Part 11: Rio keceplosan!
Sudah 3 hari mereka berada di Puncak, mereka menghabiskan waktu mereka dengan bersenang-senang sampai puas, tanpa Ify. Karena Ify sakit, jadinya nggak boleh ikut acara. Tapi, Sivia sahabat sehidup sematinya (??) setia menemani Ify saat kesepian, termasuk Agni, Alvin, Gabriel, dan Cakka. Sebenarnya Rio termasuk, tapi mungkin gara-gara Rio jaim, gak mau orang-orang tahu dia suka sama Ify, jadinya kadang-kadang dia keluar kamar.
Hari ini, Ify sudah baikan, akhirnya Ify boleh mengikuti kegiatan, yaitu menjelajahi alam yang berada tak jauh dari Villa. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 4 orang, yaitu 2 cewek dan 2 cowok. Gabriel mengumumkan anggota-anggota masing kelompok yang ia rundingkan dengan pembina OSIS, guru-guru lain, serta pengurus kelas XII.
"Kelompok 1...."
"Kelompok 2...."
"Kelompok 3...."
"Kelompok 4, Alvin, Sivia, Rio dan...Ify." kata Gabriel singkat.
"WHAAAAT!!!??" Teriak Rio yang mengejutkan semua peserta.
"Ada masalah, Yo??" Tanya Gabriel.
"Yaiyalah, masalah! Masalah idup mati guee!!" Seru Rio. Riopun menghampiri Gabriel dan berbisik di telinganya.
"Yel, gue gak bisa pindah kelompok??" Tanya Rio. Gabriel menggeleng.
"Gue bayar deeeh.." Gabriel menggeleng lagi.
"Yel, pliiisss, ntar kalo gue mati dijalan gara-gara Ify gimana?? Kan nanti lo kehilangan sahabat lo yang paling ganteng dan menawan ini, Yel.." kata Rio cemberut.
"Kalo emang lo mati dijalan, berarti udah takdir, Yo. Udah ah balik ke kelompok lo!!" Suruh Gabriel. Rio
berjalan dengan lemas.
'Sebenernya siih, gue agak seneng juga sekelompok ama Ify, tapi kan ntar kalo pada tau gue suka sama dia, diketawain satu sekolah,' pikir Rio. (masih aje jaim, Yo -,-).
"Ehh, Kak Rioo heheee..kita sekelompok lagi, Kak. Emang kita gak bisa di pisahin, Kak, hehee.." kata Ify cengengesan. Rio yang begitu melihat Ify langsung menjauh, dan Ify pun cemberut.
"Yaaa..Tuhaaan, kenapa saya bisa suka sama makhluk gagal seperti ini, Tuhaaan.." Gumam Rio sambil mengacak-acak mukanya, eh rambutnya -,-.
"Kenapa lo, Yo?" Tanya Alvin sambil menepuk bahu Rio.
"Gak papa, Vin. Vin.." Panggil Rio.
"Hm?"
"Kalo misalnya gue mati dijalan gimana?"
"Maksud lo?"
"Kalo misalnya gue mati gara-gara Ify di tengah perjalanan, lo mau bantuin nguburin gue gak?" Tanya Rio.
"Kan ada tukang gali kubur, Yo. Ngapain gue ikut-ikutan nguburin elo, kurang kerjaan banget, masa tukang gali kubur ganteng kayak gue?" Tanya Alvin narsis. Rio menoyor kepala Alvin.
"Kok gue bisa ya suka sama produk gagal kayak Ify??" Tanya Rio.
"Karma berlaku, Yo." Kata Alvin.
"Iiih, serem banget omongan lo, Vin." Kata Rio bergidik ngeri.
Sementara itu Sivia dan Ify...
"Fy, beneran lo udah sehat??" Tanya Sivia.
"Udah, Vi. Gue udah sehat lahir batin," kata Ify optimis.
"Ntar kalo misalnya lo pingsan?"
"Ntar lo minta Kak Rio ajaaa, biar Kak Rio yang ngangkatin guee,hehee.."
"Yeuuuh, itu mah lo yang mau, Fy." Kata Sivia. Ify hanya nyengir-nyengir gak jelas.
Rio dan Alvin pun menghampiri mereka berdua.
"Ify, Via, ayo siap-siap." Ajak Alvin. Rio yang melirik kearah Ify, melihat Ify sedang melambai-lambaikan tangannya pada Rio. Ingin sekali Rio jedotin kepalanya ke pohon duren.
"Sekarang giliran kelompok 4, Alvin bawa tuh anak-anak buah lo," suruh Gabriel.
Rio, Alvin, Ify dan Sivia memulai perjalanannya. Alvin sebagai ketua kelompok, dia yang memegang kertas petunjuknya.
"Jalan ke utara temukan petunjuk yang ditempel di sebuah pohon besar," kata Alvin.
"Utara kemana?" Tanya Sivia.
"KESANA!!!" Teriak Rio dan Ify bersamaan dengan arah tangan yang berbeda, Rio kekiri, Ify kekanan. Alvin dan Sivia hanya mengangkat alis.
"KESANAAA!!!" Teriak mereka lagi, dengan arah yang masih berbeda, Rio kekanan, Ify kekiri. Gak ada ketemu-ketemunya.
"O,iya gue lupa, gue kan bawa kompas." kata Sivia sambil mengeluarkan kompas dari saku jaketnya.
"Kalo gitu ngapain lo tanya, Vi??" tanya Rio sambil melengos. Sivia hanya nyengir,
"Oooh, utara kesana," kata Alvin sambil menunjuk kearah depan mereka. Mereka pun mengikuti Alvin yang berjalan di depan. Mereka sampai di depan pohon besar yang ditempelkan sebuah petunjuk.
"Jalan ke kanan, lewati kebun teh, temui seorang petani yang membawa petunjuk jalan." kata Alvin.
"Yaelah, ribet amat dah," kata Rio.
"Yang penting kita bisa bareng, Kak!" kata Ify.
"Weiissh, jauh-jauh lo dari guee!!" Kata Rio sambil menghindar dari Ify.
"Fy, baek-baek lo, jangan kayak orang sedeng gitu dong!" Seru Sivia sambil memakan snacknya.
"Lo bawa dari Villa?" Tanya Alvin. Sivia mengangguk.
"Abis, pasti kan kalo jelajah kayak gini bakal ngebosenin, jadinya gue bawa snack dari Villa, lagian gue juga laper, hehee.." kata Sivia sambil mengunyah snacknya sampai muncrat-muncrat.
"Vi, biasa aja ngunyahnya dong! Muncrat kemana-mana tauu!!" Seru Ify sambil membersihkan mukanya.
"Sori, Fy!!" Seru Sivia. Kunyahan Sivia pun muncrat kearah Rio dan Alvin.
"Jorok banget sih lu, Vi!!" Seru Rio.
"Heheee..maaf, Kak.."
"Stop! Jangan ngomong dulu kalo kunyahan lo belom abis!!" Kata Rio.
"Ooh berarti selama ini, yang bikin snack cepet abis di Villa tuh elo, Vi??" Tanya Alvin. Sivia hanya nyengir dan mengangguk.
"Pantesan cepet banget abisnya, maruk banget lo!" Kata Rio.
"Udah ah, ayo jalan!"
Mereka berjalan menyusuri kebun the yang luas, mereka mencari-cari petani yang membawa petunjuk. Rio, Alvin, Ify, dan Sivia bertanya kepada setiap petani yang mereka temui, tapi hasilnya nihil. Sudah setengah jam mereka bertanya ke beberapa petani yang ada disana tapi tak ada satupun yang membawa petunjuk.
"Adduuhh, gue capeek," keluh Sivia.
"Sama gue juga!" Kata Alvin sambil mengelap keringat dengan saputangannya.
"Kak Rio, gue capeek," keluh Ify.
"Ngapain lo ngomong sama gue!? Gue bukan emak lo!" Seru Rio.
Sivia membenarkan kunciran rambutnya yang mulai berantakan, tapi matanya tertuju kepada seorang petani yang berusia sekitar 50an sedang duduk di sebuah gardu kecil tempat Alvin mengobati lukanya.
"Bu Marni??" Tanya Sivia. Alvin, Ify dan Rio sontak menoleh kearah Sivia. Sivia menghampiri petani tersebut.
"Bu Marni juga jadi petani??" Tanya Sivia.
"Iya, Neng Via, soalnya gorengannya udah abis terjual, Neng." kata Bu Marni.
"Ibu, punya petunjuk dari OSIS?" Tanya Sivia. Bu Marni pun mengeluarkan sebuah amplop dari kantongnya. Ia memberikannya pada Sivia.
"Makasih, ya Bu!" Kata Sivia. Sivia membawa amplopnya ke Ify, Rio dan Alvin. Alvin membuka amplopnya.
"Sebelum memulai perjalanan, kalian harus menemukan sebuah keranjang yang berada di sekitar kebun teh, itu adalah petunjuk jalan yang sebenarnya." kata Alvin yang membacakan petunjuk tersebut.
"Ajegilee!! Kebon teh kan luas gini! Gimana cari keranjangnya??" Keluh Rio.
"Bisanya ngeluh mulu lu, Yo!" Kata Alvin.
"Yaudah deh, sekarang berpencar aja," kata Sivia.
Mereka berpencar mencari keranjang tersebut, ada nyari di bawah tanaman teh, nyari di sela-sela pohon, dan ditempat yang lain.
Alvin..
"Aduuh, dimana siih keranjangnya?" Keluh Alvin yang masih mencari-cari
letak keranjang tersebut. Alvin mencrai di sela-sela teh tersebut.
Tiba-tiba Alvin merasa bahwa Alvin diliatin dari tadi. Dan memang benar daritadi Alvin diliatin oleh sekumpulan gadis-gadis desa yang sedang bergosip sambil melirik-lirik Alvin yang sedang mencari keranjang. Alvin pun bisa mendengar suara mereka.
"Eleuh-eleuh meni kasep pisan, nya.."
"Kayak artis korea tuh!"
"Cocok teu sama abdi??"
Alvin bergidik ngeri melihat mereka.
'Tenang, Vin. Mereka gak bakal ngapa-ngapain lo.' pikir Alvin. Alvin tetap mencari keranjang tersebut, tapi tiba-tiba bahunya dicolek. Alvin terkejut dan mendapati 3 orang cewek di depannya sedang tersenyum. Muka Alvin pun pucat, mereka mulai mendekat.
"Namina teh saha?" Tanya cewek 1.
"Eleuh-eleuh, kasep pisaaann..!" Seru cewek 2 gemes.
"Boleh di cubit teu pipina??" Tanya cewek 3.
'Buseet! Cewek desa lebih ganas daripada cewek kota! Bisa mati gue disini! Ih, baru liat apa cowok ganteng, pas ngeliat gue pada mupeng gitu!' Batin Alvin sambil berusaha menjauh dari 3 cewek itu.
"Aduuuh, kok malah jauh pisan sih dari kita, sinii doong!" Kata Cewek 1.
Saking takutnya Alvin langsung kabur, dari mereka. Tapi 3 cewek nekat itu mencoba mengejarnya.
Ify...
"Diatas pohon gak ada, di bawah pohon gak ada, di belakang pohon gak ada, di depan pohon gak ada, di samping pohon gak ada," Ify masih mencari-cari keranjang tersebut di tempat yang sama, di pohon yang sama (ya, mana ketemuu!!).
"Ya, ampuuun dimana siih!?" Keluh Ify.
Pandangan Ify tertuju pada seorang Ibu-ibu dengan penampilan yang sangat berantakan, rambut acak-acakan, melihat kearah Ify sambil tersenyum tapi senyuman yang cukup mencurigakan.
"Waduh, perasaan gue gak enak nih, ah gue jalan aja ketempat yang laen." Ify berjalan menyusuri jalan setapak disamping kebun teh.
Sesekali Ify menoleh kebelakang, Ibu-ibu itu terus mengikuti Ify. Muka Ify semakin pucat. Ify memepercepat langkahnya, dan Ibu itu juga mempercepat langkahnya.
"Huaaaa, gue mulai paniik!" Gumam Ify.
Ify mulai berlari, tapi Ibu itu juga berlari, dan tiba-tiba Ibu itu teriak.
"Sitiii!! Ulah kabur ti Emaaak!!" Teriak Ibu itu. (ada yang tau artinyaa? =p)
"Huaaaa!!! Saya bukaaan Sitiii!!" Teriak Ify. Ternyata yang ngikutin Ify adalah orang gila. Sabar ya, Fy.
"Maneh teh Sitiiii!!! Maneh teh pasti poho ka Emak!!" Teriak Ibu gila itu.
"Huaaaaahh!!! Saya bukan Sitiii!! Saya Ify!! Alyssa Saufika Umariii!!! Kak Riooooo!!!" Teriak Ify sambil memanggil nama Rio.
Ify pun masih berjuang untuk lepas dari orang gila yang kurang waras itu.
Rio...
Rio mencari di sekitar kebun teh bawah, sama seperti yang lain Rio juga masih belum menemukan keranjang tersebut.
"Emang ya, bener-bener anak-anak kelas XII, naronya dimana sih!? Jangan-jangan kagak ditaro dikebon, malah dibawa sama mereka." Gerutu Rio.
Rio mencari di sekeliling kebun tapi tak di temukan, Rio mulai putus asa dan ia memilih untuk duduk di bangku yang tak jauh dari kebun teh, Rio mengambil sebotol air mineral dari tasnya dan meminumnya, kemudian pandangannya mengarah pada sebuah keranjang kecil di bawah pohon. Rio celingak-celinguk, tak ada orang sama sekali. Riopun menghampiri keranjang tersebut dan membawanya kebangku.
"Wah, banyak daon tehnya, apa gue cari di bawah keranjangnya?" Rio pun mengacak-acak isi keranjang tersebut, sehingga daun teh yang ada di dalam keranjang berjatuhan. Tiba-tiba ada yang berteriak.
"Keranjang daun tehnya ilaaang!!" Teriak seorang petani.
"Yang bener??"
"Iyaaa!!"
Rio yang mendengarnya pun menelan ludah, pandangannya pun tertuju pada keranjang yang ia pegang.
"Jangan-jangan.."
"Eta!!! Eta keranjangnna!!!" teriak salah seorang petani. Semua mata tertuju pada Rio. Rio mulai mengeluarkan keringat dingin.
"Ayaaaa maliiingg!!!"
"Eh, tunggu! Saya bukan maliingg!!" Rio pun di kerubungi oleh para petani, banyak yang menggebukinnya (malang nian nasibmu!).
"Euh, rasaiin biar nyaho maneh teh!!" Seru Ibu-ibu sambil memukulnya dengan topi capingnya.
"Aduuuh, saya bukan maling!!!" Teriak Rio.
"Mana ada maling teh ngakuu!!" Teriak Bapak-bapak.
"Yang bener aja, orang ganteng kayak gini dibilang maliing!!" Rio pun terbebas dari para petani yang kurang waras itu, dan memilih untuk kabur, dari mereka.
Sivia..
Sivia masih mencari-cari keranjang keramat tersebut, Sivia mulai kelelahan, ia duduk di bawah pohon, dan mengibas-ngibaskan tangannya.
"Kak Via??" Seseorang memanggilnya.
"Osa??" Sivia beranjak dari duduknya.
"Kak Via ngapain disini?" Tanya Osa.
"Hehee..Kak Via lagi nyari keranjang yang ada petunjuknya, daritadi gak ketemu," keluh Sivia.
"Maksud Kak Via ini?" Osa menunjukkan sebuah keranjang yang baru saja ia temukan dan keranjang itu berisi amplop-amplop bertanda OSIS. Sivia terbelalak.
"Ya, ampuun, ternyata sama kamu, Sa! Kamu ketemu di mana?"
"Osa ketemu di sana tuh, dikira Osa ini gak ada yang punya, jadi Osa ambil aja," jawab Osa singkat.
"Jangan Osa ambil yaa, keranjang ini penting banget, ayo kita taro di tempat semula," ajak Sivia. Osa mengangguk. Sivia menggandeng tangan Osa.
"Osa makasih yaaa! Udah bantuin Kak Via," Sivia mengacak-acak rambut Osa. Osapun tersenyum.
"Sama-sama Kakak Cantik! Osa balik dulu ya, Kak!" Pamit Osa. Sivia melambai-lambaikan tangannya pada Osa.
Kemudian Ify, Alvin, dan Rio pun datang sambil berlari. Sivia terheran-heran melihat mereka bertiga yang seperti dikejar setan.
"Lo bertiga kenapa?" Tanya Sivia.
"Gila! Gue dikejar cewek-cewek yang rada gila!" Kata Alvin.
"KaVin, masih mending elo! Gue dikejar orang gila beneraan!!" Seru Ify.
"Gue di kejar satu kampuung!!" Kata Rio.
"Ahahahaaa..kasian banget sih lo bertiga, nih gue udah dapet petunjuknya!" Kata Sivia sambil menunjukkan sebuah amplop.
"Hah, bacain, Vi!" Suruh Alvin. Sivia membuka amplopnya.
"Pergilah menuju jembatang, dan sebrangi jembatannya, di ujung jembatan kalian dapat menemukan petunjuk baru!" kata Sivia.
"Cabut, udah mau sore nih!" Ajak Rio. Mereka pun pergi menuju jembatan.
***
Akhirnya mereka sampai di sebuah jembatan kecil yang terbuat dari bambu dan tidak ada pegangannya. Dibawah jembatan itu adalah sungai beraliran kencang. Ify yang melihatnya pun gemeteran. Sivia, Alvin, dan Rio pun sudah berada di jembatan tersebut.
"Ify! Ayo!!" Seru Sivia.
"Ify! Cepetan!" Seru Alvin. Ify menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo kenapa??" Tanya Sivia.
"Gue takut, Vi!!" Seru Ify.
Riopun melengos melihat Ify yang sangat ketakutan, akhirnya ia balik kearah Ify dan menggenggam tangan Ify. Jantung Ify pun berdegup kencang, Rio tak pernah menggenggam tangan Ify, dideketin aja ogah. Muka Ify pun memerah. Rio tak berkata apa-apa selama di jembatan. Karena digenggam Rio, rasa takut Ify pun hilang, genggaman tangan Rio memberikan Ify kekuatan untuk menghilangkan rasa takutnya. Kemudian sampailah mereka di ujung jembatan tersebut.
"Nah, ni dia petunjuknya!" kata Alvin sambil membuka amplopnya.
Tiba-tiba Sivia mencolek-colek lengan Alvin. Alvin dan Sivia melihat kearah Rio dan Ify. Mereka menahan tawa.
"Kenapa lo pada ngeliatin gue?" Tanya Rio.
"Woelah, Yo..nyantai.." kata Alvin.
"Kak Rio, udah kali megangin tangan Ify, Ify juga gak bakal kabur kok,hehee.." celetuk Sivia.
Rio dan Ify terbelalak, mereka melihat tangannya, dan kemudian mereka melepas tangan mereka. Muka Rio dan Ify pun memerah.
"Jalanlah menuju hutan, disana akan ada arah petunjuk yang akan membawa kalian ke Villa, jangan sampai nyasar," kata Alvin.
"Akhirnya ke Villa juga.." ujar Sivia lega.
Mereka mulai memasuki kawasan hutan, hutannya dipenuhi pohon-pohon besar dan tanaman merambat.
"Aduuuh, rambut gue nyangkut!" Rambut Sivia tersangkut di dahan pohon.
Alvin pun membantu Sivia melepaskan rambutnya. Muka Sivia memerah, karena baru kali ini Alvin berada di dekatnya.
"Udah, Vi.." kata Alvin.
"Euhm...makasih ya Kak.." kata Sivia menunduk malu. Alvin pun salting.
"Yuk, jalan lagi," kata Alvin.
Sementara itu Rio dan Ify yang berada jauh di belakang Sivia dan Alvin..
"Huah!!Huah!! Ada yang narik gue! Kak Riooo!!" Seru Ify panik. Rio menoleh kebelakang dan kemudian menghela napas melihat tingkah laku Ify.
"Ify, itu cuma dahan pohon! Jaket lo kesangkut!" Kata Rio sambil melepas sangkutan dahan pohon dari jaket Ify.
"Hehheeee.." Ify nyengir. Ify pun berjalan di belakang Rio. Tiba-tiba..
BRUKKK!!!
Otomatis begitu mendengar suara itu, Rio langsung menoleh kebelakang. Ify terjatuh, Rio pun berlari kearah Ify.
"Fy, lo gak papa kan?" Tanya Rio khawatir.
"Kaki gue terkilir, Kak..sakit.." ujar Ify lirih. Rio membuka sepatu Ify dan melihat pergelangan kaki Ify yang terkilir. Ify pun menangis.
"Jangan nangis napah!? Lo udah gede, Fy!!" Seru Rio.
"Maaf ya, Kak. Gara-gara gue, lo jadi repot terus, maaf.." gumam Ify sambil sesenggukan. Rio hanya menghela napas. Rio yang tak tega melihat Ify menangis, mulai menghapus air mata Ify yang jatuh di pipinya.
"Udah, Fy jangan nangis, gue..gue..gak mau liat lo nangis.." Kata Rio sambil mengelus pipi Ify.
"Gue...gue..suka sama lo, Fy..." gumam Rio tanpa sadar. Ify pun terbelalak.
"Hah? Gue ngomong apaan??" Tanya Rio yang mulai sadarpun gelagapan.
"Lo suka sama gue, Kak??" Tanya Ify tak percaya.
Rio pun panik, tak tahu harus ngomong apa, mukanya pucat.
'Aduuuh bego lu, Yo!!! Kok bisa sih gue keceplosan!! Gue pengen harakiri disini!! Daripada nahan malu gue!!' Pikir Rio.
"Lo beneran suka sama gue??"
"Maksudnya sukaa..sebagai..temen..ya! Sebagai temen!" Jawab Rio. Ify pun menghela napas dan memasang wajah kecewa.
"Gue kira lo udah kecantol ama gue, Kak.." kata Ify.
"Hha? Kecantol?? Gak bakalan, Fy!!" Seru Rio.
"Liat aja nanti, lo bakal klepek-klepek sama gue!"Kata Ify.
"Gue bilang gak bakal!" kata Rio.
"Bisa jalan gak lo?" Tanya Rio. Ify menggeleng.
Rio jongkok membelakangi Ify. Ify pun tersenyum, Ify memegang pundak Rio dan Rio pun menggendongnya.
"Kak Rio.." Panggil Ify.
"Hm?"
"Lo suka kan sama guee?"
"Suka sebagai temen!!" Sanggah Rio.
"Aaaah, bohoong!!" Kata Ify tak percaya.
"Gue turunin nih!" Ancam Rio.
"Yaaaah, jangan doong!"
"Makanya jangan ngomong yang nggak-nggak!" Keluh Rio.
Mereka pun berjalan menyusuri hutan menuju Villa karena semua orang sudah menunggu mereka berdua termasuk Sivia dan Alvin.
**
Sudah 3 hari mereka berada di Puncak, mereka menghabiskan waktu mereka dengan bersenang-senang sampai puas, tanpa Ify. Karena Ify sakit, jadinya nggak boleh ikut acara. Tapi, Sivia sahabat sehidup sematinya (??) setia menemani Ify saat kesepian, termasuk Agni, Alvin, Gabriel, dan Cakka. Sebenarnya Rio termasuk, tapi mungkin gara-gara Rio jaim, gak mau orang-orang tahu dia suka sama Ify, jadinya kadang-kadang dia keluar kamar.
Hari ini, Ify sudah baikan, akhirnya Ify boleh mengikuti kegiatan, yaitu menjelajahi alam yang berada tak jauh dari Villa. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 4 orang, yaitu 2 cewek dan 2 cowok. Gabriel mengumumkan anggota-anggota masing kelompok yang ia rundingkan dengan pembina OSIS, guru-guru lain, serta pengurus kelas XII.
"Kelompok 1...."
"Kelompok 2...."
"Kelompok 3...."
"Kelompok 4, Alvin, Sivia, Rio dan...Ify." kata Gabriel singkat.
"WHAAAAT!!!??" Teriak Rio yang mengejutkan semua peserta.
"Ada masalah, Yo??" Tanya Gabriel.
"Yaiyalah, masalah! Masalah idup mati guee!!" Seru Rio. Riopun menghampiri Gabriel dan berbisik di telinganya.
"Yel, gue gak bisa pindah kelompok??" Tanya Rio. Gabriel menggeleng.
"Gue bayar deeeh.." Gabriel menggeleng lagi.
"Yel, pliiisss, ntar kalo gue mati dijalan gara-gara Ify gimana?? Kan nanti lo kehilangan sahabat lo yang paling ganteng dan menawan ini, Yel.." kata Rio cemberut.
"Kalo emang lo mati dijalan, berarti udah takdir, Yo. Udah ah balik ke kelompok lo!!" Suruh Gabriel. Rio
berjalan dengan lemas.
'Sebenernya siih, gue agak seneng juga sekelompok ama Ify, tapi kan ntar kalo pada tau gue suka sama dia, diketawain satu sekolah,' pikir Rio. (masih aje jaim, Yo -,-).
"Ehh, Kak Rioo heheee..kita sekelompok lagi, Kak. Emang kita gak bisa di pisahin, Kak, hehee.." kata Ify cengengesan. Rio yang begitu melihat Ify langsung menjauh, dan Ify pun cemberut.
"Yaaa..Tuhaaan, kenapa saya bisa suka sama makhluk gagal seperti ini, Tuhaaan.." Gumam Rio sambil mengacak-acak mukanya, eh rambutnya -,-.
"Kenapa lo, Yo?" Tanya Alvin sambil menepuk bahu Rio.
"Gak papa, Vin. Vin.." Panggil Rio.
"Hm?"
"Kalo misalnya gue mati dijalan gimana?"
"Maksud lo?"
"Kalo misalnya gue mati gara-gara Ify di tengah perjalanan, lo mau bantuin nguburin gue gak?" Tanya Rio.
"Kan ada tukang gali kubur, Yo. Ngapain gue ikut-ikutan nguburin elo, kurang kerjaan banget, masa tukang gali kubur ganteng kayak gue?" Tanya Alvin narsis. Rio menoyor kepala Alvin.
"Kok gue bisa ya suka sama produk gagal kayak Ify??" Tanya Rio.
"Karma berlaku, Yo." Kata Alvin.
"Iiih, serem banget omongan lo, Vin." Kata Rio bergidik ngeri.
Sementara itu Sivia dan Ify...
"Fy, beneran lo udah sehat??" Tanya Sivia.
"Udah, Vi. Gue udah sehat lahir batin," kata Ify optimis.
"Ntar kalo misalnya lo pingsan?"
"Ntar lo minta Kak Rio ajaaa, biar Kak Rio yang ngangkatin guee,hehee.."
"Yeuuuh, itu mah lo yang mau, Fy." Kata Sivia. Ify hanya nyengir-nyengir gak jelas.
Rio dan Alvin pun menghampiri mereka berdua.
"Ify, Via, ayo siap-siap." Ajak Alvin. Rio yang melirik kearah Ify, melihat Ify sedang melambai-lambaikan tangannya pada Rio. Ingin sekali Rio jedotin kepalanya ke pohon duren.
"Sekarang giliran kelompok 4, Alvin bawa tuh anak-anak buah lo," suruh Gabriel.
Rio, Alvin, Ify dan Sivia memulai perjalanannya. Alvin sebagai ketua kelompok, dia yang memegang kertas petunjuknya.
"Jalan ke utara temukan petunjuk yang ditempel di sebuah pohon besar," kata Alvin.
"Utara kemana?" Tanya Sivia.
"KESANA!!!" Teriak Rio dan Ify bersamaan dengan arah tangan yang berbeda, Rio kekiri, Ify kekanan. Alvin dan Sivia hanya mengangkat alis.
"KESANAAA!!!" Teriak mereka lagi, dengan arah yang masih berbeda, Rio kekanan, Ify kekiri. Gak ada ketemu-ketemunya.
"O,iya gue lupa, gue kan bawa kompas." kata Sivia sambil mengeluarkan kompas dari saku jaketnya.
"Kalo gitu ngapain lo tanya, Vi??" tanya Rio sambil melengos. Sivia hanya nyengir,
"Oooh, utara kesana," kata Alvin sambil menunjuk kearah depan mereka. Mereka pun mengikuti Alvin yang berjalan di depan. Mereka sampai di depan pohon besar yang ditempelkan sebuah petunjuk.
"Jalan ke kanan, lewati kebun teh, temui seorang petani yang membawa petunjuk jalan." kata Alvin.
"Yaelah, ribet amat dah," kata Rio.
"Yang penting kita bisa bareng, Kak!" kata Ify.
"Weiissh, jauh-jauh lo dari guee!!" Kata Rio sambil menghindar dari Ify.
"Fy, baek-baek lo, jangan kayak orang sedeng gitu dong!" Seru Sivia sambil memakan snacknya.
"Lo bawa dari Villa?" Tanya Alvin. Sivia mengangguk.
"Abis, pasti kan kalo jelajah kayak gini bakal ngebosenin, jadinya gue bawa snack dari Villa, lagian gue juga laper, hehee.." kata Sivia sambil mengunyah snacknya sampai muncrat-muncrat.
"Vi, biasa aja ngunyahnya dong! Muncrat kemana-mana tauu!!" Seru Ify sambil membersihkan mukanya.
"Sori, Fy!!" Seru Sivia. Kunyahan Sivia pun muncrat kearah Rio dan Alvin.
"Jorok banget sih lu, Vi!!" Seru Rio.
"Heheee..maaf, Kak.."
"Stop! Jangan ngomong dulu kalo kunyahan lo belom abis!!" Kata Rio.
"Ooh berarti selama ini, yang bikin snack cepet abis di Villa tuh elo, Vi??" Tanya Alvin. Sivia hanya nyengir dan mengangguk.
"Pantesan cepet banget abisnya, maruk banget lo!" Kata Rio.
"Udah ah, ayo jalan!"
Mereka berjalan menyusuri kebun the yang luas, mereka mencari-cari petani yang membawa petunjuk. Rio, Alvin, Ify, dan Sivia bertanya kepada setiap petani yang mereka temui, tapi hasilnya nihil. Sudah setengah jam mereka bertanya ke beberapa petani yang ada disana tapi tak ada satupun yang membawa petunjuk.
"Adduuhh, gue capeek," keluh Sivia.
"Sama gue juga!" Kata Alvin sambil mengelap keringat dengan saputangannya.
"Kak Rio, gue capeek," keluh Ify.
"Ngapain lo ngomong sama gue!? Gue bukan emak lo!" Seru Rio.
Sivia membenarkan kunciran rambutnya yang mulai berantakan, tapi matanya tertuju kepada seorang petani yang berusia sekitar 50an sedang duduk di sebuah gardu kecil tempat Alvin mengobati lukanya.
"Bu Marni??" Tanya Sivia. Alvin, Ify dan Rio sontak menoleh kearah Sivia. Sivia menghampiri petani tersebut.
"Bu Marni juga jadi petani??" Tanya Sivia.
"Iya, Neng Via, soalnya gorengannya udah abis terjual, Neng." kata Bu Marni.
"Ibu, punya petunjuk dari OSIS?" Tanya Sivia. Bu Marni pun mengeluarkan sebuah amplop dari kantongnya. Ia memberikannya pada Sivia.
"Makasih, ya Bu!" Kata Sivia. Sivia membawa amplopnya ke Ify, Rio dan Alvin. Alvin membuka amplopnya.
"Sebelum memulai perjalanan, kalian harus menemukan sebuah keranjang yang berada di sekitar kebun teh, itu adalah petunjuk jalan yang sebenarnya." kata Alvin yang membacakan petunjuk tersebut.
"Ajegilee!! Kebon teh kan luas gini! Gimana cari keranjangnya??" Keluh Rio.
"Bisanya ngeluh mulu lu, Yo!" Kata Alvin.
"Yaudah deh, sekarang berpencar aja," kata Sivia.
Mereka berpencar mencari keranjang tersebut, ada nyari di bawah tanaman teh, nyari di sela-sela pohon, dan ditempat yang lain.
Alvin..
"Aduuh, dimana siih keranjangnya?" Keluh Alvin yang masih mencari-cari
letak keranjang tersebut. Alvin mencrai di sela-sela teh tersebut.
Tiba-tiba Alvin merasa bahwa Alvin diliatin dari tadi. Dan memang benar daritadi Alvin diliatin oleh sekumpulan gadis-gadis desa yang sedang bergosip sambil melirik-lirik Alvin yang sedang mencari keranjang. Alvin pun bisa mendengar suara mereka.
"Eleuh-eleuh meni kasep pisan, nya.."
"Kayak artis korea tuh!"
"Cocok teu sama abdi??"
Alvin bergidik ngeri melihat mereka.
'Tenang, Vin. Mereka gak bakal ngapa-ngapain lo.' pikir Alvin. Alvin tetap mencari keranjang tersebut, tapi tiba-tiba bahunya dicolek. Alvin terkejut dan mendapati 3 orang cewek di depannya sedang tersenyum. Muka Alvin pun pucat, mereka mulai mendekat.
"Namina teh saha?" Tanya cewek 1.
"Eleuh-eleuh, kasep pisaaann..!" Seru cewek 2 gemes.
"Boleh di cubit teu pipina??" Tanya cewek 3.
'Buseet! Cewek desa lebih ganas daripada cewek kota! Bisa mati gue disini! Ih, baru liat apa cowok ganteng, pas ngeliat gue pada mupeng gitu!' Batin Alvin sambil berusaha menjauh dari 3 cewek itu.
"Aduuuh, kok malah jauh pisan sih dari kita, sinii doong!" Kata Cewek 1.
Saking takutnya Alvin langsung kabur, dari mereka. Tapi 3 cewek nekat itu mencoba mengejarnya.
Ify...
"Diatas pohon gak ada, di bawah pohon gak ada, di belakang pohon gak ada, di depan pohon gak ada, di samping pohon gak ada," Ify masih mencari-cari keranjang tersebut di tempat yang sama, di pohon yang sama (ya, mana ketemuu!!).
"Ya, ampuuun dimana siih!?" Keluh Ify.
Pandangan Ify tertuju pada seorang Ibu-ibu dengan penampilan yang sangat berantakan, rambut acak-acakan, melihat kearah Ify sambil tersenyum tapi senyuman yang cukup mencurigakan.
"Waduh, perasaan gue gak enak nih, ah gue jalan aja ketempat yang laen." Ify berjalan menyusuri jalan setapak disamping kebun teh.
Sesekali Ify menoleh kebelakang, Ibu-ibu itu terus mengikuti Ify. Muka Ify semakin pucat. Ify memepercepat langkahnya, dan Ibu itu juga mempercepat langkahnya.
"Huaaaa, gue mulai paniik!" Gumam Ify.
Ify mulai berlari, tapi Ibu itu juga berlari, dan tiba-tiba Ibu itu teriak.
"Sitiii!! Ulah kabur ti Emaaak!!" Teriak Ibu itu. (ada yang tau artinyaa? =p)
"Huaaaa!!! Saya bukaaan Sitiii!!" Teriak Ify. Ternyata yang ngikutin Ify adalah orang gila. Sabar ya, Fy.
"Maneh teh Sitiiii!!! Maneh teh pasti poho ka Emak!!" Teriak Ibu gila itu.
"Huaaaaahh!!! Saya bukan Sitiii!! Saya Ify!! Alyssa Saufika Umariii!!! Kak Riooooo!!!" Teriak Ify sambil memanggil nama Rio.
Ify pun masih berjuang untuk lepas dari orang gila yang kurang waras itu.
Rio...
Rio mencari di sekitar kebun teh bawah, sama seperti yang lain Rio juga masih belum menemukan keranjang tersebut.
"Emang ya, bener-bener anak-anak kelas XII, naronya dimana sih!? Jangan-jangan kagak ditaro dikebon, malah dibawa sama mereka." Gerutu Rio.
Rio mencari di sekeliling kebun tapi tak di temukan, Rio mulai putus asa dan ia memilih untuk duduk di bangku yang tak jauh dari kebun teh, Rio mengambil sebotol air mineral dari tasnya dan meminumnya, kemudian pandangannya mengarah pada sebuah keranjang kecil di bawah pohon. Rio celingak-celinguk, tak ada orang sama sekali. Riopun menghampiri keranjang tersebut dan membawanya kebangku.
"Wah, banyak daon tehnya, apa gue cari di bawah keranjangnya?" Rio pun mengacak-acak isi keranjang tersebut, sehingga daun teh yang ada di dalam keranjang berjatuhan. Tiba-tiba ada yang berteriak.
"Keranjang daun tehnya ilaaang!!" Teriak seorang petani.
"Yang bener??"
"Iyaaa!!"
Rio yang mendengarnya pun menelan ludah, pandangannya pun tertuju pada keranjang yang ia pegang.
"Jangan-jangan.."
"Eta!!! Eta keranjangnna!!!" teriak salah seorang petani. Semua mata tertuju pada Rio. Rio mulai mengeluarkan keringat dingin.
"Ayaaaa maliiingg!!!"
"Eh, tunggu! Saya bukan maliingg!!" Rio pun di kerubungi oleh para petani, banyak yang menggebukinnya (malang nian nasibmu!).
"Euh, rasaiin biar nyaho maneh teh!!" Seru Ibu-ibu sambil memukulnya dengan topi capingnya.
"Aduuuh, saya bukan maling!!!" Teriak Rio.
"Mana ada maling teh ngakuu!!" Teriak Bapak-bapak.
"Yang bener aja, orang ganteng kayak gini dibilang maliing!!" Rio pun terbebas dari para petani yang kurang waras itu, dan memilih untuk kabur, dari mereka.
Sivia..
Sivia masih mencari-cari keranjang keramat tersebut, Sivia mulai kelelahan, ia duduk di bawah pohon, dan mengibas-ngibaskan tangannya.
"Kak Via??" Seseorang memanggilnya.
"Osa??" Sivia beranjak dari duduknya.
"Kak Via ngapain disini?" Tanya Osa.
"Hehee..Kak Via lagi nyari keranjang yang ada petunjuknya, daritadi gak ketemu," keluh Sivia.
"Maksud Kak Via ini?" Osa menunjukkan sebuah keranjang yang baru saja ia temukan dan keranjang itu berisi amplop-amplop bertanda OSIS. Sivia terbelalak.
"Ya, ampuun, ternyata sama kamu, Sa! Kamu ketemu di mana?"
"Osa ketemu di sana tuh, dikira Osa ini gak ada yang punya, jadi Osa ambil aja," jawab Osa singkat.
"Jangan Osa ambil yaa, keranjang ini penting banget, ayo kita taro di tempat semula," ajak Sivia. Osa mengangguk. Sivia menggandeng tangan Osa.
"Osa makasih yaaa! Udah bantuin Kak Via," Sivia mengacak-acak rambut Osa. Osapun tersenyum.
"Sama-sama Kakak Cantik! Osa balik dulu ya, Kak!" Pamit Osa. Sivia melambai-lambaikan tangannya pada Osa.
Kemudian Ify, Alvin, dan Rio pun datang sambil berlari. Sivia terheran-heran melihat mereka bertiga yang seperti dikejar setan.
"Lo bertiga kenapa?" Tanya Sivia.
"Gila! Gue dikejar cewek-cewek yang rada gila!" Kata Alvin.
"KaVin, masih mending elo! Gue dikejar orang gila beneraan!!" Seru Ify.
"Gue di kejar satu kampuung!!" Kata Rio.
"Ahahahaaa..kasian banget sih lo bertiga, nih gue udah dapet petunjuknya!" Kata Sivia sambil menunjukkan sebuah amplop.
"Hah, bacain, Vi!" Suruh Alvin. Sivia membuka amplopnya.
"Pergilah menuju jembatang, dan sebrangi jembatannya, di ujung jembatan kalian dapat menemukan petunjuk baru!" kata Sivia.
"Cabut, udah mau sore nih!" Ajak Rio. Mereka pun pergi menuju jembatan.
***
Akhirnya mereka sampai di sebuah jembatan kecil yang terbuat dari bambu dan tidak ada pegangannya. Dibawah jembatan itu adalah sungai beraliran kencang. Ify yang melihatnya pun gemeteran. Sivia, Alvin, dan Rio pun sudah berada di jembatan tersebut.
"Ify! Ayo!!" Seru Sivia.
"Ify! Cepetan!" Seru Alvin. Ify menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo kenapa??" Tanya Sivia.
"Gue takut, Vi!!" Seru Ify.
Riopun melengos melihat Ify yang sangat ketakutan, akhirnya ia balik kearah Ify dan menggenggam tangan Ify. Jantung Ify pun berdegup kencang, Rio tak pernah menggenggam tangan Ify, dideketin aja ogah. Muka Ify pun memerah. Rio tak berkata apa-apa selama di jembatan. Karena digenggam Rio, rasa takut Ify pun hilang, genggaman tangan Rio memberikan Ify kekuatan untuk menghilangkan rasa takutnya. Kemudian sampailah mereka di ujung jembatan tersebut.
"Nah, ni dia petunjuknya!" kata Alvin sambil membuka amplopnya.
Tiba-tiba Sivia mencolek-colek lengan Alvin. Alvin dan Sivia melihat kearah Rio dan Ify. Mereka menahan tawa.
"Kenapa lo pada ngeliatin gue?" Tanya Rio.
"Woelah, Yo..nyantai.." kata Alvin.
"Kak Rio, udah kali megangin tangan Ify, Ify juga gak bakal kabur kok,hehee.." celetuk Sivia.
Rio dan Ify terbelalak, mereka melihat tangannya, dan kemudian mereka melepas tangan mereka. Muka Rio dan Ify pun memerah.
"Jalanlah menuju hutan, disana akan ada arah petunjuk yang akan membawa kalian ke Villa, jangan sampai nyasar," kata Alvin.
"Akhirnya ke Villa juga.." ujar Sivia lega.
Mereka mulai memasuki kawasan hutan, hutannya dipenuhi pohon-pohon besar dan tanaman merambat.
"Aduuuh, rambut gue nyangkut!" Rambut Sivia tersangkut di dahan pohon.
Alvin pun membantu Sivia melepaskan rambutnya. Muka Sivia memerah, karena baru kali ini Alvin berada di dekatnya.
"Udah, Vi.." kata Alvin.
"Euhm...makasih ya Kak.." kata Sivia menunduk malu. Alvin pun salting.
"Yuk, jalan lagi," kata Alvin.
Sementara itu Rio dan Ify yang berada jauh di belakang Sivia dan Alvin..
"Huah!!Huah!! Ada yang narik gue! Kak Riooo!!" Seru Ify panik. Rio menoleh kebelakang dan kemudian menghela napas melihat tingkah laku Ify.
"Ify, itu cuma dahan pohon! Jaket lo kesangkut!" Kata Rio sambil melepas sangkutan dahan pohon dari jaket Ify.
"Hehheeee.." Ify nyengir. Ify pun berjalan di belakang Rio. Tiba-tiba..
BRUKKK!!!
Otomatis begitu mendengar suara itu, Rio langsung menoleh kebelakang. Ify terjatuh, Rio pun berlari kearah Ify.
"Fy, lo gak papa kan?" Tanya Rio khawatir.
"Kaki gue terkilir, Kak..sakit.." ujar Ify lirih. Rio membuka sepatu Ify dan melihat pergelangan kaki Ify yang terkilir. Ify pun menangis.
"Jangan nangis napah!? Lo udah gede, Fy!!" Seru Rio.
"Maaf ya, Kak. Gara-gara gue, lo jadi repot terus, maaf.." gumam Ify sambil sesenggukan. Rio hanya menghela napas. Rio yang tak tega melihat Ify menangis, mulai menghapus air mata Ify yang jatuh di pipinya.
"Udah, Fy jangan nangis, gue..gue..gak mau liat lo nangis.." Kata Rio sambil mengelus pipi Ify.
"Gue...gue..suka sama lo, Fy..." gumam Rio tanpa sadar. Ify pun terbelalak.
"Hah? Gue ngomong apaan??" Tanya Rio yang mulai sadarpun gelagapan.
"Lo suka sama gue, Kak??" Tanya Ify tak percaya.
Rio pun panik, tak tahu harus ngomong apa, mukanya pucat.
'Aduuuh bego lu, Yo!!! Kok bisa sih gue keceplosan!! Gue pengen harakiri disini!! Daripada nahan malu gue!!' Pikir Rio.
"Lo beneran suka sama gue??"
"Maksudnya sukaa..sebagai..temen..ya! Sebagai temen!" Jawab Rio. Ify pun menghela napas dan memasang wajah kecewa.
"Gue kira lo udah kecantol ama gue, Kak.." kata Ify.
"Hha? Kecantol?? Gak bakalan, Fy!!" Seru Rio.
"Liat aja nanti, lo bakal klepek-klepek sama gue!"Kata Ify.
"Gue bilang gak bakal!" kata Rio.
"Bisa jalan gak lo?" Tanya Rio. Ify menggeleng.
Rio jongkok membelakangi Ify. Ify pun tersenyum, Ify memegang pundak Rio dan Rio pun menggendongnya.
"Kak Rio.." Panggil Ify.
"Hm?"
"Lo suka kan sama guee?"
"Suka sebagai temen!!" Sanggah Rio.
"Aaaah, bohoong!!" Kata Ify tak percaya.
"Gue turunin nih!" Ancam Rio.
"Yaaaah, jangan doong!"
"Makanya jangan ngomong yang nggak-nggak!" Keluh Rio.
Mereka pun berjalan menyusuri hutan menuju Villa karena semua orang sudah menunggu mereka berdua termasuk Sivia dan Alvin.
**
No comments:
Post a Comment