Rio menghela nafas panjang begitu melihat sosok Alvin akhirnya datang,
“Sorry yo, tadi mobil gue ada masalah dikit..” Ucap Alvin seraya merapihkan sedikit seragamnya yang memang terlihat kusut.
Rio tersenyum kecil, “It’s ok, lah..”
“Lo
mau ngomong apaan?” Tanya Alvin lagi. Rio kembali menghela nafas,
lantas memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, “sebelumnya gue
mau nanya sama lo, apa yang lo tau tentang perasaan gue ke-Ify?”
Alvin tertegun, lantas mengangkat bahunya, “dunno, emang kayak gimana?”
“gue suka sama Ify..” Sahut Rio mantap.
“Ify buat gue! lo boleh suka sama cewek manapun, tapi jangan Ify!” Balas Alvin.
Rio tersenyum sinis, “Lho? Apa salahnya kita bersaing sehat?”
“Maksud lo?”
“Biar ify yang menentukan sendiri, gue atau lo!”
Alvin mendelik, “Tapi waktu itu lo bilang lo mau kasih gue kesempatan?’
“Ya, tapi itu dulu... salah lagi kalau gue tarik kata – kata gue sendiri? Gak kan?”
“Jelas salah!”
“What’s wrong? You like her, and I like her, too. So what?”
Alvin mendecak, “Mau lo apa sih, yo?”
“Tadi kan gue udah bilang, gue mau kita bersaing secara sehat! Simple right?” Sahut rio mantap.
“Yo..”
“Kenapa? Lo takut bersaing sama gue” Tanya rio menyalip kalimat Alvin.
“Jelas nggak!!”
“So?”
Alvin menghela nafas panjang, “Gue gak mau nyari ribut, yo..”
“Siapa yang nyari ribut?”
“Tapi lo bikin gue emosi!!”
Rio tersenyum sinis, “well, apa susahnya sih bersaing secara sehat? Lo takut?”
“Nggak! Gue Cuma..”
“ Cuma Apa?”
Alvin mendelik, buang muka, lantas kembali menatap rio tajam, “Oke, gue setuju! Kita bersaing secara sehat!”
Rio tersenyum sinis, “Oke, deal?”
“Deal..”
@@@
Alvin masih berdiri mematung, Rio sudah pergi, meninggalkan sejuta pertanyaan dibenak Alvin. Alvin menghela nafas panjang.
Alvin terkejut saat ponsel disaku celananya berbunyi, ia pun merogoh benda itu,
“Halo..”
“Hai, Alvin. Apa kabar?” Suara sinis seorang laki – laki diseberang sana membuat Alvin tertegun.
“Siapa nih?” Tanya Alvin garang.
Terdengar gelak tawa meremehkan dari laki – laki tadi, “Masa sih kamu lupa, Alvin jonathan?”
Alvin menaikkan alis, “Heh! Siapa lo?”
“Your dad..” sahut laki – laki tadi mantap.
Alvin terbelalak, matanya mendadak menyipit, apa? Siapa yang menghubunginya? Papanya? Laki – laki yang sudah… agh!
“Ngapain lo telpon gue lagi?” Tanya Alvin garang.
Laki – laki diseberang sana malah tertawa keras, masih dengan nada meremehkan,
“Oh, Alvin.. kamu kok gitu sih ngomongnya?”
Alvin mendelik, “Ngapain lo telpon gue lagi? Belom puas lo nyakitin nyokap gue?”
“sssttt, papa gak nyakitin mama-mu kok, vin.. papa Cuma..”
Alvin buang muka, “Cuma apa? Cuma ninggalin nyokap gue disaat dia lagi hamil anak lo? Iya? Cuma itu?”
Laki – laki tadi kembali tertawa, “ooh, Alvin sayang..”
“Cuih! Gak usah sebut – sebut nama gue lagi! Gue gak sudi!” Sahut Alvin cepat.
Tiba – tiba saja laki – laki diseberang sana menghentikan tawanya, “Heh! Anak ingusan, punya nyali lo ngelawan gue?”
“gue
gak pernah takut sama lo! Apalagi setelah lo nyakitin orang yang paling
gue sayang didunia ini, nyokap gue!” Sahut Alvin mantap.
“Oh, Benar begitu?”
Alvin
mengangguk mantap, “Ya! Gue janji gue bakal bales semua yang udah lo
lakuin ke nyokap gue! Gue bakal bales semuanya, gue bakal bikin lo
menderita! Gue bakal bikin lo ngerasian sakit yang pernahnyokap gue
rasain..”
“Oke, papa mau liat seberapa besar nyali kamu, vin!
Nanti malam, kamu papa undang makan malam dirumah baru papa, nanti
alamatnya papa kasih tahu! Inget, jangan ajak siapa – siapa! Papa mau
liat, seberapa berani sih kamu ngelawan papa-mu ini!”
“Lo gak usah khawatir, gue pasti dateng! Dan malam ini, semua dendam nyokap gue pasti terbayar!!”
@@@
Rio
tercekat,ia terus berusaha medengar percakapan Alvin dengan seseorang
diponselnya. Untung saja, Tadi setelah berbicara dengan Alvin, Rio tidak
langsung kekelas, melainkan bersembunyi dibalik tembok yang langusng
menghadap kehalaman belakang sekolah,
Sayup – sayup Rio mendengar
percakapan Alvin, ya tuhan? Apa benar itu pak Hendri? Papa dari Alvin
yang sudah lama menghilang?Rio terus menempelkan telinganya,
mendengarkan kata demi kata dengan nada tinggi yang terus keluar dari
mulut Alvin…
@@@
“Pagi, Fy..” Seru Sivia begitu menghampiri bangku Ify.
Ify mengangkat wajah dari buku yang tengah ditekuninya. Seulas senyum tipis muncul di wajahnya saat dia menyahut,
“Pagi via…”
“Fy, gue udah ambil keputusan..” Ujar Sivia lantas duduk disamping Ify.
“Ya Oloh, lo udah mau kawin??” Goda Ify.
Sivia geram lantas menoyor kepala Ify yang kini dihiasi dengan bando merah marun,” Eh, dodol! Siapa yang mau kawin?”
“Lah? Terus keputusan apaan?”
Sivia tersenyum kecil, “Gue jadi ikut lomba nyanyi..”
Ify membelalak, “Serius lo, via?”
Sivia mengangguk mantap.
Ify membuka mulut lagi, “Serius lo gak malu walaupun Cuma maen pianika?”
Sivia
tertegun, kemudian kembali menoyor kepala Ify, “heh! Siapa bilang gue
Cuma bisa maen pianika?” Ify menaikkan alis, memasang tampang seolah
sedang bertanya ‘terus lo bisa maen apa?’
“Gue bisa maen piano, tau!”
Ify membelalak, tapi kemudian tersenyum lebar, “Ah, yang bener vi?”
Sivia kembali mengangguk mantap,
“Weh, lo kok gak pernah cerita sama gue!” protes Ify.
“Ngapain!”
“Iya
juga sih, ngapain juga lo cerita sama gue! Eh, terus lo udah daftar
lombanya?” Sivia menggeleng, “rencananya sih ntar, pas istirahat..”
@@@
“Lo kenapa sih, yo? MUka lo kayak keset abis diinjek!” Seru Ray.
Gabriel terkekeh, Rio masih adem ayem dengan gaya cool-nya, sementara Alvin entah dimana.
“Si Shilla lagi?” Tanya Ray lagi.
Rio mendecak, “Bukan..”
“Lah? Terus?”
Rio menegakkan duduknya, “lo berdua masih inget sama bokapnya Alvin yang udah lama pergi?”
Ray menganggukan kepalanya, semenatra Gabriel hanya bergumam tanda ia masih mengingatnya,
Rio
kembali angkat bicara, “Jadi gini, tapi pagi gue gak sengaja denger
pembicaraan Alvin sama bokapnya itu, kayaknya sih ngomongin nyokapnya
gitu..”
“Terus?” Sahut Ray.
“terus tadi gue sempet denger,
tadi malem Alvin mau dateng kerumah baru bokapnya itu.. gue Cuma takut
kalo ntar bakal kejadian apa –apa! Secara Alvin benci banget kan sama
bokapnya..” Sambung Rio.
“Hah? Serius lo yo?” Tanya Ray.
Rio mengangguk mantap, “Iyek! Gue denger sendiri tadi..”
“Oke, terus kita bertiga bisa apa?” Tanya Gabriel.
Rio menghela nafas panjang, “Gue mau kita bertiga ntar malem ikutin si Alvin, kita ikutin dia sampe rumah bokapnya..”
“Terus?” Tanya Ray.
“Ya, pokoknya kita buntutin Alvin, jangan sampe dia di apa – apain sama bokap sialannya itu!” Tambah rio.
Ray
dan Gabriel menganggukan kepalanya, “oke, jadi ntar malem lo berdua
langsung kerumah gue aja, biar kita berangkatnya bereng. Oke?” Jelas
Rio.
Ray dan Gabriel kembali mengangguk,
@@@
Ify menghabiskan sisa jus stroberinya, lantas bergeming, ada sesuatu yang kini mengusik pikirannya,
“mm via, waktu itu lo bilang lo satu smp kan sama Rio?” Tanya Ify ragu.
Sivia mengangguk mantap lantas memasukkan potongan pizza terakhirnya kedalam mulut.
“gue boleh minta alamat rumahnya Rio gak?” Tanya Ify lagi.
Sivia keselek, lantas terbatuk – batuk, “Hah? Mau ngapain lo kerumah Rio?”
“Cuma mau balikin sesuatu..” sahut Ify mantap.
@@@
Malam Harinya,
Alvin
membuka pintu perlahan, lantas masuk kedalam ruangan itu, dilihatnya
sosok mama-nya yang sedang duduk tidak berdaya diatas kursi roda dengan
pandangan kosong yang mengarah keluar jendela. Perlahan Alvin berjalan
menghampiri sosok rapuh itu, lantas berlutut disamping kursi roda,
“Ma..” Sapa Alvin.
Tak
ada jawaban, serangan stroke semenjak enam bulan yang lalu, membuat
mama Alvin tidak mampu menggerakkan alat geraknya, seperti tangan dan
kaki, mulutnya pun tak dapat terbuka lagi, semua itu karena laki–laki
sialan itu! Papanya..
“Mama, ini Alvin, ma…” Panggil Alvin lagi, kali ini dengan air mata yang mulai mengalir lembut dipipinya.
“Ma, mama gimana kabarnya?” ucap Alvin lantas menggenggam tangan orang yang paling dicintainya itu.
Lagi – lagi tak ada jawaban, sosok rapuh itu terus mengarahkan pandangan keluar jendela,
“Mama
tenang aja, Alvin masih disini, Alvin gak akan kemana – mana, Alvin
disini, ma… buat mama..” Ucap Alvin lirih, air matanya terus mengalir.
“Sekarang, Alvin pergi bentar ya ma.. Eh, mama tau gak Alvin mau ketemu siapa?” Tanya Alvin lirih,
“Alvin
mau ketemu papa, ma! Alvin mau ketemu laki – laki pengecut itu! Laki –
laki yang udah nyakitin mama, laki – laki yang udah bikin mama kayak
gini.. Laki – laki yang udah bikin mama nangis….”
Alvin menyeka air matanya, lantas dengan lembut mencium tangan mamanya,
“Ma,
mama….” Panggil Alvin, tak sanggup mencari kata lain. Alvin terus
menangis, Dan Alvin pun terbelalak saat melihat air mata yang keluar
dari sudut mata mamanya, ada sebulir bening yang mengalir lembut, ya
tuhan… mama menangis..
“Ma, mama kenapa nangis? Alvin cengeng ya, ma?”
Alvin
kembali menghapus air matanya, “Ma, malam ini aku akan membalaskan
dendam mama, aku akan menghancurkan laki – laki itu, ma.. sama kayak
laki – laki itu menghancurkan hidup kita… Alvin janji, ma!” jelas Alvin
lantas mengangkat tangan untuk menghapus air mata di pipi mamanya dengan
lembut.
“Ya udah, ma.. Alvin pergi dulu, Alvin gak akan lama,
kok..” Ucap Alvin lantas melepaskan tangan mamanya dengan lembut,
kemudian berdiri,
“Mama cepet sembuh ya, ma. Alvin akan selalu sayang sama mama….” Ucap Alvin lantas kembali menyeka air mata dipipinya.
“Ma… I’ll be there beside you, Forever…” bisik Alvin.
No comments:
Post a Comment