Sunday, April 22, 2012

Memang Cuma Gue yang Bisa (sekuel Cuma Gue yang Bisa) part 6 (re-post)

Part 6: Ify Istimewa

Ify terbangun dari tidurnya, ia langsung melihat jam wekernya. Jam 8. Ify melotot.

“Jam delapaan?? Mampus gue!!” Ify langsung beranjak dari tempat tidurnya dan mandi.

Setelah mandi ia memilih baju yang cocok untuk pergi ke Kejuaraan Basket tingkat Provinsi yang diikuti oleh sekolahnya.

“Woi!! Cepetan! Gue tinggalin nih, gue mau jemput Keke sekalian!” teriak Deva dari lantai bawah.

“Iya, bentaaar!!” seru Ify.

Akhirnya pilihan terakhir tertuju pada dress berwarna hijau, rambutnya dihiasi dengan jepitan berbentuk pita warna hijau muda. Ify langsung melesat kebawah dan masuk kedalam mobil.

***

“Pagi, Kak!” sapa Keke yang baru masuk ke mobilnya Deva.

“Pagi, Ke,” balas Ify.

Ify merasa seperti obat nyamuk, karena Deva dan Keke terus-terusan mengobrol di dalam mobil, sedangkan dia hanya diam saja.

Sesampainya di arena pertandingan, mereka di sambut oleh Sivia, Shilla, Agni, Cakka, Ray, dan Acha.

“Wiih, pasangan baru dataang!” goda Cakka.

“Berisik lo, Kak!” keluh Deva. Muka Keke memerah.

“Nih, si kunyuk juga jadian!” kata Cakka.

“Hah? Beneran lo?” Tanya Deva. Ray hanya nyengir.

“Hehee…beneran!” kata Ray. Acha juga ikut-ikutan nyengir.

“Udah yuk, masuk!” ajak Shilla.

***

Rio dan anggota tim yang lain sedang bersiap-siap untuk upacara pembukaan turnamen.

“Aduuh, gue sakit perut lagi!” keluh Gabriel.

“He? Sono kekamar mandi!” suruh Alvin. Rio hanya geleng-geleng kepala.

“Vin, kira-kira Ify dateng gak ya?” gumam Rio sambil memainkan bola basketnya.

“Pasti dateng, Yo. Gue yakin,” kata Alvin.

“Dia kayaknya masih benci sama gue,” keluh Rio.

“Kalo dia benci kenapa dia bisa sampe tau kalo lo gak bawa air minum, terus di taro di atas tas lo? Gak mungkin kalo dia benci lo, tapi tetep perhatian sama lo, Ify masih sayang sama lo!” kata Alvin.

“Haha…mudah-mudahan aja,” kata Rio.

“Aduuh, udah! Ayo keluar!!” ajak Gabriel.

“Tangan lo udah di cuci?” Tanya Alvin.

“Udah lah! Pake kembang tujuh rupa malah!” seru Gabriel.

“Lebay lu akh! Ayo, ke lapangan!” ajak Alvin.

***

“Semua tim udah masuk, CB mana yaa?” Tanya Sivia celingak-celinguk sambil membawa kamera Alvin untuk mengambil foto mereka.

“Itu dia!” kata Shilla.

“Sambutlah, perwakilan dari propinsi DKI Jakarta, SMA Citra Bangsa!” Sebagian besar penonton bersorak dan bertepuk tangan saat Tim CB memasuki lapangan. Terutama anak-anak Citra Bangsa.

“Via, foto!!” suruh Agni.

“Iya, bentaar!!”

Ify terus memandang Rio yang berjalan di depan barisan memimpin anggota timnya sambil memegang bendera dengan lambang SMA Citra Bangsa. Rio terlihat keren saat itu. Tiba-tiba Ify melihat Rio melirik kearahnya sebentar dan mengalihkan pandangannya lagi. Muka Ify langsung memerah.

“Fy, lo kenapa?” Tanya Shilla.

“Ng…nggak papa,” kata Ify gelagapan.

Setelah upacara pembukaan selesai, langsung masuk ke pertandingan pertama. CB berada di pertandingan kedua.

Alvin, Rio, dan Gabriel pergi ke tribun penonton untuk duduk bersama teman-temannya. Ify mendongak kesamping, Rio sudah duduk di sampingnya. Ify menunduk malu, tidak berani menatap Rio.

“Temen-temen kayaknya kita harus pindah tempat deh, ada yang ngomong empat mata kayaknya,” gumam Sivia.

Mereka pun pindah tempat ke tempat yang cukup jauh dari tempatnya semula. Di tempat itu hanya ada Ify dan Rio. Ify terus menunduk, dan Rio cuma garuk-garuk kepala.

“Fy, makasih lo udah bela-belain dateng kesini buat dukung gue, meskipun gue tau lo masih benci sama gue dan lo gak mau ngomong sama gue, jujur gue kangen ngeliat lo jadi biang rusuh yang selalu ngejar-ngejar gue, ngerayu gue,dan teriak-teriakan dukung gue sama anggota fans club lo yang lain, hahaa…gue kangen Ify yang dulu,” tutur Rio. Ingin sekali Ify mengeluarkan kata-kata tapi tak bisa.

“O,iya, ulangtahun lo kan pas final ini, lo liat CB bakal masuk final dan menang, setelah itu gue bakal ngerayain ulang tahun lo, gue janji,” kata Rio.

“Udah waktunya gue tanding, dukung gue ya,” Rio beranjak dari duduknya, tapi tiba-tiba bajunya ditarik Ify. Rio menoleh ke Ify, Ify menunduk.

“Me…menang ya, gu..gue terus dukung lo, Kak…” gumam Ify dengan suara kecil. Rio tersenyum senang.

“Pasti menang, lo percaya sama gue,” Rio mengelus kepala Ify dan langsung berlari ke bawah untuk bersiap-siap. Ify memegang kepalanya yang tadi di elus oleh tangan Rio dan tersenyum.

‘Akhirnya bisa juga gue ngeluarin kata-kata dari mulut gue,’ batin Ify.

***

Selama pertandingan, CB mempertunjukkan aksi kehebatannya. Terutama kapten tim CB, Rio. Semua pendukung terus bersorak-sorai mendukung tim favoritnya.

“Kak Ify?” Panggil Keke. Ify menoleh.

“Kenapa, Ke?” Tanya Ify.

“Aku mau ngomong sama Kak Ify boleh? Tapi diluar aja,” kata Keke. Ify mengangguk. Ify pun mengikuti Keke keluar arena.

***

Mereka duduk di bawah pohon besar.

“Kamu mau ngomong apa, Ke?” Tanya Ify.

“Kak Ify, maafin aku ya…” gumam Keke. Ify mengangkat alis.

“Maaf buat apa?”

“Gara-gara aku, Kak Rio sama Kak Ify jadi berantem, aku terlalu egois, gara-gara suka sama Kak Rio aku jadi lebih mementingkan kesenangan aku sendiri tanpa mikirin Kak Ify yang jelas-jelas pacarnya Kak Rio,” Keke pun menangis di depan Ify. Ify tersenyum dan kemudian menghapus air mata Keke.

“Aku gak marah kok sama kamu, aku juga ngerasa egois saat itu, padahal aku tau kamu kalo kamu sakit dan butuh banget Kak Rio, aku malah kayak anak kecil kehilangan mainannya, jangan nangis ya, ntar aku malah dituduh yang nggak-nggak sama Deva,” kata Ify sambil tertawa kecil.

“Makasih ya, Kak!” Keke memeluk Ify, muka Ify pun memerah.

“Sama-sama, oiya kamu kan udah jadi pacar adek aku yang sok kegantengan itu, usahain jangan bikin dia sakit hati ya, dia sayang banget sama kamu,” kata Ify.

“Tenang aja, Kakak Iparku, hehee…” celetuk Keke.

“Ceilah aku dipanggil Kakak Ipar, ketularan Deva sama Ray ya habis temenan ama anak curut dua itu, hahaa!” seru Ify.

“Haha, masuk yuk, Kak!” ajak Keke. Ify mengangguk.

Pertandingan masih berlangsung, Keke dan Ify duduk berdua, melihat terus jalannya pertandingan.

***

“Sial, Iel, Alvin sama yang lain di jaga ketat!” keluh Rio. Akhirnya Rio maju sendiri untuk menyerang, tapi tiba-tiba…

BRUUUK!!!

Rio jatuh tersungkur, di tubruk oleh
pemain lawan.

“Rio!!”

Semua pemain dan wasit menghampiri Rio yang terus meringis kesakitan sambil memegang kakinya. Semua penonton pun berdiri karena ingin melihat keadaan Rio.

“Kak Rio!” seru Ify.

“Yo, lo gak papa?” Tanya Alvin.

“Ka…kaki gue sakit, Vin..” ringis Rio sambil memegang kaki kanannya.

Ify yang melihat kebawah sampai berdiri dari duduknya, dan langsung turun kebawah, Ify menunggu di bangku pemain. Disusul oleh anak-anak yang lain.

“Rio kamu gak papa?” Tanya Pelatih.

“Kayaknya kaki saya cedera, Pak!” seru Rio sambil menahan sakitnya.

“Alvin, Gabriel! Tolong bantu Rio!” suruh Pelatih.

Mereka berdua membantu Rio berjalan menuju bangku pemain, Ify dan teman-teman yang lain ikut membantu Rio. Sementara itu, pemain yang menubruk Rio, dikenakan pelanggaran oleh Wasit.

“Patton! Kamu gantiin Rio! Alvin, sekarang kamu yang pimpin!” suruh Pelatih.

“Baik!!”

Saat ini Rio sedang di periksa kakinya, Rio terus menerus mengerang kesakitan. Ify yang duduk di sampingnya tak tega melihatnya.

“Rio, kamu dibawa keruang kesehatan ya,” kata Pelatih. Rio mengangguk.

“Saya boleh temenin Kak Rio, Pak?” Tawar Ify.

“Baiklah,”

Ify dan yang lain membawa Rio keruang kesehatan yang tak jauh dari arena pertandingan.

Saat Rio sudah masuk ke dalam ruang kesehatan, yang lain menunggu diluar, muka Ify terlihat cemas.

“Fy, lo temenin Kak Rio gih, di dalem, kasian…” suruh Sivia.

“Ha? Nggak ah, gue gak tega…”

“Ayolah, Fy…temenin Rio, kalo lo gak masuk lo lebih tega! Sungguh teganya dirimuu…” suruh Cakka.

“Ng…yaudah deh,” Ify pun masuk kedalam ruang kesehatan. Mengintip dari balik tirai, saat Rio sedang di obati oleh seorang dokter.

“ARRGGGGHHH!!!” Teriak Rio sambil menahan sakitnya. Ify langsung menutup tirainya lagi.

“Oh, Ya Allah!! Gue gak beranii!!” gumam Ify dengan suara kacil saking ketakutan.

Dari luar, anak-anak yang lain mengisyaratkan agar Ify nemenin Rio, tapi Ify mengisyaratkan kalo dia takut gak berani. Kemudian anak-anak yang lain mengisyaratkan lagi mendingan mata Ify ditutup supaya gak ngeliat Rio kesakitan . Ify mencoba menutup matanya dan membuka tirai, terus berjalan dengan mata tertutup. Rio dan
dokternya melihat Ify dengan heran.

DUUUGG!!

Ify nabrak tiang. Ify memegang jidatnya yang merah. Ify melihat Rio dan dokternya tertawa lepas, melihat tingkah laku Ify yang kurang normal (??).

“Sepertinya saya harus keluar dulu nih,” Dokter itu meninggalkan Rio dan Ify berdua. Rio masih tertawa melihat jidat Ify yang merah. Muka Ify memerah.

‘Bego!! Masih aja kayak orang gila lo, Fy!!’ batin Ify. Ify berdiri jauh dari tempat tidur yang ditempati Rio. Rio mengisyaratkan dengan tangannya agar Ify mendekat. Ify pun mendekat ke Rio. Tiba-tiba Rio memegang jidat Ify yang merah.

“ADUUUH!!!” Teriak Ify. Ify langsung memukul Rio.

“Aduuh, sakit! Kaki gue kan lagi cedera!” seru Rio.

“Megang tuh yang lembutan dikit napa! Lo udah kayak mau mencet tombol bel rumah aja! Diteken!” keluh Ify. Rio tersenyum.

“Akhirnya lo balik lagi jadi Ify yang dulu, Ify yang tingkah lakunya kayak orang gila, haha…”

“HUWAAAA!!!” Tangisan Ify meledak, Rio langsung panik setengah mampus. Bingung mau ngapain.

“Dih, kok lo nangis sih gue bilang orang gila??” tanya Rio.

“HUWAAA!!” Tangisan Ify makin menjadi-jadi.

“Aduuh, Ify!! Kenapa sih lo nangis??”

“Maafin guee…gue egois banget yaa, gak cocok jadi cewek lo,” gumam Ify.

“Ify…Ify…kalo lo gak cocok ngapain gue minta lo jadi pacar gue?” tanya Rio.

“Gue terlalu mikirin diri sendiri, Kak gak mikirin perasaan lo,” gumam Ify.

“Udah akh!! Jangan nangis, jelek tau! Kalo lo nangis terus, gue gak bakal maafin lo,” jawab Rio.

“HAH?? Jangaaan!!”

“Makanya jangan nangis! Gue maafin deh,” keluh Rio.

“Bener lo maafin gue?”

“Iya, jeleek!!” kata Rio sambil mencubit hidung Ify.

“Aduuh sakiit!” ringis Ify sampai tangannya memukul kaki Rio yang cedera.

“Aduuuh!!!” teriak Rio.

“Huwaaa!! Maaf!!!”

***

Ify membantu Rio berjalan menuju arena pertandingan, begitu sampai di arena, malah digodain, disiul-siulin.

“SUITWIIT..” Seru Sivia.

“AWAWAW…” Seru Shilla.

“Suitsuit!” siul Agni.

“SSSSSHH…SSSHH…” Cakka nyoba siul gak bisa.

“Kok kamu bisa sih, Ag! Aku gak bisa…” keluh Cakka.

“Lo gak berbakat!” seru Agni.

“Yaudah deh, gue ganti, PRIKITIIEEWW!!!” Teriak Cakka.

“Yee…paan sih lo semua!” seru Rio.

“Asiik kan yang udah baikaan, langsung patah hati lagi tuh anggota RISE,” goda Shilla sambil nunjuk ke kubu RISE yang lagi gigit maju missal.

“Apaan siih, bilang aja sirik!” kata Ify.

“Skor udah berapa, Cak?” Tanya Rio.

“Beda tipis, Yo. 56-54 buat CB,” ujar Cakka.

Pertandingan pun selesai, dimenangkan oleh CB dengan nilai 62-60. Skor yang cukup tipis.

“Yo, kaki lo gimana?” Tanya Gabriel.

“Parah, Yel.” Keluh Rio.

“Kenapa?”

“Parah banget cedera gue, gue gak bakal maen sampe final,” keluh Rio.

“Gawat juga, ya.” Gumam Alvin.

“Yo, kamu serahin saja sama teman kamu, lebih baik kamu istirahat dulu dirumah,” suruh Pelatih.

“Tapi, Pak…”

“Kamu gak usah latihan dulu, lebih baik pulihin dulu cedera kamu, supaya bisa tampil di final, kita pasti masuk final,” kata Pelatih.

“Baiklah…”

***

Hari berikutnya, mereka tidak ada pertandingan, Rio pun disuruh beristirahat di rumah.

“Raaay!! Ambilin remote!!” suruh Rio. Ray melengos.

“Kak, remote ada di meja di depan elo, ngapain nyuruh gue??”

“Gue gak bisa gerak! Kan lo tau gue lagi cedera!” kata Rio.

“Bilang aja lo ngambil kesempatan!!” keluh Ray. Rio hanya nyengir. Kemudian Ify dateng membawa sesuatu yang dibungkus dengan plastik besar.

“Hei, Kak!” sapa Ify. Rio langsung nyamber plastik besar yang dibawa Ify.

“Iiih, apaan sih!! Ntar duluu!” seru Ify.

“Nih buat gue ya?”

“Iya, nih Chitato buat lo,” kata Ify.

“Akhirnyaaa…persediaan Chitato gue nambah!” kata Rio. Saat Rio mau memakan Chitatonya, Ify memasang wajah cemberut.

“Kenapa lo?” Tanya Rio.

“Kok lo lebih merhatiin Chitatonya daripada gue?? Gue kan pacar lo, malah calon istri lo, Kak…” gumam Ify sambil berakting.

“Masih aja ngungkit calon istri, hari ini pacar gue itu Chitato, Chitato udah jadi bagian dari idup gue,” kata Rio. Ify manyun dan kemudian mendorong muka Rio dengan tangannya.

“Sekalian nih makan tangan guee!!” seru Ify sambil membalikkan badan membelakangi Rio.

“Tuuh, kan ngambek lagi,” kata Rio. Ify melengos.

“Fy, lo kalo melengos kayak banteng mau nyeruduk orang tau, gak?” keluh Rio.

Tiba-tiba dari belakang Rio nyumpelin (bahasa paan nih?) Chitato ke mulut Ify. Mulut Ify jadi belepotan sama remahan Chitato. Rio ketawa ngakak.

“Kak Rio jahaaaat!!!” Teriak Ify sambil mengacak-acak rambut dan muka Rio (??).

“Aduh! Aduh! Sakiit!!” ringis Rio.

“Aduuh, jangan mesra di depan publik doong,” keluh Cakka yang baru datang bersama yang lain, ngejenguk Rio.

“Sirik aja lo ah, Cak! Lo kagak pernah mesra-mesraan ya ama Agni?” Tanya Gabriel.

“Sekalinya gue mau mesra, langsung masuk rumah sakit gue,” keluh Cakka.

“Derita, Cak!” celetuk Alvin.

“Widiih, ada Chitato banyaak! Minta doong!” kata Sivia sambil mengambil beberapa bungkus Chitato.

“Eh, maruk banget sih lo, Vi! Nih jatah gue! Jatah lo minta ke Alvin!” seru Rio. Sivia manyun.

“Kak Rio mah kesempatan manfaatin cederanya buat dapet perhatian dari Ify,” celetuk Shilla. Rio langsung melempar bantal kursi kearah Shilla.

“Baek-baek, Kak!” seru Shilla.

“Yo, numpang maen PS yak!” kata Gabriel.

“Yah, terserah lo deh,” ujar Rio.

Saat mereka sedang asik bermain di ruang tengah, Ify menuntun Rio ke teras rumah karena Rio mau ngobrol berdua dengan Ify.

“Kenapa, Kak?” Tanya Ify.

“Lo mau hadiah apa nih, gue bingung,” keluh Rio.

“Daridulu gue bilang, gue gak mau apapun dari lo, gue gak mau hadiah berupa materi, gue maunya berupa janji, janji kalo lo bakal terus bareng gue,” kata Ify.

“Sampe satu lobang kubur??” celetuk Rio.

“Ih, masih aja inget!” seru Ify. Rio tertawa.

“Lo juga harus janji sama gue,” ujar Rio.

“Janji apaan?”

“Janji lo terus jadi Ify yang gue mau, Ify yang gak bisa diem, biang rusuh, ngerayu gue mulu, ngegodain gue mulu, dan kege-eran mulu,” kata Rio.

“Lo? Lo seneng sama gue yang kayak gitu??” Tanya Ify. Rio mengangguk.

“Kok bisa?”

“ Lo gak jaim kayak cewek lain, lo itu cewek paling nekat yang pernah gue kenal, selama ini gue selalu nolak cewek yang nembak gue soalnya gue gak ngerasa nyaman sama mereka, dan baru kali ini gue bisa merasa nyaman dideket cewek selain Mama. Semua itu yang membuat lo istimewa, Fy,” tutur Rio.

“HUWAAA!!” Ify nangis lagi.

“Ya, ampuun! Lo nangis lagi?? Kenapa??” keluh Rio.

“Tangisan bahagia, Kak! Gue tersentuh bangeet!!” seru Ify sambil menghapus air matanya. Rio tersenyum.

“Gue sayaaang banget sama lo!!” Ify langsung memeluk Rio, muka Rio memerah.

“Fy, lepasin!” suruh Rio.

“Gue gak mauu!!”

“Fy, diliatiin sama anak-anak kecil di depan rumah!” kata Rio sambil menunjuk kearah pagar yang dipenuhi sama anak-anak kecil.

“Iihh, ada yang pelukaaan!!!” teriak salah satu orang anak. Muka mereka berdua merah.

“Heh!! Gangguu aja!! Pergi lo semuaa!!” teriak Ify. Mereka langsung pada pergi.

“Asiik kita dapet foto sensasional!” seru Sivia dari balik pintu rumah sambil memegang kamera Alvin.

“Aaah!! Lo moto ya, Vi??” Tanya Rio. Sivia nyengir.

“Asiiik, yang dipeluuk,” goda Gabriel.

“Iih, gue juga mau dipeluk, Agni peluk dong!” suruh Cakka.

“Nooo!!! Gue bogem lo!!” seru Agni.

“Eh, Ehm, pasangan sedeng!” celetuk Shilla.

“Yeuuh, ngomong asal bae lo, Shil!” seru Rio.

“Yang penting di peluk, Yo!” kata Alvin.

“Aaah, lo semua apaan siih!! Gangguu ajaa!! Apuus fotonyaaa!!” seru Ify.

“Gak mauu!! Mau gue kirimin ke majalah sekolaah!!” kata Sivia.

“Siviaaa!!!”

***

No comments:

Post a Comment