CHAPTER 6 : Love At The First Sight
Matahari mulai menyapa bumi
ini, memaksa masuk melalui celah jendela kamar gadis ini. Membuat
penghuni kamar ini merasa tidak nyaman dengan cahaya matahari yang
terlalu menyilaukan. Tapi mau tidak mau ia harus bangun. Tantangan hidup
hari ini telah menunggunya.
Gadis bermata sipit itu lalu
bersiap-siap menuju ke sekolahnya, lalu turun ke bawah untuk sarapan
bersama keluarganya dengan semangat, karena ia tahu, hari ini mungkin
akan jadi hari yang menyenangkan baginya.
Sesampainya di ruang
makan gadis itu mengembangkan senyumnya, melihat meja makan yang
biasanya hanya terisi oleh 3 orang, kini bertambah menjadi 4 orang.
Gadis itu duduk di depan seorang gadis yang tak kalah cantiknya dari
gadis bermata sipit itu. Gadis itu. Shilla.
Acara makan pagi hari
ini terlihat lebih istimewa, mereka berempat makan sambil sesekali di
selingi dengan senda gurau, dengan cerita-cerita menarik dari Shilla
tentang kehidupannya di Jogja. Sivia terlihat antusias mendengar cerita
kakak perempuannya ini. Sivia sangat menyayangi Shilla, maka saat ia
mengetahui Shilla akan kembali ke Jakarta, Sivia benar-benar senang,
karena Sivia tau, hari-hari setelah ini akan tercipta lebih banyak
keramaian di rumah ini.
"Kakak, nanti pulang sekolah Kak Alvin
mau ke sini loh, katanya Kak Alvin kangen sama kakak" kata Sivia sebelum
berangkat menuju sekolahnya.
"Hah ? Alvin ? Kangen sama gue ?"
Tanya Shilla heran. Sivia mengangguk. Shilla tersenyum senang. Ada rasa
bahagia yang memuncak di hatinya, saat mengetahui Alvin ingat dan bahkan
-menurut adiknya- rindu padanya. Sungguh di luar dugaannya. Alvin masih
mengingat Shilla pun itu sudah sangat membuat Shilla bahagia.
"Hei kak, ngelamun aja, gue pamit ya, udah mau telat" kata Sivia membuyarkan lamunan Shilla tentang..... Alvin.
*****
Di
tempat lain, seorang pria tampan sedang mengendarai motor sport
keluaran terbarunya, membelah kemacetan di pagi hari. Pria ini terlihat
sangat keren dengan jaket hitamnya dan memakai helm full face.
Rio.
Mencoba mengingat-ingat di mana rumah sang gadis yang telah merebut
hatinya. Beberapa kali Rio harus berhenti untuk sekedar mengingat-ingat
jalan yang kemarin di tunjukkan sang gadis manis. Sambil sesekali
merutuk di dalam hatinya Rio tetap sabar mengingat-ingat alamat rumah
gadis manis itu.
'Alyssa kenapa harus pindah sih ? Rumahnya yang
dulu kan juga bagus, bahkan lebih besar dari rumahnya sekarang, kalo dia
gak pindah, pasti gue udah nyampe di rumahnya dari tadi' Rio merutuk di
dalam hatinya.
Setelah beberapa saat mengingat-ingat, akhirnya
Rio berhenti di sebuah rumah bercat biru muda. Sebuah rumah yang
terlihat sejuk karena di sekitarnya di tanam berbagai tanaman. Rio
tersenyum puas, sambil duduk di di atas motornya lalu membuka helmnya.
Rio menunggu seorang gadis manis keluar dari rumahnya.
Beberapa
saat kemudian, keluarlah seorang gadis dan seorang lelaki muda tampan
yang tak kalah tampan dari Rio, sambil bercanda, mereka berdua keluar
dari rumah itu. Rio agak kaget melihat lelaki itu. Kemudian sang gadis
dan lelaki itu melihat ke arah Rio. Sedikit kaget melihat Rio sudah
berada di depan rumahnya dengan gayanya, dan motor sportnya, gadis itu
nampak menaikan alisnya tapi kemudian tersenyum lebar.
"Rio,
ngapain di sini ?" Tanya gadis itu sambil berjalan menhampiri Rio,
mempercepat langkahnya, sehingga pria di sampinya tertinggal beberapa
langkah di belakangnya.
"Jemput lo"jawab Rio dengan gaya
cool-nya. Gadis itu tertegun melihat penampilan Rio yang terlihat sangat
-ehm- keren dan tampan.
"Tumben amat ?" Tanya gadis itu heran.
"Gak
boleh ? Ayo deh, sa, telat nih" kata Rio lagi. Ify mengerutkan
keningnya, sambil mengerling ke arah Gabriel yang telah berdiri di
sampingnya. Rio menepuk jidatnya lalu tertawa.
"Gak keliatan lo yel haha" kata Rio sambil tertawa. Gabriel hanya mendengus. Ify ikut tertawa melihat ekspresi wajah Gabriel.
"Iya
deh, tau gue, yang lagi falling in love, dunia milik berdua deh, gue
yang di sebelah lo aja sampe gak keliatan" kata Gabriel sambil
menyenggol pundak Ify. Ify hanya cengengesan.
"Gue pergi duluan
deh, Fy, gue tunggu di sekolah, jagain Ify yo, jangan sampe lecet, kalo
anaknya gak bisa diem cium aja" kata Gabriel ngasal. Ify menginjak kaki
Gabriel kencang-kencang.
"AWWW, apaan sih lo, main injek kaki
orang aja ?" Gabriel meringis kesakitan, mukanya terlihat kesal sekali.
Ify hanya cengengesan, mukanya yang tampak tak berdosa membuat Iyel
semakin kesal dengan Ify.
"Duluan deh gue yo, kalo Ify
macem-macem buang aja deh di jalan" kata Gabriel lagi, dan di hadiahi
pelototan dari Ify. Lalu Gabriel pergi mengeluarkan motornya dari garasi
rumah Ify, dan melesat pergi.
"Naik sa ?" Kata Rio setelah
Gabriel dan motornya tak terlihat lagi. Ify mengalihkan pandangannya
pada Rio, menatap wajah tampan itu yang kini di hiasi senyum terbaiknya.
Ify tertegun menatap Rio. Baru Ify sadari kali ini, Rio. Memang. Benar.
Benar. Tampan.
"Alyssa" Rio mengibas-ngibaskan tangannya di
depan wajah Ify, mencoba mengembalikin jiwa gadis ini sepenuhnya yang
beberapa saat yang lalu hilang entah kemana. Ify terkesiap, memandang
wajah yang kini tampaknya lebih dekat dengannya di bandingkan tadi.
"Eh,
iya ayo berangkat" kata Ify, lalu naik ke motor Rio. Rio menstater
motornya, tapi sebelum berangkat, tangan kiri Rio menarik tangan Ify dan
melingkarkannya ke pinggang Rio. Ify lagi-lagi terkesiap melihat
perlakuan Rio yang membuatnya terbang. Tapi Ify tampak menikmatinya.
Menikmati setiap desiran hangat yang menjalar di tubuhnya setiap kali
dirinya berada di dekat Rio.
****
Sementara itu seorang pria
sedang mengendarai motornya dengan sedikit kesal. Entah kenapa ia kesal,
yang jelas insiden di rumah sahabatnya agaknya sedikit membuatnya
kesal.
"Pacaran deh lo berdua sono, gue di lupain, sengsara
banget hidup gue gak ada yang sayang, hiks"kata Gabriel lebay sepanjang
jalan. Akhirnya karena sibuk merutuki nasibnya, Gabriel kurang
memperhatikan jalan.
CIIIIIITTT!!!
AAAAAA!!
Gabriel
hampir saja menabrak seorang gadis. Untung saja Gabriel tepat waktu
mengerem motornya. Kalau tidak, celakalah ia. Gadis itu kini masih
berjongkok sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya serta
memejamkan matanya tepat di depan motor Gabriel. Gabriel sontak turun
dari motornya lalu menghampiri gadis itu dengan wajah panik.
"Aduh,
sorry sorry, gue gak sengaha beneran, sorry bangeet. Lo gak apa-apa kan
? Ada yang sakit gak ?" Tanya Gabriel bertubi-tubi, wajahnya kelihatan
panik.
Gadis yang hampir di tabrak Gabriel itu perlahan membuka
matanya, melihat sosok yang tadi hampir saja menabraknya. Gabriel
terpaku melihat gadis di depannya. Gabriel mengakui gadis ini sangat
cantik meskipun sekarang wajahnya terlihat agak pucat. Tapi itu sama
sekali tak mengurangi kecantikannya.
"Gue gak apa-apa kok, cuma sedikit shock aja" jawab gadis itu. Gabriel masih terpaku menatap wajah cantik milik gadis ini.
"Heeey"
gadis itu mengguncang-guncangkan tubuh Gabriel. Gabriel terkesiap, ia
tidak sadar sedari tadi matanya hanya terpaku menatapi wajah milik gadis
ini.
"Eh kenapa ?" Tanya Gabriel gelagapan. Merasa omongannya tadi tak di tanggapi, sang gadis berdecak kesal.
"Hehe,
maaf, gue tadi gak denger lo ngomong apa, gak ada yang sakit kan ?"
Tanya Gabriel sekali lagi. Kini sang gadis hanya menggeleng. Takut-takut
jika ia menjawab pertanyaan Gabriel dengan suaranya, Gabriel akan
bersikap seperti tadi.
"Rumah lo dimana ? Gue anter deh" tawar Gabriel. Gadis itu melihat seragam yang di kenakan Gabriel.
'Ini kaan....'
"Lo anak IGS ?" Tanya gadis itu, tak menjawab pertanyaan Iel sebelumnya.
"Iya, kenapa ?" Tanya Gabriel. Gadis itu menggeleng.
"Gapapa
kok, lo mau nganterin gue yakin ?" Tanya gadis itu. Gabriel mengangguk
mantap. 'Kapan lagi nganterin cewek cantik' batin Iel.
"Gak takut
telat ? Setau gue IGS itu disiplin banget, telat satu menit pasti udah
di suruh pulang, sekarang udah jam 06.48 perjalanan ke sekolah lo dari
sini aja bisa 10 menit, belum kalo macet" jelas gadis itu. Gabriel
melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Lalu menepok
jidatnya.
"Dari mana lo tau IGS disiplin banget ?" Tanya Gabriel.
"Adik
gue sekolah di sana, udah gih sana, ntar telat lagi" kata gadis itu
lagi. Gabriel mengangguk. Lalu membantu gadis itu -yang sedari tadi
masih jongkok di depan motornya- berdiri.
"Gue pergi ya, sori
banget sekali lagi, gak sengaja hehe" kata Gabriel. Gadis itu mengangguk
sambil tersenyum. lalu Gabriel bergegas menaiki motornya, dan memacunya
dengan cepat.
Sesampainya di depan pintu gerbang sekolahnya, Gabriel melirik jam tangannya. Jam 06.59.
'Gue
belum telat' batin Iel lalu bergegas masuk ke sekolahnya. Sesampainya
di kelas bel berbunyi. Gabriel menarik nafas lega. Gabriel berjalan
santai menuju tempat duduknya.
Di sana ada Ify dan Rio yang
sedang duduk berdua, entah membicarakan apa. Gabriel mendengus, lalu
akhirnya memilih tak menghiraukan Ify yang sekarang duduk di tempatnya.
Gabriel berjalan dan duduk di sebelah Sivia -tempat Ify-. Sivia melirik
sekilas, ia pikir Ify yang duduk di sebelahnya. Saat mengetahui Gabriel
lah yang ada di sebelahnya, Sivia melongo, lalu sedetik kemudian
merasakan jantungnya berdebar-debar.
Gabriel menatap Sivia yang
kini sedang menatapnya. Gabriel menaikkan alisnya seakan berkata 'kenapa
Vi ? Lo liatin gue kaya udah mau nelen gue'.
"Kenapa Vi ? Gue ganteng ya ? Emang sih" tanya Gabriel PD. Sivia melengos
"Elo
ngapain duduk di sini ?" Tanya Sivia setengah berbisik karena bu Winda
sudah datang. Belum sempat Gabriel menjawab tiba-tiba Rio dan Ify
berbalik menatap Sivia.
"Via, gimana dong ini, Gabriel belum
dateng juga ?" Kata Ify cemas. Rio juga ikut cemas melihat wajah panik
Ify. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa objek pembicaraan mereka
sudah duduk manis di samping Sivia.
"Lo pura-pura gak liat atau
emang buta ?" Tanya Sivia. Rio dan Ify mengerutkan keningnya. Sivia
melirik ke arah Gabriel. Rio dan Ify mengikuti arah pandangan Sivia, dan
TADAAA Gabriel sedang duduk manis sambil menyunggingkan sebuah senyuman
kepada Ify dan Rio. Sementara Ify dan Rio melongo melihat Iel sudah
duku manis.
"Sejak kapan lo di situ yel ? Kapan lo masuk ? Kok gue gak liat ?" Tanya Rio heran.
"Elonya aja dari tadi sibuk pacaran sama nona manis ini" jawab Iel sambil menunjuk Ify dengan dagunya.
"Gue takut lo kenapa-napa Iel, tadi kan lo berangkat duluan, tapi begitu gue sampe di sekolah, lo belum dateng" jelas Ify.
"Yaudah, yang penting gue sekarang udah ada di sekolah kan" kata Iel.
"GABRIEL,
IFY, RIO, SIVIA!!! Apa-apaan kalian ini ? Kalian sudah tak ingin
belajar ? Mengobrol di jam pelajaran saya!! Mau jadi apa kalian ini ?
Kalian saya beri hukuman!! Kalian berempat tidak boleh istirahat selama
seminggu! Dan tetap di bangku kalian selama istirahat! Satu lagi
Rio-Ify, kalian berdua harus membuat penelitian tentang anak-anak di
rumah kanker! Kalian tahu kan ? Sedangkan Sivia-Gabriel, kalian harus
buiat karya ilmiah tentang lingkungan!" Kata bu Winda panjang lebar.
Gabriel,
Rio, Ify, dan Sivia menelan ludah. Mereka harus menerima kenyataan
bahwa selama satu minggu ini, mereka tidak bisa kemana-mana. Dan mereka
baru menyadari, bahwa posisi duduk mereka sangat tidak menguntungkan.
Rio-Ify dan Gabriel-Sivia.
"Mengerti tidak kalian ?!" Tanya bu
Winda dengan tegas. Rio, Ify, Iel, Sivia hanya menganggukan kepala
mereka lemas. Bu Winda tersenyum puas, lalu kembali kembali mengajar.
******
Bel
istirahat berbunyi, bel yang merupakan isyarat bahwa penderitaan semua
murid berakhir. Tapi tidak untu Rio, Ify, Sivia, dan Gabriel.
"Elo sih yel, kemana lo tadi ? Kalo lo langsung ke sekolah kan kita gak bakalan di hukum" gerutu Rio.
"Hehe,
tadi ada insiden kecil" kata Gabriel. Gabriel tersenyum mengingat
kejadian tadi pagi. Rio, Ify, dan Sivia heran melihat Gabriel yang
senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba Handphone Sivia bergetar.
From: Kak Alvjsin (alvin jonathan sindunata)
Vi, Dimana ? Gue cari di kantin kok lo gak ada ?
»»»»
To: kak alvjsin
Di kelas gue kak, gue di hukum, gak boleh keluar istirahat selama seminggu-_-
»»»»
From: kak alvjsin
HAH ? Serius lo ? Kasian amat.
Gue ke kelas lo deh, mau pesen apa ? Gue beliin dari kantin deh.
Sivia
tersenyum melihat sms Alvin. "Hey, lo semua mau pesen apa ? Kak Alvin
mau ngebeliin buat kita" tanya Via pada teman-temannya yang memasang
wajah suram. Begitu mendengar pertanyaan Sivia, wajah mereka bertiga
mendadak cerah.
"Gue mau roti aja ah" kata Gabriel.
"Gue Chitato dua ya Vi" kata Rio.
"Gue chitato dua permen yupi 4, sama roti satu" kata Ify santai. Ketiga temannya melotot mendengar Ify.
"Buset,
lo gak di kasih makan fy ?" Sindir Sivia kesal, sementara yang di
sindir malah cengengesan. Tapi akhirnya Sivia menyanggupi permintaan
teman-temannya.
To: kak alvjsin
Roti 3, chitato 4, yupi 4, sama air mineralnya satu ya kak
Tengsooo ^^
Tak berapa lama kemudian terlihat Alvin masuk ke kelas X-2 dengan berbagai makanan di tangannya.
"Nih
pesenan lo pada, gila repot banget gue" kata Alvin sambil menurunkan
makanannya di meja. Rio-Ify-Sivia-Iel langsung menyerbu makanan yang di
belikan Alvin.
"Makasih banyak ya kavin" kata Ify. Alvin mengangguk.
"Thanks ya kak Alviin" kata Sivia. Alvin mengangguk lagi.
"Makasih banyak bro" kata Rio dan Gabriel. Alvin lagi-lagi mengangguk.
"Sekarang
ceritain deh, kenapa lo ber-4 bisa di hukum kaya gini ?" Tanya Alvin.
Akhirnya Rio, Ify, Gabriel, dan Sivia menceritakan kejadian tadi pagi
serta hukuman yang harus mereka terima.
"Gila tuh bu Winda, kejam amat" kata Alvin. "Eh, Vi, pulang sekolah jadi kan ?" Tanya Alvin lagi.
"Ciyee, kak Alvin sama Via mau kemana tuh ?" Goda Ify.
"Apa
sih lo, kak Alvin kan cuma mau main ke rumah gue, mau nemuin kakak gue
yang baru balik dari Jogja" jawab Sivia. "Oh iya kak, kata mama, kak
Shilla nanti juga mau sekolah di IGS loh kak" kata Sivia mengalihkan
pandangannya pada Alvin.
"Oh ya ? Wah asik dong, semoga dia sekelas sama gue deh" kata Alvin.
"Cieee kak Alvin naksir kak Shilla, gue bilangin aah" kata Sivia sambil tersenyum jahil. Muka Alvin langsung memerah.
"Muka lo merah tuh kak hahaha" kata Rio sambil tertawa.
"Hahaha, gue dukung lo sama kak Shilla kok, tenang aja" kata Sivia mengacungkan ibu jarinya.
"Apaan sih lo vi" kata Alvin salting.
*****
Sepulang sekolah....
"Via" sapa Alvin yang sudah ada di kelas Sivia.
"Berangkat
sekarang kak ? Ayo deh" Sivia menyandang tasnya, lalu berjalan ke luar
kelasnya. "Semuanya gue duluan ya" kata sivia sambil melambaikan
tangannya ke arah teman-temannya.
"Sa, eh fy, pulang bareng gue yuk" ajak Rio pada Ify.
"Gausah
deh yo, ntar gue di bawa ke rumah orang lagi kaya kemaren hehe, gue
pulang sama Gabriel aja, lagian Gabriel beberapa hari ini tinggal di
rumah gue" Rio terhenyak. Sindiran Ify tadi benar-benar mengena di
hatinya.
'Lo emang lupa atau gimana sih sa ?' Batin Rio.
"Yuk
yel, dah Rio, gue duluan yaa" pamit Ify. Gabriel menepuk pundak Rio
yang masih terdiam. Lalu berjalan keluar kelasnya bersama Ify.
*****
Di rumah Sivia....
"Ayo kak Alvin masuk" kata Sivia menarik tangan Alvin.
"Gue gak jadi deh vi" kata Alvin terlihat ragu.
"Loh kenapa kak ? Katanya lo mau ketemu kak Shilla, ayo ah masuk" kata Sivia lagi. Tapi, Alvin tetap diam.
"Sivia,
udah pulang ? Eh, Alvin ya ? Kok gak masuk ?" Tanya Shilla yang
tiba-tiba keluar dari rumah. Alvin terpaku menatap Shilla.
'Shilla
yang gue kenal dulu belum secantik sekarang, Shilla yang gue kenal dulu
kan gak sefeminin ini' batin Alvin, takjub melihat Shilla sekarang.
"Kak
Alvin ayo masuk, kak Shilla gak akan kabur kok kak, bener deh" kata
Sivia setengah menggoda. Wajah Alvin dan Shilla kini merah padam.
"Eh ehm, iya Vin, hehe, masuk yuk, udah lama gak ngobrol" ajak Shilla. Kali ini Alvin mengangguk. Sivia menggerutu.
"Giliran kak Shilla yang ngajak aja, langsung" gerutu Sivia. Alvin hanya nyengir, lalu mengikuti Shilla masuk ke rumahnya.
Di ruang tamu....
Sivia duduk di dekat Shilla setelah mengganti seragamnya dengan baju santainya.
"Hahaha, iya ya Shill, dulu itu masih kecil banget" kata Alvin di sela-sela tawanya saat sedang membicarakan masa lalunya.
"Woy, lo pada, gue di anggurin gini" gerutu Sivia.
"Haha, sori deh Via" kata Shilla. "Eh tapi dulu ya kita waktu masih kecil culun banget haha" kata Shilla lagi.
"Iya
banget, si Sivia masih kecil, lo juga belum secantik sekarang" ceplos
Alvin tak sadar. Sivia tersenyum penuh arti mendengar perkataan Alvin.
'Hah
? Gue gak salah ? Alvin, bilang gue cantik ? Mimpi gak sih gue ?' Batin
Shilla kaget. Pipinya merah, salting di bilang cantik oleh Alvin.
Sementara Alvin masih tak sadar akan apa yang di katakannya.
"Kak
Alvin, kakak gue mukanya merah banget tuh lo bilang cantik hahaha"
Sivia tertawa jahil. Alvin akhirnya sadar apa yang di ucapkannya pada
Shilla barusan.
"Eh, sori Shill, gue keceplosan" kata Alvin sambil menggaruk tengkuknya.
"Biasanya kalo keceplosan dari hati looh" goda Sivia lagi.
"Iih lo tuh ya, nyeletuk aja" kata Shilla gemas sambil mencubit pipi chubby milik Sivia, sampai Sivia meringis kesakitan.
"Ih, yang salting, main cubit aja haha" kata Sivia terus menggoda kakak-kakaknya ini. Wajah Alvin dan Shilla semakin memerah.
"Haha,
udah ah, gue ke kamar dulu ya, mau ngerjain tugas tambahan daru bu
Winda, dari pada tambah di amuk gu" kata Sivia lalu beranjak menuju
kamarnya.
*****
"Ifyyyy" kata Gabriel tiba-tiba memasuki kamar Ify. Ify yang baru saja memejamkan matanya terpaksa membuka kembali matanya.
"Apaan ? Gue ngantuk keluar sono" kata Ify malas-malasan. Gabriel duduk di samping tempat tidur Ify.
"Ify, gue curhat dong fy" kata Gabriel.
"Curhat apaan ?" Tanya Ify masih malas-malasan.
"Gue suka sama cewe kayanya" kata Gabriel. Ify langsung bangun dari posisi tidurnya. Matanya terbelalak.
"Lo
suka sama cewe ? Siapa siapa ? Akhirnyaa sobat gue naksir cewe juga,
gue kirain lo gak normal" kata Ify. Gabriel otomatis menoyor kepala Ify.
"Lo pikir gue homo ? Gue serius nih fy" kata Gabriel kesal. Karena Ify tidak menanggapi curhatannya serius.
"Haha iya iya sori, siapa sih yel ? Namanya namanya ?" Tanya Ify.
"Nah itu dia gue gak tahu, namanya siapa" jawab Iel polos.
"Ngek,
lo gak tau namanya ? Gimana bisa kenal ?" Tanya Ify kesal. Gabriel
akhirnya menjelaskan pertemuannya dengan gadis cantik berambut panjang
yang ditemuinya tadi pagi.
"Nah gitu, fy. Gue kayanya love at the
first sight deh sama dia" kata Iel sambil menerawang. Ify tertawa
mendengar penjelasan Gabriel. Merasa di tertawakan Gabriel kesal.
"Kenapa
sih lo ketawa ? Ada yang lucu apa ?" Tanya Gabriel kesal. Melihat
sahabatnya kesal karena dia, Ify mengehentikan tawanya, walaupun masih
tersenyum geli.
"Haha, maaf yel, gue gak nyangkaaja cowo kayak lo percaya sama love at the first sight" kata Ify. Gabriel cemberut.
"Gue
juga tadinya gak percaya, masa secepet itu gue bisa langsung suka sama
orang. Tapi, dari tadi gue gak bisa berhenti mikirin dia. Pas bu Winda
marahin kita, harusnya gue ngerasa sebel banget kan, tapi entah kenapa
gue malah senyum-senyum, apalagi kalo inget wajahnya" jelas Gabriel. Ify
manggut-manggut.
"Lo beneran jatuh cinta kayanya yel, love at the first sight ni yee" goda Ify lagi.
"Lo
kaya yang engga fy, lo kan juga dulu gitu fy sama Rio, cuma bedanya lo
lebih beruntung bisa tahu nama dia" balas Gabriel. Ify cengengesan
mendengar perkataan Iel tentang dirinya.
"Iya iya hehe, gue do'ain deh, lo bisa ketemu lagi sama gadis lo itu" kata Ify. Gabriel mengamini.
"Amiin,
makasih ifyy, lo emang my best friend bangeeet" kata Iel memeluk Ify.
"Gue doain lo cepet jadi sama Rio" kata Iyel lagi. Ify memukul bahu Iel
pelan. Meski dalam hati Ify mengamini juga.
"Udah ya fy, gue mau
ke kamar lagi, hehe mau mimpiin cewe tadi hehe" Gabriel ngeloyor pergi
dari kamar Ify. Ify geleng-geleng kepala.
"Dasar iel jelangkung,
datang tak di undang pulang tak di antar" kata Ify. Tiba-tiba HP di atas
meja Ify bergetar. Ify buru-buru mengambil HPnya.
From: +6287822******
Hai Alyssa ^^
Ify
mengerutkan keningnya. 'Rio ?' Batin Ify. Karena satu-satunya orang
yang masih betah memanggilnya 'alyssa' selain gurunya hanyalah Rio.
To: Mariostev
Mario ?
»»»»»
From: Mariostev
How can you know this is me alyssa ? :-)
»»»»
To: Mariostev
You the only one who call me Alyssa, don't you remember it ? Haha
»»»»
From: Mariostev
BINGO!! Haha lo merhatiin gue banget ya fy, sampe lo tau gue satu-satunya orang yang manggil lo Alyssa
»»»»
To: Mariostev
PD banget lo yo, haha
»»»»
From: Mariostev
Haha harus dong
Eh fy, besok jalan mau gak ? Gue mau bawa lo ke suatu tempat
'Hah?
Rio ngajakin gue jalan ? Gue harus gimana nih ?' Tanya Ify dalam hati.
Sebenarnya Ify sangat senang mendengar ajakan Rio, tapi, Ify harus tetap
(sok) jaim di depan Rio.
Drrrtt...drrtt...ddrrttt...
Mariostev is calling....
"HAH
RIO NELPON GUE??!!" Teriak Ify refleks. Teriakan Ify mengakibatkan
Gabriel yang berada di sebelah kamar Ify otomatis datang ke kamar Ify.
"Kenapa
fy ? Kenapa ?" Tanya Iel khawatir melihat Ify histeris sambil menatap
layar Handphone-nya. Gabriel melirik sedikit ke arah HP Ify.
"Ooh, Rio nelpon lo, angkat dong" Gabriel mengambil HP Ify, lalu menekan tombol hijau. Mata Ify melotot.
"GABRIEL LO...." Ify tak meneruskan kalimatnya dan langsung menyambar HPnya.
"Ha..halo
yo... Hah ? Eh hehe gapapa kok, gue tadi abis dari kamar mandi.. Besok ?
Kemana.....ehmm.. Oke deh...oh oke gapapa, bye" kata Ify lalu menutup
telponnya.
"Ciyee mau jalan ya besok sama Rio ?" Tebak Iel. Skak mat. Muka Ify memerah.
"Udah gapapa kali, lo pergi aja, siapa tahu besok lo jadian sama Rio haha" kata Gabriel merangkul pundak Ify.
"Udah ya, gue balik ke kamar, gue kira lo kenapa" Gabriel balik lagi ke kamarnya.
"Ya
ampun, mimpi apa gue, besok jalan sama pujaan hati gue" Ify
senyum-senyum sendiri membayangkan esok hari. Hingga akhirnya Ify
tertidur.
»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»
No comments:
Post a Comment