Sunday, April 22, 2012

Memang Cuma Gue yang Bisa (sekuel Cuma Gue yang Bisa) part 2 (re-post)

Part 2: Ify Cemburu

“Dia gak bisa berhenti suka sama Kak Rio, yaa…gue pikir-pikir selama Keke masih suka sama Kak Rio, dan gak terima gue, lo siap-siap aja Keke bakal ngerebut Kak Rio dari lo,”

Ify terbaring dikamarnya mengingat kata-kata yang dilontarkan sendiri dari mulut adiknya, hati Ify pun mulai bimbang dan ragu, apakah Rio akan tetap selalu menyukainya atau tidak, apakah Rio akan menepati janjinya tadi. Pandangan Ify beralih pada sebuah fotonya berdua dengan Rio di Cimory Restaurant saat hari pertama jadian. Mereka berdua tersenyum senang. Ify terus memandang wajah Rio yang tersenyum.

“Kak Rio, apa lo bisa nepatin janji lo??” Gumam Ify. Kemudian Ify menepok-nepok kepalanya.

“Kak Rio pasti bisa nepatin janjinya!! Dia udah janji kok ama gue! Lo harus percaya, Fy!” kata Ify.

Karena mengantuk, Ify pun tidur dan tidak memikirkan hal sepele itu.

***

Pagi ini, Rio sudah berada di dalam rumah Ify untuk menjemput Ify. Rio menunggu Ify yang sedang bersiap-siap sambil memainkan handphonenya. Kemudian, ia melihat Deva sedang memandang dirinya.

“Hai, Dev! Makin ganteng aja lo!” kata Rio. Deva hanya melengos dan tidak menggubris omongan Rio, ia langsung nyelonong keluar rumah dan pergi dengan motornya.

“Dih, tuh anak kenapa?” gumam Rio. Ify pun turun dari lantai atas.

“Fy, adek lo kenapa?” Tanya Rio. Ify hanya tersenyum masam dan menggelengkan kepalanya. Rio menjadi heran melihat perubahan sikap adik kakak itu.

“Lo sakit? Kok jadi diem gini?” Tanya Rio sambil memegang kening Ify, tapi tangannya di turunkan oleh Ify.

“Gue gak papa, berangkat yuk!” ajak Ify. Rio hanya mengangkat bahu dan menerima ajakan Ify.

***

Sekarang saatnya mereka melihat daftar pembagian kelas. Rio, Alvin, Cakka, sekelas di XII IPA 3, Gabriel dan Agni di XII IPA 4, Ify, Shilla, dan Sivia di XI IPA 1.

“Widiih kita sekelas, sob!” kata Rio.

“Duduk bareng lagi ya, Yo!” kata Alvin.

“Siip!” kata Rio.

“Gue ama siapa?” Tanya Cakka.

“Ama tembok!!” kata Rio.

“Fy, Shil kita bertiga sekelas lagi!” kata Sivia.

“Hahaa…gak bisa dipisahin nih ceritanya??” tanya Ify.

“Kita kan nempel kayak perangko!!” celetuk Shilla.

“Aaah, ngikutin iklan aja!” keluh Gabriel.

“Biarin!” Shilla memeletkan lidah ke Gabriel.

Saat mereka sedang bercanda-canda, tiba-tiba…

BRUUK!

“Aww!!” ringis seorang cewek. Cewek itu menabrak Rio.

“Lho? Keke? Maaf ya!” kata Rio. Muka Keke memerah.

“Ah, ng…nggak papa kok, Kak!” kata Keke malu-malu. Ify memperhatikan mereka berdua, sepertinya memang benar yang dikatakan adiknya, bahwa Keke menyukai Rio.

“Aku kekelas dulu ya,” kata Keke yang langsung lari menuju kelasnya.

“Ada yang jealous, oy!” sahut Cakka.

Ify pun terbuyar dari lamunannya dan langsung menyipitkan mata kearah Cakka.

“Kenapa lo, Fy?” Tanya Cakka.

“Kayaknya muka lo semakin gak enak diliat, Kak!” sindir Ify. Yang lain pada nahan ketawa.

“Mampus lo, Cak! Makanya jangan cari ribut sama Ify!” kata Alvin.

“Vi, Shil kekelas, yuk! Kak Rio, gue kekelas dulu ya,” kata Ify. Mereka pun pergi kekelas. Kemudian Alvin merangkul pundak Rio.

“Vin, kayaknya Ify jadi berubah deh,” gumam Rio.

“Feeling lo doang kali, udah yuk kekelas!” ajak Alvin.

***

Hari pertama di kelas, pasti pelajaran belum semuanya aktif, sekarang di XII IPA 3 sedang jam kosong, alhasil banyak yang keluar, ada yang kekantin, ke perpustakaan, dll. Kecuali Rio, Rio melamun di kelasnya.

‘Gue bingung sama Deva sama Ify, kok pada beda gitu sih, sekarang?’ pikir Rio.
Sementara itu, Cakka dan Alvin malah maen lempar-lemparan bola basket di kelas.

“Si Rio kenapa tuh? Kusut amat mukanya, kan setrikanya udah gue balikin,” celetuk Cakka.

“Setrika spesialnya ilang, Cak!” kata Alvin.

“Setrika apaan tuh?” Tanya Cakka.

“Ify!!” kata Alvin.

“Lah? Kok Ify?

“Coba lo bayangin, baju lecek itu cuma bisa rapih kalo lo setrika kan?(menurut pandangan penulis ya kayak gitu :p) Nah, Rio itu bagaikan baju lecek, Ify bagaikan setrika, jadi yang bisa bikin Rio balik lagi, cuma Ify doang. Jadi pepatah mengatakan, Bagai Baju yang tidak Disetrika!” jelas Alvin.

“Pepatah dari mana tuh?” tanya Cakka.

“Gue ngarang, wakakak!” kata Alvin.

“Yeuuh ngarang mulu lo!” keluh Cakka, gara-gara ngomong terus lemparang Cakka melenceng dan mendarat di muka Rio.

BUUUGH!

“Aduuuh!!” Teriak Rio.

“Walaah, nyari ribut lo, Cak! Idungnya Rio sampe berdarah.” gumam Alvin.

“Yaah, kan khilaf gue,” gumam Cakka.

“Hidup lo mah cuma khilaf doang, Cak!” kata Alvin.

“Heh!!! Curut sarap!! Sialan lo nimpuk gue pake bola!! Gue gibeng lo!” kata Rio marah-marah.

“Cakka pelakunyaa!! Gue gak ikutaan!!” Alvin langsung kabur entah kemana.

“Heeehh!! Alpiin!! Gak setia kawaan luu!!” teriak Cakka.

“Oooh, elu yaa?? Pilih salah satu! Gue rusakin muka lu apa gue ancurin muka lu??” tawar Rio. (perasaan sama aja deh -.-)

“Oh, Marioo…teganya kau padaku, apa salahku?? Aku khilaf, Marioo, jangan lukai aku dan wajah tampanku, Marioo…” mohon Cakka.

“Oh, Cakka, aku juga tak mau melakukan ini padamu, tapi aku ingin membalas perbuatanmu yang telah menghancurkan wajah gantengku, Cakka…” kata Rio. (lah jadi kayak telenopela -.-).

“Akuu mohooon…” kata Cakka.

“Alaaah!! Lebay lo akh!! Sini gue ancurin muka loo!!” teriak Rio. Mereka langsung lari-larian disepanjang lorong kelas.

***

UKS

“Cakka gila, idung gue ampe bonyok gini,” kata Rio sambil menempelkan plester di hidungnya. Rio langsung memandang kearah cermin.

“Widiih berasa jagoan gue,” gumam Rio sambil mengelus-elus hidungnya. Tiba-tiba terdengar suara gadis yang sedang tertidur di ranjang UKS yang telah ditutupi oleh tirai putih, sehingga Rio tak bisa melihat gadis tersebut.

“Aduuh, berisik banget siih,” keluh gadis itu. Rio membuka tirainya dan melihat sosok gadis yang terbaring lemah di atas ranjang.

“Keke?”

“Kak Rio?”

“Muka lo pucet banget!” kata Rio yang sedikit khawatir.

“Kayaknya anemia aku kambuh, Kak…kepala aku pusing,” keluh Keke.

“Lo istirahat aja ya,” kata Rio.

“Kak, temenin gue disini,” kata Keke. Rio terdiam, tak tahu apa maksud Keke.

“Maksudnya?” Tanya Rio.

“Maksud aku, guru yang jaga gak ada, Kakak temenin aku disini ya,” kata Keke.

“Iya,”

***

“Widiih, Cak! Makin ganteng aja lo!” sindir Gabriel.

“Sialan! Makin ancur muka gue, gara-gara digebukin Rio!” keluh Cakka. Ify celingak-celinguk mencari sosok Rio, tapi tak ada.

“Kak Cakka, Kak Rio mana??” Tanya Ify.

“Gue gak tau, Fy.” Kata Cakka.

“Tumben-tumbenan Rio gak ada, kemana ya?” Tanya Agni.

“Biasanya kalo istirahat Kak Rio duluan yang nyampe, kenapa sekarang malah gak ada?” gumam Sivia.

“Gue sms Kak Rio dulu,” kata Ify sambil mengeluarkan BBnya.

***

Handphone Rio bergetar, ada sms masuk ke handphonenya Rio.

From: Ify gila(masih aja namanya kayak gitu -.-)

Lo dimana?

Rio bingung harus jawab apa, apa ia harus bilang kalau ia nemenin Keke atau nggak.

To: Ify gila

Gue di UKS

From: Ify gila

Lo sakit? Gue kesana ya

To: Ify gila

Gak usah, Fy. Lo makan aja di kantin

“Dari siapa, Kak?” Tanya Keke.

“Dari Ify, kok.” Kata Rio.

‘Pasti Kak Ify nyariin Kak Rio.’ Batin Keke.

“Kakak mau ke kantin?” Tanya Keke.

“Ah, gak usah. Gue kasian sama lo, gue nemenin lo aja disini, sampe lo baikkan,” kata Rio.

“Makasih, Kak.”

***

“Rio dimana, Fy?” Tanya Gabriel.

“Katanya di UKS,” kata Ify.

“Lah? Kenapa tuh anak?” Tanya Gabriel.

“Kan kena timpukan dahsyat Cakka!” kata Alvin. Ify melotot pada Cakka.

“Fy, jangan melototin gue…” kata Cakka.

“Jadi elo udah bikin Kak Rio bonyok??” kata Ify.

“Ampuuun…”

“Euuh!! Dasar muka minyakaan!!! Makan nih tangan guee!!” Ify langsung mendorong muka Cakka dengan tangannya. Ify langsung pergi.

“Yaah, Ify pergi,” kata Alvin.

“Kayaknya Ify jadi gampang ngambek, deh,” kata Sivia.

***

Deva sedang berjalan sendirian sambil membawa buku tugasnya yang harus ia berikan pada guru Fisika. Tiba-tiba ia mendengar suara Keke dari UKS. Deva pun mengintip dari luar. Deva tertegun. Keke bersama Rio.

“Kak Rio?” gumam Deva.

“Kok Kak Rio bisa ada sama Keke…” gumam Deva.

Tiba-tiba Deva melihat Kakaknya berjalan menuju UKS. Muka Deva menjadi pucat, karena takut ada perang dunia ke 3.

“Dev, ngapain lo disini?” Tanya Ify.

“Gu..gue..gue…mau mejeng doang disini Kak, hehee…Lo ngapain?” Tanya Deva balik.

“Gue pengen liat Kak Rio, katanya ada di dalem,” kata Ify.

‘Mampus!’ pikir Deva.

“Kak, jangan masuk!” cegat Deva.

“Kenapa?”

“A…ada…ada anjing!!” kata Deva.

“Hah? Ada anjing?? Gak mungkin ah,” kata Ify.

“Beneraaan, anjingnya galak lo, kak. Kayak kakak!!” kata Deva.

“Eh dasar kupret!! Gue gak percaya, lo gak bisa bohong! Alasan lo itu gak realistis!” kata Ify. Ify langsung mendorong Deva untuk menyingkir.

Begitu Ify masuk Rio sedang menjaga Keke yang lagi sakit. Ify terdiam. Rio menjaga dengan penuh perhatian, ia terus tersenyum dan bercanda dengan Keke.

“Kak Rio…” gumam Ify. Rio menoleh kearah pintu.

“Ify?”

Jujur Ify merasa sakit melihat Rio yang sedang menjaga Keke. Dulu saat Ify sakit di Puncak, Rio tak sebaik itu, malah marah-marah (tapi kan perhatian :p). Tapi Ify tak punya alasan untuk marah, atau benci pada mereka berdua. Mereka berdua tidak salah. Ify takut Rio akan marah padanya jika dirinya bersikap egois. Ify harus bersabar.

“Keke, kamu sakit?” Tanya Ify. Keke mengangguk.

“Fy, lo ngapain ke sini?” Tanya Rio.

“Gue kira lo sakit, ternyata lo jagain Keke. Gue keluar ya,” gumam Ify.

“Ify!” Rio ingin mengejarnya.

“Kak Rio!!” Panggil Keke.

“Lo gak papa kan, sendiri dulu, gue mau ngomong sama Ify. Tuh ada Deva di depan,” kata Rio.

Keke merasa sedikit kecewa, Rio lebih memilih Ify daripada dirinya. Kemudian ia melihat Deva masuk kedalam UKS dan duduk disamping ranjang Keke.

“Ke, kenapa lo gak nyerah aja suka sama Kak Rio? Percuma…” kata Deva.

“Kenapa sih? Kamu gak berhak ngatur aku, Dev. Kamu bukan siapa-siapa aku,” keluh Keke.

“Yaudah, terserah lo,” Deva meninggalkan Keke sendirian di UKS.

***

“Ify!” Panggil Rio sambil berlari.

Ify berhenti mendadak, membuat Rio tak bisa mengerem, dan menubruk Ify.

BRUUUKK!!

Mereka berdua jatuh di atas lantai (yaiyalah lantai -.-).

“Aduuh, Kak Riooo maah!! Sakiiit!!” ringis Ify.

“Sori, Fy. Lagian lo berhenti mendadak. yaudah gue gak bisa nge-rem.” Keluh Rio. Mereka masih duduk dibawah lantai.

“Fy, lo marah ya?” Tanya Rio.

‘Inget, Fy. Lo harus sabar!’ batin Ify.

“Hah? Siapa yang marah? Gue gak marah kok,” kata Ify.

“Muka lo gak bisa boong, Fy.” Kata Rio.

“Pliis, jangan tanya gue, pokoknya gue gak marah, sana lo balik lagi ke UKS, Keke butuh lo sekarang,” ujar Ify.

“Fy…”

“Udaaah, sanaa pergi! Hush! Hush!” usir Ify.

“Heh! Lo kira gue kucing garong!!” seru Rio.

“Muka lo mirip kucing garong, Kak! Tapi tenang aja! Gue tetep demen kok sama lo, hehee…” celetuk Ify. Rio mengacak-acak rambut Ify.

“Hahaa…dasar gila!” kata Rio sambil berdiri.

“Gue kesana dulu, ya.” Kata Rio.

“Kak, nanti pulang bareng kan?” Tanya Ify.

“Iya,” Rio langsung balik lagi ke UKS. Ify hanya menghela napas.

“Mudah-mudahan gue bisa nahan amarah gue,” gumam Ify.

***

Di kelas X-1, Deva terus memandang punggung Keke yang duduk di depannya.

“Weish, dipandang mulu, Dev! Kagak kabur orangnya!” Bisik Ray.

“Ahelah! Bacot lu, Ray!” keluh Deva.

“Biasa, Bang! Muka jangan ditekuk gitu dong!” kata Ray.

“Biarin aja!” kata Deva.

***

Pulang sekolah, waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh Ify, karena Rio akan pulang bersama Ify. Ify mulai senyum-senyum sendiri, dan langsung pergi menuju pos satpam tempat Rio menunggu terhenti. Tiba-tiba senyumannya memudar, langkahnya terhenti. Sekali lagi, Rio bersama Keke. Sementara itu,

“Ke, nungguin jemputan?” Tanya Rio.

“Iya, daritadi belom dateng,” keluh Keke.

“Gue duluan ya, udah ditunggu Ify,” kemudian tangan Rio ditarik Keke.

“Kak, plis temenin aku nunggu di sini, aku takuut, anak-anak yang lain udah pada pulang.” Mohon Keke. Rio merasa
kasihan melihat Keke.

“Tapi…” pandangan Rio beralih kearah Ify yang sedang berdiri tak jauh dari tempat mereka.

“Pliis, Kak…” kata Keke memohon pada Rio.

“Gue ngomong dulu sama Ify.” Rio pergi menghampiri Ify.

‘Maafin aku, Kak Ify. Aku juga suka sama Kak Rio,’ batin Keke.

Rio menghampiri Ify yang sedang berdiri di tengah jalan.

“Fy…” gumam Rio.

“Gue tau, lo gak bisa pulang bareng gue, lo nemenin Keke kan,” kata Ify. Rio mengangguk.

“Maafin gue, Fy,” gumam Rio. Ify hanya tersenyum masam.

“Gak papa kok, jagain Keke! Ntar diculik lho! Gue pulang ya!” pamit Ify meninggalkan Rio.

“Ke, aku pulang dulu ya!” kata Ify dengan senyum paksaan.

***

Setelah Alvin mengantar Sivia, Alvin balik lagi kearah sekolah karena rumahnya tak jauh dari sekolah. Tiba-tiba ia melihat sesosok cewek yang berjalan sendirian.

“Ify?”

Alvin menghampiri Ify yang sedang berjalan sendirian.

“Ify? Lo gak sama Rio?” Tanya Alvin. Ify menggeleng.

“Rio kemana?”

“Kak Rio nemenin Keke,” gumam Ify.

“Lo pulang bareng gue aja ya,” ajak Alvin. Ify pun naik ke motor Alvin.

***

“Nih minum dulu!” kata Alvin sambil memberikan sebotol *sensor* kepada Ify.

“Makasih, Kak.”

“Kok dia bisa deket sama Keke?” Tanya Alvin.

“Gue gak tau, Kak. Sekarang dia jadi perhatian sama Keke, daripada gue.” Kata Ify.

“Kenapa lo gak jujur sama Rio, kalo lo jealous?” Tanya Alvin.

“Gue takut Kak Rio nganggep gue egois, terlalu mentingin diri sendiri, padahal gue tahu Keke itu sakit, makanya Kak Rio merhatiin Keke…” gumam Ify.

“Lo gak egois, Fy. Lo terlalu baik, lo lebih mentingin Keke yang bukan siapa-siapa Rio, lo malah ngalah sama dia,”


“Gue gak tau harus gimana lagi, Kak…” kata Ify yang tiba-tiba menangis.

“Yaah, kok nangis siih?”

“Gue udah gak kuaaat!! Gue sakiit hatiii!! Huwaaaa!!!” tangisan Ify meledak. Alvin memeluk gadis rapuh itu, merasa kasihan pada Ify.

“Udaah, jangan nangis, kalo lo lagi ada masalah, lo cerita aja sama gue, lo kan sahabat gue juga, Fy.” Kata Alvin.

“HUWAAA!!!”

“Ify! Jangan meper ingus ke baju guee!! Jorok akh!!” Seru Alvin.

“Gue, gue takut Kak Rio bakal lebih milih Keke daripada gue…” kata Ify sesenggukan.

“Lo masih ragu sama Rio?? Rio itu sayang banget sama lo, Fy! Kalo lo kayak gitu, Rio juga bakal ragu sama lo,” keluh Alvin.

“Tapi…”

“Lo harus jujur sama diri lo sendiri dan lo juga harus jujur sama Rio, Rio pasti mau ngerti, gue bantuin deh!” kata Alvin.

“Makasih ya, Kak…” kata Ify.

“Berguna juga gue hahaa!” kata Alvin.

“Pulang yuk, Kak. Udah mau malem,” ajak Ify.

“Oke!”

***

No comments:

Post a Comment