Sunday, April 22, 2012

I'm Yours part 5 -Yoshill Putus!!!- (re-post)

Sepulang sekolah, setelah ganti seragam, Ify menyempatkan diri datang ke tempat dimana orangtuanya menjual gorengan untuk menafkahi hidup mereka. Sudah lama ia tidak kesana. Tempatnya tidak terlalu jauh, tepatnya didepan gang rumah Ify.

“Eh, anak ibu.. Udah makan siang belom?” seru bu Romi saat melihat anak perempuannya datang.

Ify tersenyum kecil, “Udah kok, bu. Ify bantuin yah…” Bu romi, ibu dari Ify,hanya tersenyum kecil,

“Udah ga usah, besok pagi kamu kan harus sekolah, nanti kamu kecapean lagi..” Ify manyun, lengkap dengan ekspresi manja, “aaaahh, ibu.. Ify kan mau bantuin.” Bu Romi tertawa kecil lantas membelai rambut anaknya, “Ya udah, kamu tuh.. sedikit – sedikit manyun!”

Ify tersenyum lebar, lantas menghampiri sebuah wajan besar yang sedang menggoreng bakwan, dulu, sebelum bersekolah di SMA Harapan para Bintang, kegiatan membantu orangtuanya berjualan merupakan kegiatan rutin Ify sehari – hari.

Ia sudah teramat akrab dengan wajan berukuran besar yang kini berada dihadapannya. Dengan segenap hati, Ify membalik bakwan yang sudah mulai matang,

“Gimana sekolah kamu, fy?”Tanya bu Romi yang sedang asyik membuat adonan terigu untuk pisang goring.

“Beeh.. pada orang gedongan semua, bu. Cewek – ceweknya udah pada kayak bidadari!”Sahut Ify.

“Kalo cowoknya gimana? Ada dong yang kamu naksir..” Goda bu romi, senyumnya menyindir.

Ify senyum – senyum sendiri, “aaah, Ibu… apaan sih!”

Bu Romi tertawa kecil, “weleh..weleh.. anak gadis jaman sekarang! Ya udah kalo gak mau cerita sama ibu.. yo wess.” Ujar bu Romi lantas membelai rambut panjang Ify. Dari kejauhan, ada sepasang mata lain yang sejak tadi memperhatikan Ify, lantas mengabadikan moment ibu-anak itu dalam kameranya.

@@@

Ify menutup bukunya, ia baru saja menyelesaikan PR yang sejak tadi menyita waktunya. Ify menarik nafas lega. Perlahan pikirannya melambung pada kejadian hari ini. Dimulai saat ia datang terlambat kesekolah,bertemu si belagu rio dan insiden kecilnya didepan pagar, menyanyikan lagu ibu kartini bersama Alvin, sampai yang terakhir insiden tak terbayangkan di bawah guyuran hujan bersama Rio.

Ify senyum – senyum sendiri, ada perasaan bahagia tiada tara yang menyelimuti hatinya saat ini. Perasaan yang begitu nyata adanya. Perasaan yang membuat Ify selalu ingin tersenyum setiap saat. Wajah kedua cowok itu terbayang dibenak Ify, Rio dan Alvin. Entah kenapa, Ify merasa lebih nyaman berada disamping…. Alvin.

Ya, Alvin. Ada perasaan yang begitu menggelitik saat melihat senyum di wajah Alvin. Perasaan yang membuat Ify selalu ingin tersenyum, perasaan yang kini membuat Ify merasa dunianya lebih nyata.

Ya, Ify bahagia saat berada di dekat Alvin, saat melihat cowok itu tersenyum, saat melihat cowok itu mendentingkan nada – nada piano, saat mereka menyanyikan lagu kartini bersama, saat mereka saling melempar senyum kebahagiaan… Ify bahagia! Belum pernah ia merasa sebahagia ini.

Sementara Rio? Sejujurnya, Ify masih kesal dengan sikapnya yang kasar. Ya.. walaupun kalau boleh jujur insiden dibawah guyuran hujan tadi sepulang sekolah cukup membekas dihatinya. Tapi, sudah ada Alvin.

Ya, kini Ify yakin, Alvin lah yang sudah merebut hatinya, Alvin lah yang sudah membuatnya jatuh cinta. Ya, Alvin Jonathan.

@@@

Denting piano mengalun indah ditengah ruangan yang luas itu, menciptakan harmoni nada yang kian menyejukkan hati.

Terlihat seorang cowok dengan senyum dibibirnya terus mendentingkan nada demi nada yang menggambarkan isi hatinya saat ini, nada bahagia. Wajah polos itu kembali terbayang dibenaknya, mengisi penuh seluruh angannya. Wajah polos dari seorang gadis yang telah mengusik pandangannya selama dua hari terakhir, dan juga menemaninya menikmati guyuran hujan tadi sore..

Keasyikannya mendentingkan nada membuatnya tak menyadari sosok tua yang kini berdiri dihadapannya,

“Maaf den Rio, mau makan malam kapan ya?” Tanya sosok tua itu.

Rio menghentikan permainan pianonya, lantas menoleh, masih dengan senyum dibibirnya, “Ntar aja, bi.. belom laper.” Sosok itu mengangguk lemah, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan kebingungan diwajahnya atas sikap tuan mudanya itu, “maaf, kalo boleh bibi tau, den rio kenapa ya? Kok senyum – senyum gitu?”

Rio tidak langsung menjawab, ia malah tertawa kecil, lantas meletakkan kembali jemari – jemarinya diatas tuts – tuts piano, kembali memainkan nada dengan segenap hati. Ia jelas mengerti
kenapa senyum dibibirnya terus bermekaran, ada perasaan lain dihatinya saat ini.Perasaan bahagia yang sulit diartikan dengan kata – kata. Perasaan yang belum pernah dirasakannya setelah melihat perempuan manapun. Perasaan yang diyakininya sebagai rasa cinta. Perasaannya untuk… Ify.

Sosok tua tadi tidak membuka mulut lagi, ia sudah mengerti jawaban apa yang dimaksud situan muda. Ya, Rio sedang jatuh cinta

@@@

PLAKK!

Satu tamparan shilla mendarat sukses dipipi Rio.Rio yang kaget lantas menatap Shilla tajam, mencari penjelasan atas perbuatan cewek itu barusan. Apa maksudnya shilla menamparnya di depan umum seperti ini? Ya, mereka berdua memang sedang berada dikoridor sekolah,bel masuk belum berbunyi, sudah pasti banyak anak – anak yang baru datang atau sekedar berlalu- lalang.

Shilla mendengus kesal, matanya mulai mengeluarkan air mata, shilla menangis,

“Kamu jahat, yo..”

Alis Rio terangkat, ‘Jahat? Apa maksudnya?’batin rio bertanya-tanya.

“Baru dua hari kita jadian, kamu udah ngelirik cewek lain. Kamu tega, yo.. kamu jahat.” Ucap shilla lirih, air matanya terus mengalir, membasahi kedua pipinya.

Rio mendelik, “Hello.. what are you talking about?”

Shilla membuang muka, muak, lantas kembali menatap Rio, “Aku tau kemaren pulang sekolah kamu sama cewek lain, maen ujan – ujanan berdua.. kampungan tau gak!”

Rio mendesah kesal, ‘oh, jadi ini maksudnya? Insiden dibawah guyuran hujan kemarin bersama Ify.’ Batin Rio. “So, mau lo apa?”Tanya Rio, mulai naik darah.

Shilla mendelik, tangannya menghapus air mata dipipinya, “ what? Lo masih nanya apa yang gue mau! Ya, gue mau lo jelasin siapa cewek itu, ada hubungan apa lo sama dia? Just Friend or your new girlfriend?” Suasana mulai Ramai, puluhan pasang mata melihat kejadian itu dengan seksama. Tentu tidak ada yang mau melewatkan moment – moment penting seperti ini, rio dan Shilla! Si cewek dan cowok paling populer satu sekolah.

Shilla mendelik, kini airmanya sudah tidak keluar lagi, berganti dengan tatapan tajam untuk satu orang didepannya, Rio.

“Emang kenapa gue gak boleh tau siapa cewek itu? Lo takut primadona lo itu gue apa – apain? Asal lo tau aja ya, gue tipe orang yang gak akan pernah bisa ngeliat orang yang udah nyakitin gue itu bahagia…” Jelas Shilla.

Rio mendelik, ‘Apa maksudnya? Apa mungkin Shilla sudah tahu siapa cewek itu?’ Batin Rio.

“Lo ngancem gue? Tanya Rio ganas.

“Menurut Lo?”

“Kalo sampe lo apa – apain dia, gue gak akan maafin lo..”

Shilla mencibir, “ oh, sorry ya, Mario stevano aditnya haling, yang katanya Perfect itu, Gue gak butuh maaf lo..”

“oh ya?

“Yeah, that’s allright.”

Rio membuang pandangan, lantas kembali menatap shilla, “oh iya, gue lupa! Yang lo butuhin itu kan Cuma duit. Lo piker gue gak tau lo mohon – mohon buat jadi cewek gue Cuma gara – gara gue ini tajir kan? Dasar cewek murahan!”

PLAKK!

Satu tamparan lagi mendarat dipipi Rio. Semua yang berada di tempat kejadian hanya bisa saling pandang, tidak mengerti. Dan disinilah, terbuka sudah kartu shilla, si cewek paling populer satu sekolah, ternyata sampe mohon – mohon agar diterima oleh Rio! God..

Telinga Shilla panas, ia muak, benar - benar muak, “Lo gak perlu hina gue kayak gitu!!” Rio menatap shilla dengan tatapan mengejek, untuk sementara dia lah yang menang karena sudah sukses membuka kartu mati Shilla, “Kenapa? Lo mau tamper
gue lagi? Tampar aja.. toh sekarang udah kebuka kan kartu lo..”

Shilla gerah, sekarang malah ia yang dipojokkan, “terserah deh lo mau ngomong apa, yang jelas gue minta putus..”

“Ya udah..” Sahut rio mantap.

@@@

“Ya udah..” Sahut rio mantap.

Shilla tertegun, dia sama sekali gak nyangka Rio akan semudah itu menyetujui permintaan putusnya. Padahal, shilla tidak benar – benar ingin putus dari rio, itu hanya sebuah gertakan yang memang sudah shilla rencanakan, tapi sekarang…. Semudah itu rio setuju??

“Lo jahat..” Ucap Shilla lirih.

“Lho? Tadi lo sendiri kan yang minta putus.. terus gue bilang, ya udah, gak masalah tuh buat gue..”

“Tapi apa harus semudah itu? Lo keterlaluan..”shilla nangis lagi. Rio mendengus, “terus lo maunya gimana? Apa harus gue mohon – mohon kayak… Aduuh, Shilla sayang, My Honey, My baby, kita jangan putus ya, aku masih sayang sama kamu..” Ucap Rio meledek dengan mempraktekan gaya ala cowok manja yang mohon – mohon pada ceweknya dengan sejuta rayuan gombal.

Semua yang ada ditempat kejadian tertawa melihat ulah Rio yang menirukan gaya cowok manja yang ekstra gombal, ya.. meskipun gaya Rio barusan lebih mirip dengan seorang banci yang sedang merayu om- om.

Shilla muak,

PLAKK!

Satu tamparan lagi mendarat dipipi rio, tamparan ke tiga. Rio benar – benar keterlaluan.

“Oke, kalo itu emang mau lo, kita putus..” Ucap Shilla menyerah.

Dan…… entah dimulai dari mana, tiba – tiba saja semua yang sejak tadi hanya berstatus sebagai pononton bertepuk tangan..

Bayangkan! Ditengah kondisi seperti ini mereka malah bertepuk tangan ria. Terutama kaum hawa-nya, mereka semangat banget tepuk tangan sambil
nyebut – nyebut nama Rio, idola mereka yang kini resmi berstatus single. Wow!

Sebuah kabar yang sangat perlu dan memang harus disebarluaskan. Sementara itu, shilla melongo! Dia sama sekali gak nyangka respon yang datang akan seperti itu dan seheboh itu. ‘hah? Apa maksudnya tepok tangan kayak gitu?’Batin Shilla.

Sementara Rio…. Bah! Dia mah gak usah ditanya, ikut tepuk tangan pastinya…. ( hehehe, termasuk saya! Yeyeyey, akhirnya Rio single juga! Lho? Ayo yang seneng juga Rio single silahkan angkat tangan yang paling tinggi!) Shilla muak, dia udah bener – bener marah. Disini, satupun gak ada yang membelanya. Shilla pun melempar tatapan sinis pada semua yang berada diTKP, lantas bergegas pergi, tapi belum sempat ia melangkah,

“tunggu, shill..” panggil rio.

Tiba – tiba saja Shilla merasakan jantungnya berdegup kencang, Apa mungkin masih ada sedikit harapan? Apa mungkin Rio akan meralat keputusannya? Dengan segenap hati shilla menoleh,

“Kenapa?”

“mm.. Siapa yang udak kasih tau kalo kemaren gue maem ujan – ujanan?” tanya Rio datar.

JEDEEERR! Shilla merasakan jantungnya berhenti, patah sudah harapannya.. Cuma dia yang terlalu GR!

“Itu gak penting buat lo..” jawab shilla lantas berlalu dari manusia – manusia laknat itu.

@@@

Sivia keluar dari kerumunan itu, ya, ia menjadi salah satu pendengar setia proses berakhirnya hubungan Rio dan shilla. Ada perasaan bahagia terselip dihatinya..

“Sivia..” panggil seseorang.

Sivia kaget saat pundaknya ditepuk dari belakang, ia pun menoleh, “Aah, Ify! Ngagetin aja..”

Ify nyengir kuda, “kemana lo kemaren? Sakit” Sivia menggeleng, “Gak. Gue nemenin nyokap ke amrik. Tante gue married..”

“Jauh amat kawin doing pake ke amrik?

“Yee.. kan nikahnya sama orang sono!”
“Ooh..” Ify manggut – manggut.

“Eh, lo kenapa baru dateng sih? TadI tuh ada kejadian seru..” Ujar sivia.

“hah? Apaan?”

“Rio sama Shilla putus..”

Ify kaget, kaget banget, kok bisa? “Hah? Rio-shilla putus?” Sivia mengangguk mantap,

“Lho? Kok putus? Perasaan baru kemaren mereka pamer – pamer kemesraan..”

“Pamer kemesraan gimana?”

“Iya, jalan berdua gitu, pake gandengan tangan…. Lah? Kok sekarang malah putus?” Sivia mengangguk – anggukan kepalanya,

“Iya ya, kenapa malah putus?” ujar sivia seraya memasang tampang seolah sedang berfikir keras. Dia memang tidak mendengar jelas sebab putusnya Rio-shilla, pasalnya ia berdiri di bagian belakang.

Tiba – tiba Ify buku mulut, “Oh, gue tau..”

“Apa?”

“Peletnya shilla udah kadaluarsa, kalii..” celetuk Ify, sok tau.

Sivia ngakak, ia lantas mendorong pundak Ify pelan, “Dasar sarap..”

@@@

“Woii, temen – temen, katanya hari ini pak duta gak dateng.. so, jam pertama-kedua kita bebas.”jelas Angel, lantas berlari meninggalkan kelas, entah dia mau kemana.

Sorak sorai bergembira langsung terdengar dari berbagai penjuru kelas. Rata – rata dari mereka berteriak saking senangnya pak Duta, guru matematika yang tingkat sadisnya satu tingkat dibawah BuUccie, gak masuk! Yeah, tentu sebuah Rezeki yang patut disyukuri. Jahat sih, guru gak dateng malah seneng. Dan tak terkecuali dengan Ify dan sivia. Senyum bahagia bermekaran diwajah keduanya,

“Fy, ke perpus aja yuk..” ajak sivia. Ify mencibir, “Wuiiih.. anak rajin maennya ke perpus..”

Sivia terkekeh, lantas bangkit dari kursinya, “Udah ah, ayo..”

@@@

Shilla menunggu cemas, ia sedang menunggu seseorang yang akan membantunya membalaskan dendamnya.

“Shill…” panggil seseorang. Shilla menoleh cepat, “Eh, gimana? Lo izinnya mau kemana?”

“Tenang aja, kelas gue lagi gak ada guru..” Shilla menganggukan kepalanya, “Ok, aman. Terus gimana sama rencana kita?”

“Lo tenang aja, gue udah dapet bukti – bukti yang kuat..” Shilla melihat sekeliling, memastikan tidak ada telinga lain yang mendengar percakapan mereka, “Oke, lo simpen dulu semua bukti itu..”

“siip. Terus kapan kita mulai jalanin rencana?”

“besok..” sahut Shiilla.

“Kenapa gak sekarang aja, sih?” Shilla mendelik, “Jangan, lagian lo belom cetak fotonya kan? Pokoknya lo cetak yang banyak, buat seheboh mungkin, besok baru kita sebar…”

“Siip.”

“Oke, besok pagi kita ketemu lagi disini..”

“ya..”

Shilla menghela nafas pelan, “Oke, thanks ya, gel..”

Angel menganggukan kepalanya, “It’s ok, gue juga sebel sama anak baru itu..”

@@@

“Via, gue keluar bentar ya..” uajr Ify. Sivia yang sejak tadi asyik membaca bukunya, mengangkat kepalanya, lantas menoleh, “mau kemana?”

“Kemana, kek..” sahut Ify.

“Yaa.. kok pergi?” Ify mencibir, “Ya, lagian, dari tadi lo ngacangin gue.. baca buku mulu!” Sivia terkekeh,

“sorry..sorry.. bukunya seru banget, Fy!” Ify memperhatikan buku yang dibaca sivia, melihat bagian covernya, Cuma ada gambar manusia purba lagi menggenggam kampak. Ify melengos, “ Ya elah, cerita tentang manusia purba gitu.. apa serunya coba?”

“seru tau! Gue sering kok baca buku kayak gini..”

“Ooh, pantesan muka lo makin lama makin kayak manusia purba..”

Sivia kembali terkekeh, lantas kembali asyik dengan buku sejarahnya.

Ify mendelik, “Ye.. nih bocah! Tuh kan gue malah dikacangin lagi. Udah ah, gue keluar ya, via..” Ujar Ify lantas bangkit dari kursinya, lantas beranjak pergi.

Sivia menganggukan kepalanya, walaupun tidak memperhatikan Ify lagi.

@@@

Alvin memejamkan matanya, menikmati alunan nada yag diciptakan jemarinya sendiri. Seperti biasa ia sedang berada di ruang musik, tempat favoritnya. Dan Alvin pun terkesiap saat matanya ditutup dari belakang oleh tangan seseorang,

“Hayo… tebak siapa!”

Alvin tertawa kecil, “ify kan?”

Ify lantas melepaskan tangannya, tertawa kecil, lantas duduk disamping Alvin, dikursi piano,

“Yaah.. kok ketebak sih? Padahal gue kan masuknya udah diem- diem..” Alvin kembali tertawa, tapi tidak menjawab apa – apa.

“Eh, kok lo gak masuk kelas?” tanya Ify.

“Gak ada gurunya..”

“Sakit?”

“May be..”

Ify manggut – manggut,

“Lo sendiri?” tanya Alvin.

“Sama, gurunya gak ada..” Ify tersenyum kecil, lantas kembali membuka mulut, “Vin, kita kok kalo ketemu waktu lo lagi maen piano mulu ya?” Alvin kembali tersenyum, menatap gadis itu,

“Waktu itu pernah,kan..”

“Hah? Kapan?”

“Si ember merah..”

@@@

“si ember merah..”

Ify tertegun mendengar jawaban Alvin barusan, kenapa pula Alvin harus selalu mengingatkannya pada kejadin itu?

“Masih inget kan?” Tanya Alvin, membuyarkan lamunan Ify.

“mm..” Ify hanya bergumam.

Suasana hening, tapi tiba – tiba Alvin membuka mulut, “Lo suka ya sama Rio?”

Jedeer, Ify kaget mendengar pertanyaan Alvin, “Gak, apaan sih! Gak mungkin lah gue suka sama dia..”

“Kenapa gak mungkin?”

Ify gelagapan, “Ya, dia kan orangnya belagu, sombong, kasar, sok kecakepan, sok pinter, sok punya segalanya, sok keren, sok cool, sok perfet, sok…”

Ify kaget setengah mati saat tiba – tiba Alvin meletakkan kepalanya diatas pundak Ify. Ify pun menghentikan kalimatnya seketika. Ify shock, tapi tidak melakukan apa – apa,

“sok apa lagi? Terusin dong..” tanya Alvin.

Ify menelan ludah, ia dapat merasakan jantungnya berdegup kencang, seperti ada perasaan yang tengah meluap di dalam hatinya,

“Boleh kan gue pinjem pundak lo?” Ify kembali menelan ludah, “Boleh..” jawabnya.

“Nanti pulang bareng gue ya, Fy..” Ify kaget, alvin mengajaknya pulang bareng?

“ya..” Jawab ify singkat. Alvin tak membuka mulut lagi, ia memejamkan matanya, bukan untuk tidur, tapi untuk merasakan kehangatan pundak Ify. Ify yang sudah membuatnya jatuh cinta..

BUKKK!

Tapi tiba – tiba terdengan suara benturan, disusul dengan suara rintihan Ify..

@@@

Rio melangkah ringan menyusuri lorong lantai dua dengan bola basket ditangannya, sesekali ia men-drible bola basketnya itu. Sedang tidak ada
guru di kelasnya, ia pun memutuskan untuk keluar kelas dan mengikuti kemana kakinya melangkah.

Dan disinilah, langkah Rio berhenti, didepan ruang musik, Pintu yang terbuka membuat Rio akhirnya memutuskan untuk masuk..

Tapi kemudian matanya menangkap satu kenyataan pahit didepannya.Ada Ify dan… Alvin. Keduanya sedang duduk didepan sebuah grand piano.

Rio dapat merasakan hatinya berontak saat melihat Alvin yang terlihat sangat nyaman meletakkan kepalanya dipundak Ify. Tapi sayang, rio tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

Ifydan alvin berada ditenagh ruangan, sementara Rio berada di bibir pintu. Rio mengepalkan sebelah tangannya yang tidak memegang bola basket, ia kesal, dan harus diakui, kalau…kalau dia… cemburu!

Rio yang panas lantas melempar bola basket ditangannya kearahAlvin. Maksud hati mau melempar bola itu ke punggung Alvin, tapi takdir berkata lain, bola basket itu meleset dan mendarat keras dipunggung Ify..

@@@

BUKK!

Tiba – tiba terdengar suara benturan, disusul dengan rintihan Ify. Alvin yang kaget, lantas buru – buru menoleh, ia mendapati Ify yang sedang merintih kesakitan. Ada boal basket yang kini teronggok dilantai, dan satu kesimpulan yang didapat Alvin, Ify
terkena lemparan bola basket dari
seseorang, tapi siapa?

Buru – buru Alvin menoleh kebelakang, dan matanya menangkap sosok itu, sosok yang sudah teramat dikenalnya, Rio.

Alvin lantas bangkit dari kursinya dan menghampiri Rio, “Maksud lo apa?”

“Maksud apaan?” sahut rio.

“Jangan sok bego deh lo, maksud lo apaan ngelempar bola kayak gitu?”

Rio membuang muka, “Ooh, ya lagian, ngapain lo mesra – mesraan disini? Ganggu pemandangan tau gak!” Alvin melengos, “Ya, terserah gue dong!! Itu Urusan gue kali..”

“ya, emang sih, itu urusan lo. Tapi gue gak nyangka aja lo mau - maunya mesra – mesaraan sama cewek munafik kayak Ify!” Jelas Rio.

Alvin panas, ia muak dengan kata – kata Rio. Ify, seenaknya saja Rio menghina gadis pujaannya itu! Secepat kilat Alvin melayangkan satu tinju diwajah Rio, membuat Rio tersungkur dilantai…

“Alvin!!!” Panggil Ify.

@@@

No comments:

Post a Comment