Sunday, April 22, 2012

Love Has No Reason~ #Chapter5

CHAPTER 5 : Masa Lalu Itu ....


Di kamar Ify....

"Anak itu aneh banget sih, perasaan hari ini dia sok tahu banget, bilang gue pernah pergi dari kehidupannya lah, bilang udah kenal gue dari lama lah, sok tahu rumah gue lagi." Kata Ify masih memikirkan sikap Rio hari ini, saat tiba-tiba satu pesan masuk.

From: Gabriel jelek :b

IFY!! Cerita-cerita doong, gimana tadi pulangnya di anterin abang Rio ? ;;) *wink*

Ify geli sendiri melihat sms dari sahabatnya ini. Kalau Gabriel ngomong langsung, pasti nadanya bakal menjijikan banget, batin Ify.

Ify menekan tombol reply di HPnya.

To: Gabriel jelek :b

Gabanget lo yel-_-
Emm jadi gini ceritanya...
Tadi gue naik ke atas motor Rio, terus Rio stater motornya, abis itu dia gas motornya, setelah beberapa saat sampai deh di rumah gue :b

Ify menekan tombol send. Lalu Ify merebahkan dirinya di atas kasur berwarna biru laut. Warna kesukaan Ify.

Ify memilih tak menceritakan 'insiden' kecil saat Rio mengantarnya pulang pada Gabriel, karena menurutnya itu kejadian yang biasa. Bisa saja Rio teringat seseorang saat akan mengantarnya pulang. Ify mengedikkan bahu, lalu memejamkan matanya sebentar. Mengistirahatkan otaknya sebentar, setelah berfikir beberapa saat.

Beberapa jam sudah Ify tertidur. Setelah hampir 3 jam tertidur Ify mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan matanya dengan kondisi penerangan di kamar Ify. Ify melihat jam dinding di kamarnya. Mata Ify melotot.

"HAH ? Jam 5 ? Gue tidur lama amat" kata Ify kaget. Ify mengambil handphone-nya yang tergeletak di sampingnya.

2 new message
1 missed call

"Siapa yang nelpon gue ?" Tanya Ify heran. Ify melihat siapa yg menelponnya. Nomor tak di kenal. Ify memutuskan melihat pesan masuknya.

From: Gabriel jelek :b

Ipot-_- ketimbang gitu doang juga gue tau-_-
Ngapain kek gitu, ngobrolin apa ?

Ify tersenyum melihat sms Gabriel. Lalu membalasnya.

To: Gabriel jelek :b

As usual, nothing special, gue malah gak ngobrol apapun sama Rio.

Ify menekan tombol send pada HPnya. Ify tak sepenuhnya salah, memang sepanjang perjalanan tadi ia dan Rio sama sekali tak mengobrol apapun, setidaknya mereka tidak membicarakan sesuatu yang berarti, hanya obrolan saat Rio yang 'sok tahu' mengantarkannya ke rumah yang sama sekali tak ia kenal. Melihatnya pun baru sekali ini. Dan Ify rasa tak ada gunanya menceritakan 'insiden'nya barusan pada Gabriel. Ify membuka pesan masuk yang kedua.

From: Mama ^^

Ify, udah bangun belom sayang ?

'Apaan ini nyokap, gue di atas dia di bawah aja ngesms segala, sombong banget sih' batin Ify heran dengan mamanya. Ify memutuskan untuk tidak membalas sms mamanya, dan lebih memilih menemui mamanya langsung di bawah.

"Mama, apaan sih pake sms segala ? Tinggal teriak aja kan bisa, mama kaya yang ba...." Ucapan Ify terpotong saat melihat dua orang -satu orang lelaki dan wanita paruh baya- yang di kenalnya sedang duduk di ruang tamu, di temani anak mereka yang tengah duduk manis memamerkan senyuman terbaiknya. Ify mengerutkan kening heran. Lalu kemudian tersenyum sopan dengan alasan kesopanan.

"Eh Ify, aduh Ify, makin gede makin cantik aja" puji wanita paruh baya tersebut. Ify tersenyum malu.

"Ah tante bisa aja hehe" kata Ify malu, lalu bergerak menuju kedua orang tersebut dan bersalaman dengan mereka. Sementara sang anak masih asyik melihat adegan ini.

"Om, tante, tumben ke sini, ada apa ?" Tanya Ify, menanyakan pertanyaan yang sedari tadi menggelayuti pikirannya. Heran melihat kedua orang ini bisa mampi ke rumahnya setelah sekian lama.

"Iya nih, kita kan udah lama gak ke sini, mau main sekalian tante mau titip anak tante nih sama mama kamu, om sama tante harus ke Aussie fy" jawab wanita itu lagi di sertai anggukan pria di sebelahnya. Ify terbelalak, lalu menatap tokoh pasif yang sedari tadi hanya diam. Lelaki itu-yang tak lain anak dari 'om dan tante' yang di panggil ify- hanya bisa tersenyum lebar. Ify memutar bola matanya.

"Gak apa-apa kan fy, tante titip Iel di sini, abis kalo di rumah tante was-was dia kan cowok, mana bisa sendirian di rumah" kata wanita itu yang tak lain adalah mama Iel. Ify hampir tertawa mendengar nada bicara wanita itu. Seakan-akan Gabriel adalah anak 5 tahun yang masih perlu di awasi. Gabriel melotot melihat Ify, sementara Ify hanya cengengesan.

"Iya fy, lagian kasian kalo Gabriel di rumah sendirian, jadi sementara selama mama sama papanya si Aussie Gabriel bisa tinggal di rumah kita" mama Ify tiba-tiba keluar dari dapur membawa 3 minuman dingin dan kue cokelat.

"Emang om sama tante mau ngapain ke Aussie ?" Tanya Ify.

"Itu kamu tau kakaknya Iel kan ? Cakka ?" Ify mengangguk. "Nah rencananya dia mau balik ke Indonesia, gak betah di sana katanya, makanya kami harus mengurus kepindahan Cakka, tadinya Iel juga mau kami ajak, tapi dia baru aja mulai sekolah masa iya sudah harus bolos" jelas mama Gabriel. Ify hanya manggut-manggut.

"Kak Cakka mau sekolah di IGS juga tan ?" Tanya Ify lagi. Mama Gabriel mengangguk.

"Katanya kalo emang kapasitas otaknya cukup dia mau masuk sana juga, mau jagain adiknya katanya" kata mama Iel mengusap kepala Gabriel. Gabriel menepis tangan mamanya karena malu pada Ify. Sementara Ify tersenyum geli.

"Apa sih ma ? Iel kan udah gede" dengus Iel kesal. Mamanya Iel hanya tersenyum geli.

"Buat papa dan mama kamu itu masih Gabriel kecil kita" kata papa Gabriel di sertai anggukan istrinya, membuat Gabriel manyun. Ify benar-benar ingin tertawa.

"Ya sudah, jeng, kami titip Gabriel ya, gak apa-apa kan ? Pokoknya kalo dia bandel jewer aja ya fy" kata mama Gabiel kepada mama Ify, lalu kalimat selanjutnya ia tujukkan pada Ify. Ify tersenyum senang.

"Dengan senang hati tante" Gabriel mendengus kesal.

"Haha, yasudah tante dan om harus pergi dulu, pesawat kita take off 1 jam lagi. Titip iel ya jeng" pamit mama Iel. Papa dan mama Iel bangkit, lalu bersalaman dengan Ify dan mamanya. Lalu pandangannya beralih pada Gabriel. Gabriel menyalami mama dan papanya itu.

"Iel, jaga diri kamu baik-baik, jangan ngerepotin, jangan jail kamu sama Ify" pesan mama Iel. Iel mendengus, tapi kemudian mengangguk. Setelah itu mama dan papa Iel pergi.

"Fy, ke kamar lo yuk, BT gue" kata Iel.

"Eh mau ngapain lo ?" Tanya Ify was-was.

"Apaan sih lo, ngapain kek, numpang online dong gue fy" kata Iel. Ify hanya mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya, di ikuti Iel di belakangnya.

Di kamar Ify, Iel mulai menyalakan laptop putih milik Ify. Lalu membuka akun twitternya. Sedangkan Ify memilih menonton televisi dan sedang berusaha mencari acara yang seru.

Saat Rio sedang membaca Timeline-nya tiba-tiba matanya tertuju pada beberapa tweets temannya.

@azizahsivia yippie! Kak Shilla balik dari Jogja :D sayang bgt si acha gak ikut:(

@9alvinosztaCR7 Shilla balik vi ? Serius ? Pengen ketemu dong guee :D RT @azizahsivia: yippie! Kak Shilla balik dari Jogja :D

@azizasivia iya kak, besok pulang sekolah lo anter gue balik, jadi kakak bisa ketemu ka Shilla oke :D RT @9alvinosztaCR7: Shilla balik vi ?

@riostevadit finally,you came back to me, and I swear I'll never let you go, Alyssa :)

Gabriel bingung melihat tweets Rio, lalmu mengalihkan perhatiannya pada Ify yang masih asyik menyaksikan sebuah acara Reality Show di televisi.

"Fy"
"Hmm"
"Lo udah jadian sama Rio ?" Tanya Gabriel. Ify langsung mengalihkan perhatiannya dari televisi dan beralih menatap Gabriel dengan heran.

"Maksud lo ?" Tanya Ify heran.

"Iya lo pacaran sama Rio ?" Tanya Iel lagi, mengulangi pertanyaannya. Ify mengerutkan keningnya.

"Engga, kenapa emangnya ?" Tanya Ify heran dengan pertanyaan Iel. Iel hanya mengangkat bahu lalu menunjuk ke arah laptop Ify dengan dagunya. Ify yang penasaran akhirnya beranjak dari tempatnya dan menuju ke arah Gabriel.

"Apaan sih ?" Tanya Ify lagi. Matanya tiba-tiba terpaku melihat sederet kalimat Rio yang 'mungkin' di tujukan untuknya.

@riostevadit finally,you came back to me, and I swear I'll never let you go, Alyssa :)

"Rio ?" Gumam Ify. Sementara Gabriel hanya mengangguk. Gabriel memutuskan mencari kejelasan dari tweets Rio barusan.

@gabrielstev Ify ? @ifyalyssa ? RT @riostevadit: finally,you came back to me, and I swear I'll never let you go again, Alyssa :)

"Iel apaan sih ? Kok di tanya segala ? Mana di mention ke gue lagi" sungut Ify kesal.

"Biarin deh fy heheh" jawab Gabriel cengengesan. Ify memutar bola matanya.

Setelah beberapa saat ada satu replies yang masuk, ternyata dari Rio. Entah mengapa jantung Ify berdetak cepat, ingin segera melihat apa jawaban Rio. Tapi, Ify juga tak dapat memungkiri, bahwa ada rasa bingung di hatinya seperti saat setelah Rio mengantar Ify ke rumahnya.

@riostevadit Yes, of course :D emangnya ada berapa Alyssa yang gue kenal ? RT @gabrielstev: Ify ? @ifyalyssa ? RT @riostevadit: finally,you came back to me

Ify merasa dirinya melayang terbang melihat jawaban Rio, apakah ini tandanya Rio..... Ah Ify cepat-cepat menepis pemikirannya dan kembali ke dunianya. Gabriel tersenyum penuh arti.

"Aduh, ada juga yang naksir sama sahabat gue" kata Gabriel. Ify sontak memukul pelan kepala Gabriel dengan kamus bahasa Inggrisnya, membuat Gabriel meringis pelan.

*******
Beberapa kilometer dari rumah Ify, seorang pria tampan tengah duduk di meja komputernya, sambil sesekali tersenyum melihat sebuah foto yang di bingkai oleh figura coklat tua.

Terlihat dua anak kecil tengah tersenyum bersama, meskipun salah satu anak tersebut terlihat sembab, sepertinya habis menangis.

*****
Rio, 11 tahun. Satu tahun setelah kejadian di cafe tentang mamanya sama sekali belum membuat Rio bangkit. Rio masih sama seperti satu tahun sebelumnya. Bahkan lebih parah. Tampak begitu terpuruk. Ia masih sering menangis bila mengingat kejadian itu. Kejadian yang mulai membuat Rio menjauh dari keluarganya. Terutama mamanya.

Hari ini, Rio kecil kembali menangis meratapi kemalangannya, di sebuah taman yang indah, yang seharusnya membuat semua orang yang berada di sana tersenyum senang. Tapi tidak untuk Rio. Rio terus menangis. Sejujurnya, ia merindukan keluarganya. Merindukan sosok mamanya yang selalu tampil nyaris tanpa cacat di depan Rio. Wanita yang tegar, tetap menjadi ibu yang baik bagi Rio meski dengan aktivitas yang segudang.

Berkali-kali orang di sekeliling Rio mencoba menghibur Rio. Namun hasilnya nihil. Itu malah membuat Rio semakin berbuat dingin pada orang di sekitarnya. Rio benar-benar seperti orang yang kehilangan jiwanya. Pandangannya yang dulu selalu memberikan semangat bagi siapa saja yang memandangnya, kini berubah. Pandangan kedua bola mata sayu itu kini kosong, menyiratkan betapa hampanya hidupnya ini.

Tangisan Rio semakin deras. Tapi itu tak mengundang keheranan dari orang-orang yag sedang berada di taman ini juga, karena tempat yang Rio duduki sekarang, berada jauh dari keramaian.

"Hey, kamu kan cowok, kenapa nangis ?" Tanya seseorang. Membuat Rio tersentak, Rio melepaskan kedua telapak tangannya yang sedari tadi menutupi wajah Rio.

"Kamu siapa ?" Tanya Rio dingin.

"Aku Alyssa" jawab anak itu riang. Sangat jauh berbeda dengan nada bicara Rio. Alyssa terlihat jauh lebih periang.

"Mau ngapain kamu ?" Tanya Rio lagi, masih dengan nada yang sama.

"Ini kan tempat umum. Lagian aku sering ke sini, nah aku liat kamu lagi nangis. Kenapa kamu nangis ? Di tempat bagus kok nangis" cibir Alyssa dengan gaya ceplas ceplos khas seorang anak berumur 10 tahun. Rio melirik Alyssa sinis. Merasa privacy-nya mulai terganggu. Rio bangkit berdiri, hendak mencari tempat yang lebih sepi dari ini. Rio berjalan agak jauh dari tempat itu. Tanpa peduli apapun, padahal jelas Rio belum terlalu hafal seluk beluk tempat ini.

Diam-diam Alyssa mengikuti Rio. Merasa Rio sudah berjalan terlalu jauh Alyssa memanggil Rio.

"Hey, jangan jauh-jauh, nanti kamu ke sasar, nanti kalo kamu nyasar orang tua kamu nyariin, pasti mereka khawatir, apalagi mama kamu" kata Alyssa setengah berteriak. Rio berdiri mematung setelah mendengar beberapa kalimat terakhi yang di ucapkan Alyssa. Khawatir ? Mamanya ? Apa mungkin ? Mamanya kan hanya memikirkan perasaannya sendiri tanpa peduli pada perasaan anaknya. Rio lantas berbalik dan berjalan menuju Alyssa.

Alyssa masih memasang wajah polosnya ketika Rio datang berbalik dan menghampirinya. Ada sebersit rasa takut muncul di hati Alyssa melihat wajah Rio yang bahkan lebih dingin dari pada tadi. Tapi Alyssa berusaha menepisnya.

"Tau apa kamu tentang keluarga aku ? Tentang mamaku ?" Tanya Rio sinis, nada bicaranya sedikit meninggi. Kini Alyssa benar-benar takut. Ia menggigit bibirnya, menyiratkan ketakutannya. Bagaimanapun, Alyssa masih kecil, dan tidak biasa berbicara dengan teman sebayanya dengan nada bicara setinggi itu.

"Aa..aaku...aku..cuma khawatir sama kamu, nanti kalo kamu ilang gimana ?" Kata Alyssa polos sambil menundukan kepalanya. Rio terhenyak. Kata-kata gadis manis itu terdengar begitu tulus di telinganya. Perlahan batu es di hati Rio mulai mencair.

"Hmm, maaf, aku gak maksud bikin kamu takut, kita balik lagi yuk, kita duduk di tempat yang tadi" ajak Rio, perlahan-lahan nada bicaranya mulai melembut. Rio menggandeng lengan gadis mungil yang masih menunduk itu ke tempat tadi. Tempat saat Rio menangis.

Rio duduk di salah satu kursi taman di sana, alisnya terangkat melihat gadis yang sedari tadi di gandengnya masih menundukan kepalanya. Rio merasa bersalah.

"Sa, maafin aku ya, aku gak ada maksud buat bikin kamu takut kok, kamu mau maafin aku kan ?" kata Rio mengangkat dagu Alyssa. Alyssa memandang Rio tak percaya. Tapi kemudian mengangguk cepat, di sertai dengan senyuman manisnya. Rio tertawa kecil melihat perubahan mood yang terbilang sangat cepat pada gadis ini.

"Aku dari tadi belum tau nama kamu loh" kata Alyssa. Rio menangkap maksud gadis ini.

"Rio" katanya singkat.

"Rio kenapa tadi nangis ?" Tanya Alyssa polos, membuat hati Rio mencelos, sejenak, tadi Rio melupakan masalahnya karena gadis ini, tapi karena gadis ini pula, kenangan pahit itu mulai berkelebatan lagi di otaknya.

"Aku bisa pecaya kamu sa ?" Tanya Rio. Alyssa mengangguk semangat. Rio menarik nafas panjang, lalu kemudian menceritakan semua kisah hidupnya, di sertai dengan isakannya, dan air mata yang mengalir di kedua pipi Rio. Alyssa ikut menangis mendengar cerita Rio. Alyssa merasa sedikit iba dengan Rio.

"Rio, hiks jangan nangis ya hiks, Rio kan cowok, masa cowok nangis hiks" kata Alyssa menghibur Rio, sedangkan di pipi Alyssa kini juga mengalir buliran-buliran air mata. Rio menghapus air matanya, lalu tertawa kecil.

"Kamu nyuruh aku jangan nangis tapi kamu sendiri nangis" kata Rio tertawa geli, tawa yang hampir tak pernah muncul sejak 1 tahun lalu. Lantas Rio mengusap pelan pipi Alyssa dengan ibu jarinya, menghilangkan sisa-sisa air mata di pipinya. Alyssa mengangguk dan tersenyum.

"Rio, Alyssa janji, Alyssa gak akan tinggalin Rio, Alyssa akan terus nemenin Rio" kata Alyssa sambil mengangkat kelingkingnya. Rio tersenyum lalu menautkan kelingkingnya pada kelingking Alyssa. Dan hari-hari setelah itu, menjadi hari-hari penuh tawa meskipun hubungannya dengan keluarganya belum membaik.

*****
Rio mengusap air matanya, membayangkan masa lalunya yang indah sekaligus suram. Masa lalu yang membuatnya kehilangan dua hal yang paling berharga untuknya. Kehangatan keluarga dan. Alyssa.

"Gue gak akan lepasin lo lagi sa, udah cukup lo buat gue menderita tanpa lo selama ini, gue akan buat lo bahagia, meskipun sekarang lo jauh lebih banyak berubah" tekad Rio.

»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»

No comments:

Post a Comment