Sunday, April 22, 2012

Love Has No Reason~ #Chapter8

Chapter 8 : Memang Belum Saatnya

Rio mengantarkan Ify pulang ke rumahnya, bahkan mungkin akan mengantarkannya sampai ke kamarnya. Mengingat sekarang status Ify sudah menjadi gadisnya, Rio merasa bertanggung jawab.

Sesekali Rio melirik ke arah gadis manis di sebelahnya ini. Lalu tersenyum simpul. Menatap wajah gadis yang kini sedang terlelap di dalam mobilnya. Melihat wajah polos gadis ini saat sedang tertidur semakin memantapkan hatinya, bahwa ia memang tak salah pilih.

Rio berhenti di sebuah rumah berwarna orange. Rumah itu terlihat sepi, mungkin karena pemiliknya sudah terlelap. Rio melirik jam di tangannya. Pukul 22.15. Tinggal beberapa jam lagi menuju tengah malam.

Niat Rio untuk membangunkan Ify terpaksa diurungkannya, karena melihat Ify yang tertidur pulas, sepertinya ia kelelahan. Maka Rio keluar dari mobilnya, lalu berjalan ke sisi lain mobilnya. Rio akhirnya menggendong Ify keluar dari mobilnya. Sampai di depan pintu rumah Ify, Rio susah payah mengetuknya. Beberapa saat kemudian keluar Gabriel dari rumah Ify.

"Rio ?"Kata Gabriel.

"Yel ? Ngapain di sini ?" Tanya Rio heran.

"Gue kan emang nginep di sini beberapa minggu, emang Ify gak ngasih tau ?" Tanya Gabriel. Rio menggeleng.

"Ya udah deh, yang penting lo sekarang tau, ini si Ify lo apain sampe teler gini yo ?" Tanya Gabriel asal.

"Tadinya mau gue apa-apain, tapi gak jadi ah" jawab Rio ikutan asal. Gabriel langsung menoyor Rio.

"Jangan asal toyor yel, gue lagi bawa sahabat lo tercinta nih, ntar kalo jatuh gimana ?" Kata Rio sambil melirik Ify.

"Oh iya gue lupa hehe" jawab Gabriel.

"Buruan, tunjukin kamar Ify, gue pegel nih yel" gerutu Rio. Gabriel pun masuk ke dalam rumah, dan menunjukkan kamar Ify. Rio memperhatikan sekelilingnya.

"Nyokapnya Ify mana yel ?" Tanya Rio.

"Nyokapnya udah tidur tadi, dia nungguin si Ify gak balik-balik" jawab Gabriel. "Lo masuk aja gih, gue nunggu di bawah ya, jangan lo apa-apain awas!" Kata Gabriel setelah sampai di kamar Ify.

Rio membawa Ify masuk ke kamarnya, lalu membaringkannya di atas tempat tidur. Rio duduk di samping Ify, memandang wajah gadisnya untuk yang entah ke berapa kalinya hari ini.

Rio membungkukan badannya, lalu mencium kening Ify. Setelah itu, Rio berbisik di telinga Ify.

"Good night. Sleep tight my dear. Believe me, everything gonna be okay after this night. I swear I'll protect you, sa" kata Rio lembut. Lalu Rio keluar dari kamar Ify, dan turun menuju ruang tamu Ify.

Gabriel tersenyum melihat Rio. "Duduk dulu yo" kata Gabriel. Rio mengangguk lalu duduk di salah satu sofa di dekat Gabriel.

"Jadi ? Gimana ceritanya ?" Tanya Gabriel. Rio mengalihkan pandangannya menuju Gabriel. Lalu menaikkan alisnya tanda bingung.

"Gimana ceritanya lo bisa jadian sama Ify ?" Tanya Gabriel lagi. Rio tertawa kecil.

"Dari mana lo tahu ?" Tanya Rio.

"Gak ada yang ngasih tau gue emang. Tapi, gak mungkin lo bisa cium cium si Ify, kalo emang kalian belum jadian" jelas Gabriel. Lagi-lagi Rio hanya tersenyum kecil.

"Penting ya emang ? Kalo emang penting, gue ceritanya besok aja ya, ngantuk nih gue, mau tidur, pulang dulu ya gue. Oh iya, titip salam buat sahabat lo itu haha, bye Gabs, see you" kata Rio lalu keluar menuju mobilnya yang terparkir rapi di depan rumah Ify. Gabriel hanya mendengus kecil.

Keesokan harinya....

"Ify ! Bangun fy! Tuh pacar lo udah nungguin di bawah, masa jam segini masih belum bangun!" Kata Gabriel sambil menggedor pintu kamar Ify.

"Gue udah siap kok, suruh tunggu bentar, bentar lagi gue turun kok" kata Ify dari dalam kamarnya. Gabriel hanya mengangkat bahunya, lalu turun ke ruang tamu.

"Tunggu bentar katanya yo, pacar baru lo itu emang lelet banget kalo mau berangkat sekolah" kata Gabriel. Rio tersenyum geli mendengar kata 'pacar baru' jujur sampai sekarang, Rio masih merasa bermimpi bisa jadian dengan Ify. Gabriel juga sudah tahu acara penembakan Rio kepada Ify.

"Eh yel, nyokap bokapnya Ify mana ?" Tanya Rio sambil celingukan.

"Nyokapnya tadi pagi udah pergi ke kantor, katanya ada meeting, kalo bokapnya emang lagi dines gitu, jadi gak pulang" jelas Gabriel. Rio hanya meng-o-kan mulutnya.

Tak lama kemudian Ify turun dari kamarnya, sambil membereskan rambutnya yang sebenarnya sudah rapi.

"Pagi fy" kata Rio. Ify menatap Rio, lalu tersenyum sambil kembali membereskan rambutnya yang jauh dari kata berantakan.

"Udah cantik kok fy, berangkat aja yuk" kata Rio. Wajah Ify memanas mendengar perkataan Rio.

"Gih sana deh lo berdua, umbar kemesraan banget sih, udah tau gue jomblo, sana ah! Liat aja nanti lo, gue tagih PJ gede-gedean di kantin." Gerutu Gabriel sambil mendorong Rio dan Ify. Rio dan Ify hanya tertawa.

"Mentang-mentang udah jadian, dasar gila!" Kata Gabriel setelah Rio dan Ify pergi.

"Liat aja! Kalo gue ketemu lagi sama cewe yang waktu itu, gue gak bakal nyia-nyiain lagi. Gue bakal tanya namanya, alamatnya, nomor HPnya, warna kesukaannya, tanggal lahirnya, angka favoritnya, makanan kesukaannya, minuman kesukaannya, pokoknya semuanya deh" kata Gabriel lagi.

"Haha, gue gila deh, ngayal mulu~ berangkat ah" kata Gabriel lalu menyambar kunci motornya yang tergeletak di meja.

Saat sedang melewati jalan yang agak sepi, Gabriel melihat gadis cantik sedang berdiri di pinggir jalan. Gadis itu menunduk, sehingga rambutnya menutupi wajahnya. Gabriel langsung mengalihkan pandangannya ke arah kaki gadis ini. Gabriel ingin memastikan apakah kaki gadis itu masih berpijak pada tanah atau tidak(-_-) dan TERNYATA kaki gadis itu..... Masih napak pada tanah (? -_-V). Gabriel menghela napas lega. Lalu mendekati gadis itu.

"Hei" sapa Gabriel. Gadis itu mendongakan kepalanya, saat melihat wajah gadis itu Gabriel kaget.

"Elo ngapain di sini ? Kaya orang gila aja di pinggir jalan ?" Tanya Gabriel.

"Ih, lo ngapain di sini ? Pake ngatain gue orang gila lagi!" Tanya gadis itu.

"Gue nanya, elo malah nanya balik. Gue emang tiap berangkat sekolah lewat sini kali, elo yang ngapain ada di sini ?" Tanya Gabriel lagi.

"Gue nungguin angkot dari tadi, tapi gak ada yang lewat" jawab gadis itu dengan muka memelas. Gabriel malah tertawa.

"Ngapain lo ketawa ?!" Tanya gadis itu sinis.

"Haha, gapapa, lo lucu banget, gak akan ada angkot di sini nona, baru pertama kali naik angkot ya ? Kalo mau naik angkot itu tuh di depan sana, jangan di sini, lo aneh-anah aja deh vi" kata Gabriel melanjutkan tertawa. Sementara gadis yang di panggil 'vi' tadi hanya cemberut.

"Udah sana lo, ntar telat ke sekolah, lo jalan dulu ke depan terus naik angkot di depan. Gue duluan yaa" kata Gabriel.

'Dasar cowo gak peka! Bukannya ajakin bareng atau gimana, ih!' Batin siVIa dalam hati.

Saat Gabriel akan melajukan motornya tiba-tiba Sivia menarik tangan Gabriel.

"Apaan lagi vi ?" Tanya Gabriel heran.

"Anterin dong yel, lo tega banget ngebiarin cewe cantik kaya gue nungguin angkot sendirian" pinta Sivia dengan wajah memelas.

Gabriel menaikkan sebelah alisnya."Ogah ah vi, lo naik angkot aja sana, nanti kalo di jalan gue ketemu pujaan hati gue gimana ?" Tanya Gabriel.

"Yah Gabriel, lo jahat banget sih, sekali inii aja, peliiis, pelis banget yel, gue traktir deh nanti di kantin" kata Sivia. Gabriel tampak berfikir.

"Oke deh, naik lo, tapi nanti traktir ya Vi" kata Gabriel. Sivia mengangguk cepat lalu naik ke motor Gabriel. Gabriel mulai melajukan motornya menuju ke sekolah.

"Yel"kaya Sivia.
"Hmm"
"Boleh pegangan gak ?" Tanya Sivia polos.
"Hahaha, via Via, dimana-mana tuh ya cowok yang harusnya nyuruh ceweknya pegangan, ini malah kebalikannya hahaha" kata Gabriel. Sivia lagi-lagi cemberut.

"Kalo nungguin lo yang ngomong mah kelamaan yel, lo kan gak pernah pek" ceplos Via. Gabriel tersenyum lalu menarik tangan Sivia.

"Mau pegangan di jaket gue atau mau di pinggang gue kaya di film-film ?" Tanya Gabriel. Wajah Sivia memerah menahan malu.

"Haha, cepetan, mau di mana nih ?" Goda Gabriel lagi.

"Udah gak usah aja" Sivia cepat-cepat menarik tangannya.

"Udah sini, biar kaya yang di film-film, haha"Gabriel menarik tangan Sivia lagi lalu melingkarkannya hingga ke depan perutnya. Sivia merasakan wajahnya sudah siap makan (re: matang)

****

Di kelas....
"Gabriel belum dateng ya fy ?" Tanya Rio begitu masuk ke kelas.

"Belum kayaknya, lagian pasti duluan kita, orang kita berangkat duluan" jawab Ify. Rio tertawa.

"Oh iya ya haha" kata Rio. "Fy, gue masih berasa mimpi deh" kata Rio lagi. Ify menatap Rio.

"Mimpi apaan yo ?" Tanya Ify polos. Rio mendengus pelan.

"Itu loh yang semalem" kata Rio. Ify masih mengerutkan keningnya.

"Kemaren kenapa emangnya ?" Tanya Ify lagi.

"Kamu gak inget gitu fy ? Tanya Rio. Ify menggelengkan kepalanya. "Ya ampun, belum sehari jadian aja kamu udah lupa hari jadian kita" gerutu Rio. Ify terus menatap Rio. Lalu tiba-tiba menepuk keningnya sendiri.

"Gue lupa yo, haha, serius sumpah lupa, gue gak nyangka aja kita bisa jadian secepat ini hahaha" kata Ify sambil tertawa. Rio tetap memajukan bibirnya.

"Yah Rio, maaf deh, gue beneran lupa, suer deh, maaf ya yo" kata Ify memasang wajah memelasnya. Sebenarnya Rio tak bisa menahan tawanya melihat wajah Ify yang begitu menggelikan. Tapi, Rio tetap berpura-pura marah.

"Rio, maafin dong, maaf ya, Ify lupa beneran deh" kata Ify dengan gaya anak kecil. Rio hanya memalingkan wajahnya.

"Ih Rio kok marah sih!" Ify kini berfikir bagaimana caranya agara Rio tak marah lagi padanya.

Lalu tiba-tiba CUPPP! Ify mengecup pipi kiri Rio. Rio kaget mendapat perlakuan seperti itu dari Ify. Rio buru-buru menoleh ke arah Ify yang kini sedang tertunduk.

"Fy" kata Rio speechless. Ify tetap menunduk."Lo gila ? Ini di kelas fy" kata Rio lagi. Ify hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Udah tuan dan nyonya adegan mesranya ? Saya sudah boleh masuk kan ?" Sindir Gabriel dari depan pintunya. Di belakangnya ada Sivia yang sedang tertawa geli.

"Lo ? Sejak kapan ada di situ ?" Tanya Rio.

"Sejak kapan vi ?" Gabriel malah melempar pertanyaan yang di tujukan untuknya pada Sivia.

"Emm, kapan ya ? Lupa gue, yang gue inget ciumannya Ify mesra banget tadi" kata Sivia pura-pura gak tau. Wajah Ify memerah sekali lagi.

"Lama dong ?" Tanya Rio polos.
"Menurut lo ?" Kata Gabriel lalu berjalan menuju bangkunya. Sivia juga ikut berjalan di belakang Gabriel, pada saat dia melewati meja Ify, Sivia berhenti sebentar.

"Lo utang cerita plus utang PJ sama gue" kata Sivia pelan.

"Woy! Kalo PJ gue juga belum kecipratan" kata Gabriel, sepertinya mendengar perkataan Sivia.

"Kayanya gak bisa PJ deh, ya gak fy ? Kita kan gak boleh ke kantin seminggu" kata Rio puas. Tapi, bukan Gabriel namanya kalo tidak bisa mencari alternatif lain.

"Besok di kafe Mutiara jam 4 sore, wajib dateng! Nanti gue ajak kak Alvin, sama kakak lo juga Vi, kalo mereka berdua kabur gue tagih sampe kapanpun" kata Gabriel tagas. Rio mendengus kesal.

"Sip yel haha, tapi kenapa gak sekarang aja ?" Tanya Sivia.

"Hari ini kita gak bisa vi, kita ngerjain tugas karya ilmiah dari bu Winda hari ini aja, biar cepet selesai" jelas Gabriel. Sivia menepuk keningnya.

"Hampir aja gue lupa di kasih tugas tambahan sama bu Winda, di mana ngerjainnya yel ?" Tanya Via lagi.

"Di rumah lo aja gimana vi ? Sekalian gue pengen ketemu kakak lo, oke ?" Jawab Gabriel. Sivia hanya menganggukan kepalanya.

Kembali ke meja RiFy...
"Yo, kita kapan mau ngerjain tugas dari bu Winda ?" Tanya Ify pada Rio.

"As soon as possible" jawab Rio asal. Ify melempar buku tulisnya ke kepala Rio.

"Aduh, sakit ify!" Kata Rio meringis sambil mengusap-usap kepalanya.

"Makanya kalo di tanya jangan asal!" Kata Ify tegas.

"Iya nona Mario" kata Rio santai. Ify berdecak kesal.

"Kali ini gak mempan, buruan jawab, kapan mau ngerjainnya ?" Tanya Ify lagi. Rio mengalihkan pandangannya menuju Ify. Selama beberapa saat Ify tenggelam menikmati mata bening itu. Rio juga asyik menikmati wajah gadisnya ini.

"Bubar bubar! Bahaya kalo gini terus" gabriel mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Rio dan Ify. Sivia tertawa melihat Gabriel.

"Ganggu banget lo yel" gerutu Rio.

"Rio, kapan ?" Tanya Ify lembut.

"Hehe, jangan lembut gitu ah, gue jadi malu, lusa aja gimana ? Hehe" kata Rio cengengesan. Ify menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yaudah deh, lusa ya, dimana ?" Tanya Ify lagi.

"Kita kan di suruh ke rumah kanker, masa ngerjain di rumah lo sih" kata Rio.

"Oh iya ya hehe, emangnya lo tahu tempat rumah kanker di mana ?" Rio mengangguk.

"Di rumah sakit bokap gue ada kok tempat khusus buat anak-anak penderita kanker" jawab Rio. Ify membulatkan matanya.

"Bokap lo punya rumah sakit yo ?" Tanya Ify tak percaya. Rio mengangguk.

"Gak usah pura-pura lupa deh fy, dulu aja lo sering ke sana kan ?" Kata Rio santai. Ify lagi-lagi mengerutkan keningnya bingung.

"Yo gue kan baru ken...." Rio menaruh telunjuknya di bibir Ify.

"Udah ada bu Winda, lo gak mau kena marah lagi kan ?" Rio buru-buru memperhatikan bu Winda yang baru masuk ke kelas. Ify terpaksa menyimpan pertanyaannya itu rapat-rapat. Lalu memperhatikan pelajaran karena takut mendapat hukuman lagi.

****
"Haaai!" Sapa Alvin begitu memasuki kelas X-2, hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin bagi Alvin untuk beberapa hari ini. Maka hari ini pun, anak-anak X-2 tidak ada yang heran melihat Alvin di kelas mereka.

"Via, nanti pulang sekolah mau bareng gak ?" Tawar Alvin pada Sivia.

"Ciyeee gak kakaknya sekarang adeknya juga nih" goda Gabriel.

"Sirik ya lo yel ? Gak bisa ngajakin Sivia jalan ?" Tanya Alvin sambil menjulurkan lidahnya.

"Maaf ya, nanti pulang sekolah Sivia pulang bareng gue tuh, jadi lo pulang aja sendiri kak" jawab Gabriel santai, tapi penuh kemenangan.

"Heh, dari pada rebutin Sivia mendingan rebutin gue aja" kata Ify yang baru bergabung.

"Yakin lo fy ? Beneran ya ? Ya udah gue nanti pulang bareng lo deh" kata Alvin asal.

"Eh vin! Jangan! Enak aja lo, cewek gue nih, maen lo ajak pulang aja vin!" Gerutu Rio. Ify tertawa melihat Rio.

"Dia ? Cewek lo yo ? Ckckck, gak nyangka gue lo suka sama cewek macem beginian"kata Alvin polos.

"Kak ALVIN!! Maksud lo apa ??!"Tanya Ify kesal. Alvin menelan ludah.

"Salah ngomong gue, bangunin macan tidur nih" kata Alvin pelan.

"Enggak fy, hehe, iya si Rio kok bisa suka sama cewek imut, manis, cantik, baik, lucu, tidak sombong, rajin menabung, rajin ibadah, cinta orang tua kaya lo hehe" kata Alvin mencari alibi. Ify hanya mendengus kesal.

"Hahaha, hebat ya cewek gue, lo aja takut vin haha, lagian gue udah kepentok cinta sama dia, gue aja gatau kenapa bisa suka sama dia haha" jawab Rio. Ify menyikut pelan lengan Rio.

"Ciyeee deh, PJ kapan ya ? Gue kecipratan gak ya kira-kira ?" Sindir Alvin.

"Besok, kafe Mutiara jam 4 kak, dateng aja, kakanya Sivia juga dateng kok" jawab Gabriel cepat.

"Siap deh, gue pasti dateng" kata Alvin sambil tersenyum lebar. Rio dan Ify mendengus pasrah.

"Lo masalah makan gratis aja cepet vin" gerutu Rio. Alvin hanya nyengir kuda.

"Lo udah tau gue kakak kelas lo masih aja manggil 'Vin' manggilnya 'Kak Alvin' kek gak sopan banget lo" Rio hanya menjulurkan lidahnya.

"Gak enak, udah kebiasaan manggil nama langsung, formil amat pake embel-embel 'kak' haha" jawab Rio.

"Gak sopan lo, tapi, ya udah deh suka-suka lo, yang penting gue kecipratan PJ" jawab Alvin asal. Rio menoyor kepala Alvin.

"Sama senior gak ada hormat-hormatnya lo yo" Alvin mengelus-elus kepalanya. Rio, Ify, Gabriel, dan Sivia tertawa.

"Emang masih jaman ya junior senioran ?" Tanya Rio. Alvin hanya mendengus.

"Jadi vi, lo pulang sekolah bareng dia ini nih ?" Tanya Alvin pada Sivia sambil melirik Gabriel.

"Iya kak hehe, gue mau ngerjain tugas ilmiah dari bu Winda dulu hehe" jawab Sivia.

Akhirnya, mereka berlima menghabiskan waktu istirahat dengan bercanda dan mengobrol tak jelas.

****
"Ayo vi" ajak Gabriel saat pulang sekolah. Sivia mengangguk.

"Yo, fy, gue duluan ya" kata Sivia. Rio dan Ify mengangguk.

"Fy, pulang langsung ?" Tanya Rio.

"Pulang aja deh, lo temenin gue di rumah ya, soalnya nyokap gue baru pulang nanti malem kayanya, yayaya" kata Ify. Rio mengacak-acak rambut Ify gemas.

"Ayo pulang princess, lo lucu banget sih haha" Rio menggandeng lengan Ify. Ify hayya tersenyum mendapat perlakuan seperti itu.

'Rasanya ini semua terlalu cepat' batin Ify.

*****

"Vi, langsung ke rumah lo ?" Tanya Gabriel saat di perjalanan.

"Ke gramed dulu mau gak yel ? Sekalian cari referensi buat karya ilmiahnya" tawar Sivia.

"Oke deh, gue ikut aja hehe" Gabriel dan Sivia meluncur menuju mall terdekat dari sekolah mereka.

Di Mall....
"Vi, mau makan dulu gak ? Laper nih gue" kata Gabriel.

"Gue engga deh, nanti aja di rumah hehe" jawab Sivia.

"Beneran ? Gue makan dulu ya, gak apa-apa ?"

"Iya, udah sana aja, biar gue yang cari bukunya" kata Sivia sambil mendorong Gabriel.

"Oke, nanti kalo udah selesai telpon aja ya Via" kata Gabriel lagi. Sivia hanya mengangguk lalu masuk ke toko buku.
****
Gabriel masuk ke salah satu restoran cepat saji yang ada di sana, lalu Gabriel memesan beberapa menu makanan. Saat makanan datang, Gabriel cepat-cepat melahapnya karena memang ia lapar.

Setelah makan Gabriel melihat seorang gadis cantik sedang berjalan buru-buru.

'Itu kaan...' Batin Gabriel. Gabriel lalu berjalan menghampiri gadis itu.

"Hai" sapa Gabriel. Gadis itu sepertinya kaget.

"Eh, hai" sapa gadis itu lagi.

"Gak nyangka bisa ketemu lo lagi, hehe, buat yang waktu itu gue hampir nabrak lo sori banget ya" kata Gabriel.

"Haha, masih inget aja lo, gak apa-apa lah, toh guenya juga gak kenapa-napa kan, oh iya waktu itu lo gak telat kan ?" Tanya Gadis itu.

"Engga engga, tepat waktu kok, cuma gara-gara gue ngobrol sama temen gue yg nanya kenapa gue telat, gue jadi dapet hukuman nih dari guru gue" kata Gabriel sedikit curhat.

"Oh ya ? Aduh sori ya, gara-gara gue lo jadi di hukum" kata gadis itu memasang wajah menyesal.

"Eh gapapa dong, bukan salah lo kok, itu juga gara-gara gue ngobrol hehe, oh iya nama lo siapa ?" Tanya Gabriel, hati Gabriel langsung dag-dig-dug.

"Nama gue sh"

Sesungguhnya dia ada di dekatmu
Tapi kau tak pernah menyadari itu

HandPhone Gabriel berdering.

'Sivia is calling'

'Sivia ganggu banget sih' gerutu Gabriel dalam hati.

"Bentar ya gue angkat telpon dulu" kata Gabriel. Shilla hanya mengangguk.

"Apa ? Halo vi... Vi.. Haloo..haloo, aduh sinyalnya jelek" kata Gabriel, sepertinya telponnya putus-putus.

"Bentar ya, gue ke sana dulu sebentar, sinyalnya jelek nih" pamit Gabriel. Lalu menjauh dari gadis itu.

"Apa vi ? Ooh udah selesai ? Oke bentar lagi gue ke sana deh" kata Gabriel pada Sivia di seberang sana (?).

Sementara itu di tempat gadis itu....

"Shill, ngapain di sini ? Gue cariin kirain ke mana, ke kamar mandi aja lama" kata seorang cowo yang menghampiri gadis itu yang ternyata SHILLA.

"Eh vin, engga, tadi gue ketemu temen gue hehe" jawab Shilla. Alvin mengerutkan kening.

"Temen ? Lo udah punya temen di Bandung ?" Tanya Alvin.

"Beberapa hari yang lalu dia hampir nabrak gue hehe" jawab Shilla.

"Hah serius ? Terus lo gak kenapa-kenapa kan ? Sekarang temen lo mana ?" Tanya Alvin bertubi-tubi. Shilla tertawa kecil.

"Gapapa gue, dia tadi lagi nerima telpon dai temennya, tapi sampe sekarang belum balik" jawab Shilla sambil melihat ke arah Gabriel pergi tadi.

"Oh, yaudah deh, makan lagi yuk, tadi makanannya gue tinggal hehe" ajak Alvin. Shilla berfikir sebentar. Lalu mengangguk.

"Ayo deh" Shilla dan Alvin lalu pergi.

Balik lagi ke Gabriel~~

"Oke, lo atur aja vi, gue ikut hehe, oke, gue bentar lagi ke sana ya, bye~" Gabriel memutuskan hubungan telponnya dengan Sivia lalu berjalan menuju tempat tadi.

"Sori lama ya, tadi gu" perkataan Gabriel terpotong karena merasa bicara sendiri.

"Loh, cewe tadi mana ya ?" Gabriel celingukan mencari Shilla. "Ah pasti tadi gue kelamaan deh ah" gerutu Gabriel, lalu berjalan ke toko buku dengan kesal.

"Hai vi" kata Gabriel saat sampai di toko buku.

"Dari mana aja sih yel ? Lama banget ?" Tanya Via. Gabriel menceritakan pertemuannya dengan gadis yang telah mencuri hatinya sejak pertama kali bertemu. Sivia merasa bersalah.

"Yah yel, sori ya, gue beneran gak tau kan" kata Sivia merasa bersalah. Gabriel mengangguk lemas.

"Gapapa vi, mungkin emang belum saatnya gue tau siapa nama dia" jawab Gabriel.

"Ke rumah gue aja yuk, nyimpen buku, terus lo katanya mau ketemu kakak gue kan ? Masalah ngerjainnya, bisa lusa kan" kata Sivia.

"Kok gitu vi ?" Tanya Gabriel heran.

"Pasti hasil karya ilmiahnya jelek kalo lo-nya gak semangat gini, udah gapapa, nanti gue minta bantuin kakak gue buat ngerjain sedikit hehe" kata Sivia.

"Beneran gak apa-apa ?" Tanya Gabriel memastikan. Sivia mengangguk mantap.

"Ya udah, yuk pulang" ajak Gabriel.

****
"Masuk yuk yel" kata Sivia basa-basi saat sudah sampai di depan rumahnya.

"Emang niat awalnya juga kan pengen masuk" kata Gabriel polos.

"Kan cuma basa-basi doang yel" gerutu Sivia. Gabriel tertawa lalu masuk ke dalam rumah Sivia.

"Mama....mamaa" panggil Sivia.

"Ada apa sayang ?" Tanya mama Sivia yang baru keluar dari dapur.

"Kak Shilla mana ma ?" Tanya Sivia.

"Loh, Shilla kan lagi pergi sama Alvin, emangnya Shilla gak ngasih tau ?" Tanya mama Sivia balik. Sivia menggeleng.

"Mungkin kakak kamu lupa, ya udah, mama masuk lagi ya" mama Sivia masuk ke dapur kembali.

"Yah, kak Shilla nya pergi yel" kata Sivia pada Gabriel.

"Pantesan tadi kak Alvin ngajak lo pulang bareng, pasti kak Alvin mau sekalian jemput kakak lo" kata Gabriel memberi pernyataan. Sivia menganggukan kepalanya.

"Ada fotonya gak Vi ? Gue penasaran banget nih" tanya Gabriel.

"Ada sih, tapi masih di koper kakak gue, dia kan baru dateng, jadi belum beres-beres gitu, mau gue ambilin ?" Tanya Sivia.

"Gak usah deh, gue pulang aja hehe, gapapa kan ?" Kata Gabriel.

"Gapapa, maaf ya gara-gara gue tadi" Gabriel memotong perkataan Sivia.

"Gak apa-apa, itu emang belum waktunya hehe, gue balik ya, maaf gara2 mood gue, kita jadi gak bisa ngerjain karya ilmiah itu sekarang" jelas Gabriel sambil tersenyum. Sivia mematung melihat senyum itu.

'Senyumannya Gabriel... Maut banget' batin Sivia.
****

"Ayodong fy, kan tadi baru satu, gue kan kemaren nyium lo dua kali fy" kata Rio di rumah Ify. Mereka berdua sedang mengobrol santai di ruang tamu Ify. Mereka dari tadi tak hentinya tertawa, karena Rio yang terus-terusan menggoda Ify.

"Tadi kan supaya elonya gak marah lagi haha" kata Ify.

"Ah Ify mah, kalo gitu gue ngambek lagi deh" Rio menggembungkan kedua pipinya. Ify mencubit gemas pipi Rio.

"Aww! Ify! Bukannya di cium kok malah di cubit sih ?!" Rio mengelus-elus pipinya yang di cubit Ify.

"Abisnya gemes sih" kata Ify.

"Ify ayo doong, cium gue, kan baru 2-1, harus impas dong, kalo lo cium gue sekali lagi kan impas fy" kata Rio sambil terus membujuk Ify.

"Impas dari mana ? Orang lo nyium si Ify 3 kali" kata seseorang yang baru mucul di pintu.

"Gabriel ?" Kata Rio menoleh ke arah pintu.

"Rio, lo beneran nyium gue 3 kali ?" Tanya Ify pada Rio sambil menyipitkan matanya. Sementara Rio hanya nyengir kuda.

"Lo urus rumah tangga lo berdua deh, gue mau ganti baju dulu" kata Gabriel asal~ yang membuat satu bantal duduk melayang ke arahnya.

"Hehe, iya sih fy" kata Rio. Ify melotot.

"Kapan ? Lo nyiumnya dimana ?" Tanya Ify parno.

"Waktu kemaren malem, pulang dari lembang hehe, di jidat doang kok fy, gak lebih hehe" Ify menjitak kepala Rio.

"Cari kesempatan aja sih lo!" Gerutu Ify.

"Besok siapin duit lebih ya fy, gue takut tekor nih" kata Rio asal. Ify mencibir.

"Gak modal amat lo jadi cowok" Ify mencibir kesal. Rio tertawa.

"Bercanda Ify, haha tenang aja, besok gue traktir mereka semua haha" kata Rio sombong.

Beberapa saat kemudian, Gabriel turun setelah mengganti pakaiannya, lalu duduk bertiga dengan Rio dan Ify, akhirnya mereka bertiga menghabiskan sore itu dengan bercanda bersama.

No comments:

Post a Comment