Sunday, April 22, 2012

Love Has No Reason~ #Chapter3

CHAPTER 3 : Penantian yang Tak Pernah Sia-Sia


Di rumah, Ify masih memikirkan sebagian dari perkataan Sivia. Ify dilema. Yang jelas sekarang adalah, ia begitu penasaran dengan sosok Rio dan kehidupannya. Sebetulnya mencampuri urusan orang lain bukanlah sifat Ify, namun kali ini Ify merasa ada sesuatu yang harus di luruskan.

"Gue harus cari tau tentang Rio" tekad Ify dalam hati.

******
Di rumah Gabriel....

Gabriel lagi duduk-duduk di depan rumahnya sambil ngegenjreng gitar kesayangannya saat Alvin pulang ke rumahnya (FYI, rumah Alvin-Iel sebelahan).

"Kak Alvin!" Panggil Iel. Alvin yang hendak masuk ke dalam rumahnya langsung menoleh ke arah Iel.

"Kenapa yel ?" Tanya Alvin.

"Eh gapapa deh, cuma nyapa doang" jawab Iel sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Aneh lo" Alvin baru saja akan masuk ke rumahnya. "Eh, yel, lo tunggu bentar deh, udah lama gak ngobrol kita, gue ganti baju dulu bentar oke" kata Alvin lagi.

"Oke deh kak"

Tak lama Alvin keluar. Kini ia sudah memakai kaos oblong berwarna putih dan celana pendek.

"Ada apaan kak ?" Tanya Gabriel yang heran tiba-tiba Alvin mengajaknya ngobrol.

"Engga, perasaan kita udah lama tetanggaan tapi gak akrab-akrab ya ? Hehe" kata Alvin masih canggung.

"Jah, gimana mau akrab, lo aja sibuk mulu kak haha" kata Gabriel.

"Oh iya hehe, sekarang kita akrab deh kayanya yel, gue kan senior lo sekarang" kata Alvin lagi.

"Lah emang apa hubungannya kalo lo kakak kelas gue sama keakraban kita ?" Iel melongo.

"Kaga ada sih" jawab Alvin polos.

"Yee, aneh lo kak"
"Yel"
"Hmmm"
"Yel"
"Hmmm"
"Yel"
"Hmmm"
"Yel"
"Apaan sih Kak Alvin gaje banget ?" Sungut Gabriel kesal.

"Lah elo juga hamhem mulu jawabnya" kata Alvin. Gabriel cuma nyengir.

"Gimana sekolah barunya ?" Tanya Alvin.

"Ajib gila kaaak, keren banget sumpah itu sekolah, kurikulumnya gak monoton, temen-temennya asik semua deh" jawab Gabriel antusias.

"Bagus deh kalo lo seneng. Emm, yel, kenal sama Sivia ?" Tanya Alvin ragu.

"Sivia ? Sivia Azizah temen sekelas gue temen sebangkunya Ify ?" Tanya Gabriel. Alvin hanya mengangguk."Kenal, kenapa kak ?" Tanya Gabriel.

"Gak apa-apa sih hehe cuman nanya doang" jawab Alvin. "Yaudah, gue masuk dulu ya yel" pamit Alvin.

"Oke deh kak, gue juga mau masuk" kata Iel lalu kembali ke dalam rumahnya.
*****

Di kamar Alvin....

"Dia inget gue gak ya kira-kira ?" Pikir Alvin. "Semoga lo inget vi" kata Alvin lagi.

*****

Di kamar Sivia....

"Kak Alvin yang tadi di kelas gue itu kak alv yang dulu pernah..... Ah tapi gak mungkin ah" Sivia sedang galau di kamarnya.

"Tapi matanya mirip banget" kata Sivia lagi. "Tapi masa sih kak alv lupa sama gue, sampe-sampe gak nyapa di sekolah, nyebelin banget lu ka!" Kata Sivia lagi lagi.

**********

Keesokan harinya.....

@ IGS

"PAGIIII" kata Ify begitu masuk kelasnya. Entah kenapa hari ini dia semangat banget.

"Eh pada kemana semua ini ?" Tanya Ify heran begitu masuk ke kelasnya hanya ada beberapa tas anak-anak yang baru dateng dan hanya ada satu. Orang yang tengah asik duduk di bangkunya. RIO.

"Hemm Rio, yang lain pada kemana ?" Tanya Ify lalu meghampiri Rio. Rio menoleh pada Ify.

"Pada ke perpus tadi, gatau mau ngapain" jawab Rio santai.

"Kok lo gak ikut ?" Tanya Ify.

"Gue mau ngapain di perpus ? Pacaran sama penunggunya ? Mendingan gue di sini pacaran sama lo" ucap Rio masih dengan gaya coolnya. Ify kaget mendengar Rio bicara seperti itu. Pipinya langsung merah padam. Sebenarnya Rio melihatnya, tapi dia lebih suka bersikap pura-pura gak tahu.

"Rio apaan sih ? Asal banget omongan lo" kata Ify berusaha menutupi kesaltingannya.

"Haha, canda fy, duduk sini fy" kata Rio sambil melirik bangku di sebelahnya -bangku Gabriel- yang masih kosong. Ify pun duduk di bangku Rio.

"Yo, gue jadi temen lu boleh kan ?" Tanya Ify. Rio menaikan alisnya. Bingung.

"Dari awal kita ketemu emang kan lo emang udah jadi temen gue... Kecuali kalo lo nganggep gue lebih dari temen" goda Rio, sambil tersenyum jail.

Ify langsung menoyor Rio "Apaan lo yo ? Asal banget. maksud gue, kita bisa jadi sahabat kan ?" Kata Ify. Rio tersenyum semakin lebar.

"Bisa dong fy, kenapa enggak" jawab Rio yakin.

"Beneran ? Gue mau tau emm, tentang lo dong" kata Ify ragu. Rio menaikkan alisnya. Merasa akan terjadi sesuatu yang tak enak akan terjadi setelah ini.

"Tentang gue ?" Tanya Rio.

"Emm, iya, tentang lo, tentang kehidupan pribadi lo, keluarga lo mungkin ?" Tanya Ify hati-hati. Seketika raut muka Rio berubah, wajahnya merah padam. Bukan karena malu. Tapi sepertianya dia sedang menahan emosinya.

"Ngapain lo tanya-tanya tentang keluarga gue ? Apa pentingnya buat lo ?" Tanya Rio sinis. Ify kaget melihat reaksi Rio.

"Emm, gue kan cuma pengen ta...." Omongan Ify terpotong.

"LO GAK BERHAK MENCAMPURI URUSAN GUE FY! GUE PALING GAK SUKA ADA ORANG YANG NANYA-NANYA SOAL PRIVACY GUE! NGERTI LO!!" Bentak Rio lalu Rio pergi keluar kelas. Ify kaget setengah mati. Badannya bergetar hebat. Berusaha menahan buliran-buliran air mata yang siap mengalir di pipinya.

"Maaf yo..." Kata Ify berusaha menahan tangan Rio. Rio menepis lengan Ify dengan kasar, dan tak sengaja tangan kiri Ify kepentok (apa sih bahasa enaknya ?) meja.

"AWWW" Ify memegangi lengan kirinya yang agak biru. Rio menoleh sebentar, dan memalingkan wajahnya lagi. Dan berjalan keluar dari kelas.

Lalu Ify pindah ke bangkunya semula. Ify menundukan kepalanya, ia menangis. Baru sekali ini ia di bentak oleh orang. Terlebih orang yang membentaknya adalah lelaki yang di sukainya.

Ify tidak menyangka Rio akan berbuat sekasar itu. Apa begitu sensitif hal yang ditanyakan Ify sehingga membuat Rio semarah itu.

Tanpa Ify sadari kelas X-2 sudah mulai penuh oleh anak-anak. Semua yang masuk ke kelas heran melihat Ify yang biasanya ceria, terlihat diam. Namun mereka tak berniat mencampuri urusannya. Sampai akhirnya datanglah Sivia.

"Ify.. Tidur ya lo ?" Tanya Sivia yang melihat Ify menunduk. Sivia mengguncang-guncangkan badan Ify. Sivia kaget melihat tubuh Ify bergetar.

"I..Ify lo.... Nangis ?" Tanya Via lagi.

"Via ?" Tanya Ify yang baru menyadari kehadiran Sivia sambil mengusap air matanya.

"Fy, gapapa kan ?" Tanya Sivia panik.

"Via... HUAAAA" ify refleks langsung memeluk Sivia. Sivia membalas pelukan Ify. Beberapa saat Sivia membiarkan Ify tetap memeluknya. Lalu Sivia melepaskan pelukannya lalu memegang kedua tangan Ify erat (maaf, ini bukan adegan lesbi-_-v, hanya sebagai sehabat)

"AWWW" erang Ify sambil memegang tangan kirinya yang tak sengaja Sivia pegang.

"Aduh eh Fy, tangan lo kenapa ? Maaf gue gak sengaja. Aduh ya ampun IFY! Tangan lo kenapa bisa ungu(tadi biru, saking parahnya jadi ungu deh) gini ?" Tanya Sivia panik. "Ke UKS sekarang ya, gue anterin deh, ntar gue minta izin sama ketua kelas dulu" kata Sivia lalu berjalan menghampiri ketua kelas.

"Beres fy, udah di izinin, yu gue temenin di UKS, sekalian lo cerita kenapa lo nangis." Ajak Via sambil menggandeng Ify keluar kelasnya yang sesekali masih terlihat sesenggukan.

****

Gabriel masuk ke kelasnya dengan tergesa-gesa, hari ini Gabriel telat bangun. Ia datang ke sekolah 5 menit sebelum bel berbunyi. Gabriel heran, saat memasuki kelasnya tidak ada satupun dari ke-tiga sahabatnya yang duduk manis di tempatnya. Hanya ada tas-tas mereka di tempatnya.

"Woy Daud, ini temen-temen gue pada kemana ?" Tanya Gabriel pada Daud. Daud hanya mengangkat bahunya. Gabriel melengos. Ia memilih mengirimkan sebuah pesan singkat pada Rio.

To : Mario Stevadit

Lo di mana yo ? Kelas sepi gak ada lo ber3

Beberapa saat kemudian HP di tangan Iel bergetar

From : Mario Stevadit

Tmn blkng

'Buset jutek amat si Rio, dia pake kart 1 rupiah perkarakter kali ya ?' Sungut Iel dalam hati lalu berjalan meninggalkan kelas menuju taman belakang.

*****

Rio masih duduk di kursi di taman belakang sekolah. Emosinya sudah mulai menurun. Kini ia memikirkan sikapnya tadi pada Ify.

"Maaf fy, gue salah, tadi gue emosi banget sama lo, sori banget" Rio menyesali perbuatannya pada Ify tadi.

"Kok gue sekasar itu sih sama Ify tadi ? AAARRGGGHH!!" Rio mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Kenapa yo ? Ada masalah ?" Tanya gabriel yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Rio hanya menggeleng.

"Oke kalo lo gak mau cerita. Sivia-Ify mana yo ? Pas gue masuk kelas mereka udah gak ada. Sama lo kan mereka ?" Tanya Iel polos. Yang memang gak tau masalah tadi pagi.

"Lo mau tau ?" Tanya Rio. Iel mengangguk. "Menurut gue lo sebaiknya ke UKS deh, pasti mereka berdua ada di sana. Dan kalo lo ketemu Ify bilang gue gak sengaja gue bener-bener emosi tadi" jelas Rio lalu pergi meninggalkan Gabriel dan kebingungannya.

****

"Ify lo kenapa siih ?" Tanya Sivia setelah mengobati luka di tangan Ify dan membalutkan perban.

"Tadi pagi, waktu lo belum dateng....." Ify mulai bercerita dari a-z sambil menitikan air mata. Air mata yang menganak sungai di pipi Ify.

"Gue gak nyangka Rio kaya gitu cuma gara-gara lo nanya tentang keluarganya, sabar ya fy, gue yakin Rio sebenernya baik kok" kata Via sambil mengelus pundak Ify. Sampai pintu UKS terbuka.

"Via, Ify ngapain lo berdua di sini ? IFY ! Lo kenapa nangis ?" Tanya Gabriel khawatir saat melihat Ify menangis. Ify menggeleng.

"Tangan lo kenapa lagi fy ?" Tanya Gabriel lagi.

"Udah yel, biar gue aja yang ceritain, gak apa-apa kan fy ?" Kata Sivia lalu menoleh pada Ify. Ify hanya mengangguk. Sivia mulai menceritakan pada Gabriel apa yang terjadi pada Rio dan Ify tadi pagi. Gabriel juga kaget mendengarnya.

"Serius fy ? Tapi tangan lo gak apa-apa kan ?" Tanya Gabriel khawatir. Ify hanya menggeleng. Ada sedikit rasa cemburu di hati Sivia mendengar pertanyaan Gabriel pada Ify barusan. Tapi cepat-cepat ia menepisnya.

"Lo suka sama Rio ya fy ?" Tanya Gabriel. Ify ragu untuk menjawabnya tapi akhirnya ia mengangguk juga. Gabriel menghela nafas.

"Tapi kayanya sekarang dia marah sama gue" kata Ify menunduk.

"Dia gak marah sama lo fy, waktu gue ke taman, gue liat Rio kaya orang frustasi gitu. Dia juga bilang dia minta maaf, soalnya tadi dia emosi" jelas Gabriel menjelaskan yang sebenarnya pada Ify.

"Lo gak usah hibur gue deh yel, gue gak suka lo bohong, lagian gue gak apa-apa kok" kata Ify menyeka air matanya. "Gue balik, masih jam pelajaran kan ?" Lalu Ify melangkahkan kakinya keluar dari ruangan UKS.

"Tapi fy..." Kata Gabriel lagi, tapi tangannya di tarik Sivia.

"Kayanya emang mesti Rio nya sendiri yang bilang ke Ify. Tipe orang kaya Ify itu cuma bakal percaya kalo dia denger dengan telinganya sendiri. Bukan dari orang lain" kata Sivia. Gabriel hanya tersenyum. "Mau balik ke kelas atau mau tetep di sini ?" Tanya Sivia.

"Balik lah, ogah gue sendirian di UKS, ntar ada hantu yang godain gue lagi" kata Gabriel lalu merangkul Sivia keluar dari UKS. Sontak membuat pipi Via memerah, namun sepertinya Gabriel tak menyadari perubahan warna pada pipi gadis yang sedang dirangkulnya ini.

****
Ify berjalan memasuki kelas sambil menundukan kepalanya saat melihat sosok yang sedak duduk di depan bangkunya. Ify terus menunduk sampai di bangkunya. Beberapa saat kemudian Sivia dan Gabriel masuk ke dalam kelas.

****

Saat istirahat....

"Ke kantin fy ?" Tanya Via pada Ify. Ify hanya menggeleng.

"Enggak deh, lo aja" kata Ify. Via hanya mengangkat bahu lalu berjalan ke luar kantin.

"Eh vi! Mau ke kantin ?" Panggil Gabriel. Sivia berhenti berjalan, lalu menoleh ke arah Gabriel.

"Heeh, Ify gak mau ikut, jadi gue ke kantin sendiri, mau bareng ?" Tawar Sivia.

"Boleh deh" gabriel mengangguk lalu mengalihkan pandangannya pada Rio. Rio yang sadar di perhatikan Gabriel mengangkat kepalanya.

"Lo aja, gue males" kata Rio singkat, sebelum Gabriel bertanya. Gabriel pun berjalan menghampiri Sivia.

"Yuk vi" sivia mengangguk, lalu berjalan bersama Gabriel.

****
Di kantin....

"Duduk di sini aja, yel, yang lain udah penuh" kata Sivia menunjuk salah satu bangku yang masih kosong. Gabriel mengangguk dan duduk di tempat yang di tunjuk Sivia.

"Pesen apa, Vi ?" Tanya Gabriel. "Samaain aja sama lo deh" jawab Sivia. Lalu berjalan menuju stand yang menjual mie ayam.

Tiba-tiba ada seorang perempuan menghampiri Via.

"Kamu Sivia ya ?" Tanya perempuan itu tiba-tiba. Sivia mengangguk.

"Iya kak, kenapa ?" Tanya Sivia heran. Bagaimana mungkin kakak kelasnya ini mengenal dan tahu namanya, padahal ia sama sekali tak mengenal sosok kakak kelas di depannya.

"Ini, gue cuma mau ngasihin ini" kakak kelasnya itu memberikannya secarik kertas. Sivia mengangkat alisnya bingung.

"Dari siapa kak ?" Tanya Sivia. "Alvin" jawab kakak itu. "Udah ya gue pergi dulu" kata kakak itu lagi.

Sivia pun membuka kertas itu.

Still remember me, princess ? Come to the tree house at 4 p.m
I'll wait for you princess :)

Sivia melipat kertas itu setelah membacanya, lalu ia masukan ke dalam saku bajunya. Tak lama kemudian Gabriel kembali membawa 2 mangkok mie ayam dan 2 es jeruk.

"Woy, Vi ini makanannya, kenapa senyam-senyum sendiri lo ? Wah gila nih" kata Gabriel.

"Lo tuh yang gila, udah mana sini makanannya, laper gue" kata Via langsung memakan makanannya.

"Abisnya lo aneh senyum-senyum sendiri." Kata Gabriel masih heran. Via hanya cengengesan.

****
Di kelas....
Ify masih terdiam di bangkunya, begitu pula dengan Rio. Ify ingin sekali meminta maaf pada Rio.

"Emm yoo" ify berusaha memecahkan keheningan di antara ke duanya. Karena memang hanya tinggal mereka berdua di kelas.

"Gua boleh ngomong gak ?" Tanya Ify lagi. Rio menghela nafas.

"Besok aja deh, fy gue lagi gak mood. Dari pada nanti gue nyakitin lo lagi kaya tadi." Jawab Rio tanpa sekalipun menoleh ke arah Ify. Ify menghela nafas berat. Lalu kembali menundukan kepalanya.

Sampai pulang sekolah Ify dan Rio masih belum berbicara. Ify merasa bersalah pada Rio. Tapi Ify memutuskan untuk tidak mengajak Rio bicara.

****
Sore hari....

Sivia sedang di kamarnya. Ia bingung memilih-milih baju yang akan di pakainya menemui Alvin di rumah pohon. Setelah satu jam memilih akhirnya Sivia memutuskan mengenakan dress putih selutut dan membiarkan rambut panjangnya terurai.

"Mama Sivia berangkat dulu yaa" pamit Sivia pada mamanya. Mamanya hanya mengangguk

****
Di rumah pohon.....
Sivia kagum melihat tempat ini. Sama sekali gak berubah setelah 2 tahun ia tinggalkan, tempat ini masih terlihat mengagumkan.

Sivia menunggu orang yang menyuruhnya ke rumah pohon. Tapi tak kunjung datang juga, Sivia mulai merasa bosan dan kesal.

"Mana si tu orang ? Gue nungguin dari tadi gak dateng juga, gak niat banget sih" sungut Sivia kesal.

"Segitu aja udah bosen, udah kesel, apa lagi gue, 2 tahun gue nungguin lo di sini, tapi lo gak pernah nepatin janji lo buat dateng ke sini" kata seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang Sivia.

"Koko" Sivia memutar tubuhnya. Ia mendapati sosok tegap itu berdiri di belakangnya mengenakan jaket hitam dan celana jeans. Terlihat begitu tampan.

"Hai, masih inget jalan ke sini ? Gue kira lo lupa jalan ke sini" kata Alvin.

"Ka alv maafin Via, Via bukannya gak mau dateng, tapi waktu itu tiba-tiba nenek Via sakit dan terpaksa Via harus jenguk nenek. Via kira besoknya Via bisa nemuin ka alv di sini, ternyata mama sama papa pindahin Via sekolah di sana, dan baru tahun ini Via balik ke Jakarta. Cuma Kak Shilla sama Acha yang nemenin nenek. Katanya mereka kasian kalo ninggalin nenek sendiri. Gue bener-bener minta maaf kak" jelas Sivia panjang lebar.

"Lo tau gak Vi ? Gue nungguin lo dari pagi sampe sore, kalo gue inget kejadian 2 tahun lalu gue pengen banget marah sama lo" kata Alvin.

FLASHBACK

"Via, besok kamu aku tunggu di sini ya, di rumah pohon. Ada yang mau aku omongin penting banget sama kamu" kata Alvin.

"Mau ngomongin apa ka alv ? Via jadi penasaran deh hehe" taya Via.

"Pokoknya besok kamu harus dateng ya, aku tungguin kamu terus kok, ya udah sekarang kamu pulang, nanti di cariin mama loh" Sivia lalu mengangguk. Ia pergi berjalan menuju rumahnya yang tak jauh dari rumah pohon.

Keesokan harinya.....

"Mama, Via mau ke rumah pohon dulu ya, loh mama mau kemana ? Kok beres-beres gitu ?" Tanya Sivia heran.

"Sayang, nenek kamu sakit, kita harus menjenguknya sayang, kamu mau kan ?" Tanya mama Via.

"Nenek sakit ma ? Sakit apa ?" Tanya Via lagi khawatir. Via begitu menyayangi neneknya itu.

"Mama juga gak tahu, sekarang kamu beresin semua baju kamu ya, Kak Shilla sama Acha juga lagi beres-beres di kamarnya" bujuk mama Via.

"Iya ma" sivia melangkahkan kakinya kembali ke kamar. Via lupa bahwa ia ada janji dengan Alvin di rumah pohon.

"Vi, ayo kita harus berangkat" kata mama Via setelah beberapa saat. Sivia, Shilla, dan Acha turun membawa kopernya masing-masing.

Mereka semua masuk ke dalam mobil dan pergi ke rumah nenek Via di Surabaya. Saat di jalan, Sivia baru ingat ia sudah punya janji akan menemui Alvin di rumah pohon.

"Aduh aku lupa, aku kan ada janji sama Kak Alv di rumah pohon" kata Sivia sambil menepok jidatnya. Shilla yang melihatnya langsung mengerti.

"Alvin pasti ngerti kok Via, kamu jangan sedih ya, kamu pasti bisa ketemu Alvin lagi kok" kata Shilla memberi pengertian. Sivia hanya mengangguk pasrah.

Sementara di rumah pohon Alvin terus menunggu Sivia yang tak kunjung datang. Sampai hujan turun ia masih belum mau pulang juga. Ia harus menepati janjinya pada Via dan begitu pula seharusnya. Sampai Oma Alvin harus memaksa Alvin agar mau pulang bersamanya.

Keesokan harinya Alvin pergi lagi ke rumah pohon dan menunggu Sivia sampi aore, namun Via tak kunjung datang juga. Begitu seterusnya. Bahkan sampai sekarang, Alvin terkadang masih menunggu Sivia di rumah pohon meski tak sesering dulu, tapi Alvin tetap menyempatkan pergi ke rumah pohon seminggu sekali.

FLASHBACK END

"Maafin aku kak alv" Sivia menunduk, lalu mulai menitikan air matanya.

"Itu gak masalah, yang penting sekarang lo nepatin janji lo sama gue kan" Sivia mendongakan kepalanya, lalu menghapus air mata. Sivia heran melihat reaksi tak terduga dari Alvin. Ia kira Alvin akan marah padanya. Alvin hanya tersenyum.

"Udah jangan nangis princess, yang penting sekarang penantian gue selama 2 tahun gak sia-sia, lo akhirnya nemuin gue di sini kan" kata Alvin. Sivia tersenyum.

"Makasih ka alv, makasih lo selalu nungguin gue. Makasih lo masih setia nungguin gue selama 2 tahun, padahal lo gak tau gue akan balik lagi atau engga" kata Sivia. Kini Alvin membalasnya dengan senyuman termanisnya.

"Kak, lo waktu itu mau ngomong apa sih sama gue ?" Tanya Via. Alvin kaget mendengar pertanyaan Via.

"Emm, gak, bukan apa-apa kok hehe" jawab Alvin cengengesan. Sivia sebenarnya tidak puas mendengar jawaban Alvin. Tapi dia tidak mau merusak suasana dengan harus berdebat dengan Alvin.

'Lo gak perlu tahu vi, kalau pun lo harus tahu, itu nanti, bukan sekarang' batin Alvin.

Sivia dan Alvin akhirnya memilih untuk menikmati pemandangan sore ini dari rumah pohon bersama.
****
Rio dan Ify sudah hampir 3 hari tidak pernah saling berbicara, Gabriel dan Sivia tak tahan melihat kedua sahabatnya terus di liputi suasana yang tak mengenakan.

Suatu hari.....

"Yo, gue perlu bicara sama lo" kata Iel. Rio hanya mengangkat alisnya lalu berjalan ke luar kelas mengikuti Gabriel.

"Mau ngomong apa yel ?" Tanya Rio. Gabriel menghela nafas sejenak.

"Sampe kapan lo mau diemin sahabat gue yo ? Lo gak tau apa dia ngerasa bersalah banget. 3 hari ini dia murung terus. Gue gak bisa liat Ify yang biasanya ceria 3 hari ini, dan itu gara2 lo, cuma gara-gara lo, selesaikan sekarang atau tidak sama sekali" Gabriel menepuk pundak Rio, lalu berjalan kembali masuk ke kelasnya. Meninggalkan Rio yang masih merenungi perkataan Gabriel.

'Ya, Gabriel benar, sekarang atau tidak sama sekali, gue gak boleh biarin dia sedih. Gue gak mau ngulangin kesalahan yang sama, kesalahan 5 tahun yang lalu' tekad Rio.

*********

No comments:

Post a Comment