Alvin tidak menjawab, ia malah membalik tubuhnya menjadi benar – benar
berhadapan dengan Ify. Perlahan tapi pasti, Alvin meraih kedua tangan
Ify, menggenggamnya erat, lantas menatap Ify dengan tatapan penuh cinta…
“Vin..” Ucap Ify, tidak sanggup mencari kata lain.
Alvin
tertawa kecil melihat ekspresi terkejut diwajah Ify, tapi kemudian
kembali menatap Ify….lantas membuka mulut, “Fy… gue suka sama lo..”
Ify
tercekat! Ia bisa merasakan mendadak jantungnya berdegup sangat
kencang, aliran darahnya menjadi begitu terasa, Ify merasakan dunianya
seakan berhenti, dan hanya tinggal Alvin… Alvin yang duduk dihadapannya
sembari menggenggam jemarinya erat lantas mengucapkan sebuah pengakuan
yang tidak pernah Ify duga….
Ya tuhan. Sejujurnya, Ify tidak
berani mempercayai kata – kata Alvin barusan… Apa? Alvin menyukai Ify?
Oh, itu kata – kata terindah yang pernah Ify dengar…
“Alvin..” Ucap Ify, lagi – lagi tidak sanggup mencari kata lain.
Alvin tersenyum kecil, “Kenapa, Fy? Lo gak percaya? Gue beneran suka sama lo, dan.. apa lo mau nerima gue?””
Ify
shock. Ya tuhan, izinkan waktu kembali berjalan… Alvin tertawa kecil
melihat kegugupan diwajah Ify, termasuk tingkah Ify yang jelas – jelas
salting. Alvin pun melepas genggamannya ditangan Ify, kembali menghadap
Piano,lantas membiarkan jemari – jemarinya kembali menari diatas tuts –
tuts piano, mendentingkan nada dengan segenap hatinya,
“Kalo gak
bisa jawab sekarang juga gak apa – apa, kok.” Ujar Alvin. Ify tertegun,
dan kalimat Alvin membuat dunia Ify seakan kembali berputar. Ify
menghela nafas panjang, Lantas mengalihkan pandangan untuk menutupi
kegugupan diwajahnya,
“mm… fy, lo udah tau tentang lomba nyanyi itu?”
Ify menganggukan kepalanya,
“Mau ikut?” Tanya Alvin lagi.
Ify menggelengkan kepalanya,
“Kenapa?” Tanya Alvin.
“gue gak bisa maen alat music..”
Alvin menganggukan kepalanya, melirik Ify sebentar, “mm, Fy, menurut lo gue harusnya ikut gak?”
Ify tersenyum kecil, memiringkan kepalanya, lantas mengangguk mantap, “Harus dong…”
“Kok gitu?”
“Ya.. lo kan jago maen piano, “
“Cuma itu alasannya?”
Ify mengangkat alisnya, “Terus apa?”
“Ya, kirain.. any other reason..”
Ify
tertawa kecil, lantas mengalihkan pandangannya, ada sesuatu yang
mengusik pikirannya, ada sesuatu yang membuatnya tidak seberani biasanya
untuk sekedar menatap
Alvin..
Alvin terus mendentingkan nada,
sementara Ify diam – diam bertanya pada hati kecilnya, apa sebenarnya
yang dirasakan Ify sekarang? Apa yang ify rasakan setelahAlvin
mengutarakan isi hatinya? BAhagia? Ya, semestinya Ify bahagia…
Alvin,
cowok yang memang dicintainya ternyata juga mempunyai perasaan yang
sama, tapi kenapa Ify tidak merasa bahagia? Hanya sekedar kaget karena
pengakuan Alvin yang frontal… Ya, Ify yakin ada perasaan lain dihatinya
saat ini, bukan bahagia,tapi lebih kepada… kepuasan. Kepuasan karena
sudah berhasil memenangkan hati Alvin..
“Vin..”
Alvin menoleh, “mm?”
“yang tadi itu serius?”
“Of Course, kenapa emangnya?”
Ify tertegun, ya tuhan, jadi itu memang benar..
“Lo mau tau jawaban gue apa?” Tanya Ify ragu.
“Apa?” Sahut Alvin cepat.
Ify meneguhkan hatinya, “Gue mau nerima lo, tapi ada syaratnya…”
Alvin tertawa kecil, lantas menatap Ify lekat – lekat, “apa?”
“Kalo lo bisa menang dilomba nyanyi itu, gue janji, gue bakal nerima lo…”
Alvin tertegun, “Hah? Lomba nyanyi itu? Ify mengangguk mantap, “Deal?” Tanya Ify seraya mengulurkan tangannya.
“Tapi, fy..”
Ify tersenyum nakal, “Ya, terserah…”
Alvin tersenyum jengkel, tapi kemudian menjabat tangan Ify, “Oke, deal..”
@@@
Ify menutup pintu ruang music, melangkah menuju kantin, perutnya sudah lapar tak terkira.
Ify
sampai dikantin, matanya mengamati sekitar, tidak ada yang ia kenal,
tidak ada sivia, entah cewek itu kemana. Ify pun menghampiri stand mie
ayam,
“Bu, mie ayamnya satu ya..”
Sang pelayang mengangguk, lantas sibuk menyiapkan pesanan Ify.
“Wah, wah, ternyata anak tukang gorengan masih berani makan dikantin…”Seru seseorang.
Ify
yang kaget lantas mengalihkan pandangannya kesumber suara, dilihatnya
sosok Shilla bersama asisten setianya, Angel. Ify mendelik, “Emang
kenapa?”
Shilla tersenyum sinis, lantas melipat tangannya didepan
dada, “ya.. gak apa – apa sih, Cuma.. gue kira lo bawa bekel dari
rumah. Ya, secara kita taulah, biasanya kan anak orang miskin itu bawa
bekel dari rumah… hahahaha, katanya sih biar irit…”
Ify tertegun, geram, tapi mencoba menahan emosinya, “terserah deh lo mau ngomong apa!”
“Ya jelas lah terserah gue, mulut punya gue! Huh, sorry ya..” Balas Shilla.
Ify
melengos, “ya udah, ngapain lo masih disini?” Kali ini Angel yang
bereaksi, “Heh! Anak kampung, punya hak apa lo ngusir kita kayak gitu?”
“Gue gak ngusir…”
“Terus apa namanya?” Sahut Angel.
Ify gerah, muak, “Lo gak usah nyari rebut, deh.. mau lo berdua apa sih?”
Shilla tertawa kecil, kemudian kembali tersenyum sinis, “Gue? Simpel.. gue Cuma mau ngeliat lo menderita..”
Ify tertegun, menatap Shilla tajam, “Salah gue apa?”
“Salah lo.. Lo udah ngerebut Rio dari gue!!” UJar Shilla ganas.
Ify melengos, apa? Merebut? Ya tuhan…
“Lo gila ya? Ngapain gue ngerebut Rio dari lo!”
“Why not?” Sahut Shilla.
“Gak,
gue gak pernah ngerebut rio dari lo.. lo sama Rio putus juga kan bukan
gara – gara gue! Karena Rio emang udah gak cinta sama lo..”
Shilla mendelik, “tau apa lo soal perasaannya Rio?” Tanya Shilla mulai naik darah.
“Lho? Bener kan? Rio emang udah gak cinta sama lo! Udahlah, terima aja…” Sahut Ify tidak mau kalah.
“Lo tuh… kurang ajar!!” Bentak Shilla.
Mendadak perhatian seisi kantin tertuju pada Ify dan Shilla, mereka semua diam, hanya berani menstatuskan diri sebagai penonton.
Ify mendelik, “Lo duluan kan yang mulai..”
“Fy, lo tuh lama – lama nyebelin ya!” bentak Shilla.
“Terus kenapa? Emang lo doang yang bisa nyebelin!”
Shilla
buang muka, muak, ia sudah kehabisan kata – kata, lho? Kenapa sekarang
malah ia yang disudutkan? Tiba – tiba saja Angel mendekati shilla dengan
segelas jus mangga ditangannya, angel mendekatkan mulutnya ketelinga
shilla, “pake ini aja, shill..” Bisik Angel.
Shilla tersenyum
sinis, tanda ia menyetujui rencana busuk Angel, tanpa basa – basi lagi
shilla pun maju untuk mendekati Ify, lantas menumpahkan jus mangga
ditangannya…
Ify yang lengah, hanya bisa pasrah saat seragamnya
basah karena jus mangga yang dengan sengaja ditumpahkan shilla
ketubuhnya semua yang berada dikantin, para penonton pengect itu,
tertawa puas melihat Ify kini hanya bisa meratapi nasib, ya tuhan…
“Shilla!” Bentak Ify.
Shilla tersenyum sinis, “Gimana? Enak gak jus mangga nya? Pasti orang miskin kayak lo gak pernah minum jus mangga… ya kan?”
Ify melengos, menghela nafas panjang, “Lo tuh ya..”
“Apa?” Sahut Shilla.
“Apa – apaan sih lo?” Sebuah suara lantang tiba – tiba saja terdengar, disusuul dengan kehadiran Rio.
Shilla kaget saat melihat Rio datang, “Rio?”
Rio mendelik, “Kenapa? Lo kaget kenapa gue bisa disini? Oh, come on shill, ini terlalu kekanak –kanakan..”
Shilla
menatap tajam Rio, kemudian mengalihakan pandangannya ke Ify “oh, jadi
sekarang lo udah punya malaikat pelindung? Si Mario stevano Aditya
Haling ini?”
Ify tak menjawab, malah Rio yang bereaksi, “MAlaikat pelindung apa?”
Shilla kembali menatap Rio, sinis, “Iya, malaikat yang selalu ngelindungin cewek miskin ini..”Ledek Shilla.
Rio mendelik, “Shilla! Stop it! Berhenti lo bawa – bawa status sosialnya Ify!”
“Lho? Emang kenapa? Toh, pada kenyataannya dia itu emang anak tukang gorengan, anak orang miskin, yo!”
Rio mendesah kesal, “Terus kenapa kalo dia anak tukang gorengan? Apa itu berarti lo bisa menghina dia kayak gini?”
“Yeah, jelas..” Sahut Shilla mantap.
Rio menatap Shilla tajam, lantas menggelengkan kepalanya, “Ternyata ya shill, lo tuh cantik diluarnya aja, tapi hati lo? Busuk!”
Shilla mendelik, “Hello, lo pikir hati lo suci? Jangan lo pikir gue gak tau kalo lo tuh playboy, suka maenin cewek..”
“Iya!
Gue emang playboy, gue suka maenin cewek, tapi gue gak pernah menghina
mereka! Apalagi sampe bawa – bawa status social kayak gini…”
Shilla mendelik, “Oh, terserah! Playboy ya tetep aja playboy..”
Rio menghela nafas panjang, “Ya udah, terserah.. terserah lo mau ngomong apa! Dan mending sekarang lo pergi dari sini!”
“oke, with pleasure! Urusin nih primadona Lo!” BAlas shilla seraya beranjak meninggalkan kantin.
Rio membalikkan badannya, menghadap Ify, Rio menatap gadis itu lekat – lekat, “Ikut gue..”
@@@
“lo kenapa sih diem aja kalo Shilla ngerjain lo kayak tadi?” Bentak rio.
Ify mendelik, “Gue gak diem aja, kok!”
“Apa? Jelas – jelas tadi lo diem aja pas Shilla tumpahin jus mangga ke kepala lo..” balas Rio.
“Ya,
itu kan setelah lo dateng… sebelumnya? Lo gak tau kan?” Rio buang muka,
lantas kembali menatap Ify, kali ini Rio membawa Ify kesebuah tempat
terpencil yang terletak dilantai tiga, lantai paling atas. “Oke, never
mind! Gue gak mau ngebahas soal
Shilla lagi!”
“Ya udah..” Sahut Ify mantap, matanya menatap Rio tajam.
“Tapi mata gue gak bisa ngeliat lo kayak gini, liat tuh, seragam lo basah, kotor pula!” Sahut rio.
“YA udah, gak usah diliat!” Sahut Ify tajam.
“TApi kan keliatan..” Balas Rio.
Ify mendelik, sementara Rio mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah sapu tangan. Ify tertegun.
“Pake nih! kali ini gue bawa sapu tangan kan?” Ujar rio lantas melempar sapu tangannya kearah ify.
Ify sigap menangkap sapu tangan itu, tapi tidak berkata apa – apa.
“Udah, buruan bersihin seragam lo!” Ujar Rio.
Ify
pasrah, ia membersihkan sisa – sisa jus diseragamnya dengan sapu tangan
Rio, tapi kemudian Ify mengingat sesuatu,sesuatu yang memang ingin
ditanyakannya, “mm, Yo, lo ikut lomba nyanyi itu gak?”
Rio mendesah kecil, lantas memasukkan tangannya kedalam saku celana, “Ikut, itupun karena terpaksa..
“Terpaksa? MAksudnya?” Tanya Ify tidak mengerti.
Rio mengangkat bahu, “Ya, gitu lah.. lo gak harus tau kan? Tanya Rio sinis.
Ify mencibir, tapi kemudian kembali membuka mulut, “ Saingan sama Alvin dong!”
Rio tertegun, “Alvin?”
Ify mengangguk mantap, “Iya, Alvin temen lo itu.. “
Rio melengos, “Alvin? Ikut lomba norak kayak gitu?” Tanya Rio tidak percaya.
“Iya, emang kenapa?”Sahut Ify mantap.
Rio buang muka, lantas melipat tangannya didada, “pasti lo yang nyuruh..”
Ify tertegun, “Lah? Kok lo tau?”
“Iyalah, Alvin yang gue kenal gak bakal mau ikut – ikutan lomba norak kayak gitu! Pasti karena lo..” jelas Rio.
Ify mengalihkan pandangan, kemudian tersenyum kecil, “ Hah? Masa sih?”
Rio melengos, “Ya udah, lo gau usah kegeeran kayak gitu! Biasa aja..”
Ify tersenyum geli, lantas menatap Rio, “Lo gak takut kalah saingan sama Alvin?” Goda Ify.
Rio mengalihkan pandangan, merasa jengah dipandangi Ify seperti itu, “ Apaan? Gue? Kalah sama Alvin? Ya gak lah!”
Ify
mencibir, “Yee, lo gak tau sih, permainan piano Alvin itu udah top
banget! Kelas kakap, deh… kalo lo mah? Paling bagus juga maen pianika..”
Rio tertegun, tidak percaya Ify meledeknya seperti itu, tapi belum sempat Rio membela diri, Ify sudah kembali membuka mulut,
“Yaah, baru di gituin aja udah takut! jadi saingan gak nih sama Alvin?” Ledek Ify dengan nada menantang.
Rio mendesah kesal, “gue gak bilang gue takut, gue Cuma..”
Ify tersenyum meledek, “Alah! Kalo takut mah, bilang aja…”
Rio salah tingkah, apa? Harga dirinya direndahkan oleh gadis bernama Ify?
“Ify, gue gak takut!: Jelas Rio.
Ify tersenyum nakal, lantas melipat tangannya didepan dada, “Ah, lo takut..”
“Gak!!”
“Iya, lo takut..”
Rio mendecak, “oke, gue bakal ngebuktiin ke elo kalo gue pasti bisa ngalahin Alvin! Gue gak akan kalah dari dia..”
Ify tersenyum puas, aaaahhh, akhirnya.
“oke, kita liat aja nanti! Apa seorang Mario Stevano Aditya Haling bisa dikalahkan?” tantang Ify.
Merasa tertantang, Rio menatap Ify tajam, “Gak akan! Gue pasti menang!”
@@@
Rio memasukki markas The four Mr.Perfect, sudah ada Ray, Alvin, dan Gabriel.
“Weh, Rio my bro…” Seru Ray.
Rio tidak menjawab, hanya melirik Ray sekilas, lantas menghempaskan tubuhnya disofa yang tersisa, disamping Ray.
“Kemana aja, lo?” Tanya Alvin.
Rio bergeming, menatap Alvin tajam, entah kenapa, wajah Ify selalu terbayang tiap kali Rio menatap Alvin..
“Biasa..” Sahut Rio.
Alvin memalingkan pandangan, tidak lagi menatap Rio,“Ketemu Ify?”
Rio tertegun, “Kok lo bisa tau?”
“Tadi Shilla sms gue, dia bilang lo abis tadi pahlawan lagi buat Ify,” Jelas Alvin.
Rio melengos, menyandarkan tubuhnya kesandaran sofa,“Cewek itu lagi!”
“weh, yo, kenapa lagi sama si Ify?” Tanya Ray.
Rio menghela nafas panjang, “BIasalah, tadi dia dikerjain sama si Shilla, ya, terus gue ngeliat..”
“Dan lo nolongin dia?” Tanya Alvin menyalip kalimat Rio.
Rio tertegun, membalas tatapan tajam Alvin, “Emang kenapa?”
Alvin mendelik, “Lo kenapa sih yo? Lo bilang lo mau kasih gue kesempatan? Tapi malah kayak gini…”
“Eits, ada apa sih sebenernya?” Tanya Ray tidak mengerti.
Gabriel yang sedari tadi diam, buka mulut, “Udahlah Ray, bukan urusan kita..”
Alvin tersenyum sinis, “Ini yang lo maksud dengan ngasih gue kesempatan?”
Rio
kembali tertegun, hatinya berontak, “Mau lo apa sih, vin? Lo mau gue
diem aja si Ify dikerjain abis – abisan sama si Shilla? Iya?”
Alvin mendelik, “Lo kan bisa panggil gue, yo..”
“Gimana bisa sih, vin?”
“bisa, yo! Kalo lo emang niat!’ Sahut Alvin tajam.
Rio mendecak, mengalihkan pandangan, “Oke, jadi lo cemburu?”
Alvin diam, tidak mengatakan apapun, malah Ray yang bereaksi,“Ooh, jadi lo suka sama tuh cewek, vin?” Tanya Ray.
“Ray! Udah gue bilang, ini bukan urusan kita! Lo diem aja!” Sahut Gabriel geram. Ray menurut.
Rio kembali membuka mulut, “Kenapa sih lo gak pernah jujur sama perasaan lo sendiri? Lo cemburu? Bilang aja..”
Alvin
masih diam, tatapannya tertunduk. Suasana hening, tidak ada yang sudi
membuka mulut. Tapi kemudian Rio memecah keheningan,“Guys, gue jadi ikut
lomba
nyanyi..”Jelas Rio tiba – tiba.
Alvin tercekat. Gabriel tertegun. Ray heboh, “What? Yang bener, yo?” Tanya Ray tidak percaya.
“Beneran, yo?”Tanya Alvin.
Sementara Gabriel hanya diam, ia tentu tidak lupa dengan perjanjiannya dengan Rio dikamar mandi tadi pagi.
Rio kembali menyandarkan tubuhnya disofa, menghela nafas panjang,“Iya, dan itu berarti, gue bakal saingan sama lo kan, vin?”
“Anjirr, Alvin vs Rio..” Seru Ray.
Alvin tertegun, “Darimana lo tau gue ikut lomba nyanyi itu? Ify?”
“Yeah, Ify yang bilang, dia janjiin apa buat lo Sampe lo bersedia ikut tuh lomba?” Tanya Rio lagi.
Alvin kaget, apa? Jadi Rio tau Ify menjanjikan sesuatu?
“Maksudnya?” Tanya Alvin pura – pura tidak mengerti.
“Ify janjiin apa kalo lo bisa menang?” Sahut rio.
Alvin meneguhkan hatinya, “Dia bakal nerima gue..” Ujar Alvin mantap. Rio tertegun, kaget? Jelas!
@@@
“Kak Ify…” Panggil seseorang.
Ify menoleh, mengedarkan pandangan kehalaman sekolah, lantas matanya menangkap sosok Ozy, adik laki – lakinya.
“Ozy..”
Panggil ify balik seraya berlari kecil menghampiri Ozy. Saat ini memang
sudah jam sekolah, bel pulang sudah berbunyi setengah jam yang lalu.
“Kamu kok bisa disini?” Tanya Ify heran.
Ozy nyengir kuda, “Boleh kan sekali – kali aku jemput kakak?”
Ify tersenyum kecil, lantas merangkul pundak Ozy, “Ya, boleh lah..” Sahut Ify.
“Ify!” Panggil seseorang seraya menepuk pundak Ify.
Ify menoleh, ada Alvin yang kini berdiri dibelakangnya, Ify tersenyum kecil, “Lho? Alvin? Belom pulang?”
Alvin menggeleng, “belom, gue abis dari ruang music, sekalian latihan buat lomba..”
Ify menganggukan kepalanya, menghela nafas panjang, lantas kembali mengalihkan pandangan ke-Ozy, tapi tidak berkata apa – apa.
“Ini siapa, fy?” Tanya Alvin.
Ify menoleh, “Oh, ini adek gue, namanya Ozy, Ozy ini temen kakak, Alvin..” Jelas Ify.
Alvin menatap Ozy, tersenyum lebar, “Hai..”
Ozy tersenyum polos, “Kakak pacarnya Kak Ify, ya?” Tanya Ozy.
Ify tertegun, lantas menoyor kepala adiknya, “Eh, sorry vin, adek gue emang suka sembarangan kalo ngomong!”
Alvin
tertawa kecil, “Gak apa – apa kali, fy. Namanya juga anak – anak. “
Sahut Alvin, lantas mengalihkan pandangan ke arah Ozy, “Belom resmi jadi
pacar sih, baru calon..”
Ify kaget, lantas meninju pundak Alvin yang kini tersenyum puas, sementara Ozy mencibir,
“Oh, jadi Kak Ify udah punya calon pacar? Aaaahh, aku bilang Ibu, ah!” ancam ozy masih dengan senyum polosnya.
Ify
mendelik, “Iiih, ozy! Apaan sih!” “Gak apa – apa kali, fy. Biar
sekalian minta restu sama orang tua..” Seru Alvin dengan senyum yang
terus bermekaran.
Ify mencela, sementara Ozy malah tertawa kecil, “Wah, betul tuh kak! Biar sekalian direstuin..”
Alvin kembali tertawa, lantas mengangkat sebelah tangannya, “Wah, betul – betul. Tooooss!”
Ozy tersenyum lebar, lantas juga mengangkat tangannya menempelkan
ditangan Alvin, “Toooss!”
Ify mencibir, sementara Alvin dan Ozy tertawa girang.
“Ah, emang gak ada yang bener lo berdua!” bentak Ify.
Alvin menghentikan tawanya, tersenyum kecil, “Lo pulang naek apa, fy?”
“Gak
tau, paling angkot..” Sahut Ify. Ozy angkat bicara, “Yaah, kakak!
Ngapain naik angkot? Minta anterin aja sama kak Alvin, biar sekalian kak
Alvinnya maen kerumah… Kak Alvin mau kan?”
Alvin tersenyum lebar, “Yeah, with pleasure..”
Ozy mengangkat alis, “Hah? Apaan tuh artinya?”
Alvin tertawa kecil, “Dengan senang hati, ozy..”
Ozy tertawa puas, “Ooh, kirain apa! Tuh kak Ify, kak Alvinnya aja mau..”
Ify mendelik, “Nyusahin lo gak, vin?” Alvin menghela nafas panjang, “Ya, gak lah..”
“Ayo
kak Ify..” Seru Ozy seraya menggoyang – goyangkan tangan Ify. Ify
menatap ozy sebentar, berganti menatap Alvin, lantas tersenyum kecil,
“Oke.”
@@@
Ify menutup bukunya, ia baru saja menyelesaikan
PR matematika, Ify lantas menghempaskan tubuhnya diatas kasurnya,
matanya menerawang, bayangan – bayangan berbagai kejadian hari ini
langsung memenuhi angannya, dimulai dari pengakuan Alvin atas
perasaannya terhadap ify, insiden menyebalkan dengan Shilla dan Angel di
kantin, sampai lagi – lagi bertemu Rio, Ify menghela nafas panjang,
memejamkan kedua matanya, Ify bertanya pada hati kecilnya, bagaimana
dengan janjinya dengan Alvin? Janji untuk bersedia menerima
Alvin jika cowok itu menang dalam lomba nyanyi. Ify resah, lantas kembali
membuka
matanya. Ya tuhan, Sejujurnya Ify sudah sama sekali tidak merasakan
perasaanyang dulu terhadap Alvin, Ia sudah tidak merasakan apa yang
dinamakan perasaan cinta itu… Lantas bagaimana?
Ify menepuk –
nepuk keningnya sendiri, tiba – tiba saja wajah Rio terbayang
dibenaknya, Rio.. cowok itu… Entahlah, sepertinya Rio yang sudah
menggeser posisi Alvin dihati Ify, cowok itu.. Ya tuhan, Ify tidak bisa
membohongi hatinya sendiri, sudah ada rasa yang lain dihati Ify tiap
kali melihat rio, tiapkali cowok itu menjadi malaikat pelindung untuk
Ify…. Lantas bagaimana dengan Alvin? Bagaimana dengan janji Ify? Apa Ify
benar – benar akan menerima Alvin jika cowok itu berhasil menang? Ah,
entahlah..
Ify buru – buru menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir bayangan Rio, tapi tetap saja, hatinya menolak…
@@@
Alvin
menghentikan permainan pianonya saat ponsel disaku celananya berbunyi
nyaring, Alvin lantas merogoh benda itu, ada satu pesan masuk,
Sender : Rio
‘Besok pagi lo temuin gue di halaman belakang sekolah. Gue mau ngomong sesuatu, penting, soal Ify…”
Alvin
menghelas nafas panjang, Entah kenapa, dia merasa bahwa apapun yang
akan disampaikan Rio padanya, sama sekali bukan hal yang menyenangkan.
Terlebih.. Soal Ify.
No comments:
Post a Comment