Part 9: Rio Kena Karma
"Aduuh, kok pala gue kunang-kunang siih?" Keluh Ify sambil memegang kepalanya. Ify merasa kepalanya sangat sakit dan pusing. Padahal hari ini Ify dan beberapa pengurus OSIS yang lain akan pergi wisata ke Puncak selama seminggu (walaaah lama amat!). Ify berusaha untuk mengangkat kepalanya, tapi tak kuat, akhirnya ia memilih untuk
memanggil mamanya.
"Mama!" Panggil Ify dengan suaranya yang agak serak. Bu Risna yang mendengar suara anak gadisnya memanggil dirinya pun datang.
"Ya, ampun Ify kamu kenapaa??" Tanya Bu Risna sambil memegang kening Ify.
"Gak tau nih, Ma. Tiba-tiba kepala Ify sakiit.." keluh Ify.
"Badan kamu panas, Sayang. Kamu gak usah ikut jalan-jalan ya.." Kata Bu Risna.
"Hah? Gak mau, Ma..Aku udah janji sama Via, aku gak mau batalin janji aku.." kata Ify.
"Tapi kamu sakit kayak gini, Ify..kalo kenapa-kenapa gimana?"
"Aku bisa jaga diri kok, Ma. Mama siapin obat-obatan aku ajaa.." kata Ify. Kemudian Pak Indra dan Deva datang kekamar Ify.
"Kamu masih tetep pengen ikut jalan-jalan, Fy?" Tanya Pak Indra.
"Iya, Pa..Papa anterin aku ke sekolah yaa.." kata Ify.
"Nanti kalo kamu bener-bener gak kuat, kamu telpon Papa yaa.." Ify mengangguk.
"Yah, elu, Kak. Ngerepotin aja!" Kata Deva. Bu Risna melotot kearah Deva.
"Deva! Kakak kamu lagi sakit!" Gerutu Bu Risna. Ify menjulurkan lidah pada Deva, dan Deva pun membalasnya.
"Yaudah, Ma. Aku siap-siap dulu, yaa.." Ify berusaha bangun dari tempat
tidurnya dan bersiap-siap.
***
Sivia terus melirik jam tangannya, sambil melihat-lihat kearah gerbang.
"Aduuh, Ify mana siih?" Keluh Sivia.
"Ify belom dateng, Vi?" Tanya Rio.
"Asiik, daah Kak Rioo..nyariin Ify..kangeen yaa?" Goda Sivia.
"Idiiihh..gak bakalan mungkin gua kangen sama cewek gila kayak Ify.." kata Rio.
"Inget, Kak. Hukum karma itu berlaku lho, jangan ngomong asal kayak gitu," ujar Sivia.
"Emang kenyataannya kan?" Rio pun meninggalkan Ify dan masuk kedalam Bus.
"Vi, Ify masih belom dateng?" Tanya Agni yang menghampiri Sivia.
"Iya, Kak. Jangan-jangan masih molor lagi dirumah.." Decak Sivia.
Kemudian senyuman Agni dan Sivia mengembang, orang yang paling mereka tunggu pun datang. Ify terengah-engah.
"Fy, akhirnya lo dateng juga!!" Seru Sivia.
"Gue kesiangan, Vi!" Kata Ify. Agni terus menatap Ify.
"Fy, muka lo pucet!" Kata Agni.
"Eh, iya jugaa..lo sakit?" Tanya Sivia.
"Ah, nggak kok, cuma migran doang, minum obat juga sembuh!" Kata Ify enteng.
"Yaudah deh, masuk bis yuk!" Ajak Agni. Mereka bertiga masuk kedalam bis.
Agni, Sivia, dan Ify masuk ke dalam bus lewat pintu belakang, sehingga mereka bertiga bertemu dengan Rio, Cakka, Gabriel dan Alvin.
"Weisssh, dateng juga lo! Gue kira lo masih molor mimpiin Rio dirumah, hahaa!" Celetuk Cakka.
"Ahelah, lu titisan Ki Joko Bodo ya, KaCak? (Kak Cakka maksudnya =p) tau aja lu gue mimpiin Kak Rio kemaren, hihii.." kata Ify cengengesan.
"Baru tau lo, Fy? Dia kan suka ikut-ikutan ritual bareng Ki Joko Bodo, ckakak.." Celetuk Gabriel.
"Kucrut, lo!" Kata Cakka.
Ify melihat Rio yang sedang tidur sambil memakai headset di telinganya. Kepalanya nyender di jendela. Ify hanya cengar-cengir ngeliat Rio tidur. Kemudian Ify melirik kamera Alvin.
"KaVin (Kak Alvin, Ify maen ngerubah nama orang niih, cuma Rio aja yang gak diganti -,-) pinjem kamera lo dong!" Kata Ify. Alvin memberikan kameranya pada Alvin. Kemudian Ify bersiap-siap mengambil foto Rio yang sedang tidur.
JEPRET!!
Riopun terbangun begitu mendengar suara jepretan kamera, dan mendapati Ify sedang memegang kamera Alvin. Ify hanya nyengir.
"Ify!!! Apus foto gueee!!!" Teriak Rio sambil mengambil kamera dari tangan Ify.
Tapi kemudian tak sengaja Rio memegang tangan Ify. Rio pun terkejut dan menghentikan gerakannya yang sedari tadi ingin mengambil kamera Alvin.
"Fy, badan lo panas.." kata Rio.
"Ah, enggak kok, perasaan lo aja kaliii, lo kan perhatian banget ama guee.." Sela Ify. Rio hanya menatap Ify ngeri.
"Pede dahsyat lo!" Rio duduk kembali di bangkunya. Ify dan Sivia mengambil tempat duduk di depan tempat duduk Rio dan Alvin.
Agni yang sedang duduk sendiri tiba-tiba dideketin oleh Cakka.
"Ag, sendirian aja nih, hehee.." kata Cakka. Agni hanya memandang sinis.
"Lo ngapain sih duduk disini??" Tanya Agni.
"Emangnya gak boleeh??"
"Ini tempat duduknya Rahmi, sori lu balik aja ke alam lo!" Usir Agni. Cakka langsung pergi menjauhi Agni.
'Kok si Agni sensi banget sih, ama gue?' Batin Cakka yang kembali duduk di samping Gabriel.
Sementara itu di tempat duduk Sivia dan Ify, Sivia terus menerus makan snack yang dibawanya.
"Vi, lo tuh maruk banget! Daritadi makan snack kagak berhenti! Perut lo perut karet ya?" Tanya Ify.
"Gue kalo bosen makan mulu, Fy. Heeheee.." Kata Sivia sambil memakan snacknya.
Tiba-tiba Ify merasakan kepalanya berkunang-kunang dan sakit. Ify terus memegang kepalanya. Sivia memandang Ify dengan penuh khawatir.
"Fy, lo kenapa??" Tanya Sivia. Rio dan Alvin yang mendengar dari belakang langsung berdiri dan melihat keadaan Ify.
"Ify kenapa, Vi?" Tanya Alvin.
"Katanya kepalanya sakit, Kak." Kata Sivia. Sivia memegang kening Ify.
"Ya, ampun! Badannya panas banget!" Kata Sivia. Agni pun melihat keadaan Ify.
"Vi, kenapa?" Tanya Agni.
"Ify badannya panas banget!" Kata Sivia panik. Tiba-tiba Rio melepas jaket yang dia pakai.
"Vi, suruh Ify pake jaket gue, supaya gak kedinginan," kata Rio sambil memberikan jaketnya. Sivia mengangguk.
"Fy, pake jaketnya Kak Rio ya," Ify menuruti omongan Sivia, setelah memakai jaket Rio, Sivia pun merangkul Ify supaya Ify bisa tidur di bahunya.
"Fy, tidur aja yaa," kata Sivia. Ify pun memejamkan matanya dan kemudian tertidur.
Di bangku Alvin dan Rio..
"Yo, lo kok sekarang jadi perhatian banget sih sama Ify?" Tanya Alvin sambil berbisik.
"Ehm, gue..gue..gue kasian ngeliat dia pucet kayak gitu, cewek gila kan bisa sakit juga!!" Kata Rio gelagapan.
"Kok gue ngerasa lo jadi suka sama Ify yaa?" Pikir Alvin. Rio terbelalak.
"Mana mungkin gue suka sama Ify, Vin. Lo yang bener ajaa!" Kata Rio.
"Gak ada yang nggak mungkin, Yo. Kalo lo ngomong kayak gitu, lo bisa kena karma lho!"
"Omongan lo ama Sivia sama aja, Vin! Pasti ngomongin karma!" Gerutu Rio. Alvin hanya mengangkat bahu melihat tingkah laku sahabatnya.
***
Akhirnya mereka sampai di Villa yang menjadi tujuan mereka. Sebagian anak sudah turun dari bus kecuali Ify, Sivia, Agni, Rio, Cakka, Gabriel, dan Alvin. Mereka khawatir dengan keadaan Ify yang sedang sakit.
"Fy, udah nyampe, lo bisa bangun gak?" Tanya Sivia.
"Kepala gue pusing, Vi.." keluh Ify.
"Aduuh gimana dong??" Tanya Sivia.
"Gue aja deh yang gotong Ify ke kamar," kata Rio. Semua terbelalak.
"Kenapa lo pada ngeliatin guee?" Tanya Rio.
"Perhatian banget lo ama Ify!" Seru Cakka.
"Ngejutekin salah! Merhatiin salaah! Yang bener apaan??"
"Yaaa..gak tau, gak salah juga sih lo gotong Ify, Ify kan lagi sakit." kata Alvin.
Rio pun membopong Ify keluar dari bus, dan membawanya kekamar. Agni, Sivia, Alvin, Gabriel, dan Cakka yang melihat dari belakang hanya terbengong-bengong.
"Kalo dipikir-pikir mereka cocok jugaa!" Kata Gabriel.
"Betul banget lo, Yel!" kata Alvin.
"Yaudah ah, masuk dulu ke Villa!"
***
Rio membawa Ify kekamarnya dan menaruh Ify di tempat tidur. Jujur Rio merasa sangat khawatir dengan keadaan Ify. Ify terlihat lemas dan pucat. Ify mencoba membuka matanya dan ia mendapati Rio sedang duduk disampingnya.
"Hehee..Kak Rioo.." kata Ify.
"Lo lagi sakit masih aja bisa cengengesan!" Seru Rio.
"Abis kan Kak Rio ada disini!" Kata Ify.
"Udah tau lo masih sakit, ngapain lo ikut jalan-jalan??" Tanya Rio.
"Jarang-jarang Kak bikin acara kayak gini! Jadi gue mau ikut!" Kata Ify.
"Heuh, lo nyusahin gue sama yang laen aja deh!" Gerutu Rio.
"Aduuuh, pala gue pusing banget!"
"Lo tidur deh, jangan banyak gerak dulu," kata Rio. Rio menutupi badan Ify dengan selimut, supaya Ify tak merasa kedinginan.
"Ntar kalo ada apa-apa, bilang gue ya, Fy. Gue ada di kamar sebelah lo." Rio keluar dari kamar Ify.
"Thanks, Kak Rio.." Gumam Ify tapi tentu saja Rio tak mendengar karena Ify mengatakannya dengan suara kecil. Kemudian Ify pun tertidur.
***
Waktu sudah menunjukkan jam 8, saatnya mereka menyantap makan malam mereka.
"Nah, anak-anak sekarang kalian makan dulu, setelah itu acara bebas, kalian boleh keluar tapi gak boleh sampai lebih jam sepuluh!" Perintah Pak Arif sang pembina OSIS.
"Baik, Pak!" Ujar seluruh anak-anak. Mereka menyantap dengan lahap makanan mereka.
"Vi, gimana tuh si Ify? Masih tidur?" Tanya Gabriel.
"Masih, Kak. Badannya lemes gitu," kata Sivia.
"Lagian ngapain sih, sakit kayak gitu tetep ikut?" Keluh Alvin.
"Yaaah, elo tau sendiri lah Kak, si Ify kan susah banget kalo dibilangin," kata Sivia.
"Yaelah, udah ah, jangan dibahas lagi, mending makan aja dulu!" Kata Rio.
Akhirnya mereka menghabiskan makanannya dulu, setelah itu Sivia membawa makanan Ify kekamarnya. Agni, Rio, Cakka dan Alvin pun ikut kekamar Ify, untuk melihat keadaannya.
"Buseet, si Ify tidurnya pules banget, melebihi kebo," celetuk Cakka. Rio pun menjitak kepala Cakka.
"Apaan sih lu, Yo! Yang gue ledekin kan Ify bukan lu! Kenapa lu yang marah!?" Gerutu Cakka. Rio diam saja, otomatis karena mendengar ocehan Cakka dan reaksi Rio. Cakka menyipitkan mata.
"Lu mulai suka sama Ify yaa?" Selidik Cakka. Rio tak bisa berkata apa-apa dan lebih memilih keluar kamar.
"Lah, kabuur..kayak bener nih," kata Gabriel. Melihat sahabatnya keluar dari kamar Ify, Alvin pun menyusulnya.
Rio sedang memandang langit malam di balkon, langit malam penuh bintang. Rio masih mengingat kata-kata Cakka.
"Lu mulai suka sama Ify yaa?"
"Gue suka sama Ify??" Gumam Rio pada diri sendiri. Rio masih bingung akan perasaannya pada Ify, apakah temen, sahabat atau sayang. Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Rio.
"Eh, elo Vin.." kata Rio.
"Kenapa lo, Yo?" Tanya Alvin.
"Gak tau, Vin." Gumam Rio.
"Gue bingung ya, sama lo kok pas Cakka ngomong kayak tadi lo langsung kabur? Lo beneran suka sama Ify?" Tanya Alvin. Rio hanya menghela napas.
"Gue...gak tau, gue bingung sama perasaan gue sendiri, Vin. Entah kenapa, kalo ada Ify di deket gue, gue ngerasa nyaman, tapi kalo dia gak ada, gue ngerasa ada yang kurang." Kata Rio dengan jujur.
"Berarti Ify sukses masuk ke kehidupan lo," kata Alvin.
"Ha? Maksud lo?" Tanya Rio heran.
"Ify sukses nyusup ke kehidupan lo, gue kan kenal lo dari kecil, Yo. Daridulu banyak cewek yang nembak lo, tapi gak ada yang lo terima karena lo gak nyaman didekat mereka, makanya hidup lo jauh dari cinta, tapi semuanya berubah pas lo ketemu Ify yang rada gila, sedeng, ato apapun itu. Ify tuh bukan berbeda, tapi istimewa, lebih istimewa dibandingkan yang laen, cuma dia yang bisa bikin lo ancur kayak gini, hahaa..dulu kan sebelum ketemu sama Ify, lo tuh cowok jaim, Yo.." tutur Alvin. Rio mencerna kata-kata sahabatnya.
"Jadi kesimpulannya??" Tanya Rio. Alvin menghela napas, dan garuk-garuk kepala.
"Yaelah, bloon banget sih, kesimpulannya lo suka sama Ify!" Kata Alvin.
"Berarti gue kena karma ya, Vin?" Tanya Rio.
"Yap, lo udah kena karma dari Ify, makanya kalo ngomong tuh dijaga!!" kata Alvin. Rio hanya manyun.
"Lo jangan ngomong-ngomong dulu ya sama Iyel dan Cakka. Ntar dia ngegodain gue," kata Rio.
"Lo malu kalo semua tau lo suka sama Ify??" Tanya Alvin.
"Bu..bukannya malu, Vin. Tapi..gue belom siap ajaa.." Kata Rio.
"Ngapain harus malu? Apa salahnya lo suka sama cewek? Ify juga cewek biasa kok, kecuali lo suka sama gue..baru lo malu," kata Alvin.
"Kampret lo! gak bakal deeh," kata Rio meringis. Alvin hanya tertawa.
"Ke kamar Ify gih, Ify butuh lo," suruh Alvin.
"Kan ada Sivia," kata Rio enteng.
"Rioo..mau gue tendang ke kolam renang??" Tanya Alvin.
"Huuuh, yaudah deh, gue kesana." kata Rio. Alvin tersenyum dan merangkul bahu Rio.
"Itu baru namanya babu gue, eh sahabat gue ding, hehee.." kata Alvin. Rio menoyor kepala Alvin.
"Cumi lu!"
***
Rio memutar kenop pintu kamar Ify, Rio mendapati Sivia yang masih tetap merawat Ify dan menunggu Ify terbangun dengan sabar. Rio pun menghampiri Sivia yang sudah terlihat kelelahan.
"Vi, lo capek kan? Sini biar gue yang jagain lo jalan-jalan aja dulu," suruh Rio. Mata Sivia terbelalak.
"Kenapa lo mandang gue kayak gitu?" Tanya Rio.
"Gak biasanya lo perhatian sama Ify, Kak. Lo kan sensi banget sama dia!" Tutur Sivia.
"Ify juga temen gue, Vi. Udah sono pergi!" Kata Rio.
"Titip Ify yaa! Jangan ngapa-ngapain Ify lho!" Kata Sivia.
"Gak bakal!!" Kata Rio. Sivia meninggalkan Rio dan Ify.
Rio terus memandang wajah Ify yang sangat pucat, terlihat sangat lemas. Rio sangat khawatir dengan keadaan Ify. Kemudian Rio mengelus pipi Ify dengan lembut.
"Fy, bangun dong, sepi tau kalo lo gak ngoceh," gumam Rio sambil tertawa kecil.
"Fy, lo tuh udah tau sakit, masih aja kekeuh ikut jalan-jalan, kasian temen-temen lo pada khawatir sama lo, terutama Sivia, udah jagain lo, dan..gue jujur gue juga khawatir sama lo," gumam Rio.
Tanpa sadar, Rio menggenggam tangan Ify. Terus menggenggamnya. Tiba-tiba, mata Ify terbuka sedikit demi sedikit, Rio pun melepas genggamannya.
"Kak..Rioo?" Gumam Ify serak.
"Udah bangun lo, Fy?" Ify ingin bangun dari tempat tidurnya, tapi di larang oleh Rio.
"Bego! Lo masih sakit gini, mau bangun!" Larang Rio.
"Kok lo perhatian banget sih, Kak..hehee.." Kata Ify.
"Masih aja lo cengengesan,"
"Sivia mana, Kak?"
"Dia lagi keluar, kasian daritadi udah jamuran nungguin lo sadar, yaudah terpaksa gue yang gantiin Via." kata Rio.
"Bilang aja lo mau ngeliatin gue, kan?" kata Ify. Rio langsung mencubit tangan Ify.
"Awww, sakiiit!" Ringis Ify.
"Yeuh, makanya jangan ngomong kayak gitu! Lama-lama gue tinggal nih!" kata Rio.
"Eh,eh, jangan dooong!!" kata Ify. Ify membangunkan badannya.
"Fy, makan ya," kata Rio sambil memberikan makanan Ify yang sudah agak dingin. Ify menggeleng-gelengkan kepala.
"Lo mau sembuh kagak? Jangan bikin gue tambah repot deh!!" Gerutu Rio.
"Gue maunya disuapin lo, Kak!" Kata Ify polos. Mata Rio terbelalak.
"Eh, ogah guaa!" Tolak Rio.
"Yaudah, gue gak mau makan," kata Ify. Rio menepok jidatnya.
"Ampuun dah ni anak, masih aja bikin gue stress, yaudah nih gue suapin!!" Akhirnya Rio menyuapi Ify. Rio menyuapi Ify dengan sabar. Baru kali ini Ify melihat Rio perhatian padanya. Kali ini bukan Rio yang selalu memancarkan kekesalan terhadapnya, tapi memancarkan ketulusan.
"Fy, sekarang minum obat!" Suruh Rio yang sedang membuka bungkusan obat Ify. Ify langsung menutup mulutnya.
"Fy, buka mulut lo," suruh Rio. Ify menggelengkan kepala dengan tangan masih menutup mulutnya.
"Ify, bukaaa.." Ify tetap menolak.
"Alyssa Saufika Umariii!!! Bukaaaa!!!" teriak Rio. Ify tetap menolak. Riopun turun tangan, ia langsung menarik tangan Ify. Tapi tenaga Ify cukup kuat.
"Ifyyyy!!! Buka mulut looo!!!" Kata Rio sambil menarik tangan Ify.
"Nggak mauuuuu!!!" teriak Ify dengan tangan masih menutup mulutnya.
"Fy, buka gak!? Gue udah naik darah nih! Lo gak mau sembuh apa!?" Seru Rio. Akhirnya Ify mau membuka mulutnya dan terpaksa meminum obatnya.
"Gitu, kek daritadi! Udah ah gue mau tidur!" Kata Rio. Tapi Ify menarik tangan Rio. Jantung Rio pun mulai berdebar-debar.
"Yaaahh, jangan dong, Kak!!! Temeni guee disinii! Via kan belom dateng!!" Rengek Ify. Rio melengos.
"Iya, iyaa, gue temenin lo disini, tapi lo tidur!" Suruh Rio.
"Okeokee..jangan ngapa-ngapain gue yaa Kak!" Celetuk Ify sambil menutup badannya dengan selimut.
"Gak bakaaal!!!" Seru Rio.
Ify pun mulai tertidur, Rio menunggu Ify sambil membaca buku di samping jendela kamar. Rio melirik Ify yang sudah tertidur lelap. Rio pun menghela napas sambil tersenyum kecil melihat muka Ify yang tertidur seperti anak kecil.
"Bener-bener nih gue kena karma, kenapa gue bisa suka sama cewek gila kayak lo, ya?" Gumam Rio sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Kemudian handphone Ify yang ditaruh di atas meja, berbunyi..Rio pun mengambil handphone Ify dan melihat siapa yang menelepon.
"Nomor tak dikenal??" Gumam Rio. Rio masih berpikir apakah ia harus menjawabnya atau tidak, tapi ia memilih untuk mengangkatnya karena bisa saja itu telepon penting.
"Halo?" Jawab Rio.
"Halo? Ify?"
Rio tertegun, seorang cowok menjawab dari sebrang.
"Maaf, ini bukan Ify."
"Oh, bukan Ify.."
"Ini siapa ya?"
"Guee.."
**
No comments:
Post a Comment