Sunday, April 22, 2012

Love Has No Reason~ #Chapter7

Chapter 7 : Bintang Menjadi Saksi


Tok..tok..tok..

"Hmmm masuk ajaa" kata Ify dari bawah selimutnya. Gabriel masuk ke dalam kamar Ify. Lalu berdiri di samping tempat tidur Ify dan menggelengkan kepalanya.

"Fy, bangun yuk, makan malem tuh, tidur mulu lo, kebo dasar! Ayo ah, laper gue, nyokap lo udah nunggu di bawah tuh fy" kata Gabriel sambil menarik selimut Ify.

"Aaaah, ngantuk gue ah" kata Ify bersiap menarik selimutnya lagi. Tapi Gabriel buru-buru menarik selimut Ify.

"Bangun fy! Cepet! Lelet banget lo jadi cewe" kata Gabriel tegas. Sambil menarik tangan Ify secara paksa. Ify yang masih setengah sadar pun berjalan sempoyongan, karena belum bisa mengembalikan konstrentasinya secara utuh.

"Gabriel! Kalo gue jatoh di tangga gimana ?!" Gerutu Ify kesal.

"Melek makanya lo!" Kata Gabriel tanpa melepaskan tangannya dari tangan Ify.

Di meja makan sudah ada mama Ify yang sedang menunggu Gabriel dan Ify. Ify dan Gabriel lalu duduk di meja makan.

"Kamu ini gadis fy, masa jam segini masih tidur ?" Kata mama Ify sambil mengambilkan untuk Gabriel. Ify menyeringai.

"Hehe, ngantuk ma" jawab Ify santai.

"Saking senengnya di ajak jalan sama sang pujaan hati lo, jadi aja sampe jam segini masih tidur" kata Gabriel sambil memulai memakan makanannya.

"Mau jalan sama siapa fy ?" Tanya mama Ify.

"Sama temen ma, hehe, boleh kan ?" Kata Ify. Mamanya mengangguk.

"Asal jangan malem-malem, nanti kalo udah resmi jangan lupa PJ nya ya" goda mama Ify.

"Ih mama gaul banget ngerti PJ" cibir Ify.

"Harus dong sayang haha" jawab mama Ify. Mereka bertiga pun melanjutkan makannya dalam diam. Karena papa Ify sedang dinas di luar kota, maka hanya ada mama Ify dan Ify, yang kini di tambah Gabriel.

****
Pagi ini Ify bangun dengan semangat '45, pukul 05.45 Ify sudah siap dengan seragamnya, kini ia sedang mematut dirinya di depan cermin. Bingung menentukan model rambut mana yang harus di pilihnya, akhirnya setelah 15 menit bereksperimen dengan rambutnya, Ify akhirnya memilih untuk menggerai rambut indahnya (-_- gini doang 15 menit)

Ify turun dari kamarnya menujuke meja makan dengan wajah sumringah. Di meja makan sudah ada Gabriel.

"Kenapa lo fy ? Gila ?" Tanya Gabriel. Ify hanya mengangkat bahunya, lalu mulai mengambil rotinya dan mulai memakannya.

"Aduuh, anak mama tumben jam segini udah siap ? Mentang-mentang mau nge-date sama calon pacarnya nih" goda mama Ify yang tiba-tiba datang dari dapur.

"Hehe, mama tau aja, gapapa kan ma ? Boleh ya ?" Tanya Ify sekalian pamit pada mamanya.

"Boleh dong, tapi pulangnya jangan malem-malem ya sayang" kata mama Ify membelai lembut rambut Ify. Ify hanya mengangguk.

"Yuk fy, berangkat" ajak Gabriel yang sudah selesai makan. Ify mengangguk lalu berpamitan dengan mamanya, begitu juga dengan Gabriel.

****
"Kakak, Via pergi dulu ya" pamit Sivia pada Shilla.

"Eh vi, tunggu dulu"kata Shilla mencegah Sivia sebentar.

"Apaan lagi kak ?" Tanya Sivia sambil membalikan tubuhnya menghadap Shilla.

"Emmm... Anu...emm gajadi deh hehe" kata Shilla gugup. Sivia mengerutkan keningnya, sesaat kemudian dia tersenyum, mengerti apa yang ingin di sampaikan kakak perempuannya ini.

"Iya deh sip, nanti Via sampein deh salamnya ke Kak Alvin, sekarang Via-nya pergi dulu ya kak, bye" kata Via sambil mencium pipi Shilla. Shilla tersenyum melihat kelakuan adiknya.

*****
"IFYY!!!" Sapa Via begitu masuk ke kelas.

"Via, berisik banget deh lo!" Gerutu Iel. Sivia hanya tertawa kecil.

"Haha pisslop yel, gue duduk sama lo lagi ya ?" Tanya Sivia.

"Kalo lo mau di amuk bu Winda lo boleh kok duduk di tempat lain" jawab Gabriel santai. Sivia memajukan bibirnya.

"Ih, lo mah ga asik" kata Sivia.
"Tapi kan gue ganteng" kata Gabriel gak nyambung.
"Gak nyambung lo"
"Hehe"

"Si Ify kenapa celingukan mulu yel ?" Tanya Sivia yang bingung melihat Ify celingak-celinguk menatap ke arah pintu.gabriel mengangkat bahunya.

"Ify, kenapa sih ? Leher lo gak pegel apa ?"Tanya Via. Ify berbalik menghadap Sivia dan Gabriel

"Rio belum masuk Vi, padahal bentar lagi bel vi" jawab Ify.

"Tenang fy, si Rio gak akan kabur kok, gue jamin acara lo pulang sekolah jadi deh" jawab Gabriel santai.

"Ify mau jalan sama Rio ?" Tanya Via heran.
"Iya hehe, kemaren Rio ngajakin gue jalan" jawab Ify.
"Lo telpon aja fy" usul Via. Ify menjentikkan jarinya.
"Good Idea!!" Ify mengeluarkan handphone-nya, dan mengetikan beberapa digit angka.

"Ngapain telpon gue ? Guenya udah ada di sini kok" kata sebuah suara di belakang Ify. Ify langsung membalikkan badannya menghadap sang pemilik suara.

"Rio!!" Pekik Ify. Rio memamerkan senyum termanisnya yang membuat pipi Ify memerah.

"Hai fy, ngapain telpon gue ? Kangen ya lo ?" Goda Rio. Ify memutar bola matanya.

"Ih, gue bingung nyariin lo, gue gak mau duduk sendiri nih"kata Ify membuaĆ¾ alibi. Gabriel mencibir.

"Apaan ? Lo kan takut acara lo pulang sekolah gagal"cibir Gabriel. Sivia dan Rio terkikik geli.

"Haha, tenang aja fy, jadi kok" jawab Rio.
"Kita mau kemana sih sebenernya yo ?" Tanya Ify.
"Kemana ya ? Kemana ajabolehdeh" jawab Rio seenaknya.

"Ih" gerutu Ify.

****
Saat jam istirahat....
Alvin masuk ke dalam kelas Ify.

"Hai via"kata Alvin sumringah.
"Deuuh, yang di sapanya cuma Via doang nih ya"goda Ify. Alvin menoleh pada Ify.

"Lo mau gue sapa fy ? Gak usah ya, gue takut orang di sebelah lo ngambek, tuh liat mukanya sekarang aja udah manyun"kata Alvin sambil mengerling Rio. Ify menatap Rio yang sedang menatap langit-langit sebentar.lalu terkikik geli.

"Eh kak Alvin, dapet salam tuh dari kak Shilla"kata Via menyampaikan amanat dai kakaknya.

"Ah masa Vi ? Hehe, salam balik deh, dia kapan mau mulaisekolah di sini vi ?" Tanya Alvin.

"Kata mama sih minggu depan kak" jawab Via. Alvin mengangguk.

"Eh via, gue penasaran deh sama kakak lo" kata Iel."Menurut gue ya, kakak lo pasti cantik, soalnya adeknya aja cantik gini" ceplos Iel lagi, yang membuat wajah Via memanas.

"Ciye Sivia mukanya meraaah"goda rio diikuti anggukan kepala Ify.

"Apaan sih" sangkal Via.

"Kenapa vi ?" Tanya Gabriel kurang peka.
"Eh gapapa yel hehe" jawab Sivia masih salting.

"Ooh" Gabriel hanya ber-o-ria.

"Eh vi, kakak ke kelas dulu ya"pamit Alvin. Sivia mengangguk.

"Gue duluan ya semua" pamit Alvin pada mereka berempat. Lalu keluar dari kelas X-2.

****
Sepulang sekolah... (Skip)

"Ayo fy" kata Rio yang sudah selesai membereskan buku-bukunya. Ify menoleh sebentar.

"Tunggu yo, masih beres-beres nih gue" kata Ify sambil memasukan beberapa buku dari mejanya.

Beberapa menit kemudian....

"Udah selesai fy ?" Tanya Rio lagi. Kali ini Ify mengangguk.

"Yuk, Vi, Yel, gue sama Rio duluan ya, oh iya yel, nanti bilangin mama gue pulang telat oke" kata Ify pada Gabriel dan Sivia. Sivia menganggukan kepalanya.

"Oke sip fy, have fun ya, PJ-nya jangan lupa besok" goda Gabriel.

"Ih" kata Ify sambil berjalan ke luar kelas, di ikuti Rio di belakangnya.

"Yo, motor lo mana ?" Tanya Ify sambil celingukan mencari motor Rio di parkiran.

"Gak ada" jawab Rio santai. Ify menaikan alisnya.
"Loh kok ?kita jalan-jalannya jalan kaki gitu ?" Tanya Ify. Rio tertawa mendengar kalimat Ify.

"Ngapain jalan kaki ? Cape banget kali" kata Rio di sela tawanya.

"Terus naik apaan dong ?" Tanya Ify lagi.
"Naik bajaj mau ?" Canda Rio. "Ya, kendaraan kan bukan cuma motor fy, gue bawa mobil kok, yuk" kata Rio.

Ify berjalan mengikuti Rio, menuju sebuah mobil hitam. Ify pernah melihatnya beberapa kali di. Majalah ototmotif milik ayahnya. Kalau tidak salah ini....

"Rio!! Gila! Gue pernah liat mobil lo di majalah otomotif bokap gue, di situ tulisannya 'Salah satu mobil sport di dunia' kalo gak salah mobil lo ini merknya...." Ify histeris, sambil mengingat-ingat merk mobil Rio.

"Mikirnya nanti aja sambil jalan, masuk aja sekarang" perintah Rio. Ify pun masuk ke dalam mobil mewah tersebut.

"Aha! Gue inget sekarang! Bugatti Veyron 8.0 W16 Super Sport keluaran tahun 2005, meskipun mobil lama, harganya sampe saat ini masih fantastis, menurut majalah bokap gue, mobil lo ini harganya sampe $ 1.700.000 (Rp 22.100.000.000) gila lo yo!" Kata Ify antusias. Rio tersenyum simpul melihat tingkah gadis di sampingnya.

"Norak banget lo fy, malu gue bawa lo, untung niat gue bawa mobil Veritas RS III Hybrid gak jadi, bisa pingsan lo kalo gue ngajakin jalan pake mobil itu" kata Rio sombong. Ify membelalakan matanya.

"RIOO!!! Lo kenapa gak bawa mobil itu aja!!! Rio itu mobil kan keren bangeeeeet!!!" Teriak Ify norak.

"Ify norak banget lo! Kalo kedengeran orang gimana ?!" Kata Rio kesal.

"Gue gak oon Rio! Mobil lo ini kedap suara, jadi gak akan ada yg denger" kata Ify.

"Lo suka otomotif ?" Tanya Rio mengalihkan pembicaraan. Ify mengangguk.

"Bokap gue suka beli majalah otomotif, gue suka aja liat mobil keren-keren hehe" jawab Ify.

"Fy, keliling bandung yu" kata Rio.
"Lo gila yo ? Cape dong" jawab Ify.
"Yeeh Ify, maksudnya jalan-jalannya keliling-keliling bandung, mau ga ?" Tanya Rio lagi. Ify mengangguk setuju. Kemana saja asak bersama pangerannya ini pasti menarik. Ify melihat arlojinya di tangan kirinya. Masih jam 10.30. Masih cukup pagi. Hari ini di IGS ada rapat mendadak sehingga semua murid pulang cepat.

"Kita kemana dulu nih yo ? Masih lumayan pagi soalnya" tanya Ify. Rio berpikir sejenak.

"Kebun Binatang Bandung" jawab Rio singkat. Ify membelalakan matanya.

"Mau ngapain ke kebun binatang ? Kaya gak ada kerjaan amat lo" cibir Ify. Rio tersenyum.

"Lo percaya aja sama gue, hari ini bakalan jadi hari yang indah buat lo" kata Rio. Ify akhirnya mengangguk. Setelah hampir satu jam, akhirnya mereka sampai juga di Kebun Binatang Bandung, di daerah Jl. Taman Sari. Rio dan Ify turun dari mobilnya dan masuk ke kebun binatang itu.

Hari inikebun binatang tak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang asyik menikmati ke indahan kebun binatang ini. Mungkin karena hari ini bukan hari libur, maka tak terlalu banyak orang yang berkunjung.

"Rio, kita mau kemana ?" Tanya Ify.
"Liat sodara lo dulu yuk fy" jawab Rio sambil menarik tangan Ify. Ify merasa perasaannya tidak enak mendengar kalimat Rio itu.

Dan ternyata dugaannya benar. 'Sodara' nya menurut Rio adalah SIMPANSE! Ya, mereka ada di kandang simpanse sekarang.

"Rio! Maksud lo sodara gue ini ?!" Tanya Ify kesal. Rio tertawa keras.

"Iya, mirip kan fy, hahaha" kata Rio, lalu mengeluarkan SLR dari tas-nya. Rio berjalan menghampiri salah satu petugas di kandang itu, lalu membisikan sesuatu, terlihat petugas itu mengangguk, lalu masuk ke kandang simpanse dan keluar dengan satu simpanse bertengger di bahuny.

"Ini mas, simpanse paling jinak di sini" kata petugas itu.

"Fy, lo gue foto ya ? Mau ?" Tawar Rio pada Ify. Ify yang memang senang di foto mengangguk setuju. Rio memberi isyarat kepada sang petugas yang masih menggendong simpanse itu. Petugas itu berjalan mendekati Ify, lalu meletakan simpanse itu di bahu Ify. Ify kaget.

"Aduh, pak ini apa-apaan ?" Tanya Ify setengah takut. Pasalnya, dia belum pernah menggendong anak simpanse seperti ini.

"Gak apa-apa kok neng, dia jinak kok" kata petugas itu.

"Ify! Say cheese" Rio membidikan kameranya kepada Ify. Akhirnya Ify berfoto dengan simpanse itu dengan wajah cemberut. Rio tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi muka Ify.

"Fy sini deh" kata Rio. Ify mendekati Rio. Rio menunjukkan foto yang tadi di ambilnya pada Ify.

"Lo liat deh fy, mirip banget kan ? Haha, malah menurut gue cantikan simpanse nya, lo sih cemberut" kata Rio masih tertawa.

"Rio ih! Lo nyebelin deh" kata Ify sambil melengos.

"Engga kok fy, masih cantikan elo haha, jalan lagi yu" ajak Rio, tapi Ify masih ngambek.

"Ayo jalan buruan! Kalo masih ngambek gue cium loh!" Ancam Rio.
"Bodo" kata Ify cuek. Rio melihat sekitarnya. Lalu dengan gerakan cepat mencium pipi kanan Ify. Ify kaget dengan perlakuan Rio.

"Buruan jalan! Atau gue tinggal!" Rioberjalan mendahului Ify. Sebenarnya ia tak ingin Ify melihat wajahnya yang memerah karena malu. Ify berlari mengejar Rio yang sudah berada di depannya. Ify memegangi pipi kanannya yang barusan dicium oleh Rio. Ify benar-benar merasakan wajahnya memanas sekarang.

"Rio,tunggu gue" kata Ify berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Rio.

"Apaan ?" Tanya Rio santai.
"Lo main nyosor aja yo!" Gerutu Ify. Rio tersenyum melihat Ify.
"Tapi lo seneng kaan" goda Rio sambil menaik turunkan alisnya. Ify melengos untuk menyembunyikan wajahnya yang lagi-lagi memerah.

"Yo"
"Hmm"
"Naik gajah yu"
"Hah ?
"Ayo naik gajaaah" kata Ify.
"Ogah ah, kaya anak kecil amat" cibir Rio.
"Yaudah kalo lo gak mau naik, gue aja" Ify berlari menuju sebuah tempat lapang, di sana ada beberapa ekor gajah yang sedang makan.

Selama Ify mengendarai gajah itu. Rio tak henti-hentinya memotret wajah Ify dalam berbagai ekspresi dengan kameranya, setiap selesai mendapatkan foto yang bagus, Rio tersenyum puas.

Setelah Ify naik gajah, mereka pergi menunjungi tempat-tempat yang lain, mereka pun sempat berfoto dengan berbagai binatang, dan satu hal yang tak bisa di lupakan, sepanjang perjalanan mereka di kebun binatang, Rio tak pernah berhenti untuk memotret wajah cantik milik Ify. Seakan tak ingin melewatkan kesempatan untuk mengabadikan wajah cantik Ify.

Setelah 3 jam berada di kebun binatang, mereka berdua memutuskan untuk pulang, tapi itu bukan berarti acara jalan-jalan mereka berhenti sampai di sana.

"Fy, laper gak ?" Tanya Rio setelah mereka berdua memasuki mobil.
"Laper sih, tapi dikit" jawab Ify dengan senyum yabg sedari tadi tak pernah pudar dari wajahnya, seakan-akan esok hari tak akan ada lagi senyum Ify.

"Mau makan ?" Tanya Rio. Ify menggeleng. "Katanya laper ? Tapi gamau makan, gimana sih ?" Tanya Rio heran.

"Nanti aja, masih mau main gue" jawab Ify manja. Rio tersenyum lalu menganggukan kepalanya.

"Foto-foto yuk fy" ajak Rio. Ify mengalihkan pandangannya ke arah Rio.

"Dari tadi kan juga udah foto-foto" kata Ify polos. Rio mengacak-acak rambut Ify gemas. Ify manyun karena rambutnya di berantakin Rio.

"Maksud aku itu, kita foto-fotonya di tempat yang keren" kata Rio tidak sadar bahwa barusan ia menggunakan kata 'aku' dan bukan 'gue' seperti biasanya. Ify merasa sedikit canggung.

"Emm, oke deh, mau kemana ?" Tanya Ify.
"Bandung Tempo Doeloe. Jl. Braga" jawab Rio pasti.

Setelah satu jam perjalanan Rio dan Ify sampai di jl. Braga. Jl. Braga adalah tempat yang indah bagi para pejalan kaki, jalannya pun bukan terbuat dari aspal, tapi terbuat dari batu marmer, banyak para calon pasangan yang membuat foto pra wedding mereka di sini, memang tempat yang cocok untuk berfoto, di tambah ke adaan sekitar yang membuatnya sejuk, dan membuat siapa saja yang berada di sini seperti kembali ke masa 20-30 tahun yang lalu. (Gak percaya ? Googling aja deh :b)

"Rio! Ini keren bangeet ckckck" decak Ify kagum sambil menikmati pemandangan di depannya.

"Norak!" Cibir Rio. Ify mendelik ke arah Rio yang kini tengah memejamkan matanya, menikmati setiap hembusan nafasnya sendiri, menikmati indahnya tempat ini.

Ify kini bukannya menikmati pemandangan jalan raya di depannya, tapi kini pandangannya teralih pada pria tampan di sebelahnya. Ify menikmati lekukan indah ciptaan sang maha kuasa yang di anugrahkan kepada pria ini, merasa beruntung dapat menikmati wajah tampannya dari jarak sedekat ini. Ada desiran desiran halus yang kian merajai perasaan Ify. Ify kini benar-benar yakin bahwa dirinya telah jatuh hati pada sosok tampan ini.

"Kapan kita fotonya kalo lo terus ngeliatin muka gue ? Lo ngedip gih fy, muka gue juga gak akan berubah tetep ganteng kok"kata Rio santai. Tapi membuat Ify terlonjak kaget. Bagaimana dia bisa tahu ? Sementara sejak tadi, matanya terus terpejam menikmati indahnya tempat ini melalui indra perasanya.

Muka Ify merona merah. Malu. Malu karena jelas-jelas tertangkap basah menikmati wajah itu.

"Foto yuk, keburu sore" kata Rio di sertai senyuman jahilnya, lalu mulai mengeluarkan kameranya lagi.

Ify berjalan menuju sebuah gedung tua. "Rio, fotoin gue di sini dong, scenenya keren nih" kata Ify pada Rio yang masih berkutat dengan kameranya. Rio mendongakkan kepalanya lalu mengangkat jempolnya dan berjalan menuju tempat Ify.

"Senyum fy" suruh Rio. Ify tersenyum manis, Rio memotret Ify. Lalu Ify berlari ke arah Rio untuk melihat hasilnya. Ify terus berpose di depan kamera Rio, meski dengan pose yang berbeda.

"Rio! Lo ikut foto juga doong! Yuk" ajak Ify. Rio mengangguk lalu mengahmpiri Ify. Ify lalu menghampiri bapak-bapak yang terlihat sedang menikmati keadaan sekitarnya.

"Permisi pak, bolehkah saya minta tolong ?" Kata Ify sopan. Bapak tadi mengerutkan keningnya heran.

"Aduh, punten neng, bapak asli urang sunda, janten abdi teu tiasa bahasa indonesia, punten nya neng (aduh, maaf neng, bapak asli orang sunda, jadi saya gak bisa bahasa indonesia, maaf ya neng)" kata bapak itu dengan logat sundanya. Ify cengo. Ify memang orang sunda asli. Tapi jujur, Ify tidak terlalu mengerti bahasa sunda. Ify berlari menghampiri Rio yang sedang memotret panorama di sekitarnya.

"Rio!" Panggil Ify. Rio menengok sekilas.
"Bantuin gue" rengek ify.
"Kenapa sih ?" Tanya Rio. Ify memberikan isyarat agar Rio mendekat ke arahnya. Ify membisikan sesuatu di telinga Rio. Lalu Rio tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Ify. Ify mengerucutkan bibirnya kesal.

"Hahaha, ayo deh gue bantuin" kata Rio lalu berjalan menghampiri bapak tadi.

"Punten pak, abdi bade nyungkeun waktosna sakeudap, bapak tiasa pang bantosankeun abdi teu pak ? Pak motokeun sakeudap pak (maaf pak, saya mau minta waktunya sebentar, bapak bisa bantuin saya gak pak ? Tolong fotoin sebentar ya pak)" tanya Rio sopan. Bapak itu tersenyum lalu mengangguk. Rio menyerahkan kameranya. Lalu memberitahu cara kerjanya menggunakan bahasa sunda.

Ify tersenyum geli melihat Rio yang sedang berbicara dengan bapak itu dengan bahasa sunda.

"Ayo fy"kata Rio memulai possenya. Rio dan Ify berfoto dalam berbagai pose.
"Fy, ini terakhir deh, gue ngerangkul elo boleh ya ?" Izin Rio. Ify mengangguk senang. Rio menyampirkan tangannya ke pundak Ify.

"Hiji...dua...ti (1,2, ti)" kata bapak itu sambil menghitung. Memasuki angka ke tiga Rio buru-buru mencium pipi Ify untuk yang ke dua kalinya. Sehingga foto yang terambil adalah foto Rio yang sedang mencium pipi Ify.

Ify speechless, lagi-lagi Rio mencium pipinya untuk yang ke dua kalinya. Bapak yang mengambil foto tadi hanya geleng-geleng kepala, lalu berjalan menghampiri rio.

"Ckckck dasar budak ngora, ieu jang kamerana (dasar anak muda, ini nak kameranya)" kata Bapak itu, menyerahkan kamera Rio. Rio mengucapkan terimakasih sebelum bapak itu pergi.

Rio menarik tangan Ify."Mau kemana ?" Tanya Ify. "Rahasia" jawab Rio misterius.
Ify pun mengikuti Rio masuk ke dalam mobilnya. Hari sudah menunjukkan pukul 15.30. Karena kelelahan, di dalam mobil Ify pun tertidur. Rio tersenyum menatap wajah manis Ify yang terlihat polos saat tertidur.

Rio terus memacu motornya, memecah keheningan kota Bandung sore itu. Tempat terakhir yang Rio tuju cukup jauh, memerlukan waktu hampir 3 jam untuk sampai di tempat itu. Kini Rio sudah sampai di tempat yang di tujunya. Perjalanan dari Bandung kota menuju Bandung Utara itu cukup melelahkan.

Di tatapnya kini sebuah tempat impiannya selama ini. Teropong Bintang Bosscha. Rio membangunkan Ify dengan cara menepuk pipi Ify perlahan, Ify mengerjapkan matanya, dan mendapati sosok tampan di depannya.

"Rio, udah nyampe ?" Tanya Ify pelan, masih mengumpulkan nyawanya sepertinya.

"Udah, turun yuk fy" kata Rio lembut. Ify mengerutkan keningnya bingung.

'Gue masih tidur ya ? Rio kok ngomongnya lembut banget' batin Ify. Ify pun keluar dari mobil, Ify menganga melihat pemandangan di hadapannya.

"Gue kayanya pernah liat ini di TV deh, acara apa ya ?" Tanya Ify pada dirinya sendiri. Rio mencibir kesal. Ify benar-benar merusak suasana romantis yang sedari tadi berusaha ia bangun.

"Oh iya! Gue pernah liat di film Petualangan Sherina!!" Pekik Ify histeris.

"Lo jadul banget sih fy! Masa ingetnya film itu sih, di acara lain juga kan pernah ada" gerutu Rio. Ify hanya menyeringai kecil.

"Kamu pasti laper, makan yuk" kata Rio, memperlembut nada suaranya. Ify seperti terhipnotis oleh Rio, Ify mengikuti Rio dalam diam. Rio membawanya ke bagian belakang bosscha, di sana ada satu meja putih dan dua kursi, serta hidangan di atas mejanya.

"Emm, lo bikin ini semuanya sendiri ?" Tanya Ify takjub. Rio mengangguk.

"Ini semua aku yang siapin sa, alasan aku kenapa ngajak kamu jalan-jalan hari ini itu sebenernya ini" kata Rio sambil menuntun Ify ke tempat makan malam itu.

"Ayo makan fy" akhirnya, mereka berdua makan dalam diam, hanya di temani oleh bintang-bintang yang berkelap-kelip menambah ke indahan malam ini. Bukan hanya karena mereka benar-benar lapar, tapi mereka juga masih mencoba menetralisir perasaan yang menggebu-gebu dalam hati mereka.

Setelah selesai makan, Rio beranjak dari tempatnya lalu duduk di rerumputan sambil mendongakkan kepalanya untuk melihat bintang. Ify mengikuti jejak Rio.

"Kalo mau lihat bintang kenapa gak ke dalem aja ? Pake teropong, biar lebih jelas" kata Ify memberi saran. Rio menggelengkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari bintang.

"Aku mau semuanya alami, berjalan apa adanya, aku gak perlu melihat bintang dengan teropong bintang kalo aku sendiri masih bisa melihatnya dengan jelas, selagi aku masih bisa melihat, aku akan mempergunakan mata ini sebaik-baiknya" jelas Rio. Ify tertegun.

"Begitu juga hati ini, sejak pertama bertemu denganmu, aku merasakan ada sesuatu yang lain di sini, perasaanku terus berdesir hebat bila dekat denganmu, dan perasaan itu mengalir alami, aku gak mau perasaan ini hilang, selagi aku masih bisa merasakan cinta, aku akan membiarkannya terus berkembang. Perasaan ini terus berkembang hanya karena seseorang, seseorang yang secara tidak sadar memberikan warna lain dalam hidupku, dan aku tak akan pernah menyia-nyiakan orang itu selagi aku masih memiliki kesempatan. Dan orang itu, kamu..... Alyssa" ify lagi-lagi tertegun. Masih berusaha mencerna beberapa kalimat yang terasa mimpi di dengar olehnya.

"Emm, maksud lo.. Eh kamu ?" Tanya Ify canggung. Desiran halus itu mulai muncul di hati Ify, dan menjalar ke seluruh bagian tubuhnya.

"Sebenernya, aku bukan orang yang romantis fy, aku bener-bener bukan seorang pujangga yang bisa merangkai kata-kata indah untuk sang pujaan hatinya, tapi di sini, aku, Rio, bener-bener udah jatuh hati sama gadi yang sekarang duduk di hadapan aku, di bawah bintang ini aku janji, gak akan pernah nyakitin kamu sekali pun. Alyssa, would you be my girl ?" Ify tertegun lagi. Berusaha mencerna kalimat demi kalimat yang di lontarkan Rio. Dan itu terlalu cepat menurut Ify.

Desiran halus itu kini muncul lagi di hati Ify, lalu menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia yakin dengan perasaannya saati ini. Ia tahu apa yang harus di jawabnya. Tapi saat akan menjawab pernyataan itu, setitik keraguan muncul di hati Ify. Tapi Ify berusaha menutupinya dengan cinta dan sayang yang dimilikinya untuk Rio. Perlahan tapi pasti Ify menganggukan kepalanya lalu menghambur ke pelukan Rio.

'Semoga aku tak salah langkah' batin Ify di pelukan Rio. Rio membalas pelukan Ify dengan senyum merekah di bibirnya. Rio membisikkan sesuatu.

"Thanks for everything today. Makasih kamu udah percaya sama aku" bisik Rio tepat di telinga Ify. Ify tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya pada Rio. Bosscha dan bintang menjadi saksi pertemuan dua hati ini malam ini, dan menjadi saksi janji Rio padanya untuk tidak akan pernah menyakiti hatinya sekali pun. Ify memejamkan matanya, menikmati desiran di hatinya yang semakin menjadi-jadi sekarang. Berharap semuanya akan baik-baik saja setelah malam yang panjang dan indah ini.

»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»

No comments:

Post a Comment