Part 21: Sivia Kabur?
Di kantin…
“Fy, lo gak mau dateng ke pertandingan perempat final?” Tanya Shilla. Ify hanya menghela napas.
“Kak Rio gak mau liat gue lagi, kemaren aja dia buang muka sama gue,” ujar Ify.
“Kok lo gitu sih, Fy? Kak Rio butuh banget support lo,” kata Shilla.
“Gak tau deh, gue pikir-pikir dulu,” kata Ify. Kemudian Agni dan Cakka datang dan duduk di meja Ify dan Shilla.
“Widiih, kemajuan pesat nih, kok lo bisa dateng berdua?” Tanya Shilla.
“Aaaahh, kurang gaul lo, Shil! Lo gak liat infotainment? Kan ada berita gue!”
“Hah? Lo yang bikin video mesum sama Luna Maya?” Tanya Shilla.
“Kampret!! Ya nggak lah! Gue kan good boy! ” kata Cakka.
“Emang ada apaan?” Tanya Shilla heran.
“Gue udah jadian sama Agni!” Ify yang sedang minum langsung nyembur ke muka Cakka.
“Sialan! Ify jorook!!!” Seru Cakka sambil mengelap mukanya. Ify hanya nyengir.
“Kak Agni? Beneran? Gak salah? Sumpah? Suer? Gak boong?” Tanya Shilla.
“Iya, gue jadian sama si curut satu ini,” kata Agni.
“Ceritain dong!” Kata Ify.
“Dari sudut pandang gue aja ya!” kata Cakka.
“Nggak, kalo dari lo, pasti dilebih-lebih kan Kak!” kata Shilla. Cakka cuma manyun.
“Oke, gini ceritanya…”
Agni
sedang belajar di kamarnya, tapi tiba-tiba terdengar seseorang yang
sedang mengamen di depan rumahnya. Agni merasa sangat terganggu, dan ia
segera turun kebawah.
“Siapa sih yang ngamen malem-malem gini??” keluh Agni.
Agni membuka pintu dan pengamen itu masih tetap bernyanyi.
“Maaf,
bang!!” Seru Agni. Tapi pengamen itu tetap bernyanyi, Agni sudah mulai
kesal, ia kembali ke dalam rumah dan mengambil seember air, dan segera
ia lempar ke pengamen tersebut.
BYUUURRR!!!
“Astagfirullah!!” Seru sang pengamen. Agni melotot.
‘Kayaknya
gue tau nih suara!’ batin Agni. Ia membuka pagernya dan mendapati
seseorang dengan muka ditutupin ember dan baju basah kuyup berdiri di
depan pagar.
“Cakka??” Agni tak percaya kalo pengamen itu adalah Cakka. Cakka mengangkat ember yang sudah bersarang di kepalanya.
“Kejam banget lu, Ag, kasian kan guee…” Cakka memasang wajah cemberut. Tawa Agni meledak.
“Lo ngapain sih, ngamen di depan rumah gue??” Tanya Agni yang mempersilahkan Cakka untuk duduk di teras rumahnya.
“Gue mau ngomong sesuatu sama lo, tapi gue mau nyanyi dulu ya,” Cakka bersiap-siap dengan gitarnya.
I’ve always known you were the best
The coolest girl I know, So prettier than
All the rest the star of all the show.
So many times I wish you could be the one for me
I never knew you’d be like this girl, what you do
To me.
Your who I’m thinking of
Girl you’re my runner up no matter what, your
Always number one, My prized
possesion, one and
Only, adore you girl I want you.
The one I can't
Live without, that’s you, that’s you.
You’re my precious little lady, the one that
Make’s me crazy, Of all the girls
I’ve ever Known , It’s you, it’s you.
My favorite, my favorite, my
favorite, my Favorite girl, my favorite girl,
Your always goin out your way to
impress These mr.wrongs, I never knew
you’d
Get like this I’ll take you as you are,
You always said believe in love, it’s a dream That can’t be real, never thought
of fairytales
I’ll show you how it feels.
Your who I’m
Thinking of, girl you're my runner up,
No matter what your always number one.
My prized possesion one and only, adore ya
Girl I want you, of all the girls
I’ve ever
Known it’s you, it's you, you’re my
precious
Little lady, the one that makes me
crazy of all the girls I’ve ever
known it’s you, it’s you.
My favorite, my favorite, my
favorite, my
Favorite girl, my favorite girl.
You take my breathe away, with every thing
You say. I just wanna be with you
my baby,
My baby, ohhh. My miss don’t
play no games,
Treats you no other way, that you
deserve,
Cause you’re the girl of my
dreams.
My prize position one and only,
adore you
Girl I want you, the one I can’t
live
Without, that’s you, that’s you.
You’re my precious little lady, the
one that
Makes me crazy of all the girls
I’ve ever
Known it’s you, it’s you, ohhhh
I want you ohhh it’s you, it’s you.
My favorite, my favorite, my
favorite, my
Favorite girl, my favorite girl.
It’s you (Justin Bieber-Favorite Girl)
Agni
terkagum-kagum dengan nyanyian Cakka yang ditujukan khusus untuknya,
salut dengan perjuangan Cakka, mengamen di depan rumahnya sampe-sampe
disiram sama Agni, muka Agni pun memerah.
“Ag, lo mau gak jadi pacar gue??” Tanya Cakka serius.
“Lo gak boong kan?” Tanya Agni.
“Ngapain gue boong, coba…gue emang bener-bener suka ama lo! Mau gak?” Tanya Cakka dengan muka mupeng.
“Stop! Jangan pandang gue dengan muka mupeng!! Haahh, kayaknya cuma gue yang bisa pacaran sama orang gila kayak lo!” kata Agni.
“Ya, ampuuun!! Alhamdulillah!! Allahu Akbar!!” Cakka sampai sujud syukur. Agni hanya tertawa.
“Gue punya satu lagu lagi buat lo!”
An empty street
An empty house
A hole inside my heart
I'm all alone and the rooms are
getting smaller
I wonder how, I wonder why
I wonder where they are
The days we had, the songs we
sang together
And oh my love
I'm holding on forever
Reaching for a love that seem so
far
Chorus:
So I say a little prayer
And hope my dreams will take me there
Where the skies are blue
To see you once again, my love
Overseas from coast to coast
To find the place I love the most
Where the fields are green
To see you once again, my love
I try to read
I go to work
I'm laughing with my friends
But I can't stop to keep myself
from thinking
I wonder how, I wonder why
I wonder where they are
The days we had, the songs we sang together
And oh my love
I'm holding on forever
Reaching for a love that seem so
far
Repeat chorus
To hold you in my arms
To promise you my love
To tell you from the heart
You're all I'm thinking of
I'm reaching for a love seem so far
Repeat chorus (Westlife-My Love)
“Begitulah ceritanya..” kata Agni.
“Kereen lo, Kak!!” salut Ify.
“Berarti tinggal Ify sama Kak Rio, niih..hehee…” goda Shilla.
“Apaan sih! Gue udah di tolak mentah-mentah sama dia!” keluh Ify.
“Aduuuh, Ify..jangan nyerah gitu dong, bukan Ify namanya kalo nyerah gitu aja…” hibur Shilla.
“Heheee…udah ah!” kata Ify cengengesan.
“Ntar dateng gak nih?” Tanya Agni.
“Iya, iya gue dateng…” kata Ify.
***
Rio
selalu celingak-celinguk kearah tribun penonton, tapi tak ada orang
yang di carinya. Rio pun hanya menghela napas. Gabriel dan Alvin hanya
geleng-geleng kepala saja.
“Separuuh jiwakuu..pergiii…” Gabriel
menyanyikan lagu Anang, Alvin pura-pura memegang gitar. Rio langsung
melempar bola basket kearah mereka, sampai mereka terlonjak.
“Kacrut lu berdua!! Orang lagi sedih, malah disindiir!!” Seru Rio.
“Kita kan cuma mau menghibur si pujangga kesepian ini, iya kan, Vin?” Tanya Gabriel sambil merangkul pundak Rio.
“Iya,
gimana kalo kita cariin cewek lagi? Daripada lo jadi bujang lapuk, Yo!
Gak seru dong masa orang ganteng bin keren jadi bujangan seumur hidup?”
kata Alvin.
“Aaah, lo semua cuma mau nyindir gue doang!!” keluh Rio.
“Pasti lo kepikiran Ify, kan?” Tanya Gabriel. Rio mengangguk.
“Gue udah jahat banget sama Ify, Ify pasti benci sama gue…” gumam Rio.
“Gak mungkin Ify benci sama lo, Yo!” kata Alvin.
“Gimana lo bisa ngomong kayak gitu??"
“Kalo dia benci sama lo, ngapain dia dateng coba sekarang??” Rio menoleh kearah belakang. Ify tepat berada di belakangnya.
“Ify?”
Ify hanya tersenyum masam, di belakang Ify sudah ada Shilla, Agni, dan Cakka.
“Kayaknya
ada yang perlu ngomong berdua, gak enak jadi nyamuk disini, hehe…” goda
Shilla. Mereka langsung pergi entah kemana. Hanya ada Ify dan Rio.
Berdua. Gedung sepi. Anak-anak pada keluar. Bener-bener sepi. Tak ada
orang. Sunyi. Senyap. Krik Krik.
“Kak, lo marah ya sama gue?” Tanya Ify.
Rio
hanya diam saja, gak mungkin kan dia ngomong marah gara-gara cemburu
sama Ify? Kan Rio JAIM (pengen gue timpuk pake bola basket lama-lama).
“Kalo misalnya lo marah, gue minta maaf deh,” ujar Ify sambil menggoyang-goyangkan kakinya.
“Gue kira lo yang marah sama gue, gara-gara gue buang muka,” kata Rio.
“Hah?
Gue gak marah kok, tapi kenapa lo tiba-tiba buang muka kayak gitu?
Sumpah, gue tuh kecewa banget ngeliat lo buang muka kayak gitu…hancur
hati gueee…apa salahku??apa salah bunda menganduung?” kata Ify lebay.
“Pliis, deeh jangan lebay, Fy…lo tau kenapa gue bisa kayak gitu sama lo?”
“Kenapa?”
“Soalnya gue…” baru saja Rio mau menyebutkan kata-kata keramat, tapi tiba-tiba…
GEDEBUG!!
Rio
dan Ify menoleh kebelakang, semua teman-temannya terjatuh gara-gara
ngintipin mereka berdua. Mereka cuma nyengir aja, muka Rio udah panas.
Udah berapa kali, Yo digangguin? Berapa? TIGA KALIIII!!!
“Oh my GOD!!! Gue udah bener-bener gilaaa!! Sompret lo semua!! Kapan gue ngomongnyaaa!!” Teriak Rio.
“Ampun, Yoo!!” kata semuanya berbarengan.
Tiba-tiba Rio dicolek sama Ify. Rio melihat Ify udah cengengesan sambil malu-malu tapi mau gitu (??).
“Kenapa lo?” Tanya Rio heran.
“Kak Rio tadi mau nyatain cinta sama gue kaan? Ngakuu..lo gak bisa boong lagi dari guee…” selidik Ify. Muka Rio memerah.
“Mungkin.” Jawab Rio. Mata Ify terbelalak.
“Beneran? Lo suka sama guee??” kata Ify sambil menarik-narik seragam tim basket Rio.
“Jangan ditarik!! Melaaarr!!” Seru Rio.
“Beneran gaak??” Rio menghela napas.
Ify sudah memasang wajah mupeng. Kemudian Rio berbisik di telinga Ify.
“Bakal
gue kasih tau kalo gue menang di Final,” bisik Rio. Tentu saja saat Ify
mendengarnya langsung hatinya langsung berbunga-bunga. Kemudian Ify
mengambil BB-nya dan memijit-mijit nomor.
“Ngapain lo?” Tanya Rio.
“Gue mau nelpon nyokap lo, gue mau bilang kalo gue mau di jodohin sama lo!!” Seru Ify kegirangan. Mata Rio terbelalak.
“Ify!!! Jangaaan!!” Seru Rio. Mereka malah main kejar-kejaran di lapangan basket.
Sementara itu, Alvin mencoba untuk menelepon Sivia, tapi handphonenya gak aktif.
“Shil, Via kemana?” Tanya Alvin.
“Tadi sih, Sivia gak masuk sekolah, kata Papanya sakit.” Kata Shilla.
Entah mengapa Alvin tak percaya dengan Shilla, sepertinya ada yang tak
beres, perasaannya tak enak.
***
“SIVIAA!!
Sudah Papa bilang kamu gak boleh melukis lagii!! Kenapa kamu tetap
melukis!! Darimana alat lukis ituu!!??” Seru Pak Rendra. Sivia tak
menjawab. Alat lukis itu berasal dari Alvin. Sivia tak mungkin bilang
kalau itu pemberian Alvin, pasti ayahnya akan marah-marah sama Alvin.
“Pa, udaaahh!” ujar Bu Vina.
“Kamu
ini belain Sivia teruus!! Sivia kamu gak boleh keluar rumah, kamu Papa
hukum selama seminggu!! Kamu gak boleh keluar!!! Papa bilang sama gurumu
kalo kamu sakiit!!” Papanya mengunci Sivia di kamar. Sivia hanya
menangis.
“Kak Alvin..” gumam Sivia sesenggukan. Kejadian tadi
pagi itu masih terbayang di benak Sivia. Sivia dihukum tidak boleh
keluar rumah, keluar kamarpun tak boleh. Sivia tak menyangka Papanya
yang dulu baik sekarang menjadi kejam padanya. Kemudian pandangannya
tertuju pada selembar kertas putih yang berada di atas meja belajarnya.
***
“Non
Via, ini makan dulu…” seru Mbok Ela dari luar kamar. Tapi tak ada
jawaban, Mbok Ela terus menerus mengetok pintu kamar Sivia. Tetap tak
ada jawaban. Kemudian Mbok Ela memanggil Bu Vina.
“Bu, tadi saya mengetok kamar Non Via, tapi tak ada jawaban, saya takut, Bu…” kata Mbok Ela khawatir.
Bu
Vina segera mencari kunci kamar Sivia dan mencoba membukanya, mereka
terkejut bukan main. Sivia tak ada di kamar, jendelanya terbuka.
Pandangan mereka tertuju pada sebuah kertas putih tersebut. Bu Vina
membacanya dan kemudian menangis.
“Bu Vina!!” Seru Mbok Ela yang makin panik, karena Bu Vina pingsan.
***
Sudah
dua hari ini Sivia tak ada kabar sama sekali, ingin sekali Alvin datang
kerumahnya, tapi sejak dulu Sivia melarangnya untuk kerumahnya karena
Papanya. Sebelum pertandingan final dimulai , Alvin terus menelepon
Sivia, tapi tak ada jawaban, itu semakin membuat Alvin khawatir.
SMA
Citra Bangsa sudah memasuki pertandingan final (pertandingan perempat
final sama Semifinal di skip anggep aja menang :p) setelah mengalahkan
SMA Tarumanegara dan SMA Nasional. Dan sekarang, saatnya
mereka
melawan SMA Tunas Pusaka untuk memperebutkan gelar juara. Jumlah
penonton pun meningkat karena final diadakan hari Sabtu, yaitu hari
libur.
“Kak Alvin, ada jawaban?” Tanya Ify. Alvin menggeleng.
“Kita kerumah Sivia deh, pertandingan dimulai 3 jam lagi kan?” Tanya Shilla.
“Iya, ntar telpon gue ya, kalo lo berdua udah ketemu Sivia.” Kata Alvin.
Shilla,
Ify, Agni dan Cakka pergi meninggalkan arena pertandingan untuk pergi
kerumah Sivia. Mereka pergi kerumah Sivia dengan mobil milik Cakka. Agni
duduk di sebelah Cakka, sedangkan Ify dan Shilla di belakang.
“Jujur ya, sebenarnya gue rada aneh, gak biasanya handphone Sivia gak aktif,” ucap Ify.
“Iya, kalaupun dia sakit pasti dia ngabarin kita,” Kata Shilla.
“Gue rasa ada yang gak beres sama Sivia,” kata Cakka.
“Yang nyetir gak usah komentar! Ntar ketabrak!!” seru Agni.
“Iyaa..Agni cantik..” goda Cakka sambil nyolek dagu Agni.
“Mau gue bogem, Cak??” Tanya Agni.
“Ahahahaha..nggak…” kata Cakka.
Sampailah mereka di depan rumah Sivia. Rumah Sivia terihat sepi, mereka berempat memencet bel rumah Sivia.
“SIVIAA!!” Seru Bu Vina saat membuka pintu, tapi pandangannya berubah kecewa begitu yang ada di depannya bukan Sivia.
“Tante Vina?” Gumam Ify. Bu Vina langsung memeluk Ify dan menangis.
“Tante,
Tante kenapaa?” Tanya Ify. Mereka membawa Bu Vina masuk, mereka juga
melihat Pak Rendra terlihat berantakan, mereka semua menunggu didepan
telepon.
“Tante sebenernya ada apa?” Tanya Ify.
“Sivia kabur dari rumah…” gumam Bu Vina.
Mereka semua terkejut, mendengar kalimat yang di lontarkan dari mulut Bu Vina.
“Via kabuur?? Kenapa?” Tanya Shilla tak percaya.
“Ini
semua salah saya, saya terlalu mengekang Sivia dan menuntut Sivia untuk
berhenti melukis, saya gak tau kalo ternyata Sivia sangat tersiksa
dengan perlakuan saya, saya khilaf…” ujar Pak Rendra lirih.
“Jadi sebenarnya Sivia gak sakit tapi kabur?” Tanya Cakka.
“Iya,
saya sudah mengirim ajudan-ajudan saya untuk mencari Sivia, tapi sampai
sekarang tidak ketemu,” kata Pak Rendra. (ceilah ajudaan :p)
“Kami akan bantu Oom dan Tante untuk mencari Sivia,” kata Agni.
“Terima kasih…” kata Bu Vina.
“Oom boleh minta sesuatu sama kalian?” Tanya Pak Rendra.
“Apa Oom?”
“Boleh saya ketemu Alvin?”
***
“Akhirnya gue ketemu lo juga di final…” ujar Debo.
“Gue nepatin janji gue kan?” Tanya Rio.
“Kita tentuin siapa yang jadi pemenangnya, kita tanding habis-habisan.”
“Oke, gue terima tantangan lo,” Rio dan Debo sebagai kapten tim berjabat tangan.
“Ify mana?” Tanya Debo.
“Dia kerumah Sivia dulu,” kata Rio.
“Ooh.”
“PRIIIITTT!!!”
Peluit tanda dimulainya pertandingan dimulai, CB dan TP sama-sama
saling menyerang, mereka sama-sama kuat, yang membuat seru adalah
pertandingan antara Rio dan Debo.
Sementara itu, Alvin tidak bisa
berkonsentrasi karena kekhawatirannya pada Sivia, temen-temennya juga
belum datang. Alvin terus menengok kearah tribun penonton, tapi tak
Sivia. Kemudian teman-temannya datang, tapi tanpa Sivia yang ada malah
Pak
Rendra dan Bu Vina, orang tua Sivia.
“Vin, konsen!!!” Teriak Gabriel. Alvin mengangguk.
CB
dan TP saling mengejar satu sama lain, kadang-kadang CB unggul
kadang-kadang TP unggul, perolehan angka saling kejar mengejar. Waktu
tinggal 1 menit lagi, kedudukan sekarang adalah 82-84 dengan keunggulan
TP, tim CB mulai bermain dengan habis-habisan untuk mengejar perolehan
angka. Saat ini bola ada di tangan Gabriel, Gabriel bingung harus
mengoper ke siapa, Rio di jaga ketat oleh Debo, Alvin di jaga oleh yang
lain, akhirnya Gabriel mengoper ke Obiet. Waktu tinggal 30 detik lagi.
“Yo, lo gak bisa ngelewatin gue…” kata Debo sambil terengah-engah.
“O, ya? Lo terlalu ngeremehin gue!” kata Rio.
Ternyata dengan kegesitan Rio, Rio berhasil melewati Debo, dan mendapat operan dari Obiet. Rio mendribble bolanya.
“Kak Riooo!!! Lo bisaaa!!!” Teriak Ify.
‘Satu-satunya
yang harus gue lakuin cuma lemparan three points!!’ Rio melempar bola
dari jarak yang cukup jauh. Semua orang berdiri, terutama
teman-temannya. Ify sampai menganga. Cakka malah sibuk makan popcorn. Lo
kata nonton film??
“MASUUUKKK!!!”
“PRIIITT!!!!”
Peluit
tanda berakhirnya pertandingan berbunyi, pertandingan selesai dengan
kemenangan Citra Bangsa dengan kedudukan yang sangat tipis 85-84.
“Yeeeyyy!!! Kita menaaaangg!!” Teriak Ify.
Rio
pun menerima trophy bergilir turnamen basket se-jabodetabek, Rio
mengangkatnya tinggi-tinggi, dan Rio juga di angkat oleh timnya. Begitu
melihat Debo, Rio turun.
“Yo, selamat ya! Tim lo pantes jadi jadi juara, lo juga pantes jadi MVP (Most Valuable Player).” ujar Debo.
“Thanks, De!” Mereka berjabat tangan.
“Mau tau gak apa yang gue sama Ify omongin?”
“Apaan?” Tadinya Debo mau ngasih tau Rio, tapi Ify keburu dateng.
“Gak jadi deh, kapan-kapan aja! Hehee!” Debo langsung pergi ke timnya.
“Yeuuh, ribet dah akh!” keluh Rio.
Ify sudah berdiri di depannya dengan tersenyum.
“Kak, lo keren banget, makin demen gue sama lo!” kata Ify cengengesan. Rio mulai risih tapi agak seneng juga.
“Gue udah janji kan, gue mau ngomong sama lo sekarang? Gue itu…” tiba-tiba Ify menyela omongan Rio.
“STOP!!” Sela Ify. Rio udah habis
kesabaran.
“Apa lagi siih!! Heran susah banget gue
ngomong ama lo!” Keluh Rio.
“Masalahnya sekarang bukan waktu yang tepat, Sivia kabur dari rumah!!” Seru Ify. Mata Rio melotot.
“Ah, boong lo!?”
“Ngapain gue boong!!!” kata Ify. Alvin yang mendengar kata-kata Ify langsung mematung.
“Fy, beneran?” Tanya Alvin.
“Iya
Kak. Kak Alvin, orang tua Sivia mau ngomong sama Kakak,” kata Ify.
Alvin menghampiri orang tua Sivia yang sedang bersama Cakka, Agni,
Shilla, dan Gabriel.
“Alvin, Oom minta maaf, dulu Oom mau nampar kamu, Oom udah kehilangan akal sehat, gara-gara Oom Sivia kabur,” gumam Pak Rendra.
“Alvin, tolong bantu kami cari Sivia, mudah-mudahan Sivia pulang kalo kamu ada, Vin…” ujar Bu Vina sambil
menangis.
“Alvin bakal bantu Oom sama Tante,” kata Alvin.
“Tapi kita nyari dimana, Vin?” Tanya Cakka. Alvin mulai memutar otaknya tempat apa yang bakal Sivia datangi.
“Puncak!” Seru Alvin.
“Puncak??” Tanya Cakka heran.
“Iya, Puncak! Ayo kesana sekarang! Yo, lo bawa mobil kan??” Teriak Alvin. Rio dan Ify langsung berlari menghampiri mereka.
“Iya gue bawa,” kata Rio.
“Ayo, cabut ke Puncak kita cari Sivia!”
***
“Kak Via, kenapa kabur dari rumah?” Tanya Osa.
“Kak
Via ngerasa kalo kakak gak berguna, Sa. Kakak cuma ngecewain mereka
aja, Papa selalu marah sama Kak Via” ujar Sivia yang sedang membantu Osa
berjualan Strawberry di Gunung Mas.
“Kenapa gitu, Kak? Orang tua Kakak marah, karena sayang sama Kakak,” ucap Osa. Sivia tersenyum lalu mengacak-acak rambut Osa.
“Gak usah dibahas lagi ya, Kak Via lebih suka tinggal di sini daripada di Jakarta, Osa gak keberatan kan?” Tanya Sivia.
“Nggak, Osa malah seneng bisa tinggal sama Kakak.” Kata Osa.
“Jualan
lagi, yuk!” ajak Sivia. Saat mereka sedang berjualan, dua buah mobil
berhenti di samping Sivia dan Osa. Yang ada di dalamnya keluar. Sivia
terkejut, ternyata yang keluar orang tuanya, teman-temannya dan juga
Alvin.
“Mama, Papa?”
“Via, pulang yaa sama Papa dan Mama, jangan bikin kami khawatir lagi…” kata Bu Vina.
“Via, maafin Papa, Papa udah jahat sama kamu, Papa emang bukan orang tua yang baik, sekarang kita pulang yaa..” ajak Pak Rendra.
“Vi, pulang ya, jangan bikin gue khawatir, plis pulang…” kata Alvin. Sivia menggeleng.
“Vi, ayo pulang…” ujar Ify.
“Via gak mau!! Via mau tetep disinii!!”
Sivia berlari meninggalkan mereka.
“Siviaaa!!!” Alvin mengejar Sivia, begitupun orang tuanya.
“Osa, jangan ikut yaa, Osa pulang aja…” kata Ify. Osa mengangguk. Ify dkk pun ikut menyusul untuk mengejar Sivia.
***
Sivia berhenti di pinggir sungai, dia tak bisa kemana-mana. Alvin dan yang lain sudah berada di belakangnya.
“Vi,
plis jangan lari lagi, lo gak boleh egois, tolong ngertiin perasaan
ortu lo, temen-temen lo, ngertiin perasaan gue,” gumam Alvin yang
mendekat padanya dan langsung mengenggam tangannya.
“Via, ayo pulaang,” ajak Mamanya.
“Via,
udah sakit hati, Ma…kenapa Via gak boleh ngelakuin yang Via suka,
kenapa Papa gak bisa ngertiin Via?” Sivia menangis sesenggukan.
“Via,
maafin Papa, Papa udah kehilangan akal sehat, Papa terlalu egois, Papa
gak nyadar kalo kamu sakit hati, Papa gak pantas jadi orang tua,” Pak
Rendra menangis, karena merasa bersalah terlalu mementingkan ambisi
daripada kebahagiaan anaknya. Bu Vina memeluk Pak Rendra.
“Vi, maafin Papa kamu, ya…” kata Alvin. Sivia masih menangis.
Shilla, Ify, Rio, Gabriel, Agni dan Cakka hanya bisa melihat mereka, yang
mereka
lihat bagaikan sinetron, kisah seorang anak yang terlalu dikekang hanya
untuk sebuah ambisi yang harus dicapai oleh orang tua. Ingin melihat
anaknya bahagia, tapi kenyataannya malah tersiksa dan tidak bahagia.
(kemaren kayak komik sekarang kayak sinetron -.- tambah aneh aja cerita
gue) Sivia berlari memeluk Papa dan Mamanya. Alvin tersenyum melihat
Sivia yang sudah bisa memaafkan kesalahan Papanya.
“Via, maafkan Papa…”
“Iya, Pa. Via juga minta maaf, udah bikin Mama sama Papa khawatir.”
“Mama dan Papa akan memberikan semua yang kamu mau, asalkan kamu bisa bahagia…” kata Pak Rendra.
“Via
cuma ingin Mama dan Papa selalu sayang sama Via, dan membiarkan Via
melakukan apa yang Via senangi, meskipun jalan hidup Via tidak sejalan
dengan apa yang Papa dan Mama inginkan, Via cuma mau itu aja, gak ada
yang lain,” kata Sivia dengan jujur.
“Iya, Via…semuanya terserah kamu…” kata Bu Vina. Sivia memeluk orang tuanya.
“Akhirnya selesei juga masalah Sivia,” kata Gabriel.
“Jadi lo bisa sering-sering ngapel kerumahnya Sivia, Vin, hahaa..” celetuk Cakka.
“Ngapain gue ngepel di rumah Sivia, kan ada pembantunya,” kata Alvin polos.
“Dih budeeekk!!! Ngapeel! Bukan ngepeel!!” teriak Rio.
“Kak Alvin budeeekk!!” Teriak Ify.
“Yeee…ini kan di deket sungai! Gue kan jadi kagak dengeer!!” teriak Alvin.
“Iiih, ganggu masa-masa bahagia gue sama ortu gue aja niih!!” Sivia sewot.
“Udah ah, pulang yuk! Kita makan-makan, buat ngerayain kemenangan CB!!” kata Shilla.
“Oom aja yang bayarin, kalian makan aja sepuasanya," kata Pak Rendra.
"Yang bener, Oom?? Asiik!! Makan gratiiiss!!" kata Cakka kegirangan.
"Yeee..yang
maen siapa, yang makan gratis siapa..lo bayar sendiri, Cak!" Seru
Gabriel. Cakka cuma manyun, dan akhirnya mereka kembali ke Jakarta.
***
No comments:
Post a Comment