Special Part: Je t’aime Mademoiselle Alyssa
Sudah satu tahun
berlalu sejak Rio… bisa dibilang melamar Ify disaat hari ulang tahun Ify
ke 17, tapi karena mereka masih sekolah jadi gak mungkin nikah kan?
(yaiyalah -.- masa mau langsung nikah). Mungkin statusnya sekarang
tunangan. Saat ini hubungan mereka sedang dilanda bencana alam eh salah,
dilanda masalah.
Bandara Soekarno-Hatta
“NOOO!! KAK RIOOO! DON’T LEAVE ME ALONE!!” teriak Ify sambil nangis kejer. Rio hanya geleng-geleng kepala.
“Ify! Gue mau menuntut ilmuu!!” seru Rio. Ify tetap menarik-narik lengan baju Rio, saking gak mau Rio pergi.
Berita baru, kebetulan Rio mendapat beasiswa di sebuah Universitas ternama
di
Perancis yaitu Universitè Aix-Marseille. Tentu saja Ify shock
mendengarnya, sudah menjalin hubungan hampir dua tahun, tiba-tiba Rio
harus pergi meninggalkan Ify dan mau gak mau harus Long Distance.
“Ify, pesawatnya mau dateng! Ntar gue ketinggalan pesawat!” seru Rio.
“Biarin,
supaya lo gak pergi ke Perancis ntar kalo ada yang godain elo gimana,
terus lo kesemsem sama cewek bule gimana?” tanya Ify. Rio menepuk
jidatnya.
“Jangan lebay akh! Lo percaya dong sama gue, gue gak
bakal kesemsem sama cewek bule, tenang aja,” ujar Rio sambil menghapus
air mata Ify.
“Tapi muka lo gak bisa dipercaya…” gumam Ify.
“Aduuuh,
adanya juga muka lo yang gak bisa dipercaya, hati gue cuma buat lo,
Ipii,” kata Rio sambil memberikan saputangannya pada Ify.
“SROOT!!” Rio melotot.
“Iih, jorok!! Saputangan kesukaan gue!” seru Rio.
“Tuh gue balikin, thanks saputangannya!” kata Ify.
“Ogah! Ada ingus lo tuh! Jijay! Lo simpen aja, balikin kalo gue udah balik ke Indonesia!” kata Rio.
“Kapan?”
“2 tahun lagi!”
“WHAAAT!!! MATI AKUU!!” Seru Ify.
“Udah yak, gue berangkat!” pamit Rio. Rio pergi meninggalkan Ify, tapi kemudian berbalik lagi dan langsung mengecup dahi Ify.
“Tetep tunggu gue, ya! Janji!” Rio menunjukkan kelingkingnya, Ify menautkan kelingkingnya dengan kelingking Rio.
“Janji!”
***
Sudah
beberapa bulan Rio dan Ify menjalani hubungan jarak jauh atau yang
disebut Long Distance, tapi Rio tak pernah absen untuk mennghubungi Ify,
meskipun sekarang Rio tak berada disampingnya, tapi Ify merasa bahwa
jarak diantara mereka masih dekat kayak jarak dari Depok ke Pasar Minggu
*PLAK*.
Beberapa bulan berikutnya, Rio semakin jarang
menghubungi Ify bahkan tidak sama sekali, padahal Ify selalu menunggu
dan matanya tak pernah luput dari handphonenya. Ify mencoba mengirim SMS
ke Rio, tapi tak pernah dibales. Itu membuat Ify semakin kesal,
akhirnya ia tak mau menghubungi atau SMS Rio lagi.
Malam ini Ify mencoba menelepon Rio, tapi tak diangkat, Ify mencobanya lagi tapi tetap saja tak ada jawaban.
“Iih, kok Kak Rio gak diangkat??” keluh Ify. Ify pun mengirim pesan singkat.
To: Kak Rio
Kak, kok gak diangkat??
Ify
menunggu sampai satu jam, tak tak ada balasan. Ifypun membanting
handhonennya dengan kesal. Ia merasa Rio sudah melupakannya dan asik
dengan dunianya sendiri.
“Ternyata gue gak kuat long distance…” gumam Ify.
***
Kantin
“Lo beneran lost contact sama Kak Rio?” Tanya Shilla. Ify mengangguk.
“Sedih
banget ya gue, bener kan dia tergoda sama cewek bule, jarang-jarang kan
ada cowok asia item manis kayak dia, disini aja pada klepek-klepek apa
lagi di Perancis, cewek bule lebih tertarik sama cowok asia!” simpul
Ify.
“Lo beda banget 180 derajat sama Sivia, liat tuh dari tadi
telpon-telponan mulu!” kata Shilla sambil menunjuk Sivia yang sedang
asyik berkomunikasi dengan Alvin lewat telepon.
“Yeuuh, bandingin
gue ama Sivia! Kak Alvin cuma kuliah di UI ! deket! Lah gue kan
Indonesia-Perancis! Emang kayak Depok-Jakarta cuma naek kereta express
bayar 10ribu?” seru Ify.
“Widih, biasa ngomongnya! Percaya sikiit dong sama Kak Rio!” Keluh Shilla.
“Iya,
iya…tapi gimana mau percaya coba? Sekarang telpon gak diangkat, sms gak
dibales, kayak gitu terus ampe dua tahun? Mati aja deh!” gumam Ify.
“Hush! Mulut tuh di jaga! Sapa tau Kak Rio lagi banyak tugas!” seru Shilla.
“Eh, ngomongin apaan nih kayaknya seru!” kata Sivia yang baru saja selesai
telepon-teleponan dengan Alvin.
“Ify envy sama lo, bisa telpon-telponan sama Kak Alvin, dia udah kayak dibuang,” sindir Shilla.
“Sedih banget gue dibuaang!” Ify jadi nangis.
“Fy, jangan nangiiis!” kata Sivia.
“Menyedihkan banget ya gue, ditinggal calon suami ke Perancis , ntar dia nyari calon istri laen lagi!”pikir Ify.
“Pikiran lo kejauhan, cakeep!!” Shilla menoyor kepala Ify. Ify manyun.
“Eh, ngomong-ngomong sejak Kak Rio, Kak Alvin, Kak Iel, Kak Cakka, sama Kak Agni lulus, sekolah jadi sepi, deh,” gumam Sivia.
“Apalagi si empat kunyuk itu, empat pemandangan indah ilang semua,” keluh Shilla.
“Kita jadi bertiga kayak tiga serangkai,” kata Ify.
RRRR…RRR…
Handphone Ify bergetar, ada pesan singkat masuk ke handphonennya.
From: Kak Rio
Ify, sori kemaren gue gak angkat, gue lagi ngumpul bareng temen-temen gue, kenapa, Fy?
Ify
mulai naik darah, kesal begitu melihat balasan dari Rio. Rio gak sadar
kalau Ify kangen sama Rio. Ify mengetik balasan dengan sangat kasar.
To: Kak Rio
Tanya aja ama TEMBOK!! Depan lo tembok kan? Gak peka banget sih lo!!
Ify langsung membanting handphonenya ke meja. Membuat Sivia dan Shilla terkejut.
“Wiih, baek-baek lo! Kenapa?” Tanya Sivia.
“Auk ah! Bete gue sama Kak Rio!!” Ify meninggalkan Shilla dan Sivia dan kembali ke kelas duluan.
***
Dirumah
“APAA!! KE PERANCIIS!!” Seru Bu Risna yang shock mendengar permintaan Ify.
“Perancis? Perapatan Ciamis?” Tanya Deva.
“Ngeek! Perancis beneran dodol!! France! I want to go to France! When holiday come!!” pinta Ify.
“Aduuh! Ify kalo kamu ke Perancis, kamu bakal nginep dimanaa? Sendirian lagi…Mama khawatir sama kamuu!” keluh Bu Risna.
“Aku mau ketemu Kak Rio, Ma! Pliis, aku gak kenapa-kenapa deeh, kan ada Tante Uci disanaa!”
“Gimana ya?”
“Ayolaah…demi kebaikan anakmu ini, Ma! Daripada mantu Mama ilang digaet sama cewek bule!” rayu Ify.
“Haah, yaudah deh, Mama telepon Tante Uci dulu,” kata Bu Risna.
“Asiiik!!! Thank you Mamaa!!!” Ify langsung memeluk Mamanya.
“Ma, Deva boleh ikuut gaak??” Tanya Deva.
“Kamu ikut aja deh, jagain Kakak kamu, daripada malu-maluin disana, kakak kamu kan brutal!” kata Bu Risna.
“Horeee!!” Deva kegirangan.
“Yaa…Mamaa!” keluh Ify.
“Ify,
Deva buat jagain kamu, bahaya anak gadis jalan-jalan sendirian di
sebuah Negara asing yang gak dikenal, gak kebayang kalo kamu ilang di
Perancis!”
“Bukannya malah seneng, Ma?” Celetuk Deva.
“Seneng juga, sih, Ify kan malu-maluin,” gumam Bu Risna.
“Mamaaa!!” seru Ify.
***
Liburan
pun tiba, kebetulan Ify dan Deva mendapatkan hasil yang memuaskan,
setidaknya liburan mereka terutama Ify yang pergi untuk mengejar Rio
(??) tidak dicancel. Malam ini mereka packing karena besok akan pergi ke
Perancis selama seminggu.
“Kak Ify!! Ntar gue minta sabun lo ya!”
“Iya,”
“Parfum juga ya!”
“Iya,”
“Odol juga!”
“…”
“Shampo juga!”
“Itumah semua gue yang bawa, ganteng!!” seru Ify.
Setelah
selesai, Ify pun bersiap-siap untuk tidur. Ify menjatuhkan badannya
diatas tempat tidur dan melihat Handphonenya. Dia memandang wallpaper
handphonenya. Foto dirinya bersama Rio. Ify terus memandangnya dengan
tersenyum. Ify sengaja tidak memberi tahu Rio bahwa Ify akan pergi ke
Perancis untuk menemuinya.
“Tunggu gue, Kak. Gue mau ngasih kejutan ke lo,” gumam Ify. Ify menaruh handphonenya di meja kecil dan tidur.
***
Bandara Soekarno-Hatta
“Kak Ify, paspornya bawa kan?” Tanya Deva.
“Sip,”
“Tiket?”
“Pasti!”
“Mama, Papa kita berangkat dulu ya!” pamit Deva. Deva dan Ify mencium tangan kedua orangnya.
“Hati-hati ya, Tante Uci bakal jemput kamu di bandara,” kata Bu Risna.
“Jangan bikin malu kalian!” nasehat Pak Rendra (bener kan?)
“Sip, Pa. Paling yang bikin malu Kak Ify doang!” celetuk Deva.
Ify melotot kearah Deva. Deva hanya nyegir.
“Ma, Pa Ify sama Deva berangkat!” Deva dan Ify pun pergi menuju pesawatnya.
***
Universitè Aix-Marseille
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, atau…” Rio mencoba menelepon Ify, tapi tidak aktif.
“Tumben gak aktif,” gumam Rio.
“What’s wrong Rio?” Tanya seorang temannya yang berasal dari Jerman.
“Eum, nothing,” jawab Rio.
“Hey, be quite! Miss. Christine will come to the class!”
“Sorry,” Rio meminta maaf, Rio menaruh handphonenya di saku celana.
“Kenapa,
Yo?” Tanya Zahra yang baru datang dan duduk di samping Rio. (Pake nama
Zahra lagi ah, soalnya hampir semua anak Icil udah dimasukkin, jadi
maklum kalo ada yang muncul lagi tapi ceritanya lain orang :p).
“Eng, gak papa kok, Ra, cuma pacar gue gak ngangkat telpon tumben-tumbenan aja,” kata Rio.
Kebetulan
disana ada beberapa orang Indonesia juga yang kuliah di Universitas
tersebut, sekitar 20 lebih, termasuk Rio. Zahra adalah mahasiswi dari
Indonesia yang kebetulan satu kelas dengannya. Selain Zahra ada juga
Goldi yang berasal dari Indonesia juga.
“Ntar hubungi aja lagi, tuh Miss Christine dateng,” kata Zahra sambil nunjuk kearah depan kelas.
“Yaudah deh,”
“Good morning!” sapa Miss Chirstine.
“Good Morning, Miss!”
***
Bandara Charles de Gaulle, Paris
“Wiih, keren banget, Kak!” kata Deva takjub.
“Jangan kayak orang norak deh! Ayo cari Tante Uci!” ajak Ify.
Mereka
celingak celinguk mencari Tante Uci, kemudian mata mereka tertuju pada
sebuah papan nama yang tertulis “Ify dan Deva”. Ify dan Deva menghampiri
seorang wanita paruh baya berusia 25 tahun tersebut.
“Tante Uciii!!” Ify memeluk Tante Uci.
“Ify kamu jadi cantik banget! Deva juga jadi ganteng!” kata Tante Uci.
“Ahaha, makasih Tante!” kata Deva.
“Kita makan dulu yuk, kalian pasti laper!” ajak Tante Uci
Tante Uci membawa mereka berdua ke sebuah restoran yang cukup terkenal.
“Ify, Deva sekolah kalian gimana?” Tanya Tante Uci.
“Ya, gitu lah, Tante, biasa aja,” ujar Ify.
“Kalian udah punya pacar belom?” Tanya Tante Uci.
“Lha,
Kak Ify kan kesini bukan buat liburan, tapi mau ngejar calon suaminya!”
kata Deva. Tante Uci yang lagi minum langsung keselek.
“Calon suami? Beneran, Fy?” Tanya Tante Uci.
“Baru tunangan sih, Tante, dia pacar aku, hehe…” kata Ify nyengir.
“Ooh dia kuliah?”
“Iya, di Universitè Aix-Marseille,” kata Ify.
“Wah itu sih deket dari rumah Tante, tinggal naik bis aja, kok,”
“Waaah, asiik,” Ify kesenengan, karena sebentar lagi ia bakal ketemu Rio.
“Yaudah, kita ke rumah yuk, kalian pasti capek, kamu nyari pacar kamu besok aja, sekarang istirahat dulu,” kata Tante Uci.
***
Keesokan harinya,
“Kak Ify!! Banguun! Udah siaang!” teriak Deva.
“Apaan sih, Dev! Gue masih ngantuk!” Ify menarik selimutnya lagi.
“Kak, liat tuh! Udah siang banget! Mentang-mentang perbedaan waktu!” keluh Deva.
“Iya, iya…” dengan terpaksa Ify bangun dan langsung mandi.
Setelah
mandi, Ify turun kebawah, dan disambut oleh, Tante Uci, Oom Richard,
suami Tante Uci yang berdarah Perancis tapi kebetulan bisa juga
berbahasa Indonesia karena belajar dengan Tante Uci, dan anaknya Ourel.
Deva pun sudah duduk manis disana.
“Pagi, Fy,” sapa Tante Uci.
“Pagi,” balas Ify.
“Hari ini jadi?” tanya Tante Uci. Ify mengangguk.
“Memangnya mau kemana?” Tanya Oom Richard.
“Mau ketemu pacar aku, Oom.” Jawab Ify.
“Ooh, awas ya kesasar, jalan disini hampir semua sama,” ujar Oom Richard yang masih kaku dalam berbahasa Indonesia.
“Siip! Dev, mau ikut gak?” Tanya Ify.
“Ogah ah, ntar kalo lo ketemu Kak Rio gue malah jadi kambing congek, mending gue jalan-jalan sama Ourel!” tolak Deva.
“Iya, Kak, sama Ourel aja, nanti Ourel ajakin ke tempat yang asyik!” kata Ourel antusias.
“Ourel kok seneng banget siih?” Goda Ify. Ourel jadi salting. Tante Uci dan Oom Richard hanya mesem-mesem saja.
“Ourel suka yaa sama Kak Devaa??” goda Ify.
“Apaan sih lo, Kak!” keluh Deva.
“Dikit, ,Kak Ify…hehee…” kata Ourel malu-malu.
“Asiik, dah Deva punya penggemar kecil yang cantik, Keke mau digimanain??” tanya Ify.
“Berisik lo, ah!!”
Semuanya
tertawa disana. Ify berpikir bahwa suasana mereka bakal hambar karena
selama ini Ify dan Deva tak pernah bertemu Oom Richard ataupun
Ourel, tapi ternyata suasananya enak, dan saling terbuka.
“Oom, Tante Ify pergi dulu ya!” pamit Ify. Ify mencium tangan Tante Uci dan Oom Richard.
“Hati-hati ya, Fy! Kamu naik bis aja ntar berhenti di depan Universitasnya langsung!” kata Tante Uci.
“Oke, Tantee!!”
***
Universitè Aix-Marseille (Café)
Rio sedang menyesap kopi hangatnya sambil membaca materi yang akan ia pelajari di kelas setengah jam lagi. Tiba-tiba,
“Woi!!”
Rio yang sedang meminumnya langsung keselek.
“UHUK!UHUK!”
“Aaah, sori, Yo!” sesal Zahra.
“Ng..nggak papa kok, Ra.” Kata Rio.
“Rajin banget lo, Yo. Gue aja males!” keluh Zahra.
“Lu mah emang dari dulu males! Daripada kalo ntar ditanya lo kicep!”
“Yee…tinggal bilang “I’m sorry Mister, I don’t know,” iya kan?”
“Haha, cetek banget pikiran lo!” seru Rio. Mereka berdua bercanda di café, sambil menunggu kelas mereka.
***
Akhirnya,
sampailah Ify di Universitè Aix-Marseille. Jujur Ify merasa sangat
takjub begitu melihat universitas yang tergolong favorit di Perancis
itu. Rio adalah salah satu orang Indonesia yang beruntung mendapatkan
beasiswa dari universitas itu.
“Kak Rio mana ya?” Ify celingak-celinguk mencari kesekeliling gedung Universitas itu. Tapi Rio tak kunjung ditemukan.
Sudah
15 menit, Ify mencari Rio. Tetap saja Rio tak ada. Ify mulai putus asa
mencari Rio sambil mengelilingi kawasan Universitas itu. Ify ingin
menghubungi Rio, tapi dia baru sadar bahwa nomor handphonennya nomor
handphone kawasan Indonesia. Begitu melihat sebuah café, Ify memilih
pergi kesana daripada terlihat seperti anak hilang.
Saat Ify mau
masuk ke dalam café, orang yang dicarinya selama ini ada disana, tapi
yang membuat Ify kecewa, ia bersama gadis lain, gadis manis yang
sepertinya orang Indonesia juga. Rio terlihat sangat senang bersamanya.
Ify pun pergi meninggalkan tempat tersebut.
***
“Ra, udah napa jangan ngelawak mulu! Gue sakit perut tau!” kata Rio.
“Hahaa…”
Saat
itu pandangan Rio tertuju kepada seorang gadis yang berdiri di ambang
pintu café, mata Rio terbelalak. Ia mengucek-ucek mata, ternyata gadis
itu sudah hilang.
“Tuh kan, paling gue lagi kepikiran Ify,” gumam Rio.
“Kenapa, Yo?” Tanya Zahra.
“Gak papa kok, Ra, kekelas aja yuk!” ajak Rio.
***
“Huee…gue dimana??” gumam Ify sambil melihat kesekeliling tempat. Yak, Ify NYASAR.
“Aduuh, gimana dong?” keluh Ify. Ify terus berjalan sambil melihat papan jalan.
BRUUK!
“Aduuh!”
“Sorry!”
Ify
mengeluh bahunya yang baru saja tertabrak oleh seseorang. Ify melihat
wajah orang tersebut. Sepertinya ia juga orang Indonesia.
“Are you Indonesian??” Tanya orang tersebut.
“Y…Yes!” kata Ify. Ify sedikit ngerti karena ada kata “Indonesian”.
“Gue juga orang Indonesia! Nama gue Riko! Lo siapa?” Orang bernama Riko itu mengulurkan tangannya.
“Gue Ify,”
“Lo kenapa? Kayaknya kebingungan,”
“Gue kesasar…” gumam Ify.
“Oh, haha…lo pasti lagi liburan ya?” Ify mengangguk.
“Lo nginep di hotel mana?” Tanya Riko.
“Gue nginep di rumah Tante gue, Tante Uci,” jawab Ify.
“Tante Uci? Dia itu kan guru musik gue di sekolah musik, gue tau kok rumahnya,” kata Riko.
“Beneran?”
“Iya, ayo gue anter,” ajak Riko.
“Ah, jangan sekarang deh, gue pengen keliling Paris, lo mau temenin gue?” Tanya Ify.
“With a pleasure, mademoiselle,” kata Riko. Muka Ify memerah, ia tersanjung mendengarnya.
Riko
membawa Ify ke beberapa tempat wisata terkenal di Perancis, mulai dari
Museum Louvre untuk melihat lukisan Leonardo Da Vinci sampai Menara
Eiffel.
“Waah, keren banget ya, baru kali ini gue ke Menara Eiffel,” kata Ify takjub.
“Kalo gue sih udah beberapa kali kesini,” jawab Riko.
Tiba-tiba Ify menjadi murung dan menghela napas, Riko melihat wajah Ify.
“Lo kenapa, Fy?” Tanya Riko.
“Seandainya Kak Rio ada di samping gue sekarang,” gumam Ify.
“Rio? Siapa?”
“Dia
pacar gue, Ko. Jujur selain liburan gue kesini buat ketemu sama dia,
soalnya gue kangen banget, tapi ternyata pas gue tadi ke kampusnya, dia
lagi sama cewek lain,” keluh Ify.
“Lo kenapa gak nyamperin dia?” Tanya Riko.
“Gue gak enak ganggu mereka berdua, Kak Rio terlihat seneng banget,” gumam Ify.
“Sekarang
gak usah dipikirin, yang penting have fun aja selama di Perancis,” kata
Riko sambil tersenyum. Ify membalas senyumannya.
“Bener juga kata lo, Ko.”
“Udah sore nih, yuk gue anterin pulang,”
***
Tiga hari kemudian,
Rio
sedang terburu-buru menuju ke kampusnya akibat kesiangan, karena
apartemennya tak jauh dari kampus, Rio ke kampus memilih untuk berjalan,
karena sudah terlambat Rio harus berlari.
BUUKK! (Perasaan daritadi ceritanya nubruk orang mulu)
“Aduh!”
“Ah, maaf!” kata Rio. Rio melotot.
“Deva!!”
“Kak Rioo!!”
Ternyata yang ditabrak Rio adalah Deva yang sedang berjalan-jalan sendiri.
“Lo liburan disini?” Deva mengangguk.
“Berarti ada Ify?”
“Lah, tiga hari yang lalu kan Kak Ify ke kampus lo, Kak! Lo gak ketemu?” Tanya Deva.
“Berarti yang gue liat kemaren, bener Ify dong?” gumam Rio.
“Yaiyalah!”
“Gini
aja deh, gue minta alamat lo sekarang nginep, ntar sore gue kesana,
sekarang gue ada kelas!” Deva memberikan alamat rumah Tante Uci ke Rio.
“Thanks, Dev!!!” Rio langsung berlari meninggalkan Deva.
***
TING TONG!
Bel rumah Tante Uci berbunyi. Saat ini dirumah hanya ada Ify dan Tante Uci.
“Ify, bisa minta tolong buka pintu?” Tanya Tante Uci.
“Iya, Tante!”
Ify membuka pintu dan mendapati sesosok yang dikenalnya. Rio.
“Fy,
tiga hari kemaren lo ke kampus gue ya?” Tanya Rio langsung. Saking
kesalnya Ify ingin menutup pintunya lagi, tapi ditahan Rio.
“Fy! Jangan ditutup!!” seru Rio.
“Ngapain sih lo kesini?? Urusin aja calon Miss Mario lo yang baru itu!!”
“Ha? Calon Miss Mario yang baru? Maksud lo apaan sih?”
“Itu
cewek yang kemaren ketawa-ketiwi sama lo! Udaah, sekalian aja lo nikah
disini!” Rio langsung ketawa terbahak-bahak. Ify mengangkat alis.
“Apa lo ketawa? Emang lucu?” Tanya Ify nyolot sambil membuka pintu sedikit untuk Rio.
“Lo kebanyakan nonton sinetron sama drama Korea ya?” Tanya Rio balik.
“Apaan sih lo?”
“Sini gue jelasin!” Rio menarik tangan Ify supaya keluar dari rumah dan duduk di depan pintu.
“Zahra
itu bukan cewek baru gue, ato Miss Mario yang baru ato apapun deh
anggapan lo, dia itu sepupu gue, Miss Mario itu cuma buat lo doang,
Ify!” kata Rio sambil mencubit hidung Ify.
“Aduuh! Sepupu lo? Beneran?” Tanya Ify.
“Iya,
makanya jangan nonton drama yang isinya artis Korea yang ganteng!
Didepan lo ini juga gak kalah ganteng sama artis Korea!” kata Rio. Ify
langsung menimpuk Rio dengan sendal.
“Iih, lagian sih deket
banget! Makanya gue mikir dia cewek lo yang baru!” seru Ify sambil
menyembunyikan mukanya yang merah saking malu pada diri sendiri.
“Yee..otak lo aja yang cetek, kebetulan Zahra juga dapet beasiswa disana, jadi gue punya temen di Perancis,” tutur Rio.
“ Hueee…kalo gitu ngapain gue nangis tiga hari dua malem, buat meratapi nasib gue..” keluh Ify.
“Lebay lu! Makanya jangan negative thinking dulu sama gue!” seru Rio.
“Iya, gue minta maaf!”
“Huuu…eh lo ganti baju gih, gue mau ngajak lo ke suatu tempat,” kata Rio.
“Kemana?”
“Neraka!”
“Ahelah, neraka mulu, surga kek!” seru Ify.
“Bacot banget sih lo! Cepetan!”
Rio
menunggu Ify diruang tamu, sambil berbincang-bincang dengan Tante Uci.
Kemudian Ify turun dari lantai atas dengan memakai gaun satin putih
miliknya dan bando warna putih yang menghiasi kepalanya.
“Tante, Rio pinjem Ify dulu ya,” kata Rio.
“Hati-hati ya,”
***
Rio membawa Ify ke Restoran Jules Verne yang berada di tingkat dua Menara Eiffel.
“Kak Rio, tempatnya keren banget,” kata Ify.
“Keren kan?”
Ify
dan Rio menyantap hidangan yang telah mereka pesan. Sambil menyantap
makanannya, mereka saling berbincang tentang kehidupan mereka
masing-masing. Kehidupan Ify di Indonesia, ataupun kehidupan Rio di
Perancis. Setelah itu Rio membawa Ify ke tingkat atas Menara Eiffel
sambil melihat pemandangan Kota Paris di malam hari. Disana, Rio terus
menggenggam tangan Ify dengan lembut.
“Kak Rio gue pengen nanya sesuatu ke elo,” kata Ify.
“Apa?”
“Boleh gak nanti kalo gue udah lulus, gue kuliah disini bareng lo? Gue kan pengen deket-deket sama lo, hehee…” kata Ify.
“Ngeeek, udah kayak anak bebek lo, ngitilin gue,” celetuk Rio.
“Kak Rio maah, gue serius!” keluh Ify.
“Boleh, gue malah seneng kalo lo mau kuliah disini juga,” kata Rio sambil membelai rambut Ify.
“Asiik!”
“Ify, gue mau ngomong sesuatu sama lo,” ujar Rio.
“Apaan? Lo cinta gue ya??” Tanya Ify cengengesan.
“Apaan? Nggak kok!”
“Terus?”
“Je t’aime, Mademoiselle Alyssa,” tutur Rio. Ify mengangkat alis.
“Artinya apaan tuh?” tanya Ify.
“Je
t’aime, Ich Liebe Dich, Ik Hou Van Jou, Te Amo, Sarang Haeyo, Wo Ai Ni,
Aishitteru…” Rio mengucapkan dengan sangat cepat, membuat Ify pusing.
Ify pun membekap mulut Rio.
“ Itu artinya apaan??” keluh Ify.
“Gue tau lo pasti gak ngerti,” kata Rio. Rio membisikkan sesuatu di telinga Ify.
“Gue
harap lo lebih ngerti, Aku tresno karo kowe,” bisik Rio. Mata Ify
melotot. Rio yakin kalo pake bahasa Jawa Ify pasti lebih ngerti. Muka
Ify langsung memerah. Rio langsung ketawa ngakak.
“Ngerti kaan?
Orang Indonesia susah kalo dikasih ungkapan pake bahasa asing! Makanya
gue siapin pake bahasa Jawa!” seru Rio sambil tertawa. Ify langsung
memeluk Rio, Rio tersenyum dan membalas pelukan Ify.
“One more, Je t’aime, Mademoiselle Alyssa,”
“Je t’aime, Monsieur Mario,”
***
No comments:
Post a Comment