--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi hari di rumah riOzy bersaudara....
Rio ngedor-ngedor pintu kamar ozy,
"Nggak biasanya ni anak ngunci kamar segala" batin rio.
"Woii...!! Zy!! Buka pintunya..!! Mau molor sampe kapan loe!!" teriak rio di depan pintu kamar ozy. Rio mencak-mencak sendiri di depan pintu. Ozy yang sebenernya denger teriakan rio masa bodoh aja, tetep lanjut ke alam mimpinya.
"Ozy.........!!! Klo loe nggak buka pintunya sekarang gue telpon mama nih, kali ni serius!!" ancam rio. Ozy tetep aja diam, nggak nyaut sama sekali.
"Hoalah.... Tumben nggak nyahok?? Kemaren-kemaren tu anak langsung melek denger nama mama, nah skarang??" batin rio lagi.
"Ozy.... Pliss bangun sekarang, gue mau berangkat pagi nih... Ayolah ozy sayang....ade gue tercinta...." bujuk rio lagi yang agak nggak tulus di kalimat-kalimat terakhir.
"Ozy gue mohon loe nurut sekarang, ntar bu winda marah nih klo proposal nggak gue kasih sekarang...." tambah rio, ozy tetep mingkem.
"Rese banget sih loe zy! sekarang terserah loe aja deh!" kesabaran rio udah habis. Rio langsung turun kebawah mau masak lagi.
Ozy yang di dalam nggak jadi pura-pura tidur. Ozy bangun dan ngibrit buka pintu dan cegah rio buat nggak ngambek beneran.
"Kak rio, loe nggak marah beneran kan? Baikan dong..." bujuk ozy sambil berusaha nyamain langkahnya dengan rio.
"Ogah!!" rio kayaknya ngambek beneran nih. Rio emang selalu serius klo udah nyangkut urusan tanggung jawabnya sebagai ketua osis.
"Gawat...!! Nggak makan deh gue sehari ni.." batin ozy. *jiah...ni anak. Mikirin perut mulu kerjaannya.*
"Kak, beneran deh, sorry banget..nget..nget.. Gue cuma mau balas dendam karna tiap pagi loe selalu nganggu idup gue. Ntar klo loe marah, nasib gue gimana dong??" ozy ngeles. Rio masih terusin acara ngocok telornya.
"Zy, mulut loe bau banget dah, serius.. Gosok gigi sono!" suruh rio.
"Loe maafin gue dulu baru gue mandi klo nggak loe terpaksa harus nyium wangi mulut gue di pagi hari yang cerah ini.. Hah....hah...hah...." jawab ozy, trus dia embusin nafasnya ke rio.
"Ozy.......ntar telornya nggak wangi lagi klo udah nyatu sama bau mulut loe itu...! Apes banget dah gue punya adek joroknya kaya elo. Sono mandi, sebelum gue ngambek beneran." kata rio sambil bekep mulut nya ozy yang baunya udah ngalahin bau mulut naga.*mulut naga emang bau ya?? Ngasal doang nih*
"Hohohoho.... Loe emang paling nggak tahan ya ngambekan ma gue, baru juga lima menit loe udah luluh.." kata ozy.
"Gue kasian aja sama loe, klo gue ngambek loe mau makan pake apa ntar." rio ngeles sambil trus goreng telor.
"Ooo..... Gue mandi dulu" pamit ozy lalu kembali lagi ke kamarnya di atas.
******
Di sma nusantara....
Begitu sampai di sekolah rio langsung ngebut ke kelas XII IPA 3 *klo rio XII IPA 1*.
"Oii.....sekretaris gue...udah datang blom???" rio teriak-teriak sendiri kaya orang gila.
"Alyssa saufika umari.............." teriak rio lagi.
"Apa sih mario stevano aditya haling...?? Sarap loe!! Udah tau kelas kosong kaya gitu, ckckckckck..." kata ify yang langsung nongol di belakang rio.
"Loe datang dari mana fy??" tanya rio kaget liat ify di belakangnya.
"Dari rumah gue.." jawab ify santai.
"Fy, loe udah bawa proposalnya kan??" tanya rio sambil masuk ke dalam kelas bareng ify.
"Tenang.... Nih..." kata ify sambil menyerahkan proposal itu ke rio. Critanya rio itu keta osis dan ify sekretaris osis.
"Gue cek ya... Takut kurang.." ijin rio.
"Okeh, loe ngecek gue nyapu dulu. Piket soalnya." kata ify lalu ngambil sapu dari lemari kelas.
Rio ngangguk sambil terus konsen ke kertas-kertas yang ada di hadapannya. Sementara ify terus nyapu seluruh kelas.
"Fy, kerjaan loe bagus juga. Sejauh mata gue memandang, nggak ada cacat sedikit pun." puji rio setelah lama diem-dieman. Ify nyengir kuda.
"Ify gitu loh... Tunggu bentar ya yo, dikit lagi nih nyapunya." jawab ify. Rio jawab pake ngangguk. Sambil nunggu, rio trus liatin ify yang lagi nyapu.
"Rajin juga si ify. Cekatan juga untuk urusan barsih-bersih." batin rio.
"Eh, tapi, bisa juga nih si ify... Gue tanyain deh ntar." tambah rio lagi waktu ingat sesuatu yang selama ini lagi dicarinya.
Rio terus senyum-senyum gaje liatin ify. Sampai akhirnya ify selesai piket. Rio masih nggak sadar, masih ngelamunin klo ify beneran jadi pembantunya. Pasti asik tuh, cocok banget sama yang gue pingin, pikir rio.
"Oii yo ngelamun aja loe!!" panggil sivia niatnya ngagetin rio. Rio nggak kaget, tapi tetep noleh.
"Eh, loe vi. Udah jam segini kok baru datang?" tanya rio basa-basi.
"Loe nya aja yang ke pagian." jawab via singkat. Rio liatin jam tangan hitam di tangan kanannya.
"Bener apa kata loe.". Via nggak nyaut, dia beralih ke ify.
"Fy, klo loe udah nyapu gue ngapain dong??" tanya via yang ngga tau mau ngerjain apa, karna dia juga piket hari ini. Ify yang baru selesai naro sapu di lemari noleh ke via. Ify melihat ke sekeliling kelasnya.
"Loe rapiin nih isi lemari." kata ify sambil nunjuk lemari di sampingnya. Lalu berjalan menuju via dan rio.
"Yah.... Lemari itu kan udah lama nggak keurus, bnyak debunya fy." keluh via pake manyun.
"Terserah loe deh, mau ngerjain apa." jawab ify. Rio yang dari tadi diam, mengangkat alisnya, seolah-olah berkata, "Fy, kapan nih ngasih proposalnya?". Ify yang ngerti, nangguk.
"Yuk yo." ajaknya. Rio berdiri dari kursi yang dari tadi di dudukinya. Lalu mengangkat kertas proposal itu dan jalan bareng ify menuju ruang
pembina osis, untuk menyerahkan kertas-kertas itu ke bu winda.
"Duluan ya vi. Selamat bekerja, yang rajin." pamitnya. Lalu pergi.
"Fy, gue mau nanya sesuatu boleh?" tanya rio sambil terus jalan menuruni tangga.
"Boleh, mang mau nanyain apa yo?" jawab dan tanya ify balik.
"Tapi loe jangan marah ato pun tersinggung ya fy. Pertanyaan gue rada aneh sih..." jawab rio. Ify nangguk.
"Emm....fy... Gue peratiin tadi loe utk urusan bersih-bersih bisa juga ya.." kata rio memulai. Masih ragu sebenernya.
"Iya, udah terbiasa dari kecil." jawab ify singkat.
"Emm....klo...misalnya....emm....nggak jadi deh fy." rio takut ify ngamuk
soalnya.
"Nanyain apa sih yo, susah bener. Gue nggak marah deh, janji..." kata ify sambil memperlihatkan jari tengah dan telunjuknya.
"Janji ya fy.... Klo loe nggak mau juga nggak papa kok" Ify makin bingung. Dia cuma ngangguk-ngangguk doang. Nggak ngerti arah pembicaraan rio.
"Gini fy, bonyok gue kan lagi nggak di rumah nih... Mereka netap dulu di singapur utk sementara. Jadi gue sama ozy agak kerepotan buat ngurusin rumah. Ozy nyuruh gue buat nyari orang yang mau nolong
kami di rumah. Trus..." rio ngegantungin omongannya. Ngecek wajah ify dulu. "Ify marah nggak ya..." batin rio cemas.
"Trus...?" tanya ify. Sebenarnya ify mulai ngerti arah omongan rio kemana, tapi ingin dengar lengkap-lengkap aja.
"Trus, gue usahain deh nyarinya. Tapi sampai sekarang gue blom nemu sama orang yang tepat. Trus waktu gue liatin loe piket tadi. Menurut gue, loe persis sama kaya orang yang gue cari. Jadi....loe mau nggak nolongin kami?? Tapi klo loe nolak juga nggak papa kok fy.." lanjut rio.
Ify agak heran sih sama rio, masa minta dia jadi pembantu. Walau pun rio udah pake bahasa halus, tetep aja dia nawarin ify jadi pembantunya.
"Jadi loe mau gue jadi pembantu loe?" tanya ify dan berenti jalan.
"Emm... Klo loe nggak mau juga nggak papa ko fy. Gue nggak tau juga kenapa ide gila ini bisa muncul di otak gue" elak rio. Masih takut ify bakalan ngamuk.
"Sorry yo, gue nggak bisa." jawab ify singkat. Rio agak kecewa.
"Loe nggak kerja cuma-cuma kok fy.." kata rio. Ntah dapat keberanian dari mana dia bisa berkata kaya gitu.
"Yo, gue tu masih pelajar. Dan hidup gue nggak susah kok yo... Mending loe tawarin ke orang lain yang lebih butuh. Jujur gue jadi rada ilfeel juga loe minta gue jadi pembantu loe."
"Sorry fy, gue nggak maksud buat bikin loe tersinggung. Loe nggak marah kan??"
"Nggak, yuk jalan lagi yo.." jawab dan ajak ify dengan wajah yang masih rada marah.
"Ah...bego banget sih gue... Udah jelas ify nggak bakalan mau.." batin rio.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi hari di rumah riOzy bersaudara....
Rio ngedor-ngedor pintu kamar ozy,
"Nggak biasanya ni anak ngunci kamar segala" batin rio.
"Woii...!! Zy!! Buka pintunya..!! Mau molor sampe kapan loe!!" teriak rio di depan pintu kamar ozy. Rio mencak-mencak sendiri di depan pintu. Ozy yang sebenernya denger teriakan rio masa bodoh aja, tetep lanjut ke alam mimpinya.
"Ozy.........!!! Klo loe nggak buka pintunya sekarang gue telpon mama nih, kali ni serius!!" ancam rio. Ozy tetep aja diam, nggak nyaut sama sekali.
"Hoalah.... Tumben nggak nyahok?? Kemaren-kemaren tu anak langsung melek denger nama mama, nah skarang??" batin rio lagi.
"Ozy.... Pliss bangun sekarang, gue mau berangkat pagi nih... Ayolah ozy sayang....ade gue tercinta...." bujuk rio lagi yang agak nggak tulus di kalimat-kalimat terakhir.
"Ozy gue mohon loe nurut sekarang, ntar bu winda marah nih klo proposal nggak gue kasih sekarang...." tambah rio, ozy tetep mingkem.
"Rese banget sih loe zy! sekarang terserah loe aja deh!" kesabaran rio udah habis. Rio langsung turun kebawah mau masak lagi.
Ozy yang di dalam nggak jadi pura-pura tidur. Ozy bangun dan ngibrit buka pintu dan cegah rio buat nggak ngambek beneran.
"Kak rio, loe nggak marah beneran kan? Baikan dong..." bujuk ozy sambil berusaha nyamain langkahnya dengan rio.
"Ogah!!" rio kayaknya ngambek beneran nih. Rio emang selalu serius klo udah nyangkut urusan tanggung jawabnya sebagai ketua osis.
"Gawat...!! Nggak makan deh gue sehari ni.." batin ozy. *jiah...ni anak. Mikirin perut mulu kerjaannya.*
"Kak, beneran deh, sorry banget..nget..nget.. Gue cuma mau balas dendam karna tiap pagi loe selalu nganggu idup gue. Ntar klo loe marah, nasib gue gimana dong??" ozy ngeles. Rio masih terusin acara ngocok telornya.
"Zy, mulut loe bau banget dah, serius.. Gosok gigi sono!" suruh rio.
"Loe maafin gue dulu baru gue mandi klo nggak loe terpaksa harus nyium wangi mulut gue di pagi hari yang cerah ini.. Hah....hah...hah...." jawab ozy, trus dia embusin nafasnya ke rio.
"Ozy.......ntar telornya nggak wangi lagi klo udah nyatu sama bau mulut loe itu...! Apes banget dah gue punya adek joroknya kaya elo. Sono mandi, sebelum gue ngambek beneran." kata rio sambil bekep mulut nya ozy yang baunya udah ngalahin bau mulut naga.*mulut naga emang bau ya?? Ngasal doang nih*
"Hohohoho.... Loe emang paling nggak tahan ya ngambekan ma gue, baru juga lima menit loe udah luluh.." kata ozy.
"Gue kasian aja sama loe, klo gue ngambek loe mau makan pake apa ntar." rio ngeles sambil trus goreng telor.
"Ooo..... Gue mandi dulu" pamit ozy lalu kembali lagi ke kamarnya di atas.
******
Di sma nusantara....
Begitu sampai di sekolah rio langsung ngebut ke kelas XII IPA 3 *klo rio XII IPA 1*.
"Oii.....sekretaris gue...udah datang blom???" rio teriak-teriak sendiri kaya orang gila.
"Alyssa saufika umari.............." teriak rio lagi.
"Apa sih mario stevano aditya haling...?? Sarap loe!! Udah tau kelas kosong kaya gitu, ckckckckck..." kata ify yang langsung nongol di belakang rio.
"Loe datang dari mana fy??" tanya rio kaget liat ify di belakangnya.
"Dari rumah gue.." jawab ify santai.
"Fy, loe udah bawa proposalnya kan??" tanya rio sambil masuk ke dalam kelas bareng ify.
"Tenang.... Nih..." kata ify sambil menyerahkan proposal itu ke rio. Critanya rio itu keta osis dan ify sekretaris osis.
"Gue cek ya... Takut kurang.." ijin rio.
"Okeh, loe ngecek gue nyapu dulu. Piket soalnya." kata ify lalu ngambil sapu dari lemari kelas.
Rio ngangguk sambil terus konsen ke kertas-kertas yang ada di hadapannya. Sementara ify terus nyapu seluruh kelas.
"Fy, kerjaan loe bagus juga. Sejauh mata gue memandang, nggak ada cacat sedikit pun." puji rio setelah lama diem-dieman. Ify nyengir kuda.
"Ify gitu loh... Tunggu bentar ya yo, dikit lagi nih nyapunya." jawab ify. Rio jawab pake ngangguk. Sambil nunggu, rio trus liatin ify yang lagi nyapu.
"Rajin juga si ify. Cekatan juga untuk urusan barsih-bersih." batin rio.
"Eh, tapi, bisa juga nih si ify... Gue tanyain deh ntar." tambah rio lagi waktu ingat sesuatu yang selama ini lagi dicarinya.
Rio terus senyum-senyum gaje liatin ify. Sampai akhirnya ify selesai piket. Rio masih nggak sadar, masih ngelamunin klo ify beneran jadi pembantunya. Pasti asik tuh, cocok banget sama yang gue pingin, pikir rio.
"Oii yo ngelamun aja loe!!" panggil sivia niatnya ngagetin rio. Rio nggak kaget, tapi tetep noleh.
"Eh, loe vi. Udah jam segini kok baru datang?" tanya rio basa-basi.
"Loe nya aja yang ke pagian." jawab via singkat. Rio liatin jam tangan hitam di tangan kanannya.
"Bener apa kata loe.". Via nggak nyaut, dia beralih ke ify.
"Fy, klo loe udah nyapu gue ngapain dong??" tanya via yang ngga tau mau ngerjain apa, karna dia juga piket hari ini. Ify yang baru selesai naro sapu di lemari noleh ke via. Ify melihat ke sekeliling kelasnya.
"Loe rapiin nih isi lemari." kata ify sambil nunjuk lemari di sampingnya. Lalu berjalan menuju via dan rio.
"Yah.... Lemari itu kan udah lama nggak keurus, bnyak debunya fy." keluh via pake manyun.
"Terserah loe deh, mau ngerjain apa." jawab ify. Rio yang dari tadi diam, mengangkat alisnya, seolah-olah berkata, "Fy, kapan nih ngasih proposalnya?". Ify yang ngerti, nangguk.
"Yuk yo." ajaknya. Rio berdiri dari kursi yang dari tadi di dudukinya. Lalu mengangkat kertas proposal itu dan jalan bareng ify menuju ruang
pembina osis, untuk menyerahkan kertas-kertas itu ke bu winda.
"Duluan ya vi. Selamat bekerja, yang rajin." pamitnya. Lalu pergi.
"Fy, gue mau nanya sesuatu boleh?" tanya rio sambil terus jalan menuruni tangga.
"Boleh, mang mau nanyain apa yo?" jawab dan tanya ify balik.
"Tapi loe jangan marah ato pun tersinggung ya fy. Pertanyaan gue rada aneh sih..." jawab rio. Ify nangguk.
"Emm....fy... Gue peratiin tadi loe utk urusan bersih-bersih bisa juga ya.." kata rio memulai. Masih ragu sebenernya.
"Iya, udah terbiasa dari kecil." jawab ify singkat.
"Emm....klo...misalnya....emm....nggak jadi deh fy." rio takut ify ngamuk
soalnya.
"Nanyain apa sih yo, susah bener. Gue nggak marah deh, janji..." kata ify sambil memperlihatkan jari tengah dan telunjuknya.
"Janji ya fy.... Klo loe nggak mau juga nggak papa kok" Ify makin bingung. Dia cuma ngangguk-ngangguk doang. Nggak ngerti arah pembicaraan rio.
"Gini fy, bonyok gue kan lagi nggak di rumah nih... Mereka netap dulu di singapur utk sementara. Jadi gue sama ozy agak kerepotan buat ngurusin rumah. Ozy nyuruh gue buat nyari orang yang mau nolong
kami di rumah. Trus..." rio ngegantungin omongannya. Ngecek wajah ify dulu. "Ify marah nggak ya..." batin rio cemas.
"Trus...?" tanya ify. Sebenarnya ify mulai ngerti arah omongan rio kemana, tapi ingin dengar lengkap-lengkap aja.
"Trus, gue usahain deh nyarinya. Tapi sampai sekarang gue blom nemu sama orang yang tepat. Trus waktu gue liatin loe piket tadi. Menurut gue, loe persis sama kaya orang yang gue cari. Jadi....loe mau nggak nolongin kami?? Tapi klo loe nolak juga nggak papa kok fy.." lanjut rio.
Ify agak heran sih sama rio, masa minta dia jadi pembantu. Walau pun rio udah pake bahasa halus, tetep aja dia nawarin ify jadi pembantunya.
"Jadi loe mau gue jadi pembantu loe?" tanya ify dan berenti jalan.
"Emm... Klo loe nggak mau juga nggak papa ko fy. Gue nggak tau juga kenapa ide gila ini bisa muncul di otak gue" elak rio. Masih takut ify bakalan ngamuk.
"Sorry yo, gue nggak bisa." jawab ify singkat. Rio agak kecewa.
"Loe nggak kerja cuma-cuma kok fy.." kata rio. Ntah dapat keberanian dari mana dia bisa berkata kaya gitu.
"Yo, gue tu masih pelajar. Dan hidup gue nggak susah kok yo... Mending loe tawarin ke orang lain yang lebih butuh. Jujur gue jadi rada ilfeel juga loe minta gue jadi pembantu loe."
"Sorry fy, gue nggak maksud buat bikin loe tersinggung. Loe nggak marah kan??"
"Nggak, yuk jalan lagi yo.." jawab dan ajak ify dengan wajah yang masih rada marah.
"Ah...bego banget sih gue... Udah jelas ify nggak bakalan mau.." batin rio.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment