CHAPTER 5 : Masa Lalu Itu ....
Di kamar Ify....
"Anak
itu aneh banget sih, perasaan hari ini dia sok tahu banget, bilang gue
pernah pergi dari kehidupannya lah, bilang udah kenal gue dari lama lah,
sok tahu rumah gue lagi." Kata Ify masih memikirkan sikap Rio hari ini,
saat tiba-tiba satu pesan masuk.
From: Gabriel jelek :b
IFY!! Cerita-cerita doong, gimana tadi pulangnya di anterin abang Rio ? ;;) *wink*
Ify
geli sendiri melihat sms dari sahabatnya ini. Kalau Gabriel ngomong
langsung, pasti nadanya bakal menjijikan banget, batin Ify.
Ify menekan tombol reply di HPnya.
To: Gabriel jelek :b
Gabanget lo yel-_-
Emm jadi gini ceritanya...
Tadi
gue naik ke atas motor Rio, terus Rio stater motornya, abis itu dia gas
motornya, setelah beberapa saat sampai deh di rumah gue :b
Ify menekan tombol send. Lalu Ify merebahkan dirinya di atas kasur berwarna biru laut. Warna kesukaan Ify.
Ify
memilih tak menceritakan 'insiden' kecil saat Rio mengantarnya pulang
pada Gabriel, karena menurutnya itu kejadian yang biasa. Bisa saja Rio
teringat seseorang saat akan mengantarnya pulang. Ify mengedikkan bahu,
lalu memejamkan matanya sebentar. Mengistirahatkan otaknya sebentar,
setelah berfikir beberapa saat.
Beberapa jam sudah Ify tertidur.
Setelah hampir 3 jam tertidur Ify mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha
menyesuaikan matanya dengan kondisi penerangan di kamar Ify. Ify
melihat jam dinding di kamarnya. Mata Ify melotot.
"HAH ? Jam 5 ? Gue tidur lama amat" kata Ify kaget. Ify mengambil handphone-nya yang tergeletak di sampingnya.
2 new message
1 missed call
"Siapa
yang nelpon gue ?" Tanya Ify heran. Ify melihat siapa yg menelponnya.
Nomor tak di kenal. Ify memutuskan melihat pesan masuknya.
From: Gabriel jelek :b
Ipot-_- ketimbang gitu doang juga gue tau-_-
Ngapain kek gitu, ngobrolin apa ?
Ify tersenyum melihat sms Gabriel. Lalu membalasnya.
To: Gabriel jelek :b
As usual, nothing special, gue malah gak ngobrol apapun sama Rio.
Ify
menekan tombol send pada HPnya. Ify tak sepenuhnya salah, memang
sepanjang perjalanan tadi ia dan Rio sama sekali tak mengobrol apapun,
setidaknya mereka tidak membicarakan sesuatu yang berarti, hanya obrolan
saat Rio yang 'sok tahu' mengantarkannya ke rumah yang sama sekali tak
ia kenal. Melihatnya pun baru sekali ini. Dan Ify rasa tak ada gunanya
menceritakan 'insiden'nya barusan pada Gabriel. Ify membuka pesan masuk
yang kedua.
From: Mama ^^
Ify, udah bangun belom sayang ?
'Apaan
ini nyokap, gue di atas dia di bawah aja ngesms segala, sombong banget
sih' batin Ify heran dengan mamanya. Ify memutuskan untuk tidak membalas
sms mamanya, dan lebih memilih menemui mamanya langsung di bawah.
"Mama,
apaan sih pake sms segala ? Tinggal teriak aja kan bisa, mama kaya yang
ba...." Ucapan Ify terpotong saat melihat dua orang -satu orang lelaki
dan wanita paruh baya- yang di kenalnya sedang duduk di ruang tamu, di
temani anak mereka yang tengah duduk manis memamerkan senyuman
terbaiknya. Ify mengerutkan kening heran. Lalu kemudian tersenyum sopan
dengan alasan kesopanan.
"Eh Ify, aduh Ify, makin gede makin cantik aja" puji wanita paruh baya tersebut. Ify tersenyum malu.
"Ah
tante bisa aja hehe" kata Ify malu, lalu bergerak menuju kedua orang
tersebut dan bersalaman dengan mereka. Sementara sang anak masih asyik
melihat adegan ini.
"Om, tante, tumben ke sini, ada apa ?" Tanya
Ify, menanyakan pertanyaan yang sedari tadi menggelayuti pikirannya.
Heran melihat kedua orang ini bisa mampi ke rumahnya setelah sekian
lama.
"Iya nih, kita kan udah lama gak ke sini, mau main sekalian
tante mau titip anak tante nih sama mama kamu, om sama tante harus ke
Aussie fy" jawab wanita itu lagi di sertai anggukan pria di sebelahnya.
Ify terbelalak, lalu menatap tokoh pasif yang sedari tadi hanya diam.
Lelaki itu-yang tak lain anak dari 'om dan tante' yang di panggil ify-
hanya bisa tersenyum lebar. Ify memutar bola matanya.
"Gak
apa-apa kan fy, tante titip Iel di sini, abis kalo di rumah tante
was-was dia kan cowok, mana bisa sendirian di rumah" kata wanita itu
yang tak lain adalah mama Iel. Ify hampir tertawa mendengar nada bicara
wanita itu. Seakan-akan Gabriel adalah anak 5 tahun yang masih perlu di
awasi. Gabriel melotot melihat Ify, sementara Ify hanya cengengesan.
"Iya
fy, lagian kasian kalo Gabriel di rumah sendirian, jadi sementara
selama mama sama papanya si Aussie Gabriel bisa tinggal di rumah kita"
mama Ify tiba-tiba keluar dari dapur membawa 3 minuman dingin dan kue
cokelat.
"Emang om sama tante mau ngapain ke Aussie ?" Tanya Ify.
"Itu
kamu tau kakaknya Iel kan ? Cakka ?" Ify mengangguk. "Nah rencananya
dia mau balik ke Indonesia, gak betah di sana katanya, makanya kami
harus mengurus kepindahan Cakka, tadinya Iel juga mau kami ajak, tapi
dia baru aja mulai sekolah masa iya sudah harus bolos" jelas mama
Gabriel. Ify hanya manggut-manggut.
"Kak Cakka mau sekolah di IGS juga tan ?" Tanya Ify lagi. Mama Gabriel mengangguk.
"Katanya
kalo emang kapasitas otaknya cukup dia mau masuk sana juga, mau jagain
adiknya katanya" kata mama Iel mengusap kepala Gabriel. Gabriel menepis
tangan mamanya karena malu pada Ify. Sementara Ify tersenyum geli.
"Apa sih ma ? Iel kan udah gede" dengus Iel kesal. Mamanya Iel hanya tersenyum geli.
"Buat
papa dan mama kamu itu masih Gabriel kecil kita" kata papa Gabriel di
sertai anggukan istrinya, membuat Gabriel manyun. Ify benar-benar ingin
tertawa.
"Ya sudah, jeng, kami titip Gabriel ya, gak apa-apa kan ?
Pokoknya kalo dia bandel jewer aja ya fy" kata mama Gabiel kepada mama
Ify, lalu kalimat selanjutnya ia tujukkan pada Ify. Ify tersenyum
senang.
"Dengan senang hati tante" Gabriel mendengus kesal.
"Haha,
yasudah tante dan om harus pergi dulu, pesawat kita take off 1 jam
lagi. Titip iel ya jeng" pamit mama Iel. Papa dan mama Iel bangkit, lalu
bersalaman dengan Ify dan mamanya. Lalu pandangannya beralih pada
Gabriel. Gabriel menyalami mama dan papanya itu.
"Iel, jaga diri
kamu baik-baik, jangan ngerepotin, jangan jail kamu sama Ify" pesan mama
Iel. Iel mendengus, tapi kemudian mengangguk. Setelah itu mama dan papa
Iel pergi.
"Fy, ke kamar lo yuk, BT gue" kata Iel.
"Eh mau ngapain lo ?" Tanya Ify was-was.
"Apaan
sih lo, ngapain kek, numpang online dong gue fy" kata Iel. Ify hanya
mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya, di ikuti Iel di belakangnya.
Di
kamar Ify, Iel mulai menyalakan laptop putih milik Ify. Lalu membuka
akun twitternya. Sedangkan Ify memilih menonton televisi dan sedang
berusaha mencari acara yang seru.
Saat Rio sedang membaca Timeline-nya tiba-tiba matanya tertuju pada beberapa tweets temannya.
@azizahsivia yippie! Kak Shilla balik dari Jogja :D sayang bgt si acha gak ikut:(
@9alvinosztaCR7 Shilla balik vi ? Serius ? Pengen ketemu dong guee :D RT @azizahsivia: yippie! Kak Shilla balik dari Jogja :D
@azizasivia
iya kak, besok pulang sekolah lo anter gue balik, jadi kakak bisa
ketemu ka Shilla oke :D RT @9alvinosztaCR7: Shilla balik vi ?
@riostevadit finally,you came back to me, and I swear I'll never let you go, Alyssa :)
Gabriel
bingung melihat tweets Rio, lalmu mengalihkan perhatiannya pada Ify
yang masih asyik menyaksikan sebuah acara Reality Show di televisi.
"Fy"
"Hmm"
"Lo
udah jadian sama Rio ?" Tanya Gabriel. Ify langsung mengalihkan
perhatiannya dari televisi dan beralih menatap Gabriel dengan heran.
"Maksud lo ?" Tanya Ify heran.
"Iya lo pacaran sama Rio ?" Tanya Iel lagi, mengulangi pertanyaannya. Ify mengerutkan keningnya.
"Engga,
kenapa emangnya ?" Tanya Ify heran dengan pertanyaan Iel. Iel hanya
mengangkat bahu lalu menunjuk ke arah laptop Ify dengan dagunya. Ify
yang penasaran akhirnya beranjak dari tempatnya dan menuju ke arah
Gabriel.
"Apaan sih ?" Tanya Ify lagi. Matanya tiba-tiba terpaku melihat sederet kalimat Rio yang 'mungkin' di tujukan untuknya.
@riostevadit finally,you came back to me, and I swear I'll never let you go, Alyssa :)
"Rio ?" Gumam Ify. Sementara Gabriel hanya mengangguk. Gabriel memutuskan mencari kejelasan dari tweets Rio barusan.
@gabrielstev Ify ? @ifyalyssa ? RT @riostevadit: finally,you came back to me, and I swear I'll never let you go again, Alyssa :)
"Iel apaan sih ? Kok di tanya segala ? Mana di mention ke gue lagi" sungut Ify kesal.
"Biarin deh fy heheh" jawab Gabriel cengengesan. Ify memutar bola matanya.
Setelah
beberapa saat ada satu replies yang masuk, ternyata dari Rio. Entah
mengapa jantung Ify berdetak cepat, ingin segera melihat apa jawaban
Rio. Tapi, Ify juga tak dapat memungkiri, bahwa ada rasa bingung di
hatinya seperti saat setelah Rio mengantar Ify ke rumahnya.
@riostevadit
Yes, of course :D emangnya ada berapa Alyssa yang gue kenal ? RT
@gabrielstev: Ify ? @ifyalyssa ? RT @riostevadit: finally,you came back
to me
Ify merasa dirinya melayang terbang melihat jawaban Rio,
apakah ini tandanya Rio..... Ah Ify cepat-cepat menepis pemikirannya dan
kembali ke dunianya. Gabriel tersenyum penuh arti.
"Aduh, ada
juga yang naksir sama sahabat gue" kata Gabriel. Ify sontak memukul
pelan kepala Gabriel dengan kamus bahasa Inggrisnya, membuat Gabriel
meringis pelan.
*******
Beberapa kilometer dari rumah Ify,
seorang pria tampan tengah duduk di meja komputernya, sambil sesekali
tersenyum melihat sebuah foto yang di bingkai oleh figura coklat tua.
Terlihat dua anak kecil tengah tersenyum bersama, meskipun salah satu anak tersebut terlihat sembab, sepertinya habis menangis.
*****
Rio,
11 tahun. Satu tahun setelah kejadian di cafe tentang mamanya sama
sekali belum membuat Rio bangkit. Rio masih sama seperti satu tahun
sebelumnya. Bahkan lebih parah. Tampak begitu terpuruk. Ia masih sering
menangis bila mengingat kejadian itu. Kejadian yang mulai membuat Rio
menjauh dari keluarganya. Terutama mamanya.
Hari ini, Rio kecil
kembali menangis meratapi kemalangannya, di sebuah taman yang indah,
yang seharusnya membuat semua orang yang berada di sana tersenyum
senang. Tapi tidak untuk Rio. Rio terus menangis. Sejujurnya, ia
merindukan keluarganya. Merindukan sosok mamanya yang selalu tampil
nyaris tanpa cacat di depan Rio. Wanita yang tegar, tetap menjadi ibu
yang baik bagi Rio meski dengan aktivitas yang segudang.
Berkali-kali
orang di sekeliling Rio mencoba menghibur Rio. Namun hasilnya nihil.
Itu malah membuat Rio semakin berbuat dingin pada orang di sekitarnya.
Rio benar-benar seperti orang yang kehilangan jiwanya. Pandangannya yang
dulu selalu memberikan semangat bagi siapa saja yang memandangnya, kini
berubah. Pandangan kedua bola mata sayu itu kini kosong, menyiratkan
betapa hampanya hidupnya ini.
Tangisan Rio semakin deras. Tapi
itu tak mengundang keheranan dari orang-orang yag sedang berada di taman
ini juga, karena tempat yang Rio duduki sekarang, berada jauh dari
keramaian.
"Hey, kamu kan cowok, kenapa nangis ?" Tanya
seseorang. Membuat Rio tersentak, Rio melepaskan kedua telapak tangannya
yang sedari tadi menutupi wajah Rio.
"Kamu siapa ?" Tanya Rio dingin.
"Aku Alyssa" jawab anak itu riang. Sangat jauh berbeda dengan nada bicara Rio. Alyssa terlihat jauh lebih periang.
"Mau ngapain kamu ?" Tanya Rio lagi, masih dengan nada yang sama.
"Ini
kan tempat umum. Lagian aku sering ke sini, nah aku liat kamu lagi
nangis. Kenapa kamu nangis ? Di tempat bagus kok nangis" cibir Alyssa
dengan gaya ceplas ceplos khas seorang anak berumur 10 tahun. Rio
melirik Alyssa sinis. Merasa privacy-nya mulai terganggu. Rio bangkit
berdiri, hendak mencari tempat yang lebih sepi dari ini. Rio berjalan
agak jauh dari tempat itu. Tanpa peduli apapun, padahal jelas Rio belum
terlalu hafal seluk beluk tempat ini.
Diam-diam Alyssa mengikuti Rio. Merasa Rio sudah berjalan terlalu jauh Alyssa memanggil Rio.
"Hey,
jangan jauh-jauh, nanti kamu ke sasar, nanti kalo kamu nyasar orang tua
kamu nyariin, pasti mereka khawatir, apalagi mama kamu" kata Alyssa
setengah berteriak. Rio berdiri mematung setelah mendengar beberapa
kalimat terakhi yang di ucapkan Alyssa. Khawatir ? Mamanya ? Apa mungkin
? Mamanya kan hanya memikirkan perasaannya sendiri tanpa peduli pada
perasaan anaknya. Rio lantas berbalik dan berjalan menuju Alyssa.
Alyssa
masih memasang wajah polosnya ketika Rio datang berbalik dan
menghampirinya. Ada sebersit rasa takut muncul di hati Alyssa melihat
wajah Rio yang bahkan lebih dingin dari pada tadi. Tapi Alyssa berusaha
menepisnya.
"Tau apa kamu tentang keluarga aku ? Tentang mamaku
?" Tanya Rio sinis, nada bicaranya sedikit meninggi. Kini Alyssa
benar-benar takut. Ia menggigit bibirnya, menyiratkan ketakutannya.
Bagaimanapun, Alyssa masih kecil, dan tidak biasa berbicara dengan teman
sebayanya dengan nada bicara setinggi itu.
"Aa..aaku...aku..cuma
khawatir sama kamu, nanti kalo kamu ilang gimana ?" Kata Alyssa polos
sambil menundukan kepalanya. Rio terhenyak. Kata-kata gadis manis itu
terdengar begitu tulus di telinganya. Perlahan batu es di hati Rio mulai
mencair.
"Hmm, maaf, aku gak maksud bikin kamu takut, kita balik
lagi yuk, kita duduk di tempat yang tadi" ajak Rio, perlahan-lahan nada
bicaranya mulai melembut. Rio menggandeng lengan gadis mungil yang
masih menunduk itu ke tempat tadi. Tempat saat Rio menangis.
Rio
duduk di salah satu kursi taman di sana, alisnya terangkat melihat gadis
yang sedari tadi di gandengnya masih menundukan kepalanya. Rio merasa
bersalah.
"Sa, maafin aku ya, aku gak ada maksud buat bikin kamu
takut kok, kamu mau maafin aku kan ?" kata Rio mengangkat dagu Alyssa.
Alyssa memandang Rio tak percaya. Tapi kemudian mengangguk cepat, di
sertai dengan senyuman manisnya. Rio tertawa kecil melihat perubahan
mood yang terbilang sangat cepat pada gadis ini.
"Aku dari tadi belum tau nama kamu loh" kata Alyssa. Rio menangkap maksud gadis ini.
"Rio" katanya singkat.
"Rio
kenapa tadi nangis ?" Tanya Alyssa polos, membuat hati Rio mencelos,
sejenak, tadi Rio melupakan masalahnya karena gadis ini, tapi karena
gadis ini pula, kenangan pahit itu mulai berkelebatan lagi di otaknya.
"Aku
bisa pecaya kamu sa ?" Tanya Rio. Alyssa mengangguk semangat. Rio
menarik nafas panjang, lalu kemudian menceritakan semua kisah hidupnya,
di sertai dengan isakannya, dan air mata yang mengalir di kedua pipi
Rio. Alyssa ikut menangis mendengar cerita Rio. Alyssa merasa sedikit
iba dengan Rio.
"Rio, hiks jangan nangis ya hiks, Rio kan cowok,
masa cowok nangis hiks" kata Alyssa menghibur Rio, sedangkan di pipi
Alyssa kini juga mengalir buliran-buliran air mata. Rio menghapus air
matanya, lalu tertawa kecil.
"Kamu nyuruh aku jangan nangis tapi
kamu sendiri nangis" kata Rio tertawa geli, tawa yang hampir tak pernah
muncul sejak 1 tahun lalu. Lantas Rio mengusap pelan pipi Alyssa dengan
ibu jarinya, menghilangkan sisa-sisa air mata di pipinya. Alyssa
mengangguk dan tersenyum.
"Rio, Alyssa janji, Alyssa gak akan
tinggalin Rio, Alyssa akan terus nemenin Rio" kata Alyssa sambil
mengangkat kelingkingnya. Rio tersenyum lalu menautkan kelingkingnya
pada kelingking Alyssa. Dan hari-hari setelah itu, menjadi hari-hari
penuh tawa meskipun hubungannya dengan keluarganya belum membaik.
*****
Rio
mengusap air matanya, membayangkan masa lalunya yang indah sekaligus
suram. Masa lalu yang membuatnya kehilangan dua hal yang paling berharga
untuknya. Kehangatan keluarga dan. Alyssa.
"Gue gak akan lepasin
lo lagi sa, udah cukup lo buat gue menderita tanpa lo selama ini, gue
akan buat lo bahagia, meskipun sekarang lo jauh lebih banyak berubah"
tekad Rio.
»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»
No comments:
Post a Comment