Sepulang sekolah, setelah ganti seragam, Ify menyempatkan diri datang ke
tempat dimana orangtuanya menjual gorengan untuk menafkahi hidup
mereka. Sudah lama ia tidak kesana. Tempatnya tidak terlalu jauh,
tepatnya didepan gang rumah Ify.
“Eh, anak ibu.. Udah makan siang belom?” seru bu Romi saat melihat anak perempuannya datang.
Ify tersenyum kecil, “Udah kok, bu. Ify bantuin yah…” Bu romi, ibu dari Ify,hanya tersenyum kecil,
“Udah
ga usah, besok pagi kamu kan harus sekolah, nanti kamu kecapean lagi..”
Ify manyun, lengkap dengan ekspresi manja, “aaaahh, ibu.. Ify kan mau
bantuin.” Bu Romi tertawa kecil lantas membelai rambut anaknya, “Ya
udah, kamu tuh.. sedikit – sedikit manyun!”
Ify tersenyum lebar,
lantas menghampiri sebuah wajan besar yang sedang menggoreng bakwan,
dulu, sebelum bersekolah di SMA Harapan para Bintang, kegiatan membantu
orangtuanya berjualan merupakan kegiatan rutin Ify sehari – hari.
Ia
sudah teramat akrab dengan wajan berukuran besar yang kini berada
dihadapannya. Dengan segenap hati, Ify membalik bakwan yang sudah mulai
matang,
“Gimana sekolah kamu, fy?”Tanya bu Romi yang sedang asyik membuat adonan terigu untuk pisang goring.
“Beeh.. pada orang gedongan semua, bu. Cewek – ceweknya udah pada kayak bidadari!”Sahut Ify.
“Kalo cowoknya gimana? Ada dong yang kamu naksir..” Goda bu romi, senyumnya menyindir.
Ify senyum – senyum sendiri, “aaah, Ibu… apaan sih!”
Bu
Romi tertawa kecil, “weleh..weleh.. anak gadis jaman sekarang! Ya udah
kalo gak mau cerita sama ibu.. yo wess.” Ujar bu Romi lantas membelai
rambut panjang Ify. Dari kejauhan, ada sepasang mata lain yang sejak
tadi memperhatikan Ify, lantas mengabadikan moment ibu-anak itu dalam
kameranya.
@@@
Ify menutup bukunya, ia baru saja
menyelesaikan PR yang sejak tadi menyita waktunya. Ify menarik nafas
lega. Perlahan pikirannya melambung pada kejadian hari ini. Dimulai saat
ia datang terlambat kesekolah,bertemu si belagu rio dan insiden
kecilnya didepan pagar, menyanyikan lagu ibu kartini bersama Alvin,
sampai yang terakhir insiden tak terbayangkan di bawah guyuran hujan
bersama Rio.
Ify senyum – senyum sendiri, ada perasaan bahagia
tiada tara yang menyelimuti hatinya saat ini. Perasaan yang begitu nyata
adanya. Perasaan yang membuat Ify selalu ingin tersenyum setiap saat.
Wajah kedua cowok itu terbayang dibenak Ify, Rio dan Alvin. Entah
kenapa, Ify merasa lebih nyaman berada disamping…. Alvin.
Ya,
Alvin. Ada perasaan yang begitu menggelitik saat melihat senyum di wajah
Alvin. Perasaan yang membuat Ify selalu ingin tersenyum, perasaan yang
kini membuat Ify merasa dunianya lebih nyata.
Ya, Ify bahagia
saat berada di dekat Alvin, saat melihat cowok itu tersenyum, saat
melihat cowok itu mendentingkan nada – nada piano, saat mereka
menyanyikan lagu kartini bersama, saat mereka saling melempar senyum
kebahagiaan… Ify bahagia! Belum pernah ia merasa sebahagia ini.
Sementara
Rio? Sejujurnya, Ify masih kesal dengan sikapnya yang kasar. Ya..
walaupun kalau boleh jujur insiden dibawah guyuran hujan tadi sepulang
sekolah cukup membekas dihatinya. Tapi, sudah ada Alvin.
Ya, kini Ify yakin, Alvin lah yang sudah merebut hatinya, Alvin lah yang sudah membuatnya jatuh cinta. Ya, Alvin Jonathan.
@@@
Denting piano mengalun indah ditengah ruangan yang luas itu, menciptakan harmoni nada yang kian menyejukkan hati.
Terlihat
seorang cowok dengan senyum dibibirnya terus mendentingkan nada demi
nada yang menggambarkan isi hatinya saat ini, nada bahagia. Wajah polos
itu kembali terbayang dibenaknya, mengisi penuh seluruh angannya. Wajah
polos dari seorang gadis yang telah mengusik pandangannya selama dua
hari terakhir, dan juga menemaninya menikmati guyuran hujan tadi sore..
Keasyikannya mendentingkan nada membuatnya tak menyadari sosok tua yang kini berdiri dihadapannya,
“Maaf den Rio, mau makan malam kapan ya?” Tanya sosok tua itu.
Rio
menghentikan permainan pianonya, lantas menoleh, masih dengan senyum
dibibirnya, “Ntar aja, bi.. belom laper.” Sosok itu mengangguk lemah,
tapi tetap tidak bisa menyembunyikan kebingungan diwajahnya atas sikap
tuan mudanya itu, “maaf, kalo boleh bibi tau, den rio kenapa ya? Kok
senyum – senyum gitu?”
Rio tidak langsung menjawab, ia malah
tertawa kecil, lantas meletakkan kembali jemari – jemarinya diatas tuts –
tuts piano, kembali memainkan nada dengan segenap hati. Ia jelas
mengerti
kenapa senyum dibibirnya terus bermekaran, ada perasaan lain
dihatinya saat ini.Perasaan bahagia yang sulit diartikan dengan kata –
kata. Perasaan yang belum pernah dirasakannya setelah melihat perempuan
manapun. Perasaan yang diyakininya sebagai rasa cinta. Perasaannya
untuk… Ify.
Sosok tua tadi tidak membuka mulut lagi, ia sudah mengerti jawaban apa yang dimaksud situan muda. Ya, Rio sedang jatuh cinta
@@@
PLAKK!
Satu
tamparan shilla mendarat sukses dipipi Rio.Rio yang kaget lantas
menatap Shilla tajam, mencari penjelasan atas perbuatan cewek itu
barusan. Apa maksudnya shilla menamparnya di depan umum seperti ini? Ya,
mereka berdua memang sedang berada dikoridor sekolah,bel masuk belum
berbunyi, sudah pasti banyak anak – anak yang baru datang atau sekedar
berlalu- lalang.
Shilla mendengus kesal, matanya mulai mengeluarkan air mata, shilla menangis,
“Kamu jahat, yo..”
Alis Rio terangkat, ‘Jahat? Apa maksudnya?’batin rio bertanya-tanya.
“Baru
dua hari kita jadian, kamu udah ngelirik cewek lain. Kamu tega, yo..
kamu jahat.” Ucap shilla lirih, air matanya terus mengalir, membasahi
kedua pipinya.
Rio mendelik, “Hello.. what are you talking about?”
Shilla
membuang muka, muak, lantas kembali menatap Rio, “Aku tau kemaren
pulang sekolah kamu sama cewek lain, maen ujan – ujanan berdua..
kampungan tau gak!”
Rio mendesah kesal, ‘oh, jadi ini maksudnya?
Insiden dibawah guyuran hujan kemarin bersama Ify.’ Batin Rio. “So, mau
lo apa?”Tanya Rio, mulai naik darah.
Shilla mendelik, tangannya
menghapus air mata dipipinya, “ what? Lo masih nanya apa yang gue mau!
Ya, gue mau lo jelasin siapa cewek itu, ada hubungan apa lo sama dia?
Just Friend or your new girlfriend?” Suasana mulai Ramai, puluhan pasang
mata melihat kejadian itu dengan seksama. Tentu tidak ada yang mau
melewatkan moment – moment penting seperti ini, rio dan Shilla! Si cewek
dan cowok paling populer satu sekolah.
Shilla mendelik, kini airmanya sudah tidak keluar lagi, berganti dengan tatapan tajam untuk satu orang didepannya, Rio.
“Emang
kenapa gue gak boleh tau siapa cewek itu? Lo takut primadona lo itu gue
apa – apain? Asal lo tau aja ya, gue tipe orang yang gak akan pernah
bisa ngeliat orang yang udah nyakitin gue itu bahagia…” Jelas Shilla.
Rio mendelik, ‘Apa maksudnya? Apa mungkin Shilla sudah tahu siapa cewek itu?’ Batin Rio.
“Lo ngancem gue? Tanya Rio ganas.
“Menurut Lo?”
“Kalo sampe lo apa – apain dia, gue gak akan maafin lo..”
Shilla mencibir, “ oh, sorry ya, Mario stevano aditnya haling, yang katanya Perfect itu, Gue gak butuh maaf lo..”
“oh ya?
“Yeah, that’s allright.”
Rio
membuang pandangan, lantas kembali menatap shilla, “oh iya, gue lupa!
Yang lo butuhin itu kan Cuma duit. Lo piker gue gak tau lo mohon – mohon
buat jadi cewek gue Cuma gara – gara gue ini tajir kan? Dasar cewek
murahan!”
PLAKK!
Satu tamparan lagi mendarat dipipi Rio.
Semua yang berada di tempat kejadian hanya bisa saling pandang, tidak
mengerti. Dan disinilah, terbuka sudah kartu shilla, si cewek paling
populer satu sekolah, ternyata sampe mohon – mohon agar diterima oleh
Rio! God..
Telinga Shilla panas, ia muak, benar - benar muak, “Lo
gak perlu hina gue kayak gitu!!” Rio menatap shilla dengan tatapan
mengejek, untuk sementara dia lah yang menang karena sudah sukses
membuka kartu mati Shilla, “Kenapa? Lo mau tamper
gue lagi? Tampar aja.. toh sekarang udah kebuka kan kartu lo..”
Shilla gerah, sekarang malah ia yang dipojokkan, “terserah deh lo mau ngomong apa, yang jelas gue minta putus..”
“Ya udah..” Sahut rio mantap.
@@@
“Ya udah..” Sahut rio mantap.
Shilla
tertegun, dia sama sekali gak nyangka Rio akan semudah itu menyetujui
permintaan putusnya. Padahal, shilla tidak benar – benar ingin putus
dari rio, itu hanya sebuah gertakan yang memang sudah shilla rencanakan,
tapi sekarang…. Semudah itu rio setuju??
“Lo jahat..” Ucap Shilla lirih.
“Lho? Tadi lo sendiri kan yang minta putus.. terus gue bilang, ya udah, gak masalah tuh buat gue..”
“Tapi
apa harus semudah itu? Lo keterlaluan..”shilla nangis lagi. Rio
mendengus, “terus lo maunya gimana? Apa harus gue mohon – mohon kayak…
Aduuh, Shilla sayang, My Honey, My baby, kita jangan putus ya, aku masih
sayang sama kamu..” Ucap Rio meledek dengan mempraktekan gaya ala cowok
manja yang mohon – mohon pada ceweknya dengan sejuta rayuan gombal.
Semua
yang ada ditempat kejadian tertawa melihat ulah Rio yang menirukan gaya
cowok manja yang ekstra gombal, ya.. meskipun gaya Rio barusan lebih
mirip dengan seorang banci yang sedang merayu om- om.
Shilla muak,
PLAKK!
Satu tamparan lagi mendarat dipipi rio, tamparan ke tiga. Rio benar – benar keterlaluan.
“Oke, kalo itu emang mau lo, kita putus..” Ucap Shilla menyerah.
Dan…… entah dimulai dari mana, tiba – tiba saja semua yang sejak tadi hanya berstatus sebagai pononton bertepuk tangan..
Bayangkan!
Ditengah kondisi seperti ini mereka malah bertepuk tangan ria. Terutama
kaum hawa-nya, mereka semangat banget tepuk tangan sambil
nyebut – nyebut nama Rio, idola mereka yang kini resmi berstatus single. Wow!
Sebuah
kabar yang sangat perlu dan memang harus disebarluaskan. Sementara itu,
shilla melongo! Dia sama sekali gak nyangka respon yang datang akan
seperti itu dan seheboh itu. ‘hah? Apa maksudnya tepok tangan kayak
gitu?’Batin Shilla.
Sementara Rio…. Bah! Dia mah gak usah
ditanya, ikut tepuk tangan pastinya…. ( hehehe, termasuk saya! Yeyeyey,
akhirnya Rio single juga! Lho? Ayo yang seneng juga Rio single silahkan
angkat tangan yang paling tinggi!) Shilla muak, dia udah bener – bener
marah. Disini, satupun gak ada yang membelanya. Shilla pun melempar
tatapan sinis pada semua yang berada diTKP, lantas bergegas pergi, tapi
belum sempat ia melangkah,
“tunggu, shill..” panggil rio.
Tiba
– tiba saja Shilla merasakan jantungnya berdegup kencang, Apa mungkin
masih ada sedikit harapan? Apa mungkin Rio akan meralat keputusannya?
Dengan segenap hati shilla menoleh,
“Kenapa?”
“mm.. Siapa yang udak kasih tau kalo kemaren gue maem ujan – ujanan?” tanya Rio datar.
JEDEEERR! Shilla merasakan jantungnya berhenti, patah sudah harapannya.. Cuma dia yang terlalu GR!
“Itu gak penting buat lo..” jawab shilla lantas berlalu dari manusia – manusia laknat itu.
@@@
Sivia
keluar dari kerumunan itu, ya, ia menjadi salah satu pendengar setia
proses berakhirnya hubungan Rio dan shilla. Ada perasaan bahagia
terselip dihatinya..
“Sivia..” panggil seseorang.
Sivia kaget saat pundaknya ditepuk dari belakang, ia pun menoleh, “Aah, Ify! Ngagetin aja..”
Ify nyengir kuda, “kemana lo kemaren? Sakit” Sivia menggeleng, “Gak. Gue nemenin nyokap ke amrik. Tante gue married..”
“Jauh amat kawin doing pake ke amrik?
“Yee.. kan nikahnya sama orang sono!”
“Ooh..” Ify manggut – manggut.
“Eh, lo kenapa baru dateng sih? TadI tuh ada kejadian seru..” Ujar sivia.
“hah? Apaan?”
“Rio sama Shilla putus..”
Ify kaget, kaget banget, kok bisa? “Hah? Rio-shilla putus?” Sivia mengangguk mantap,
“Lho? Kok putus? Perasaan baru kemaren mereka pamer – pamer kemesraan..”
“Pamer kemesraan gimana?”
“Iya, jalan berdua gitu, pake gandengan tangan…. Lah? Kok sekarang malah putus?” Sivia mengangguk – anggukan kepalanya,
“Iya
ya, kenapa malah putus?” ujar sivia seraya memasang tampang seolah
sedang berfikir keras. Dia memang tidak mendengar jelas sebab putusnya
Rio-shilla, pasalnya ia berdiri di bagian belakang.
Tiba – tiba Ify buku mulut, “Oh, gue tau..”
“Apa?”
“Peletnya shilla udah kadaluarsa, kalii..” celetuk Ify, sok tau.
Sivia ngakak, ia lantas mendorong pundak Ify pelan, “Dasar sarap..”
@@@
“Woii,
temen – temen, katanya hari ini pak duta gak dateng.. so, jam
pertama-kedua kita bebas.”jelas Angel, lantas berlari meninggalkan
kelas, entah dia mau kemana.
Sorak sorai bergembira langsung
terdengar dari berbagai penjuru kelas. Rata – rata dari mereka berteriak
saking senangnya pak Duta, guru matematika yang tingkat sadisnya satu
tingkat dibawah BuUccie, gak masuk! Yeah, tentu sebuah Rezeki yang patut
disyukuri. Jahat sih, guru gak dateng malah seneng. Dan tak terkecuali
dengan Ify dan sivia. Senyum bahagia bermekaran diwajah keduanya,
“Fy, ke perpus aja yuk..” ajak sivia. Ify mencibir, “Wuiiih.. anak rajin maennya ke perpus..”
Sivia terkekeh, lantas bangkit dari kursinya, “Udah ah, ayo..”
@@@
Shilla menunggu cemas, ia sedang menunggu seseorang yang akan membantunya membalaskan dendamnya.
“Shill…” panggil seseorang. Shilla menoleh cepat, “Eh, gimana? Lo izinnya mau kemana?”
“Tenang aja, kelas gue lagi gak ada guru..” Shilla menganggukan kepalanya, “Ok, aman. Terus gimana sama rencana kita?”
“Lo
tenang aja, gue udah dapet bukti – bukti yang kuat..” Shilla melihat
sekeliling, memastikan tidak ada telinga lain yang mendengar percakapan
mereka, “Oke, lo simpen dulu semua bukti itu..”
“siip. Terus kapan kita mulai jalanin rencana?”
“besok..” sahut Shiilla.
“Kenapa
gak sekarang aja, sih?” Shilla mendelik, “Jangan, lagian lo belom cetak
fotonya kan? Pokoknya lo cetak yang banyak, buat seheboh mungkin, besok
baru kita sebar…”
“Siip.”
“Oke, besok pagi kita ketemu lagi disini..”
“ya..”
Shilla menghela nafas pelan, “Oke, thanks ya, gel..”
Angel menganggukan kepalanya, “It’s ok, gue juga sebel sama anak baru itu..”
@@@
“Via,
gue keluar bentar ya..” uajr Ify. Sivia yang sejak tadi asyik membaca
bukunya, mengangkat kepalanya, lantas menoleh, “mau kemana?”
“Kemana, kek..” sahut Ify.
“Yaa.. kok pergi?” Ify mencibir, “Ya, lagian, dari tadi lo ngacangin gue.. baca buku mulu!” Sivia terkekeh,
“sorry..sorry..
bukunya seru banget, Fy!” Ify memperhatikan buku yang dibaca sivia,
melihat bagian covernya, Cuma ada gambar manusia purba lagi menggenggam
kampak. Ify melengos, “ Ya elah, cerita tentang manusia purba gitu.. apa
serunya coba?”
“seru tau! Gue sering kok baca buku kayak gini..”
“Ooh, pantesan muka lo makin lama makin kayak manusia purba..”
Sivia kembali terkekeh, lantas kembali asyik dengan buku sejarahnya.
Ify
mendelik, “Ye.. nih bocah! Tuh kan gue malah dikacangin lagi. Udah ah,
gue keluar ya, via..” Ujar Ify lantas bangkit dari kursinya, lantas
beranjak pergi.
Sivia menganggukan kepalanya, walaupun tidak memperhatikan Ify lagi.
@@@
Alvin
memejamkan matanya, menikmati alunan nada yag diciptakan jemarinya
sendiri. Seperti biasa ia sedang berada di ruang musik, tempat
favoritnya. Dan Alvin pun terkesiap saat matanya ditutup dari belakang
oleh tangan seseorang,
“Hayo… tebak siapa!”
Alvin tertawa kecil, “ify kan?”
Ify lantas melepaskan tangannya, tertawa kecil, lantas duduk disamping Alvin, dikursi piano,
“Yaah.. kok ketebak sih? Padahal gue kan masuknya udah diem- diem..” Alvin kembali tertawa, tapi tidak menjawab apa – apa.
“Eh, kok lo gak masuk kelas?” tanya Ify.
“Gak ada gurunya..”
“Sakit?”
“May be..”
Ify manggut – manggut,
“Lo sendiri?” tanya Alvin.
“Sama,
gurunya gak ada..” Ify tersenyum kecil, lantas kembali membuka mulut,
“Vin, kita kok kalo ketemu waktu lo lagi maen piano mulu ya?” Alvin
kembali tersenyum, menatap gadis itu,
“Waktu itu pernah,kan..”
“Hah? Kapan?”
“Si ember merah..”
@@@
“si ember merah..”
Ify tertegun mendengar jawaban Alvin barusan, kenapa pula Alvin harus selalu mengingatkannya pada kejadin itu?
“Masih inget kan?” Tanya Alvin, membuyarkan lamunan Ify.
“mm..” Ify hanya bergumam.
Suasana hening, tapi tiba – tiba Alvin membuka mulut, “Lo suka ya sama Rio?”
Jedeer, Ify kaget mendengar pertanyaan Alvin, “Gak, apaan sih! Gak mungkin lah gue suka sama dia..”
“Kenapa gak mungkin?”
Ify
gelagapan, “Ya, dia kan orangnya belagu, sombong, kasar, sok kecakepan,
sok pinter, sok punya segalanya, sok keren, sok cool, sok perfet, sok…”
Ify
kaget setengah mati saat tiba – tiba Alvin meletakkan kepalanya diatas
pundak Ify. Ify pun menghentikan kalimatnya seketika. Ify shock, tapi
tidak melakukan apa – apa,
“sok apa lagi? Terusin dong..” tanya Alvin.
Ify menelan ludah, ia dapat merasakan jantungnya berdegup kencang, seperti ada perasaan yang tengah meluap di dalam hatinya,
“Boleh kan gue pinjem pundak lo?” Ify kembali menelan ludah, “Boleh..” jawabnya.
“Nanti pulang bareng gue ya, Fy..” Ify kaget, alvin mengajaknya pulang bareng?
“ya..”
Jawab ify singkat. Alvin tak membuka mulut lagi, ia memejamkan matanya,
bukan untuk tidur, tapi untuk merasakan kehangatan pundak Ify. Ify yang
sudah membuatnya jatuh cinta..
BUKKK!
Tapi tiba – tiba terdengan suara benturan, disusul dengan suara rintihan Ify..
@@@
Rio
melangkah ringan menyusuri lorong lantai dua dengan bola basket
ditangannya, sesekali ia men-drible bola basketnya itu. Sedang tidak ada
guru di kelasnya, ia pun memutuskan untuk keluar kelas dan mengikuti kemana kakinya melangkah.
Dan disinilah, langkah Rio berhenti, didepan ruang musik, Pintu yang terbuka membuat Rio akhirnya memutuskan untuk masuk..
Tapi
kemudian matanya menangkap satu kenyataan pahit didepannya.Ada Ify dan…
Alvin. Keduanya sedang duduk didepan sebuah grand piano.
Rio
dapat merasakan hatinya berontak saat melihat Alvin yang terlihat sangat
nyaman meletakkan kepalanya dipundak Ify. Tapi sayang, rio tidak bisa
mendengar apa yang mereka bicarakan.
Ifydan alvin berada ditenagh
ruangan, sementara Rio berada di bibir pintu. Rio mengepalkan sebelah
tangannya yang tidak memegang bola basket, ia kesal, dan harus diakui,
kalau…kalau dia… cemburu!
Rio yang panas lantas melempar bola
basket ditangannya kearahAlvin. Maksud hati mau melempar bola itu ke
punggung Alvin, tapi takdir berkata lain, bola basket itu meleset dan
mendarat keras dipunggung Ify..
@@@
BUKK!
Tiba –
tiba terdengar suara benturan, disusul dengan rintihan Ify. Alvin yang
kaget, lantas buru – buru menoleh, ia mendapati Ify yang sedang merintih
kesakitan. Ada boal basket yang kini teronggok dilantai, dan satu
kesimpulan yang didapat Alvin, Ify
terkena lemparan bola basket dari
seseorang, tapi siapa?
Buru – buru Alvin menoleh kebelakang, dan matanya menangkap sosok itu, sosok yang sudah teramat dikenalnya, Rio.
Alvin lantas bangkit dari kursinya dan menghampiri Rio, “Maksud lo apa?”
“Maksud apaan?” sahut rio.
“Jangan sok bego deh lo, maksud lo apaan ngelempar bola kayak gitu?”
Rio
membuang muka, “Ooh, ya lagian, ngapain lo mesra – mesraan disini?
Ganggu pemandangan tau gak!” Alvin melengos, “Ya, terserah gue dong!!
Itu Urusan gue kali..”
“ya, emang sih, itu urusan lo. Tapi gue
gak nyangka aja lo mau - maunya mesra – mesaraan sama cewek munafik
kayak Ify!” Jelas Rio.
Alvin panas, ia muak dengan kata – kata
Rio. Ify, seenaknya saja Rio menghina gadis pujaannya itu! Secepat kilat
Alvin melayangkan satu tinju diwajah Rio, membuat Rio tersungkur
dilantai…
“Alvin!!!” Panggil Ify.
@@@
No comments:
Post a Comment