Wednesday, April 18, 2012

Pembantu Baruku part 19 (re-post)

"Yo, loe beneran mau sekolah sekarang??" tanya ify ragu.

"Iya.. Bawel bnget sih loe fy?? Dari tadi nanya itu mulu." kata rio mulai kesal sama ify yg dari tadi nggak berenti nanya.

"Wajar dong yo.. Loe masih pucet gitu udah mau sekolah. Kata dokter kan loe nggak usah capek-capek dulu yo.." jawab ify degan nada cemas.

"Kak rio, ijin dulu aja deh ya.. Ntar loe pingsan lagi loe kaya yg kemaren itu. mana gue nggak di kasih kabar lagi." kata ozy ikutan ngelarang.

"Aduh... Gue yang punya badan, gue yang sakit, kok loe pada yg panik gitu sih?? Gue nyantai gini kok." jawab rio manyun.

"Tapi yo.. Msalahnya itu loe masih sakit, masih lemes, masih pucet, badan loe masih panas, loe udah ngotot mau masuk sekarang. Aturan loe kan ijin dulu sampe besok." kata ify yg masih keukeuh arang rio agar nggak masuk sekolah dulu.

"Udah.... gue nggak papa. Sekalian fy, ntar pulang sekolah jemput hasil lab gue. Bosen fy di rumah trus. Masa kerjaan gue seharian gulingguling di kasur trus." bantah rio lagi.

"Pokoknya loe nggak boleh sekolah dulu kak, gue yg larang!! Klo loe masih keukeuh mau sekolah, gue bolos sekarang!!" kata ozy dan (sok)ngancam.

"Yaudah klo loe mau bolos, bukan urusan gue. Lagian mana mau loe bolos, ilang dong kesempatan loe 1 hari penuh buat PDKT ke acha. Ya kan??" jawab rio dengan nada datar sambil melemparkan pandangan penuh kemenangan ke ozy.

"Otak loe udah kebaca zy" tambah rio.

"Heu....kak, otak gue jngan dibaca.. Loe merusak privasi gue tau!!" kata ozy manyun.

"Salah loe sndiri tiap mikir transfer ke hati, hati kita kan udah menyatu zy.. Jadi gue bisa baca dog.." kata rio ngelantur kmana2.

"Idiiih... Loe kali yg maksa gue transfer ke hati, gue maunya k jantung kali.." kata ozy ikutan.

"Halah...gaya loe ke jantung. Ke perut ja deh..." kata rio tambah aneh.

"Eh...eh... Stop!! Loe berdua ngomongin apa sih??" kata ify nyela.

"Loh?? Kok jadi ngaco gini sih?? Kak loe sngaja mancing gue ya??" tanya ozy nyadar klo dari tadi rio mancing dia supaya nggak fokus lagi sama acara
maksa-maksa rio agar nggak sekolah hari ini.

"Hehehe...ketahuan ya?? Loe gampang di pancing sih zy.." jawab rio sambil cengengesan.

"Emang gue ikan!!" kata ozy manyun.

Ify geleng-geleng kpala liat kelakuan ² bersaudara itu.

"Yuk semua.. Cabut!!" ajak rio sambil menyandang ranselnya.

"Eh, yo udah gu..." blom sempat ify menyelesaikan omongannya, rio sudah menyuruh ify diam dengan cara menempelkan telunjuknya di bibir ify.

"Ssst... Gue baik-baik aja kok fy. Janji, gue nggak akan knapa-napa. Percaya deh sama gue." kata rio lembut, membuat ify terpana dan langsung diam, tepatnya kaku.

Ify langsung blushing waktu rio memperlihatkan senyumnya, jantung ify ketar-ketir nggak karuan. Pengen loncat....

"Haduh...jantung gue!! Sekarang bukan saatnya utk deg-degan.." batin ify. Sementara rio mesih tetep menatap ify tajam, agar mempercayainya. Ify pun menunduk malu, nggak barani balas tatapan rio yg bisa bikin dia pingsan di tempat sekarang juga. *lebay-_-*

"Ayo ah... Malah mojok, kan katanya mau berangkat sekarang.." kata ozy sambil narik tangan rio dan mendorong badan rio ke depan.

"Hahaha...cara ini emang nggak pernah gagal. Diem kan si ify.." batin rio dengan snyum kemenangan merekah di wajahnya. *ngerti ng' mksud si rio??*

"Kak ify, ayo!!" panggil ozy di depan pintu. Ify yang masih kaku langsung sadar. Lalu kakinya melangkah mengikuti riozy ke mobilnya.

****

Pulang sekolah, rify langsung ngacir ke rumah sakit. Ozy nggak ikut, karna ada janji main sama ray. Jadi dia pulang bareng temen-temennya.

"Perasaan gue kok nggak enak gini ya??" batin rio gelisah. Dari awal menginjakkan kaki di rumah sakit tadi, rio udah merasa nggak nyaman. Jantungnya deg-degan. Dadanya sedikit sesak.

"Kepala gue nggak sakit kok. Tapi kok rasanya nggak enak gini ya??" batin rio lagi.

"Yo, knapa?? Kok pucet lagi??" tanya ify heran.

"Eh, nggak papa kok fy. Gue capek aja." jawab rio sambil meyakini dirinya sendiri klo perasaan nggak enaknya ini cuman karna capek.

"Tadi kan udah gue bilang yo, harusnya loe nggak usah sekolah sekarang." kata ify lembut. Rio membalas dengan senyumnya. Mereka terus berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit menuju ruangan dokter yg akan di temuinya.

"Tante citra!!" panggil ify dengan suara yg agak keras waktu melihat tantenya.

"Ify!! Apa kabar sayang??" jawab dan tanya tante citra sambil cipika-cipiki sama ify.

"Baik tan.. Aduh..udah lama ya kita nggak ketemu. Siapa yang sakit tan??" kata ify.

"Temen tante. Kamu sendiri kenapa bisa di sini fy??" jawab dan tanya tante citra.

"Nganterin temen ify tan. Dia mau jemput hasil labnya." kata ify.

"Siang tante.." sapa rio sambil tersenyum ramah. Tante ify mengangguk dan tersenyum membalas sapaan rio.

"Pacar kamu ya fy?? Ganteng loe.. Manis lagi." goda tante citra. Ify tersenyum malu. Sementara rio tampak biasa aja. Pikirannya masih sibuk memikirkan perasaannya yg nggak karuan dari tadi.

"Bukan kok tan, temen ify kok." bantah ify malu.

"Iya juga nggak papa kok fy. Eh, fy temenin tante bentar yuk. Kita makan siang bareng di cafe depan." ajak tante citra.

"Eh, tapi tan. Ify mau temenin teman ify dulu." tolak ify. Tampak raut kecewa di wajah tante citra.

"Iya deh klo gitu fy. Tante duluan ya.." pamit tante citra. Belum sempat tante citra beranjak pergi, rio sudah mencegahnya.

"Tan, tunggu. Jadi kok makan siang bareng ify nya" cegah rio.

"Fy, loe temenin tante loe dulu deh. Udah lama kan kalian nggak ketemuan. Gue sendiri juga nggak papa." kata rio ke ify.

"Beneran yo??" tanya ify ragu. Rio mengangguk pasti.

"Ya udah deh klo gitu. Baik-baik ya yo kesananya. Ntar gue nyusul." pamit ify. 
"Deket doang kok fy." kata rio sambil senyum.

"Bye.." pamit ify lagi.

"Pinjam ify bentar ya rio.." kata tante citra. Rio tersenyum ramah.

Setelah ify dan tante citra pergi, rio pun melanjutkan langkahnya ke ruangan dokter yg akan ditemuinya. Sebut aja, dokter chiko.

Rio makin deg-degan saat berada di depan pintu masuk ruangan dokter chiko. Rio menutup matanya, lalu menarik nafas panjang, dan menghembuskannya. Setelah itu dengan hati yg dibuat tenang, rio memutar knop pintu ruangan itu.

"Siang dok.." sapa rio.

"Siang. Telat 3 menit loe yo." jawab dokter itu. Rio hanya tersenyum.

"Duduk yo.." suruh dokter chiko. Rio pun menurutinya.

"Langsung aja ya dok. Sebenarnya saya sakit apa??" tanya rio. Dokter itu tak menjawab. Dia malah memberikan rio sebuah amplop bewarna coklat. Rio membuka amplop itu perlahan. Entah knapa perasaannya makin nggak karuan. Rio menghela nafas dulu sebelum membuka lipatan selembar kertas putih yg skarang di pegangnya. Rio membaca kata-kata yg tercetak dikertas itu satu persatu. Ternyata perasaannya yg nggak enak itu benar.

"Ini beneran dok?? Nggak ketukar sama milik pasien lain??" tanya rio yg masih sedikit nggak percaya. Dokter itu menggeleng. Rio menghela nafas lagi.

"Nggak gejala dulu dok?? Trus stadium 1, 2, dan baru stadium tiga." tanya rio lagi.

"Rio, kmu sering mengeluh sakit kepalakan?? Mungkin saat itulah masa-masa gejala dan sadium 1, 2 kmu hadapi. Dan sekarang hasil medis menunjukkan kamu menderita kanker otak stadium 3." jelas dokter itu.

"Ify.." entah kenapa nama itu muncul di pikiran rio saat dokter chiko menjelaskan penyakitnya itu.

Otaknya kembali memutar saat-saat kebersamaannya dengan ify. Yang mungkin bisa hilang nantinya.

"Jangan terlalu terpuruk. Semua yg diberikan tuhan itu anugrah bagi kita. termasuk penyakit yang kamu derita sekarang." nasehat dokter itu yg melihat raut kesedihan di wajah rio.

"Ya, tapi tetap aja anugrah yg pahit utk diterima dok." kata rio.

"Kamu masih punya harapan untuk sembuh mario. Kamu ikut kemo ya??" kata dokter itu. Rio menggeleng.

"Nggak usah dok. Saya tau kok dok, harapan sembuh dari kemo itu kecil. Kecil bnget malah. Palingan kemo itu hanya menghambat perkembangan sel kanker saya doang kan?? Nggak akan menyembuhkan saya. Saya nggak mau dok. Cukup obat aja." tolak rio dengan pandangan sayu ke arah dokter chiko. Membuat dokter chiko iba.

"Kamu jangan menyerah sekarang rio. Lawan penyakit kamu. Kamu bukan satu-satunya penderita kanker di dunia ini, bnyak yg lain. dan dari sebanyak itu, ada kok yg sembuh." kata dokter itu memberikan harapan.

"Tapi nggak banyak kan dok. Mereka yg sembuh hanyalah kelompok segelintir orang beruntung dan mendapat mukjizat dari tuhan." kata rio dengan nada nggak semangat.

Disaat obrolan itu tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. reflek rio langsung menyembunyikan kertas yg dipegangnya ke bawah tumpukan dokumen di meja dokter chiko.

"Siang dok.. Hai yo, gmana hasilnya??" kata ify yg tiba-tiba datang.

"Udah selesai makannya fy?? Kok cepet??" tanya rio sambil tersenyum seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa.

"Udah, tadi tante citra di telpon kantornya, di suruh kesana." jawab ify sambil duduk di kursi samping rio.

"Gmana hasilnya yo??" tanya ify lagi.

"Nggak knpa-napa kok fy. Kan udah gue udah bilang, kecapean doang." kata rio sambil trus tersenyum.

"Bagus deh klo gitu. Loe sih yo, overaktif... Kelelahan kan jadinya." kata ify sambil noyor bahu rio pelan.

"Eh fy, gue mau minta tolong dong. Di depan kan ada minimarket tuh.. Loe beli buah sama kperluan masak ya, udah abis soalnya. Trus loe tunggu gue di cafe sampingnya. Gue laper. Oke??" suruh rio dengan nada yg dibuat ceria.

"Trus elo??" tanya ify.

"Gue mau periksa dikit sama dokter chiko, trus nebus obat dulu." kata rio.

"Oke deh.. Jangan lama-lama ya yo. Dok saya pamit dulu" kata ify lalu segera berlalu.

"Knapa kamu nggak kasih tau dia??" tanya dokter itu kemudian. Rio mengambil surat hasil labnya lagi, merapikannya, lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Saya belum siap buat kasih tau dia dok." jawab rio singkat.

"Kamu nggak bermaksud buat nggak ngasih tau dia kan??" tanya dokter itu dengan tatapan penuh selidik. Rio menggeleng walaupun hatinya sedikit ragu akan jawabannya.

"Oke, klo gitu orang tua kamu???" tanya dokter itu lagi.

"Orang tua saya lagi di luar negri dok. Kasih taunya ntar aja, ntar kerjaan mereka keganggu lagi." jawab rio.

"Nggak. Orang tua kamu pasti mengerti. Klo teman kamu tadi kamu tunda kasih taunya saya nggak papa. Tapi keluarga kamu harus sekarang." kata dokter itu tegas.

"Entar deh dok." jawab rio ngeles.

"Sekarang!!" bentak dokter chiko.

"Tapi saya nggak atau gimana cara ngomongnya dok." kata rio lagi.

"Sekarang!!" bentak dokter chiko lagi, membuat rio langsung mengeluarkan
HPnya.

mama = hallo..
rio = halo ma..
mama = apa yo?? Tumben nelpon siang-siang??
rio = rio ganggu ya ma??
mama = nggak kok sayang.. Mama lagi lunch nih bareng papa kamu. Ozy
mana??
rio = ozy di rumah ma. Ma rio mau bicara penting sama mama.
mama = iya, mau bicara apa??

Rio menghela nafas sejenak lalu melirik dokter chiko, dokter chiko mengangguk.

rio = ma, klo seandainya rio kena kanker otak gmana ma??
mama = mksud kamu apa sih?? Jangan bikin mama khawatir deh yo..
rio = ma, rio sekarang lagi di rumah sakit ma. Dan rio divonis dokter kena kanker otak, stadium 3
mama = .........

Terdengar isakan pelan dari mamanya. Membuat hati rio semakin miris.

"Tenangin mama kamu" kata dokter chiko.

papa = rio kamu kasih tau apa sih
sama mama kamu??
rio = rio kena kanker otak pa..
papa = kamu serius yo??
rio = iya pa, dan stadium 3

Sama seperti tadi, papa rio juga
terdiam. 

mama = yo, kamu becanda kan nak?? (mama rio terdengar menangis)
rio = nggak ma, rio serius.
mama = kamu kemo kan nak??
rio = nggak ma, rio pasrah. klo emang takdir rio nanti sembuh, tnpa kemo pun rio akan sembuh kok ma. Tapi klo emang rio harus berakhir, rio pasrah kapan pun tuhan ambil nyawa rio. 

Lagi-lagi mama rio terisak. Masih nggak percaya kalau buah hatinya menderita penyakit mematikan tersebut.

papa = Yo, papa sama mama pulang. Kami urus dulu kepindahan kami. Secepatnya kami balik ke indonesia. (lalu papa rio, memutuskan sambungan telponnya.

Rio menatap HPnya. Inilah yg nggak diinginkan rio. Membuat repot kedua orang tuanya. Mereka berdua terpaksa pulang karna harus mengurus dirinya. 

"Setiap orang tua yg sayang anaknya, akan melakukan hal yg sama seperti orang tua kamu. Kamu jangan merasa membuat mereka repot. Karna itulah tugas kami sebagai orang tua, menjaga anaknya." kata dokter chiko seolah tau apa yg dipikirkan rio.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

No comments:

Post a Comment