Part 16: SAHABAT Selalu Ada
“Kak Alvin, lo itu…?”
Wajah
Alvin semakin memucat, sudah tak bisa berkata apa-apa. Keringat semakin
banyak di mukanya, kalo ditampung bisa seember saking deg-degannya.
Sivia terus menatap Alvin, tapi Alvin tak berani menatap matanya. Tapi
tiba-tiba..
“Vi, lama banget sih lo, kayak Putri Solo!! Cepetan dong!!” teriak Ify dari jauh.
“Bentar, Fy!” kata Sivia yang segera mengambil kertas-kertas yang ada di tangan Alvin.
“Kak, mau ikut gak kerumah Shilla?” Tanya Sivia.
“Eng..sori gue gak ikut, gue ada pertemuan klub fotografi, salam aja buat Shilla..” kata Alvin.
“Ooh, yaudah deh, duluan ya, Kak!” Kata Sivia.
Alvin pun bernapas lega, dan kemudian ia segera menghapus semua foto Sivia dari kameranya.
***
“Ini rumahnyaa??” Tanya Ify takjub.
Mereka
–Ify, Sivia, Gabriel, Rio- sudah berada di depan sebuah rumah mewah
(bukan mepet sawah) dan besar. Mereka bertiga sangat takjub melihat
rumah yang berada di depan mata mereka itu kecuali Gabriel. Rumah Ify,
Sivia, dan Rio memang besar, tapi tak sebesar rumah Shilla. Yaa..luas
rumah nya Shilla hampir kayak stadion bola (besar amat, yaa ngayal dikit
=p).
“Ayo masuk,” ajak Gabriel.
“Siang, Pak!” Sapa Gabriel pada satpam rumah Shilla.
“Siang Mas Iel, mereka siapa?”
“Ooh ini temen Iel sama Shilla, Pak. Ini Rio, Sivia, dan yang ini Ify,” kata Gabriel sambil memperkenalkan mereka bertiga.
“Ooh, temennya Non Shilla, masuk aja Mas, Non..” Satpam itu mempersilahkan mereka masuk.
“Makasih Pak,”
Mereka
pun masuk kerumah Shilla, seperti biasa mereka teramat sangat kagum
dengan rumah Shilla. Rumah Shilla bagaikan istana yang megah.
“Wiih, maen petak umpet disini kagak bakal ketemu,” kata Ify.
“Norak lu!” Seru Rio.
“Apaan sih?? Bisanya narik perhatian gue ajaa!! Takut ya kehilangan gue?” Balas Ify.
“Iiih, ngomong tuh ama tiang!” kata Rio. Ify hanya menjulurkan lidah.
“Eeeh, berisik amat sih lo berdua!” Keluh Sivia.
“Kak, kok sepi banget ya?” Tanya Ify.
“Bonyoknya
Shilla pada kerja, yaa berangkat pagi banget, pulang malem banget, udah
gitu Sabtu-Minggu mereka masih aja kerja. Alhasil Shilla kesepian, mana
dia anak tunggal lagi.” Ujar Gabriel.
“Berarti gak pernah diperhatiin?” Tanya Sivia. Gabriel mengangguk.
“Mereka
menganggap bahwa selama ada uang, semua bakal baik-baik aja, yaa
seakan-akan Shilla bukan dibesarkan oleh mereka tapi di besarkan oleh
uang, gue kasian sama dia.” Kata Gabriel.
“Makanya dia suka nyari perhatian, ujung-ujungnya ke gue?” Tanya Rio.
“Sepertinya,” kata Gabriel sambil mengangkat bahu.
Kemudian seorang pembantu di rumah Shilla memandang mereka dengan heran.
“Mas Iel?”
“Eh, Bi Sumi..kenalin nih temen Iel sama Shilla, yang ini Rio, ini Via, ini Ify..”
“Mau nyari Non Shilla ya?” Tanya Bi Sumi.
“Iya, Bi. Shilla sakit ya?” tanya Sivia.
“Aduuuh, gimana bilangnya ya? Sebenernya Non Shilla gak sakit..” kata Bi Sumi jujur.
“Lho? Terus kenapa gak masuk?” Tanya Sivia yang rada bingung.
“Non Shilla males sekolah,”
“Ampun dah tuh anak,” kata Rio.
“Kita boleh masuk kekamar Shilla?” Tanya Ify.
“Ooh, boleh kok,”
“Kita keatas dulu ya, Bi..” kata Gabriel.
Mereka pun naik ke lantai atas untuk pergi kekamar Shilla.
“Gue dulu ya yang masuk,” kata Gabriel. Mereka bertiga mengangguk.
“TOK..TOK..TOK!” Gabriel mengetuk pintu kamar Shilla.
“Masuuk,” kata Shilla dari dalam.
Gabriel
memutar kenop pintu kamar Shilla, Gabriel pun masuk dan mendapati
Shilla sedang menonton TV, sambil tidur-tiduran di kasurnya. Begitu
melihat Gabriel, Shilla pun langsung terbangun dari tidurnya.
“Ngapain lo kemari?” Tanya Shilla sinis.
“Gue pengen tau keadaan lo, Shil.” Kata Gabriel sambil duduk di samping Shilla.
“Tumben lo nanya keadaan gue, ada angin apa lo?” Tanya Shilla. Gabriel hanya menghela napas.
“Apa salahnya gue nanya keadaan lo, gue denger dari Ify..”
“Ify lagi! Ify lagi! Selalu aja Ify! Apa sih menariknya Ify sampe-sampe lo kemakan omongannya dia!!” Sela Shilla.
“Tentu aja gue tau dari Ify! Dia sekelas sama lo! Dia temen lo, Shil!” Seru Gabriel.
“Temen?? Gue gak pernah nganggep dia temen!!” kata Shilla.
“Shil!”
“Apa? Lo mau ngebela Ify?? Bela aja terus, mending lo pulang aja deh, Kak!!” Kata Shilla.
“Eh, Shil! Lo gak berhak marah-marah sama Kak Iel!!” Seru Ify yang tiba-tiba langsung masuk diikuti oleh Sivia dan Rio.
“Ngapain lo dateng kesini juga?? Gue gak butuh perhatian dari lo!” Balas Shilla.
“Oooh
lo gak butuh perhatian?? Kalo gak butuh, kenapa lo selama ini nyari
muka mulu di depan Kak Rio?? Bukannya itu tandanya lo butuh perhatian
yaa? Tanya Ify.
“Kayak gini nih, Ify baru nomor satu..” bisik Sivia.
“Hebat juga tuh anak!” kata Rio.
Muka
Shilla memerah, udah gak bisa berkutik, pertandingan dimenangkan oleh
Ify eh, nggak ding waktu masih berjalan, (emang bola??).
“Bener
kaan? Lo gak bener-bener suka Kak Rio tapi lo cuma nyari perhatian Kak
Rio soalnya lo gak dapet perhatian kan dari bonyok lo sama Kak Iel..”
kata Ify.
Tiba-tiba..
BUUUGHH!!!
Muka Ify ditimpuk bantal oleh Shilla, mata Gabriel, Sivia, dan Rio terbelalak, perang dimulai!
“Eh, Shil! Kita dateng baek-baek! Bukan mau nyari ribut sama lo!!” Seru Sivia.
“Vi, udah! Itu masalah Ify sama Shilla, lo jangan ikut campur,” perintah Rio. Sivia pun kembali diam.
“Aduuuhh, Shilla gilaa!!” Teriak Ify. Ify langsung melempar bantal tadi ke muka Shilla.
“Elo yang gila!!!” Balas Shilla. Shilla melempar bantalnya lagi.
“Elo!”
“Elo!”
“Elo!”
“Elo!”
Ify tak melempar bantal itu lagi, soalnya gak bakal selesai-selesai.
“Eh
lo belom jawab pertanyaan gue!! Bener kan? Lo cuma nyari perhatian Kak
Rio doang soalnya lo gak dapet perhatian dari bonyok lo sama Kak Iel??”
“Lo gak tau apa-apa soal gue, Fy!!!” Seru Shilla.
“Fy, udah laah,” kata Gabriel.
“Lo diem aja, Kak!” Kata Ify.
“Gue tau, Shil. Gue tau, gue bisa ngerasain karena lo ‘SAHABAT’ gue..” gumam Ify.
“
‘SAHABAT’?? Ngomong doang lo, Fy! Cuma sekarang doang lo bilang
‘SAHABAT’ tapi kenyataannya nggak! Darimana lo bisa bilang gue ‘SAHABAT’
lo?? Dari pertama ketemu juga, gue udah sebel sama lo!”
“Shil,
kalo lo sebel sama gue, lo gak mungkin mau kenalan ato senyum ke gue,
sedikitpun nggak! Dan gue tau, senyuman lo dulu sebelum kita berantem,
tulus banget, makanya darisitu gue berpikir‘gue yakin lo bakal jadi
‘SAHABAT’ gue..’” gumam Ify.
Air mata jatuh di pipi Shilla, dia
tak bisa menahan air matanya lagi, tangisnya meledak. Ify pun mendekati
Shilla, begitupun Gabriel, Sivia, dan Rio.
“Gue iri sama lo,
Fy..daridulu gue gak pernah dapet perhatian dari bonyok gue, dulu yang
gue punya yang selalu perhatian sama gue Cuma Kak Iel, tapi Kak Iel
pindah ke Jakarta. Gue seneng Kak Iel masih perhatian sama gue, meskipun
lewat sms dan telepon, yang penting gue gak bakal kesepian, tapi sejak
gue tau dia jadi Ketua OSIS di CB, dia gak pernah ngehubungi gue lagi,
gue kesepiaan..pas gue pindah ke CB, gue ketemu lo, lo selalu cari
perhatian sama Kak Rio tapi Kak Rio gak pernah risih ataupun marah sama
lo, jadi gue pikir kalo gue juga cari perhatian sama Kak Rio, Kak Rio
juga ngelakuin hal yang sama kayak perlakuan Kak Rio ke elo..” Ujar
Shilla.
Ify melihat Gabriel menunduk, Gabriel merasa sangat bersalah sama Shilla, dialah yang membuat Shilla seperti ini.
“Tapi cara lo salah, Shil..kata-kata lo yang lo omongin itu nyakitin orang,” kata Ify.
Shilla tetap menangis,karena tak tega Ify pun memeluknya, Shilla hanya diam di pelukan Ify.
“Shil,
kalo misalnya lo butuh perhatian, lo bisa panggil gue, Via, Kak Rio,
Kak Cakka, kak Alvin, ato Kak Iel, kita semua siap dengerin cerita lo,
soalnya kita semua‘SAHABAT’ lo,” ujar Ify.
“ ‘SAHABAT’ selalu ada kalo dibutuhkan hehee..” kata Sivia.
“Kayak kakek-kakek omongan lo, Fy!” kata Rio.
“Bacot lu, Kak!” Seru Ify.
“Fy, maafin gue yaa..gue jahat banget sama lo, Via, Kak Iel..” kata Shilla sesenggukan.
“Yah, yah gue maafin..tapi udah dong nangisnya..baju gue basah..kena ingus lo!” Celetuk Ify, Shilla pun lepas dari pelukan Ify.
“Hha?”
“Ahahahaa..gue bercanda Shil, udah ah, cengeng banget sih lo..gue pengen nanya deh sama lo, Shil..” kata Ify.
“Apa?”
“Lo beneran gak sih suka sama Kak Rio?” Rio yang mendengarnya langsung menoyor kepala Ify.
“Paan sih lu, Kak! Tunggu dulu, gue lagi merhatiin Shilla, ntar lo juga kebagian!!” Seru Ify.
“Iiih jijay!” kata Rio.
“Makanya diem dulu Kak!” kata Sivia. Gabriel hanya tertawa.
“Dulu siih gue nganggep dia manis, tapi sekaraang lo ambil aja deh, udah gak tertarik gue!” Jawab Shilla enteng.
“Bener lo, ya! Awas lo kalo nyosor Kak Rio! Gue cakar lagi lo!” Ancam Ify.
“Iyee..iyeee..” kata Shilla.
“Abis nangis gue laper nih!” kata Shilla sambil memegang perutnya.
“Gimana kalo kita pesen Pizza aja?” Usul Gabriel.
“Boleh tuh!” kata Sivia.
“Yang bayar Kak Rioo!!” Seru Ify.
“Eh, enak ajaa!! Yang ngusulin yang bayar!!” kata Rio.
“Iye, dah gua yang bayar, mumpung gue lagi baek! Pesen apaan?” kata Gabriel.
“Seafood topping!” Seru Shilla.
“Gue sama kayak Shilla!” kata Sivia.
“Deluxe Cheese!” Kata Rio.
“Gue spaghetti, pasta, lasagna, banana split, sama Deluxe Cheese buat dibawa pulang hehee!!” kata Ify nyengir.
“Itu namanya pemerasaan!!” kata Gabriel.
“Bercanda, Kaak..” kata Ify.
Setelah
memesan dan pesanan mereka sampai, mereka pindah ke ruang TV untuk
menonton film, Ify, Shilla, dan Sivia semakin dekat, mereka cocok satu
sama lain. Mereka tak memperhatikan filmnya tapi malah mengobrol.
“Dasar yaa..cewek-cewek kalo udah ketemu langsung gossip!” kata Gabriel.
“Bilang aja lo mau ikutan, Kak!” celetuk Sivia.
“Ogah!” tolak Gabriel.
“Fy, ternyata gue salah nilai lo..” kata
Shilla.
“Emang lo nilai gue kayak gimana?”
“Lo tuh, nyebelin, gila, jutek, cungkring, idup lagi,” kata Shilla. Rio pun yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak.
“Weiish biasa aja ketawanya, Yo! Minta dibayar ketawa lo!” kata Gabriel.
“Shil, jangan pake cungkring dong!” kata Ify manyun.
“Jujur banget lo, Shil!” kata Rio. Alhasil kepala Rio di timpuk oleh Ify.
“Gue juga salah nilai lo, Shil.” Kata Ify.
“Apaan?”
“Lo tuh manja, jutek, nyebelin, narsis, sok kaya, ceking, idup lagi.” Kata Ify enteng.
“Ngebales nih ceritanya??” Tanya Shilla.
“Hahahaa..iya laaah..”
Tiba-tiba handphone Sivia berbunyi, Sivia melihat handphonenya, ada satu pesan masuk.
From: Kak Alvin
Masih dirumah Shilla?
“Siapa, Vi?” Tanya Ify.
“Eum, Kak Alvin..” kata Sivia malu-malu.
“Cieeee…Kak Alviiin..” Goda Ify.
“Prikitiiiw!!” Celetuk Gabriel.
“Dikit lagi ada hajatan tuuh..” Celetuk Rio.
“Apaan sih lo pada??” Kata Sivia.
Sivia membalas sms dari Alvin dengan cepat.
To: Kak Alvin
Iya, kak. Kenapa?
From: Kak Alvin
Kebetulan gue baru pulang dari sekolah, mau gue jemput?
To: Kak Alvin
Bener, Kak?
From: Kak Alvin
Iya, gak papa, gue sekalian pengen ngeliat tuh kacrut dua.
To: Kak Alvin
Hihii..gue tunggu kok,
Sivia jadi senyum-senyum sendiri, ia selalu melihat kearah pintu berharap Alvin segera datang, menjemputnya.
“Kagak usah liat pintu mulu kali, ntar juga Alvin dateng, hihii..” goda Gabriel. Muka Sivia memerah.
“Muka lo udah kayak tomat, Vi..” kata Shilla.
“Pengen gue makan jadinya..hahaa,” kata Ify.
10 menit kemudian Alvin datang..
“Tuh Vi, pangeran lo udah dateng..” goda
Rio.
“Prikitiiiwww!!” Goda Gabriel. Muka Alvin dan Sivia pun memerah, mereka berdua salting.
“Gue pulang ya!” Kata Sivia.
“Yaaahh, kok pulang??” Tanya Shilla.
“Udah sore, Shil..” kata Sivia.
“Balik yaa!” Pamit Alvin.
“Oooh, dia mau nge-date dulu berdua,” goda Rio. Alvin langsung masukin Pizza ke mulut Rio, sehingga Rio jadi tersedak.
“Makan tuh!” Kata Alvin.
“Diem-diem menghanyutkan lo, Kak!” Kata Ify. Alvin dan Sivia pun pulang,
“Sialan
tuh si Sipit! Udah kabur lagi..awas tuh besok, gue masukin bakso
kemulut dia!” Kata Rio. Ify mencolek bahu Rio, Rio pun menoleh dengan
malas.
“Kak, anterin gue kan?” Tanya Ify senyam-senyum.
“Apaan lo? Naek ojek aja sono, biar lo di bawa ama tukang ojek!” kata Rio enteng.
“Elo maah, ntar kalo gue di bawa sama tukang ojek, lo kesepian gak ada cewek cantik di samping lo..” rayu Ify.
“Gue malah merdeka!!”
“Gue kutuk lo kagak ada yang mau ama lo!” Ancam Ify.
“Buset! Jomblo seumur idup dong gue??” Tanya Rio.
“Iya! Soalnya lo gak mau nganterin gue!”
“Heuh, iya..iyaa!!” kata Rio terpaksa.
“Asiiik! Kak Rio baiik!!” Ify hampir mau memeluk Rio, tapi Rio keburu menghindar duluan.
“Iiihh, jauh-jauh loo!!” Seru Rio. Shilla dan Gabriel hanya tertawa.
“Balik ya!” Pamit Rio.
“Iya, hati-hati ya!” kata Shilla.
“Dadaahh!!” Ify melambai-lambaikan tangannya pada Shilla dan Gabriel.
Sekarang hanya ada Shilla dan Gabriel, mereka malah diem-dieman. Gak ada topik.
“Euhm..Kak..” Panggil Shilla. Gabriel menoleh.
“Kenapa, Shil?”
“Maafin gue ya, gue udah egois banget,” gumam Shilla. Gabriel hanya tersenyum dan kemudian mengacak-acak rambut Shilla.
“Gue yang harusnya minta maaf, Shil. Gue udah nyuekkin elo, gue gak tau kalo kesepian..” kata Gabriel.
“Yaudah yuk, Kak. Daripada disini terus, mending masuk aja.” Ajak Shilla.
***
Sivia
merenung dikamarnya, mengingat kejadian saat Sivia menabrak Alvin di
depan kelasnya, ia melihat foto yang terpampang di kamera Alvin. Foto
yang sama dengan foto yang diberikan oleh seseorang dengan inisial AS.
Tiba-tiba Sivia mendengar ada yang menimpuk jendela kamarnya dengan batu kecil.
“Iiih,
siapa sih!!” Sivia beranjak dari kasurnya dan turun kebawah untuk
memergoki orang tersebut. Sivia membuka pintu rumahnya, ia menengok
kekiri dan kekanan. Tapi tak ada orang.
Ia melihat kebawah dan mendapati sebuah foto dirinya. Sivia mengambil foto tersebut.
“Dih, foto gue?” Tanya Sivia sambil memandang foto tersebut. Dan ternyata di pagarnya juga terdapat fotonya, ia
menuju
pagar dan mengambilnya. Sivia membuka pagar rumahnya dan melihat ke
jalan, ia kembali mendapati fotonya di jalan, ternyata fotonya itu
tersebar membentuk sebuah arah jalan menuju suatu tempat.
Sivia terus memungut foto-fotonya sambil berjalan menuju arah yang di arahkan oleh foto-foto dirinya.
“Siapa
sih orang iseng yang bikin kayak ginian? Foto gue kan mahal!” Gerutu
Sivia sambil memungut fotonya. (masih aja narsis, Vi..)
Foto-foto
itu membawa Sivia ke sebuah taman kecil dekat rumahnya, taman itu
gelap, tak ada penerangan sama sekali. Sivia udah gemeteran di sana.
“Kenapa kesini sih??” Gumam Sivia.
SRAAK..SRAAAK..
Sivia mulai gemetaran, ketakutan. Terdengar bunyi dari balik semak-semak.
“Siapa tuh??” Tanya Sivia. Tapi tetap tak ada yang menjawab.
“Mampus guee..” Sivia hampir mau menangis. Tiba-tiba..
CKLIIIKK
Sivia
menoleh kebelakang, sebuah pohon menyala, lho? Maksudnya lampu yang ada
di pohon belakang Sivia menyala. Sivia terbelalak melihat pohon itu.
Banyak foto dirinya bertebaran di pohon tersebut, pohon di kelilingi
oleh lampu-lampu kecil yang membuat pohon itu terang dan bercahaya.
Sivia takjub dibuatnya. (kayak pohon natal lah, tapi ini bukan cemara,
kayak pohon beringin putih =p)
“Foto-foto gue?” Gumam Sivia sambil mendekati dan memandang pohon tersebut. Kemudian seseorang keluar dari persembunyiannya.
“Kak Alvin?” Gumam Sivia.
“Gimana?” Tanya Alvin.
“Lo yang bikin semua??” Tanya Sivia. Alvin mengangguk.
“Perjuangannya
berat tau, gue harus minta ijin sama RT, RW, legalisir surat ke
kelurahan, terus tandatangan ke Kecamatan, teruuss..”
“Lebay banget lo, Kak!” Kata Sivia sambil tertawa.
“Tapi suka kaan?” Kata Alvin. Sivia mengangguk.
“Berarti selama ini, yang ngirim surat, foto, mawar putih, seseorang berinisial AS itu elo?” Tanya Sivia. Alvin menghela napas.
“Iya, gue AS. Lo gak nyadar??” Tanya Alvin. Sivia menggeleng.
“Nggak, kan nama panjang lo Alvin Jonathan,” jawab Sivia.
“Sebenernya ada lagi,” kata Alvin.
“Maksud lo?”
“Gue bukan cuma Alvin Jonathan doang, tapi Alvin Jonathan Sindunata.” Kata Alvin. Sivia melongo.
“Lo beneran gak nyadar??”
“Gak
sama sekali, tadinya pas siang gue pengen nanya sama lo, soal foto di
kamera lo, tapi Ify keburu manggil, gue gak jadi nanya..” kata Sivia.
“Sekarang
gak ada yang perlu disembunyiin lagi kan?” Tanya Alvin. Sivia
menggeleng. Kemudian Alvin menarik tangan Sivia dan menyuruhnya duduk di
bangku taman. Alvin mengambil gitar dan bernyanyi untuk Sivia.
Tak pernah berhenti mencari cinta
Slalu saja ada yang tak kamu suka
Terlalu jauh engkau melihat coba rasakan Yang ada di sekitarmu
Sesungguhnya dia ada didekatmu
Tapi kau tak pernah menyadari itu
Dia slalu menunggumu untuk nyatakan cinta
Sesungguhnya dia adalah diriku
Lebih dari sekedar teman dekatmu
Berhentilah mencari karena kau tlah menemukannya
Dia mungkin bukan manusia sempurna
Tapi dia selalu ada untukmu
Sesungguhnya dia ada didekatmu
Tapi kau tak pernah menyadari itu
Dia slalu menunggumu
untuk nyatakan cinta
Sesungguhnya dia adalah diriku
Lebih dari sekedar teman dekatmu
Berhentilah mencari
karena kau tlah menemukannya
“Suara lo bagus juga ya..” puji Sivia.
“Ganteng sih..” celetuk Alvin.
“Gak ada hubungannya tauk!!” Seru Sivia.
Mereka tertawa bersama, kemudian Alvin menaruh gitarnya, terus memegang tangan Sivia dan menatap mata Sivia dalam-dalam.
“Vi, lo mau gak jadi cewek gue?”
Jantung Sivia berdegup kencang, Alvin menyatakan perasaannya pada Sivia. Sivia menunduk malu karena wajahnya merah.
“Mau gak??”
“Gak mau akh!” Alvin terbelalak.
“Lah kenapa??”
“Gue gak mau terima kalo lo gak ngasih gue sebuket mawar putih!” Kata Sivia. Alvin tertawa. Sivia mengangkat alis.
“Kenapa lo ketawa?” Tanya Sivia heran.
“Gue
udah duga..” Alvin mengambil sesuatu dari belakang pohon, dan ternyata
yang diambilnya adalah sebuket besar mawar putih hanya untuk Sivia.
“Lo udah nyiapin??” Tanya Sivia.
“Yaiyalah, gue udah duga pasti lo mau mawar putih, hehee..” kata Alvin. Sivia memeluk buket mawar itu sambil
menciumnya.
“Yaaah, lupa kan ama gue!!” kata Alvin sambil garuk-garuk kepala. Sivia hanya nyengir.
“Gimana?? Mau gak??” Tanya Alvin. Sivia tersenyum dan kemudian mengangguk.
“Beneran??”
“Tuh, kan! Tadi gue gak jawab salah! Gue jawab juga salah!” Seru Sivia mencibir.
“Hehehee..sori, Vi..thanks ya udah nerima guee, gue sayaang banget sama lo, Vi!!” Kata Alvin sambil mencubit kedua pipi Sivia.
“Aduuuh, sakiiitt!!!” Ringis Sivia.
Alvin hanya tertawa melihat Sivia yang meringis kesakitan.
“Vi, udah jam 10, pulang yuk!” Ajak Alvin.
“Itu pohonnya gimana?? Masih banyak foto gue tuh! Ntar pada naksir gue!” Kata Sivia.
“Gua tinju satu-satu kalo ada yang suka sama lo!” Kata Alvin. Sivia hanya tertawa.
“Beresin tuh, Kak!” Suruh Sivia.
“Besok ajaa! Gue ngantuk udah yuk!” Ajak Alvin. Sivia naik ke motor Alvin dan Sivia diantar pulang oleh Alvin.
***
No comments:
Post a Comment