Wednesday, April 18, 2012

Cuma Gue yang Bisa part 10 (re-post)

Part 10: Itulah yang Membuat Alvin Jatuh Cinta pada Sivia

"Ini siapa ya?"

"Gue..Rizky"

Rio terdiam,

"Elu, Ky. Ngapain lu nelpon Ify? Lu kan udah punya Zahra, masih aja godain anak orang!"

"Yeee..sembarangan lu, Yo! Gue kan bilang sama Ify kalo gue mau balikin bukunya dia. Eh, kok malah lu yang ngangkat hapenya Ify? Ngapain lu, Yo??"

"Lo lupa apa? Sekarang kan pengurus OSIS lagi jalan-jalan ke Puncak. Si Ify sakit, gue lagi nungguin dia, Vianya lagi keluar."

"Ooh, gitu salam aja deh buat Ify. Thanks yaa!"

"Oke!"

Rio mengakhiri pembicaraannya.

'Ternyata si Rizky, gue kirain siapaa..' 

Riopun melanjutkan membaca bukunya sambil menunggu Sivia datang.

***

Pagi hari di Puncak memang sangat menyegarkan, udaranya masih sangat sejuk dan menyegarkan badan. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, jadi daerah di sekitar Villa masih begitu sepi. Sivia memang sudah berencana untuk bangun pagi-pagi. Ia ingin merasakan udara yang segar dan ingin menenangkan pikirannya dari masalah yang terjadi antara Sivia dan Papanya. Sivia merenggangkan badannya yang pegal-pegal.

"Aduuuhh, badan gue pegel bangeeet, gara-gara Ify niih, manipulasi tempat tidur, ngungsi deh gue di kursi.." keluh Sivia sambil memutar-mutar kepalanya.

Kemudian Sivia melihat seorang cowok yang sedang berkutat dengan kamera analognya, cowok itu sedang mengambil objek-objek pemandangan di sekitar villa. Sivia pun tertarik untuk menghampirinya. Sivia menepok pundak cowok itu.

"Eh, elo Vi..."

"Kak Alvin, lo lagi ngapain? Ngambil foto yaa?" Tanya Sivia.

"Nggak, lagi nyangkul! Udah tau lagi ngambil foto, heu.." kata Alvin sambil membidik sasarannya.

"Gue kira cuma gue doang yang bangun
pagi, kok lo bangun pagi, sih?"

"Bangun pagi itu menyegarkan, lo sendiri kan juga bangun pagi, kenapa? lagipula gue pengen ngambil foto pemandangan Puncak dipagi hari, siapa tau gue bisa ngirim fotonya buat lomba," kata Alvin.

"Alasannya sama sih Kak, hehee,Kak, jalan-jalan yuk, mumpung masih pagi!" Ajak Sivia. Alvin terbelalak.

"Ntar dulu deh, Vi. Ntar kalo pada nyariin gimana?" Tanya Alvin.

"Kan masih pagi inii..ayolaaah.." Kata Sivia sambil menarik tangan Alvin. Jantung Alvin pun berdebar-debar. Alvin pun menerima ajakan Sivia.

***

"Waaah, ternyata dibelakang villa ada kebun teh, keren banget lagi pemandangannya." kata Sivia takjub. Alvin tak kalah takjubnya dengan Sivia, ia pun mengabadikan pemandangannya dengan kamera analognya.

Saking takjubnya, Sivia berlari-lari sendiri, tapi tiba-tiba..Sivia tersandung dan terjatuh. Alvin pun yang melihatnya langsung berlari kearah Sivia.

"Vi, lo gak papa?" Tanya Alvin panik, Alvin melihat dengkul Sivia yang terluka. Sivia meringis kesakitan.

"Sakit tau, Kak!!" Ringis Sivia. Alvin pun membopong Sivia dan duduk di sebuah gardu kecil.

"Gue ngobatinnya pake apaan nih?" Gumam Alvin. Akhirnya Alvin mengeluarkan saputangan dari kantongnya, dan membersihkan luka Sivia.

"Kak, gue bawa plester nih," kata Sivia.

"Yeuuh bilang kek daritadi lo bawa plester, kan gue jadi gak panik!" Kata Alvin. Sivia hanya nyengir. Alvin pun memasang plester di dengkul Sivia.

"Bisa jalan gak?" Tanya Alvin.

"Bisa kok," Sivia beranjak dari duduknya dan kembali berjalan. Kali ini Alvin di sampingnya, takut Sivia jatuh lagi, gara-gara anaknya kayak bola pimpong gak bisa diem.

"Vi, gue foto yaa!" Kata Alvin.

"Apaan sih lo, Kak? Muka gue masih ileran gini, lo mau foto, bikin gue malu
ajaa!" Tolak Sivia. 

"Ileran, hahaaa..ketauan lo yak kalo tidur ngiler..gak papa, gak keliatan ilernya inii.." kata Alvin.

"Haaahh, susah ya jadi orang cantik, bawaannya pengen di foto terus, yaudah deh.." kata Sivia sambil merapihkan rambutnya yang masih berantakan.

Alvin hanya geleng-geleng kepala. Alvin pun bersiap-siap dengan kameranya. Sivia pun tersenyum dengan manis.

JEPRET!

Foto pun berhasil diambil, Sivia dengan pemandangan kebun teh di belakangnya.

"Sekarang ekspresi jelek, Vi!" Celetuk Alvin.

"Yeuuuh, orang cantik mau digimanain juga tetep cantik, Kak! Gak bakal jelek!" Balas Sivia. Alvin hanya melengos.

"Mendingan jalan lagi, yuk, Kak!" Ajak Sivia.

Alvin dan Sivia melanjutkan jalan-jalannya, mereka melewati perumahan penduduk di sekitar kebun teh, seperti biasa, Alvin mengambil foto-foto dengan kamera kesayangannya.

BRUKKK!!

Sivia dan Alvin menoleh kebelakang. Mereka melihat seorang Ibu-ibu yang membawa tampah berisikan gorengan untuk dijual, terjatuh di tengah jalan. 
Sivia pun menghampiri Ibu-ibu tersebut dan menolongnya.

"Ibu gak papa?" Tanya Sivia khawatir. 

"Gak papa, Neng. Ibu tadi cuma kesandung," kata Ibu itu. Sivia pun segera membantunya berdiri, dan kemudian Sivia membereskan gorengan jualan Ibu itu yang masih layak dijual.

"Aduuuh, Neng jangan repot-repot ntar tangan Eneng kotor," kata Ibu itu. Alvin yang berada di depan mereka tersenyum melihat ketulusan hati Sivia yang ikhlas menolong Ibu-ibu yang sedang kesusahan.

"Gak papa kok, Bu. Via ikhlas," Sivia menoleh kearah Alvin yang sedang memperhatikan mereka.

"Kak Alvin! Ngapain bengong disitu? Bantuiin!!" Suruh Sivia. Alvin pun ikut membantu Sivia. Ibu itu hanya tersenyum melihat seorang anak perempuan dan anak laki-laki yang baru dikenalnya menolongnya dengan ikhlas.

"Ini, Bu." Kata Sivia sambil memberikan tampahnya.

"Makasih ya, kalo boleh tau nama kalian siapa yaa?" Tanya Ibu-ibu itu.

"Saya Sivia, Bu. Panggil aja Via." Kata Sivia.

"Saya Alvin, kami dari Jakarta, Bu." kata Alvin.

"Saya Marni. Makasih ya, Neng Via, Nak Alvin udah bantu Ibu," Bu Marni mengucapkan terima kasih kepada Alvin dan Sivia.

"Bu, kita boleh gak ikut Ibu jualan?" Tanya Sivia sambil menyenggol lengan Alvin.

"Iya, Bu. Boleh kan?" tanya Alvin.

"Waah, Ibu gak enak sama kalian," kata Bu Marni. Sivia langsung mengambil tampah Bu Marni dari tangan Bu Marni.

"Gak papa kok, Bu. hehee, kami lagi waktu bebas soalnya," kata Sivia.

"Baiklah kalo kalian memaksa," kata Bu Marni.

Mereka menyusuti jalan-jalan setapak di perkampungan tersebut.

"GORENGAAAN!!" Teriak Bu Marni. Sivia menatap Bu Marni dengan penuh kagum, Bu Marni adalah seorang Ibu-ibu yang berumur sekitar 50 tahun tapi masih semangat untuk mencari nafkah. Sivia pun tak mau kalah dengan Bu Marni.

"GORENGAAANN!!!!" Teriak Sivia membahana seluruh kampung. Alvin yang sedang mengambil foto pun terkejut mendengar teriakan Sivia.

"Suara lo, Vi! Elo mah bukan mau jualan, mau nyari ribut!" Seru Alvin. Sivia hanya menjulurkan lidah pada Alvin. Bu Marni tertawa melihat tingkah laku mereka. Kemudian Alvin dan Sivia mengantar Bu Marni ke warung untuk mengantar gorengan. 

"Neng Via, Nak Alvin makasih ya, udah mau bantu Ibu..Ibu gak tau gimana caranya membalas terima kasih ke kalian."

"Sama-sama Bu, kita ikhlas lahir batin," kata Alvin tersenyum.

"Kita pergi dulu ya, Bu!" pamit Sivia.

"Hati-hati, yaa!" Kata Bu Marni.

***

"Waaah, seru juga bantuin Bu Marni jualan, hihiii.." kata Sivia. Alvin hanya tersenyum melihat Sivia.

"Kenapa lo, Kak liatin gue? Cakep yaa?" Celetuk Sivia cengengesan.

"Lama-lama lo kayak Ify deh," kata Alvin.

"Sory gue gak sesedeng Ify," kata Sivia. Kemudian Sivia melihat beberapa ekor kuda beserta pemiliknya di pinggir jalan.

"Kayaknya asik tuh naik kuda!" Kata Sivia dengan mata berbinar-binar.

"Hha? Lo yakin mau naik kuda?" Tanya Alvin.

"Yaiyalaah gue yakin!" Sivia langsung pergi meninggalkan Alvin.

"Eh, eh tunggu Vi!!" Alvin segera menyusul Sivia.

"Bang, boleh naik kudanya gak?" Tanya Sivia sambil mengelus-elus kuda yang berwarna putih.

"Oh, boleh-boleh Neng,"

"Bayar gak?"

"Kalo Neng gak usah bayar deh, gratis." kata Abang-abang itu.

"Asiiik," Abang itu membantu Sivia untuk menaiki kuda tersebut.

"Mas, gak naek kuda?" Tanya Abang itu pada Alvin.

"Nggak, Bang." Kata Alvin.

"Kenapa lo, Kak? Takut yaa..?"

"Apaan? Gue bukan orang norak kayak lo, Vi! Gue lagi males," kata Alvin. Sivia hanya cemberut saja.

"Bang, kalo saya yang bawa kudanya gak papa kan? Gak saya bawa pulang kok, tenang aja, ntar saya balikin," kata Alvin.

"Iya, deh, kebetulan saya mau sarapan dulu, titip kudanya yaa," Alvin membawa kudanya berjalan-jalan dengan Sivia diatasnya.

"Kak, gue gak yakin lo bisa bawa kudanya," kata Sivia.

"Weiish jangan salah, gue masternya bawa kuda,nih.." Kata Alvin.

"Muka lo kagak bisa dipercaya," kata Sivia enteng.

"Liat dong kudanya, buktinya dia fine-fine aja tuh gue bawa, orang ganteng siih," celetuk Alvin.

"Wooo..narsis!!" Alvin hanya tertawa.

Kemudian Alvin pun melepas tali kudanya. Siviapun langsung panik, karena Alvin mulai menjauh dari kudanya.

"Yah,yah,yah, Kak! Kok dilepas!? Gue takuut!!" Sivia panik setengah mampus.

"Jangan panik gitu! Ntar kudanya malah bawa kabur lo beneran! Diem!" Suruh Alvin.

Alvin memegang kameranya dan mengambil foto Sivia.

"Vi, senyuum!!" Sivia pun tersenyum.

JEPRET!

Foto kedua Sivia berhasil diambil. Setelah Itu, Alvin membawa Sivia dan kuda putih itu berjalan-jalan mengelilingi kebun teh yang sangat luas.

Mereka melihat para petani sedang memanen daun teh.

"Gue pengen nyoba deh metik daun teh," kata Sivia sambil memandang para petani.

"Apa aja juga lo coba, Vi!" kata Alvin.

"Gue kan penasaraan!"

"Balik yuk, kasian abangnya nyari nih kuda," Alvin membawa kudanya kembali ke pemilik sebenarnya. Setelah itu mereka kembali berjalan-jalan.

"Walah, udah jam 9? Balik yuk!" Ajak Sivia.

Tiba-tiba Sivia melihat seorang anak perempuan jatuh dan menangis. Otomatis Sivia segera berlari melihat keadaan anak kecil itu.

"Dek, gak papa?" Tanya Sivia dengan penuh khawatir.

"Kaki aku sakit, Kak." Kata anak itu sambil menangis.

"Kakak obatin, yaa.." Sivia membersihkan lukanya dan menempelkannya dengan plester.

Alvin pun kembali tersenyum melihat kebaikan dan ketulusan hati Sivia, tanpa sadar ia kembali mengambil foto Sivia.

"Makasih ya, Kak."

"Sama-sama, Dek. Nama kamu siapa?"

"Nama aku Osa, Kak."

"Aku Sivia," kata Sivia sambil tersenyum.

Osa pun melirik kearah Alvin yang sedang memandang mereka berdua.

"Itu pacar Kakak yaa?" Tanya Osa polos. Muka Sivia memerah.

"I..itu bukan pacar a..aku kok! Cuma temen!" Sanggah Sivia.

"Kakak cocok kok sama dia, hehee.." kata Osa.

"Kamu bisa aja sih," kata Sivia. Alvin pun menghampiri mereka.

"Vin, kenalin dia Osa," kata Sivia.

"Osa."

"Alvin."

"Tuh kaan, cocoook.." kata Osa polos. Muka Sivia dan Alvin pun memerah. Mereka salting.

"Adduuuh, Osa. Udah ah!" Kata Sivia malu-malu.

"Hehee..aku pulang dulu ya, Kak! kapan-kapan kita main yaa!" Kata Osa.

"Iya, hati-hati yaa!!"

Setelah Osa pergi meninggalkan Sivia dan Alvin, mereka berdua hanya diam-diam saja. Tak bicara, saking malunya.

'Aduuuh Osa, pake ngomong kayak gitu lagi..gue kan maluu..' batin Sivia.

'Gila, malu setengah mampus gue! Emang beneran gue sama Sivia cocok? Tapi kalo dipikir-pikir anak kecil kan gak bisa bohong, asik juga di bilang cocok sama Sivia,' Batin Alvin.

"Ehm, Vi..balik yuk," ajak Alvin. Sivia mengangguk. Mereka pun kembali ke Villa.

***

"Woi! darimana lu berdua! pacaran yaa?" Tuduh Gabriel.

"Ih, sembarangan aja lo ngomong, Kak! Kagak! Orang jalan-jalan doang!" Sanggah Sivia.

"Yaudah ah, masuk cepetan, mau sarapan nih!" Ajak Gabriel.

"Ayo, Kak!" Ajak Sivia. Sivia menyusul Gabriel kedalam Villa. Sedangkan Alvin masih berdiri menatap punggung kecil Sivia yang mulai menjauh dari hadapannya.

"Vi, jujur gue dapet banyak banget pelajaran hari ini dari lo, dan gue bisa ngeliat sisi ketulusan dan kebaikan hati lo yang ngebuat gue kagum dan..jatuh cinta sama lo, Vi.." gumam Alvin dengan suara kecil. Tiba-tiba Sivia keluar lagi dari Villa.

"Ngapain lo diem disini?? Mau jadi patung selamat datang?? Kagak ada yang mau dateng, Kak!!" Celetuk Sivia.

"Malah banyak kali yang dateng, abis yang jadi patungnya ganteng banget," balas Alvin.

"Pede dahsyat lo!" Kata Sivia. Alvin hanya tertawa dan mengikuti Sivia masuk kedalam Villa.

***

No comments:

Post a Comment