, “Entahlah..”

“kok gitu?”

“gue ragu shill, gue gak ngerti apa yang gue rasain setiap gue ngeliat dia, setiap gue ada dideket dia.. yang jelas gue selelu pengen ngelindungin dia, gue selalu pengen ngeliat dia senyum.. itu aja.” Jelas Rio.

Ify tertegun, kata – kata Rio tadi saja sudah terdengar sangat indah baginya,

Rio menghela nafas panjang, “gue gak tau ini perasaan cinta atau bukan? Ya udahlah shill, biar waktu aja yang jawab…” Jelas Rio lantas beranjak pergi, tapi untuk ketiga kalinya shilla menahan Rio,

“Yo, terus.. apa masih ada kesempatan buat gue?” Tanya Shilla ragu.

Kali ini Ify tercekat, ia tidak berani mendengar jawaban Rio atas pertanyaan Ify, tapi tiba – tiba,

“Sorry shill, cerita kita udah berakhir.. bahkan mungkin cerita itu gak pernah dimulai!” Jelas Rio.

Dan Ify pun tersenyum lebar, yak! ia bahagia, Rio memang belum sepenuhnya mengakui perasaannya ke-Ify, tapi setidaknya bayang – bayang shilla sudah terhapus dengan sendirinya oleh pernyataan Rio barusan. Ify menghela nafas panjang, lantas buru– buru beranjak pergi.

@@@

Rio mematut dirinya didepan kaca kamar mandi sekolah, pandangannya lurus kedepan, ia heran sendiri, kenapa tadi dengan mudahnya ia bisa mengatakan seluruh isi hatinya dengan shilla? Kenapa dia semudah itu percaya sama shilla? Oh, god..

Rio mendelik, lantas menepuk keningnya sendiri, “bego lo, yo!”

@@@

Sivia celingak – celinguk didepan kelas Gabriel, mencari sosok cowok itu, ada sesuatu yang memang ingin ia tanyakan, Sivia tertegun saat pundaknya ditepuk seseorang, buru – buru sivia menoleh,

“Ray! Ngagetin aja lo!” Omel Sivia, lantas kembali mengedarkan pandangan untuk mencari Gabriel.

“Ngapain lo, neng? Tumben kekelas gue?”

“Gabriel mana, Ray?”

Ray mengangkat bahu, “Baru aja pulang.”

Sivia tertegun, “Hah? Pulang? Tumben dia bel vunyi langsung pulang!”

Ray mengangguk kecil, “Tau tuh, beberapa hari ini dia emang aneh, kayak.. orang frustasi gitu.”

“Wah, kayak elo dong?” Canda Sivia seraya beranjak pergi.

Ray mencibir, “Asem lu!” balas Ray lantas ikut berjalan mengiringi sivia.

@@@

Ify menutup bukunya, mendesah kecil, lantas menghempaskan tubuhnya diatas kasur, telentang. Ify memejamkan matanya, berusaha mendengar kata hati kecilnya saat ini. Ya, Ify tau hati kecilnya sedang berbisik, Besok lomba nyanyi tahunan sekolah akan berlangsung, dan Itu berarti Sivia, Alvin, Dan Rio akan unjuk gigi sekaligus bersaing untuk merebutkan gelar pemenang, daaan, jika Alvin menang, itu berarti….

Ify mendesah kecil, ada keraguan dihatinya, bukan keraguan atas pengakuan Alvin, melainkan keraguan akan perasaannya sendiri. Ify ragu, ia bimbang, apa benar hatinya sudah memilih Alvin? Entahlah. Yang jelas selalu ada sosok lain di hati Ify,Rio? Ya, Rio. Cowok itu sudah memberikan arti lain pada rasa cinta yang dirasakan Ify, dan hanya Rio yang bisa.

Bukan yang lain, Alvin sekalipun. Oh god.. Ify membuka matanya, menghela nafas panjang, berusaha memusatkan pikiran pada…Alvin. Ya, entah kenapa, Ify selalu merasa ingin membagi kebahagiaan pada sosok Alvin. Sosok Alvin yang terlihat sempurna, tapi ternyata begitu rapuh…

Ify kembali memejamkan matanya, Alvin? Ya tuhan,apa benar hatinya sudah memilih Alvin? Lantas bagaimana dengan Rio? Ify kembali menghela nafas panjang, ia terdiam, seolah tengah bertanya pada hati kecilnya? Siapa sebenarnya yang memang diinginkan Ify? Siapa sebenarnya yang sudah melahirkan getar - getar cinta dihati Ify?

Ify bingung, perlahan hatinya memberikannya jawaban, Ia menyukai Rio, hanya satu, dan memang Rio… Tapi ada rasa lain dihatinya saat ini, rasa lain yang membuat Ify merasa harus mengedepankan perasaan orang lain, dan akan mengorbankan perasaannya sendiri….

Ify tertegun saat tiba – tiba Ozy masuk kekamarnya, “Eh, ozy..” sapa Ify seraya duduk dipinggir kasur.

Ozy tersenyum kecil, lantas ikut – ikutan duduk dipinggir kasur Ify, “Kak Ify kenapa?”

Ify tertegun, “kenapa gimana?”

“Kak Ify pasti lagi mikirin kak Alvin…” Ujar Ozy polos.

Ify tertegun mendengar celotehan Ozy,

“Apaan sih kamu! Masih kecil juga! Diem deh..” Omel Ify.

Ozy tersenyum polos, “Atau.. lagi mikirin Kak rio?”

Ify kembali tertegun, “Hah? Rio? Kamu kok bisa tau Rio?”

“Iya, kan waktu yang melem – melem, Kak Rio yang nganterin Kak Ify pulang, terus gendong kak Ify sampai kamar… “Ozy nyengir kuda.

Ify melotot, “Emangnya kamu belom tidur?”

Ozy menggeleng cepat, “Kan tim kesukaan ozy lagi tanding piala dunia, kak.” Ify menggut – manggut,

“Kak, kalo menurut aku, Kak Rio itu perhatiaaan banget sama kakak.”

“Sok tau!”

“yeee, bener. Kan keliatan, kak!”

“Oppo?”

“Keliatan dari matanya, kak…”

Ify tertegun, “Ah, kamu! Udah tidur sana..”

“Tapi Kak Alvin juga baik sih kak. Kalo aku jadi kakak, aku pilih siapa ya?”

Ify melotot, “Ozy! Tidur sana! Ganggu aja! Dasar!”

“Tapi ya kak, KAk Alvin itu…”

“Aaaaaah! Bodo, bodo, bodo…” Omel Ify seraya mendorong Ozy keluar kamar.

No comments:

Post a Comment