Chapter 7 : Bintang Menjadi Saksi
Tok..tok..tok..
"Hmmm
masuk ajaa" kata Ify dari bawah selimutnya. Gabriel masuk ke dalam
kamar Ify. Lalu berdiri di samping tempat tidur Ify dan menggelengkan
kepalanya.
"Fy, bangun yuk, makan malem tuh, tidur mulu lo, kebo
dasar! Ayo ah, laper gue, nyokap lo udah nunggu di bawah tuh fy" kata
Gabriel sambil menarik selimut Ify.
"Aaaah, ngantuk gue ah" kata Ify bersiap menarik selimutnya lagi. Tapi Gabriel buru-buru menarik selimut Ify.
"Bangun
fy! Cepet! Lelet banget lo jadi cewe" kata Gabriel tegas. Sambil
menarik tangan Ify secara paksa. Ify yang masih setengah sadar pun
berjalan sempoyongan, karena belum bisa mengembalikan konstrentasinya
secara utuh.
"Gabriel! Kalo gue jatoh di tangga gimana ?!" Gerutu Ify kesal.
"Melek makanya lo!" Kata Gabriel tanpa melepaskan tangannya dari tangan Ify.
Di meja makan sudah ada mama Ify yang sedang menunggu Gabriel dan Ify. Ify dan Gabriel lalu duduk di meja makan.
"Kamu ini gadis fy, masa jam segini masih tidur ?" Kata mama Ify sambil mengambilkan untuk Gabriel. Ify menyeringai.
"Hehe, ngantuk ma" jawab Ify santai.
"Saking
senengnya di ajak jalan sama sang pujaan hati lo, jadi aja sampe jam
segini masih tidur" kata Gabriel sambil memulai memakan makanannya.
"Mau jalan sama siapa fy ?" Tanya mama Ify.
"Sama temen ma, hehe, boleh kan ?" Kata Ify. Mamanya mengangguk.
"Asal jangan malem-malem, nanti kalo udah resmi jangan lupa PJ nya ya" goda mama Ify.
"Ih mama gaul banget ngerti PJ" cibir Ify.
"Harus
dong sayang haha" jawab mama Ify. Mereka bertiga pun melanjutkan
makannya dalam diam. Karena papa Ify sedang dinas di luar kota, maka
hanya ada mama Ify dan Ify, yang kini di tambah Gabriel.
****
Pagi
ini Ify bangun dengan semangat '45, pukul 05.45 Ify sudah siap dengan
seragamnya, kini ia sedang mematut dirinya di depan cermin. Bingung
menentukan model rambut mana yang harus di pilihnya, akhirnya setelah 15
menit bereksperimen dengan rambutnya, Ify akhirnya memilih untuk
menggerai rambut indahnya (-_- gini doang 15 menit)
Ify turun dari kamarnya menujuke meja makan dengan wajah sumringah. Di meja makan sudah ada Gabriel.
"Kenapa lo fy ? Gila ?" Tanya Gabriel. Ify hanya mengangkat bahunya, lalu mulai mengambil rotinya dan mulai memakannya.
"Aduuh,
anak mama tumben jam segini udah siap ? Mentang-mentang mau nge-date
sama calon pacarnya nih" goda mama Ify yang tiba-tiba datang dari dapur.
"Hehe, mama tau aja, gapapa kan ma ? Boleh ya ?" Tanya Ify sekalian pamit pada mamanya.
"Boleh dong, tapi pulangnya jangan malem-malem ya sayang" kata mama Ify membelai lembut rambut Ify. Ify hanya mengangguk.
"Yuk
fy, berangkat" ajak Gabriel yang sudah selesai makan. Ify mengangguk
lalu berpamitan dengan mamanya, begitu juga dengan Gabriel.
****
"Kakak, Via pergi dulu ya" pamit Sivia pada Shilla.
"Eh vi, tunggu dulu"kata Shilla mencegah Sivia sebentar.
"Apaan lagi kak ?" Tanya Sivia sambil membalikan tubuhnya menghadap Shilla.
"Emmm...
Anu...emm gajadi deh hehe" kata Shilla gugup. Sivia mengerutkan
keningnya, sesaat kemudian dia tersenyum, mengerti apa yang ingin di
sampaikan kakak perempuannya ini.
"Iya deh sip, nanti Via sampein
deh salamnya ke Kak Alvin, sekarang Via-nya pergi dulu ya kak, bye"
kata Via sambil mencium pipi Shilla. Shilla tersenyum melihat kelakuan
adiknya.
*****
"IFYY!!!" Sapa Via begitu masuk ke kelas.
"Via, berisik banget deh lo!" Gerutu Iel. Sivia hanya tertawa kecil.
"Haha pisslop yel, gue duduk sama lo lagi ya ?" Tanya Sivia.
"Kalo lo mau di amuk bu Winda lo boleh kok duduk di tempat lain" jawab Gabriel santai. Sivia memajukan bibirnya.
"Ih, lo mah ga asik" kata Sivia.
"Tapi kan gue ganteng" kata Gabriel gak nyambung.
"Gak nyambung lo"
"Hehe"
"Si
Ify kenapa celingukan mulu yel ?" Tanya Sivia yang bingung melihat Ify
celingak-celinguk menatap ke arah pintu.gabriel mengangkat bahunya.
"Ify, kenapa sih ? Leher lo gak pegel apa ?"Tanya Via. Ify berbalik menghadap Sivia dan Gabriel
"Rio belum masuk Vi, padahal bentar lagi bel vi" jawab Ify.
"Tenang fy, si Rio gak akan kabur kok, gue jamin acara lo pulang sekolah jadi deh" jawab Gabriel santai.
"Ify mau jalan sama Rio ?" Tanya Via heran.
"Iya hehe, kemaren Rio ngajakin gue jalan" jawab Ify.
"Lo telpon aja fy" usul Via. Ify menjentikkan jarinya.
"Good Idea!!" Ify mengeluarkan handphone-nya, dan mengetikan beberapa digit angka.
"Ngapain
telpon gue ? Guenya udah ada di sini kok" kata sebuah suara di belakang
Ify. Ify langsung membalikkan badannya menghadap sang pemilik suara.
"Rio!!" Pekik Ify. Rio memamerkan senyum termanisnya yang membuat pipi Ify memerah.
"Hai fy, ngapain telpon gue ? Kangen ya lo ?" Goda Rio. Ify memutar bola matanya.
"Ih, gue bingung nyariin lo, gue gak mau duduk sendiri nih"kata Ify membuaĆ¾ alibi. Gabriel mencibir.
"Apaan ? Lo kan takut acara lo pulang sekolah gagal"cibir Gabriel. Sivia dan Rio terkikik geli.
"Haha, tenang aja fy, jadi kok" jawab Rio.
"Kita mau kemana sih sebenernya yo ?" Tanya Ify.
"Kemana ya ? Kemana ajabolehdeh" jawab Rio seenaknya.
"Ih" gerutu Ify.
****
Saat jam istirahat....
Alvin masuk ke dalam kelas Ify.
"Hai via"kata Alvin sumringah.
"Deuuh, yang di sapanya cuma Via doang nih ya"goda Ify. Alvin menoleh pada Ify.
"Lo
mau gue sapa fy ? Gak usah ya, gue takut orang di sebelah lo ngambek,
tuh liat mukanya sekarang aja udah manyun"kata Alvin sambil mengerling
Rio. Ify menatap Rio yang sedang menatap langit-langit sebentar.lalu
terkikik geli.
"Eh kak Alvin, dapet salam tuh dari kak Shilla"kata Via menyampaikan amanat dai kakaknya.
"Ah masa Vi ? Hehe, salam balik deh, dia kapan mau mulaisekolah di sini vi ?" Tanya Alvin.
"Kata mama sih minggu depan kak" jawab Via. Alvin mengangguk.
"Eh
via, gue penasaran deh sama kakak lo" kata Iel."Menurut gue ya, kakak
lo pasti cantik, soalnya adeknya aja cantik gini" ceplos Iel lagi, yang
membuat wajah Via memanas.
"Ciye Sivia mukanya meraaah"goda rio diikuti anggukan kepala Ify.
"Apaan sih" sangkal Via.
"Kenapa vi ?" Tanya Gabriel kurang peka.
"Eh gapapa yel hehe" jawab Sivia masih salting.
"Ooh" Gabriel hanya ber-o-ria.
"Eh vi, kakak ke kelas dulu ya"pamit Alvin. Sivia mengangguk.
"Gue duluan ya semua" pamit Alvin pada mereka berempat. Lalu keluar dari kelas X-2.
****
Sepulang sekolah... (Skip)
"Ayo fy" kata Rio yang sudah selesai membereskan buku-bukunya. Ify menoleh sebentar.
"Tunggu yo, masih beres-beres nih gue" kata Ify sambil memasukan beberapa buku dari mejanya.
Beberapa menit kemudian....
"Udah selesai fy ?" Tanya Rio lagi. Kali ini Ify mengangguk.
"Yuk,
Vi, Yel, gue sama Rio duluan ya, oh iya yel, nanti bilangin mama gue
pulang telat oke" kata Ify pada Gabriel dan Sivia. Sivia menganggukan
kepalanya.
"Oke sip fy, have fun ya, PJ-nya jangan lupa besok" goda Gabriel.
"Ih" kata Ify sambil berjalan ke luar kelas, di ikuti Rio di belakangnya.
"Yo, motor lo mana ?" Tanya Ify sambil celingukan mencari motor Rio di parkiran.
"Gak ada" jawab Rio santai. Ify menaikan alisnya.
"Loh kok ?kita jalan-jalannya jalan kaki gitu ?" Tanya Ify. Rio tertawa mendengar kalimat Ify.
"Ngapain jalan kaki ? Cape banget kali" kata Rio di sela tawanya.
"Terus naik apaan dong ?" Tanya Ify lagi.
"Naik bajaj mau ?" Canda Rio. "Ya, kendaraan kan bukan cuma motor fy, gue bawa mobil kok, yuk" kata Rio.
Ify
berjalan mengikuti Rio, menuju sebuah mobil hitam. Ify pernah
melihatnya beberapa kali di. Majalah ototmotif milik ayahnya. Kalau
tidak salah ini....
"Rio!! Gila! Gue pernah liat mobil lo di
majalah otomotif bokap gue, di situ tulisannya 'Salah satu mobil sport
di dunia' kalo gak salah mobil lo ini merknya...." Ify histeris, sambil
mengingat-ingat merk mobil Rio.
"Mikirnya nanti aja sambil jalan, masuk aja sekarang" perintah Rio. Ify pun masuk ke dalam mobil mewah tersebut.
"Aha!
Gue inget sekarang! Bugatti Veyron 8.0 W16 Super Sport keluaran tahun
2005, meskipun mobil lama, harganya sampe saat ini masih fantastis,
menurut majalah bokap gue, mobil lo ini harganya sampe $ 1.700.000 (Rp
22.100.000.000) gila lo yo!" Kata Ify antusias. Rio tersenyum simpul
melihat tingkah gadis di sampingnya.
"Norak banget lo fy, malu
gue bawa lo, untung niat gue bawa mobil Veritas RS III Hybrid gak jadi,
bisa pingsan lo kalo gue ngajakin jalan pake mobil itu" kata Rio
sombong. Ify membelalakan matanya.
"RIOO!!! Lo kenapa gak bawa mobil itu aja!!! Rio itu mobil kan keren bangeeeeet!!!" Teriak Ify norak.
"Ify norak banget lo! Kalo kedengeran orang gimana ?!" Kata Rio kesal.
"Gue gak oon Rio! Mobil lo ini kedap suara, jadi gak akan ada yg denger" kata Ify.
"Lo suka otomotif ?" Tanya Rio mengalihkan pembicaraan. Ify mengangguk.
"Bokap gue suka beli majalah otomotif, gue suka aja liat mobil keren-keren hehe" jawab Ify.
"Fy, keliling bandung yu" kata Rio.
"Lo gila yo ? Cape dong" jawab Ify.
"Yeeh
Ify, maksudnya jalan-jalannya keliling-keliling bandung, mau ga ?"
Tanya Rio lagi. Ify mengangguk setuju. Kemana saja asak bersama
pangerannya ini pasti menarik. Ify melihat arlojinya di tangan kirinya.
Masih jam 10.30. Masih cukup pagi. Hari ini di IGS ada rapat mendadak
sehingga semua murid pulang cepat.
"Kita kemana dulu nih yo ? Masih lumayan pagi soalnya" tanya Ify. Rio berpikir sejenak.
"Kebun Binatang Bandung" jawab Rio singkat. Ify membelalakan matanya.
"Mau ngapain ke kebun binatang ? Kaya gak ada kerjaan amat lo" cibir Ify. Rio tersenyum.
"Lo
percaya aja sama gue, hari ini bakalan jadi hari yang indah buat lo"
kata Rio. Ify akhirnya mengangguk. Setelah hampir satu jam, akhirnya
mereka sampai juga di Kebun Binatang Bandung, di daerah Jl. Taman Sari.
Rio dan Ify turun dari mobilnya dan masuk ke kebun binatang itu.
Hari
inikebun binatang tak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang
asyik menikmati ke indahan kebun binatang ini. Mungkin karena hari ini
bukan hari libur, maka tak terlalu banyak orang yang berkunjung.
"Rio, kita mau kemana ?" Tanya Ify.
"Liat sodara lo dulu yuk fy" jawab Rio sambil menarik tangan Ify. Ify merasa perasaannya tidak enak mendengar kalimat Rio itu.
Dan ternyata dugaannya benar. 'Sodara' nya menurut Rio adalah SIMPANSE! Ya, mereka ada di kandang simpanse sekarang.
"Rio! Maksud lo sodara gue ini ?!" Tanya Ify kesal. Rio tertawa keras.
"Iya,
mirip kan fy, hahaha" kata Rio, lalu mengeluarkan SLR dari tas-nya. Rio
berjalan menghampiri salah satu petugas di kandang itu, lalu membisikan
sesuatu, terlihat petugas itu mengangguk, lalu masuk ke kandang
simpanse dan keluar dengan satu simpanse bertengger di bahuny.
"Ini mas, simpanse paling jinak di sini" kata petugas itu.
"Fy,
lo gue foto ya ? Mau ?" Tawar Rio pada Ify. Ify yang memang senang di
foto mengangguk setuju. Rio memberi isyarat kepada sang petugas yang
masih menggendong simpanse itu. Petugas itu berjalan mendekati Ify, lalu
meletakan simpanse itu di bahu Ify. Ify kaget.
"Aduh, pak ini apa-apaan ?" Tanya Ify setengah takut. Pasalnya, dia belum pernah menggendong anak simpanse seperti ini.
"Gak apa-apa kok neng, dia jinak kok" kata petugas itu.
"Ify!
Say cheese" Rio membidikan kameranya kepada Ify. Akhirnya Ify berfoto
dengan simpanse itu dengan wajah cemberut. Rio tertawa terbahak-bahak
melihat ekspresi muka Ify.
"Fy sini deh" kata Rio. Ify mendekati Rio. Rio menunjukkan foto yang tadi di ambilnya pada Ify.
"Lo liat deh fy, mirip banget kan ? Haha, malah menurut gue cantikan simpanse nya, lo sih cemberut" kata Rio masih tertawa.
"Rio ih! Lo nyebelin deh" kata Ify sambil melengos.
"Engga kok fy, masih cantikan elo haha, jalan lagi yu" ajak Rio, tapi Ify masih ngambek.
"Ayo jalan buruan! Kalo masih ngambek gue cium loh!" Ancam Rio.
"Bodo" kata Ify cuek. Rio melihat sekitarnya. Lalu dengan gerakan cepat mencium pipi kanan Ify. Ify kaget dengan perlakuan Rio.
"Buruan
jalan! Atau gue tinggal!" Rioberjalan mendahului Ify. Sebenarnya ia tak
ingin Ify melihat wajahnya yang memerah karena malu. Ify berlari
mengejar Rio yang sudah berada di depannya. Ify memegangi pipi kanannya
yang barusan dicium oleh Rio. Ify benar-benar merasakan wajahnya memanas
sekarang.
"Rio,tunggu gue" kata Ify berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Rio.
"Apaan ?" Tanya Rio santai.
"Lo main nyosor aja yo!" Gerutu Ify. Rio tersenyum melihat Ify.
"Tapi
lo seneng kaan" goda Rio sambil menaik turunkan alisnya. Ify melengos
untuk menyembunyikan wajahnya yang lagi-lagi memerah.
"Yo"
"Hmm"
"Naik gajah yu"
"Hah ?
"Ayo naik gajaaah" kata Ify.
"Ogah ah, kaya anak kecil amat" cibir Rio.
"Yaudah
kalo lo gak mau naik, gue aja" Ify berlari menuju sebuah tempat lapang,
di sana ada beberapa ekor gajah yang sedang makan.
Selama Ify
mengendarai gajah itu. Rio tak henti-hentinya memotret wajah Ify dalam
berbagai ekspresi dengan kameranya, setiap selesai mendapatkan foto yang
bagus, Rio tersenyum puas.
Setelah Ify naik gajah, mereka pergi
menunjungi tempat-tempat yang lain, mereka pun sempat berfoto dengan
berbagai binatang, dan satu hal yang tak bisa di lupakan, sepanjang
perjalanan mereka di kebun binatang, Rio tak pernah berhenti untuk
memotret wajah cantik milik Ify. Seakan tak ingin melewatkan kesempatan
untuk mengabadikan wajah cantik Ify.
Setelah 3 jam berada di
kebun binatang, mereka berdua memutuskan untuk pulang, tapi itu bukan
berarti acara jalan-jalan mereka berhenti sampai di sana.
"Fy, laper gak ?" Tanya Rio setelah mereka berdua memasuki mobil.
"Laper
sih, tapi dikit" jawab Ify dengan senyum yabg sedari tadi tak pernah
pudar dari wajahnya, seakan-akan esok hari tak akan ada lagi senyum Ify.
"Mau makan ?" Tanya Rio. Ify menggeleng. "Katanya laper ? Tapi gamau makan, gimana sih ?" Tanya Rio heran.
"Nanti aja, masih mau main gue" jawab Ify manja. Rio tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
"Foto-foto yuk fy" ajak Rio. Ify mengalihkan pandangannya ke arah Rio.
"Dari
tadi kan juga udah foto-foto" kata Ify polos. Rio mengacak-acak rambut
Ify gemas. Ify manyun karena rambutnya di berantakin Rio.
"Maksud
aku itu, kita foto-fotonya di tempat yang keren" kata Rio tidak sadar
bahwa barusan ia menggunakan kata 'aku' dan bukan 'gue' seperti
biasanya. Ify merasa sedikit canggung.
"Emm, oke deh, mau kemana ?" Tanya Ify.
"Bandung Tempo Doeloe. Jl. Braga" jawab Rio pasti.
Setelah
satu jam perjalanan Rio dan Ify sampai di jl. Braga. Jl. Braga adalah
tempat yang indah bagi para pejalan kaki, jalannya pun bukan terbuat
dari aspal, tapi terbuat dari batu marmer, banyak para calon pasangan
yang membuat foto pra wedding mereka di sini, memang tempat yang cocok
untuk berfoto, di tambah ke adaan sekitar yang membuatnya sejuk, dan
membuat siapa saja yang berada di sini seperti kembali ke masa 20-30
tahun yang lalu. (Gak percaya ? Googling aja deh :b)
"Rio! Ini keren bangeet ckckck" decak Ify kagum sambil menikmati pemandangan di depannya.
"Norak!"
Cibir Rio. Ify mendelik ke arah Rio yang kini tengah memejamkan
matanya, menikmati setiap hembusan nafasnya sendiri, menikmati indahnya
tempat ini.
Ify kini bukannya menikmati pemandangan jalan raya di
depannya, tapi kini pandangannya teralih pada pria tampan di
sebelahnya. Ify menikmati lekukan indah ciptaan sang maha kuasa yang di
anugrahkan kepada pria ini, merasa beruntung dapat menikmati wajah
tampannya dari jarak sedekat ini. Ada desiran desiran halus yang kian
merajai perasaan Ify. Ify kini benar-benar yakin bahwa dirinya telah
jatuh hati pada sosok tampan ini.
"Kapan kita fotonya kalo lo
terus ngeliatin muka gue ? Lo ngedip gih fy, muka gue juga gak akan
berubah tetep ganteng kok"kata Rio santai. Tapi membuat Ify terlonjak
kaget. Bagaimana dia bisa tahu ? Sementara sejak tadi, matanya terus
terpejam menikmati indahnya tempat ini melalui indra perasanya.
Muka Ify merona merah. Malu. Malu karena jelas-jelas tertangkap basah menikmati wajah itu.
"Foto yuk, keburu sore" kata Rio di sertai senyuman jahilnya, lalu mulai mengeluarkan kameranya lagi.
Ify
berjalan menuju sebuah gedung tua. "Rio, fotoin gue di sini dong,
scenenya keren nih" kata Ify pada Rio yang masih berkutat dengan
kameranya. Rio mendongakkan kepalanya lalu mengangkat jempolnya dan
berjalan menuju tempat Ify.
"Senyum fy" suruh Rio. Ify tersenyum
manis, Rio memotret Ify. Lalu Ify berlari ke arah Rio untuk melihat
hasilnya. Ify terus berpose di depan kamera Rio, meski dengan pose yang
berbeda.
"Rio! Lo ikut foto juga doong! Yuk" ajak Ify. Rio
mengangguk lalu mengahmpiri Ify. Ify lalu menghampiri bapak-bapak yang
terlihat sedang menikmati keadaan sekitarnya.
"Permisi pak, bolehkah saya minta tolong ?" Kata Ify sopan. Bapak tadi mengerutkan keningnya heran.
"Aduh,
punten neng, bapak asli urang sunda, janten abdi teu tiasa bahasa
indonesia, punten nya neng (aduh, maaf neng, bapak asli orang sunda,
jadi saya gak bisa bahasa indonesia, maaf ya neng)" kata bapak itu
dengan logat sundanya. Ify cengo. Ify memang orang sunda asli. Tapi
jujur, Ify tidak terlalu mengerti bahasa sunda. Ify berlari menghampiri
Rio yang sedang memotret panorama di sekitarnya.
"Rio!" Panggil Ify. Rio menengok sekilas.
"Bantuin gue" rengek ify.
"Kenapa
sih ?" Tanya Rio. Ify memberikan isyarat agar Rio mendekat ke arahnya.
Ify membisikan sesuatu di telinga Rio. Lalu Rio tertawa terbahak-bahak
mendengar perkataan Ify. Ify mengerucutkan bibirnya kesal.
"Hahaha, ayo deh gue bantuin" kata Rio lalu berjalan menghampiri bapak tadi.
"Punten
pak, abdi bade nyungkeun waktosna sakeudap, bapak tiasa pang
bantosankeun abdi teu pak ? Pak motokeun sakeudap pak (maaf pak, saya
mau minta waktunya sebentar, bapak bisa bantuin saya gak pak ? Tolong
fotoin sebentar ya pak)" tanya Rio sopan. Bapak itu tersenyum lalu
mengangguk. Rio menyerahkan kameranya. Lalu memberitahu cara kerjanya
menggunakan bahasa sunda.
Ify tersenyum geli melihat Rio yang sedang berbicara dengan bapak itu dengan bahasa sunda.
"Ayo fy"kata Rio memulai possenya. Rio dan Ify berfoto dalam berbagai pose.
"Fy, ini terakhir deh, gue ngerangkul elo boleh ya ?" Izin Rio. Ify mengangguk senang. Rio menyampirkan tangannya ke pundak Ify.
"Hiji...dua...ti
(1,2, ti)" kata bapak itu sambil menghitung. Memasuki angka ke tiga Rio
buru-buru mencium pipi Ify untuk yang ke dua kalinya. Sehingga foto
yang terambil adalah foto Rio yang sedang mencium pipi Ify.
Ify
speechless, lagi-lagi Rio mencium pipinya untuk yang ke dua kalinya.
Bapak yang mengambil foto tadi hanya geleng-geleng kepala, lalu berjalan
menghampiri rio.
"Ckckck dasar budak ngora, ieu jang kamerana
(dasar anak muda, ini nak kameranya)" kata Bapak itu, menyerahkan kamera
Rio. Rio mengucapkan terimakasih sebelum bapak itu pergi.
Rio menarik tangan Ify."Mau kemana ?" Tanya Ify. "Rahasia" jawab Rio misterius.
Ify
pun mengikuti Rio masuk ke dalam mobilnya. Hari sudah menunjukkan pukul
15.30. Karena kelelahan, di dalam mobil Ify pun tertidur. Rio tersenyum
menatap wajah manis Ify yang terlihat polos saat tertidur.
Rio
terus memacu motornya, memecah keheningan kota Bandung sore itu. Tempat
terakhir yang Rio tuju cukup jauh, memerlukan waktu hampir 3 jam untuk
sampai di tempat itu. Kini Rio sudah sampai di tempat yang di tujunya.
Perjalanan dari Bandung kota menuju Bandung Utara itu cukup melelahkan.
Di
tatapnya kini sebuah tempat impiannya selama ini. Teropong Bintang
Bosscha. Rio membangunkan Ify dengan cara menepuk pipi Ify perlahan, Ify
mengerjapkan matanya, dan mendapati sosok tampan di depannya.
"Rio, udah nyampe ?" Tanya Ify pelan, masih mengumpulkan nyawanya sepertinya.
"Udah, turun yuk fy" kata Rio lembut. Ify mengerutkan keningnya bingung.
'Gue
masih tidur ya ? Rio kok ngomongnya lembut banget' batin Ify. Ify pun
keluar dari mobil, Ify menganga melihat pemandangan di hadapannya.
"Gue
kayanya pernah liat ini di TV deh, acara apa ya ?" Tanya Ify pada
dirinya sendiri. Rio mencibir kesal. Ify benar-benar merusak suasana
romantis yang sedari tadi berusaha ia bangun.
"Oh iya! Gue pernah liat di film Petualangan Sherina!!" Pekik Ify histeris.
"Lo jadul banget sih fy! Masa ingetnya film itu sih, di acara lain juga kan pernah ada" gerutu Rio. Ify hanya menyeringai kecil.
"Kamu
pasti laper, makan yuk" kata Rio, memperlembut nada suaranya. Ify
seperti terhipnotis oleh Rio, Ify mengikuti Rio dalam diam. Rio
membawanya ke bagian belakang bosscha, di sana ada satu meja putih dan
dua kursi, serta hidangan di atas mejanya.
"Emm, lo bikin ini semuanya sendiri ?" Tanya Ify takjub. Rio mengangguk.
"Ini
semua aku yang siapin sa, alasan aku kenapa ngajak kamu jalan-jalan
hari ini itu sebenernya ini" kata Rio sambil menuntun Ify ke tempat
makan malam itu.
"Ayo makan fy" akhirnya, mereka berdua makan
dalam diam, hanya di temani oleh bintang-bintang yang berkelap-kelip
menambah ke indahan malam ini. Bukan hanya karena mereka benar-benar
lapar, tapi mereka juga masih mencoba menetralisir perasaan yang
menggebu-gebu dalam hati mereka.
Setelah selesai makan, Rio
beranjak dari tempatnya lalu duduk di rerumputan sambil mendongakkan
kepalanya untuk melihat bintang. Ify mengikuti jejak Rio.
"Kalo
mau lihat bintang kenapa gak ke dalem aja ? Pake teropong, biar lebih
jelas" kata Ify memberi saran. Rio menggelengkan kepalanya tanpa
mengalihkan pandangannya dari bintang.
"Aku mau semuanya alami,
berjalan apa adanya, aku gak perlu melihat bintang dengan teropong
bintang kalo aku sendiri masih bisa melihatnya dengan jelas, selagi aku
masih bisa melihat, aku akan mempergunakan mata ini sebaik-baiknya"
jelas Rio. Ify tertegun.
"Begitu juga hati ini, sejak pertama
bertemu denganmu, aku merasakan ada sesuatu yang lain di sini,
perasaanku terus berdesir hebat bila dekat denganmu, dan perasaan itu
mengalir alami, aku gak mau perasaan ini hilang, selagi aku masih bisa
merasakan cinta, aku akan membiarkannya terus berkembang. Perasaan ini
terus berkembang hanya karena seseorang, seseorang yang secara tidak
sadar memberikan warna lain dalam hidupku, dan aku tak akan pernah
menyia-nyiakan orang itu selagi aku masih memiliki kesempatan. Dan orang
itu, kamu..... Alyssa" ify lagi-lagi tertegun. Masih berusaha mencerna
beberapa kalimat yang terasa mimpi di dengar olehnya.
"Emm,
maksud lo.. Eh kamu ?" Tanya Ify canggung. Desiran halus itu mulai
muncul di hati Ify, dan menjalar ke seluruh bagian tubuhnya.
"Sebenernya,
aku bukan orang yang romantis fy, aku bener-bener bukan seorang
pujangga yang bisa merangkai kata-kata indah untuk sang pujaan hatinya,
tapi di sini, aku, Rio, bener-bener udah jatuh hati sama gadi yang
sekarang duduk di hadapan aku, di bawah bintang ini aku janji, gak akan
pernah nyakitin kamu sekali pun. Alyssa, would you be my girl ?" Ify
tertegun lagi. Berusaha mencerna kalimat demi kalimat yang di lontarkan
Rio. Dan itu terlalu cepat menurut Ify.
Desiran halus itu kini
muncul lagi di hati Ify, lalu menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia yakin
dengan perasaannya saati ini. Ia tahu apa yang harus di jawabnya. Tapi
saat akan menjawab pernyataan itu, setitik keraguan muncul di hati Ify.
Tapi Ify berusaha menutupinya dengan cinta dan sayang yang dimilikinya
untuk Rio. Perlahan tapi pasti Ify menganggukan kepalanya lalu
menghambur ke pelukan Rio.
'Semoga aku tak salah langkah' batin
Ify di pelukan Rio. Rio membalas pelukan Ify dengan senyum merekah di
bibirnya. Rio membisikkan sesuatu.
"Thanks for everything today.
Makasih kamu udah percaya sama aku" bisik Rio tepat di telinga Ify. Ify
tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya pada Rio. Bosscha dan
bintang menjadi saksi pertemuan dua hati ini malam ini, dan menjadi
saksi janji Rio padanya untuk tidak akan pernah menyakiti hatinya sekali
pun. Ify memejamkan matanya, menikmati desiran di hatinya yang semakin
menjadi-jadi sekarang. Berharap semuanya akan baik-baik saja setelah
malam yang panjang dan indah ini.
»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»»
No comments:
Post a Comment