Sunday, April 22, 2012

Memang Cuma Gue yang Bisa (sekuel Cuma Gue yang Bisa) part 5 (re-post)

Part 5: Saatnya Untuk Menemukan Cinta yang Baru


Sudah 2 hari ini Ify masih belum ngomong sama Rio. Mereka tak pernah bertatap mata. Di kantin pun Ify selalu memilih meja yang jauh dari Rio.

“Yo, anak-anak satu sekolahan pada bingung sama lo berdua lo tuh masih pacaran ato nggak, kapan lo berdua ngomong!” keluh Alvin. Rio menggeleng.

“Gue udah janji sama Ify, gue bakal terus nunggu dia sampe dia siap ngomong ke gue, gue gak mau maksa dia,” ujar Rio. Alvin, Gabriel, dan Cakka saling pandang.

“Lo hebat, Yo!” puji Cakka. Rio mengangkat alis.

“Maksud lo?”

“Baru kali ini kita liat sisi lain lo yang gak pernah lo tunjukkin ke kita, dulu lo emang makhluk paling jaim, jutek ke anak-anak cewek, termasuk Ify, tapi pas lo mulai deket dan nerima Ify masuk ke kehidupan lo, lo berubah drastis, lo lebih mengeluarkan sisi baik dan sisi kedewasaan lo, dan sekarang kita gak nyangka lo bisa sampe kayak gini, lo udah jadi cowok yang hebat, Yo!” tutur Gabriel.

“Apaan sih lo pada, kayak gue gini dibilang cowok hebat, dari Hongkong?” keluh Rio.

“Kita ngomong jujur, Yo. Lo harus terima kasih sama Ify, Ify yang udah bikin lo jadi kayak gini,” ucap Gabriel.

“Kayaknya gue gak nyesel punya sahabat kayak kalian,” kata Rio.

“Aduuh, Yo gue jadi gak enak niih!” kata Cakka malu-malu.

“Najis banget tampang lo, Cak!” seru Alvin.

***

Sepulang sekolah,

“Dev, ntar sore gue kerumah lo, ya!” kata Ray.

“Yok, maen PS kitaa!” seru Deva. Deva melihat ke arah gerbang sekolah. Keke sedang menunggu supirnya di depan gerbang. (udah pulang dari rumah sakit ceritanya :p).

“Ehm, mau deketin Keke kaan??” celetuk Ray.

“Yaiyalah, lo kira gue mau deketin siapa? Pak satpam? Iih ogah! Gue duluaan!!” Deva meninggalkan Ray. Ray pergi ke tempat parkir sendirian.

“Ke, sopir lo belum dateng?” Tanya Deva. Keke menggeleng.

“Kayaknya macet, Dev.” Ujar Keke.

“Gimana kalo sekarang lo gue anterin pulang, lo telpon sopir lo supaya gak usah jemput,” usul Keke.

“Kamu beneran mau nganterin aku?” Tanya Keke. Deva mengangguk.

“Yaa…sekalian gue mau ngajak lo kesuatu tempat,” kata Deva. Keke langsung menelepon supirnya.

“Pak Chiko, gak usah jemput Keke ya, Keke pulang bareng temen,” kata Keke.

“Yuk, ke parkiran!” ajak Deva.

***

Jam pelajaran telah usai, terdapat peraturan bahwa setiap pulang sekolah siswa atau siswi yang tercantum di daftar piket harus melaksanakan tugas piket, tapi karena factor kemalasan, akhirnya yang mengerjakan tugas piket hanya Ify sendiri, mulai dari menghapus papan tulis sampai menyapu.

Saat Ify sedang menyapu, ia mengintip keluar melihat para anggota tim basket sudah memulai latihannya dipimpin oleh Rio. Ify terus memandang Rio yang sedang memberikan arahan untuk teman satu timnya. Ify senang melihat sosok Rio yang bermain basket, karena bagi Ify, Rio yang sedang bermain basket terlihat sangat keren. Ify terus-terusan tersenyum melihat Rio. Ify melihat Rio sedang gelagapan karena tidak bawa minum, Rio harus menahan hausnya. Begitu melihatnya Ify langsung menaruh sapunya di pojok kelas dan langsung pergi keluar.

***

“Ah, sial! Gue lupa bawa minum!” decak Rio sambil merogoh isi tasnya.

“Nih, mau gak?” Tawar Alvin.

“Gak usah deh, gue juga belom haus banget, latihan yuk!” ajak Rio. Mereka kembali meneruskan latihannya.

***

Ify mengumpet di balik pohon sambil memegang sebuah botol air mineral. Begitu anak-anak basket sedang berkonsentrasi latihan, Ify mengendap-endap ke tempat tas mereka, dan menaruh sebotol air mineral itu di atas tas Rio, dan kemudian Ify langsung pulang meninggalkan lapangan sekolah.

***

“Akhirnya selesai jugaa…” keluh Rio sambil mengusap keringatnya.

“Besok kita harus berjuang mati-matian, kita harus bisa jadi tim terbaik!” kata Gabriel.

“Gue setuju pendapat lo!” dukung Alvin.

Mereka semua melepaskan kelelahan mereka dengan bercanda dan mengobrol. Saat Rio mengambil tasnya, tiba-tiba…

DUUG!

Sebuah botol air mineral jatuh di depan kaki Rio. Rio mengambil botol tersebut.

“Nih punya siapa??” tanya Rio.

“Gak tau! Punya lo kali,”

“Kan gue gak bawa minum,” keluh Rio.

Rio melihat sebuah pesan yang tertempel di botol tersebut dan membacanya.

SEMANGAT! Gue selalu dukung lo!

Rio langsung tersenyum begitu membaca 5 kata tersebut. Dia tahu siapa yang memberikan botol ini padanya. Semua langsung menatap Rio dengan heran.

“Kenapa lo? Kesambet?” Tanya Alvin.

“Ahahaa…nggak,” ujar Rio.

***

“Nih helmnya,” Deva memberikan sebuah helm biru ke Keke, Keke memakainya dan langsung naik ke motor Deva. Deva menstarter motornya dan langsung meninggalkan sekolah.

Diperjalanan …

“Ke, lo gak pegangan?” Tanya Deva.

“Nggak, Dev,” kata Keke.

Deva menarik tangan kanan Keke dan menaruhnya di depan perut Deva. Muka Keke memerah, dan jantungnya berdegup kencang. Baru kali ini ia nyaman bersama cowok lain selain Papa dan Rio. Selama di perjalanan, Deva dan Keke sama-sama tak saling bicara satu sama lain.

Motor Deva berhenti di sebuah danau, yang lumayan jauh dari kota. Keke membuka helmnya dan turun dari motor Deva. Keke terkejut bukan main karena masih ada sebuah danau dengan pemandangan terindah di sekitar kota besar.

“Gue tau lo pasti kaget kan?” Tanya Deva.

“Yaiyalah, aku kaget, di kota masih aja ada danau yang bersih terus pemandangannya indah banget, kok kamu bisa tau, Dev?” Tanya Keke. Deva hanya tertawa kecil.

“Gue seneng banget namanya jalan-jalan sendiri, terus gue gak sengaja nemuin danau ini, danau ini jadi tempatpersembunyian gue kalo ketauan dapet nilai jelek, hehee…” tutur Deva. Deva menarik tangan Keke.

“Ke, ayo duduk di bawah pohon yang itu! Adem lho! Nyaman lagi!” ajak Deva.

Jantung Keke berdegup kencang begitu melihat senyuman Deva. Keke menerima ajakan Deva untuk duduk di bawah sebuah pohon besar yang berada di pinggir danau. Memang benar yang dikatakan Deva, sangat nyaman, angin berhembus tidak begitu kencang, matahari tidak begitu menyengat. Deva berbaring di atas rerumputan disamping Keke.

“Lo gak ikut tiduran, Ke?” tanya Deva. Keke ikut mencobanya. Ia berbaring di sebelah Deva.

“Iya, Dev, disini nyaman banget, kapan-kapan kamu ajak aku kesini lagi ya,” ujar Keke sambil tersenyum.

“Tentu aja, gue bakal ngajak lo kesini lagi,” jawab Deva sambil membalas senyuman Keke.

“Dev…” panggil Keke.

“Hm?”

“Tau gak, sejak kamu ngomong sama aku pas di rumah sakit, sekarang sedikit demi aku bisa ngelupain Kak Rio, Kak Rio bener-bener ilang di pikiran aku, Dev.” tutur Keke.

“Oya? Yaa baguslah, setidaknya kalo ngeliat Kak Rio sama Kak Ify lo gak bakal jealous lagi kan??” Celetuk Deva.

“Apaan sih, Dev??” keluh Keke sambil mendorong bahu Deva. Deva hanya tertawa.

“Hahaa…lo yang apaan,” Deva kemudian bangun dan melihat sebuah perahu dayung beserta dayungnya di pinggir
danau.

“Ke, bangun! Naik perahu itu yuk!” ajak Deva.

“Ah, gak ah! Aku takut!” tolak Keke.

“Gak papa, Ke, ayo!” Deva lagi-lagi menarik tangan Keke.

“Tuh kan, maksa lagi!” keluh Keke.

“Kapan lagi cobaa??” ujar Deva. Keke menerima ajakan Deva.

Deva dan Keke duduk di atas perahu itu, dan Deva mulai mendayung ke tengah danau.

“Gak takut kan?” Tanya Deva.

“Tadi sedikit agak takut, tapi…sekarang udah nggak kok,” jawab Keke.

Mereka terus-terusan bercanda di tengah danau, tiba-tiba langit menjadi mendung dan gerimis pun turun.

“Dev, hujaan!! Ayo ke pinggir!” suruh Keke.

Deva mencoba mendayung dengan cepat, tapi karena saking paniknya perahu itu jadi goyang dan tidak seimbang.

“Deva, Deva! Ini kenapa!” seru Keke gelagapan.

“Eh! Gawat!” seru Deva. Karena terlalu panik, perahu jadi gak seimbang dan Deva tercebur kedalam danau.

BYUUUR!!

“Devaaa!!” teriak Keke. Keke terus-terusan melihat ke bawah mencari-cari Deva.

“Devaa!!Kamu dimanaa!! Devaa!!” Keke semakin panik, Deva tak muncul-muncul.

“Devaa, kamu dimanaa?”gumam Keke. Keke pun langsung nyebur ke danau mencari-cari Deva.

BYUUUR!!

“Devaa!!” teriak Keke.

“Hahahaa…ternyata lo bisa berenang juga,” Keke menoleh kearah suara. Deva berada di belakangnya.

“HUWAAAA!!!” Tangisan Keke meledak. Deva cengok.

“Lah? Kok lo nangis, Ke??” tanya Deva heran.

“Jahaat banget siih!! Aku tuh udah takut setengah mati, kalo kamu kenapa-kenapa!! Kamu malah boongin aku!!” gerutu Keke sambil menangis. Deva tertawa.

“Aku kan cuma bercanda, Ke..hehee…” kata Deva.

“Tapi bercanda gak gitu-gitu juga kalii!!” seru Keke.

“Yaah, maaf deh, kita duduk di gardu itu aja buat neduh, ntar lo sakit,” kata Deva. Deva membawa Keke ke sebuah gardu untuk berteduh. Deva memberikan jaket birunya dan memakaikannya
pada Keke.

“Thanks, Dev,” kata Keke.

“Sama-sama,”

Mereka menunggu hujan di gardu itu sampai reda, tapi karena hujan terlalu deras, mereka menunggu sangat lama.

“Dev, kamu tau gak Kak Rio itu cinta pertama aku,” gumam Keke. Deva terbelalak.

“Beneran?” Tanya Deva. Keke mengangguk.

“Kata orang sih, cinta pertama susah. dilupain, aku juga dulu mikir kalo aku bakal susah ngelupain Kak Rio, tapi ternyata nggak, aku bisa sedikit demi sedikit ngelupain Kak Rio,” kata Keke sambil tersenyum.

“Ooh gitu,” ujar Deva sambil tersenyum kecut.

“Dan sekarang saatnya gue mencari cinta yang baru, tapi kayaknya gue udah nemuin cinta yang baru itu,deh, ” gumam Keke.

“Hah? Cepet banget!! Siapa?” Tanya Deva penasaran.

“Dia yang udah nyadarin aku kalo cinta gak harus memiliki.” Jawab Keke. Deva matung, dia diem, gak ngomong. Keke melihatnya dengan heran. Keke mengibas-ngibaskan tangannya kedepan muka Deva.

“Dev? Deva?” Panggil Keke. Deva langsung sadar.

“Hah?”

“Kok matung gitu siih??” keluh Keke.

“I..itu…gue?” Tanya Deva. Keke mengangguk.

“Lo nembak gue ya? Polos banget sih lo, Ke!” seru Deva.

“Kalo aku nunggu kamu ngomong, aku malah jamuran! Ahaa..mending aku duluan yang ngomong, kamu masih suka sama aku kaan?” tanya Keke polos. Muka Deva memerah.

“Jangan ditanya, gue masih suka sama lo, Ke,” gumam Deva. Keke tersenyum dan kemudian mengecup pipi Deva. Muka Deva langsung panas dan pingsan.

GEDEBUG!

“Deva? Yaah, pingsaan…” gumam Keke sambil tertawa kecil.

***

“Sore, Kak!!” sapa Ray.

“Sore, Ray!”

“Deva mana?” Tanya Ray.

“Deva belom pulang, emang gak sama lo?” tanya Ify.

“Hah? Nggak,”

“Yaudah lo tunggu aja disini, siapa tau bentar lagi pulang,” Ify meneruskan membaca majalahnya. Sedangkan Ray bermain hape.

Tiba-tiba seseorang mengetuk dari luar, Ify membuka pintu dan mendapati Deva dengan muka cengengesan dan baju basah kuyup gara-gara hujan.

“Dih, muka lo jelek banget, Dev!” seru Ray.

“Hari ini gue maafin lo, Ray, karena gue lagi seneng!” kata Deva sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Emang ada apaan, Dev?” Tanya Ify sambil menyesap susu coklat hangat.

“Gue udah jadian sama Keke!” seru Deva. Ify langsung tersedak, Ray mangap, Deva cengengesan.

“Hah? Yang bener lo??” Tanya Ify.

“Dih, beneran! Gue gak boong, dia yang nembak gue!!” kata Deva.

“Dunia hancuur!!!”seru Ray.

“Maksud lo apaan, gondroong?” tanya Deva.

“Kok Keke mau sama lo? Bukannya dia suka sama Kak Rio?” Tanya Ray.

“Dia udah nyerah, dan sekarang dia milih gue!” kata Deva.

‘Berarti Keke udah gak suka lagi sama Kak Rio?’ batin Ify.

“Kak, sekarang lo aman, Keke udah nyerah, makanya lo harus baikkan secepatnya! Gue dukung lo, Kak!” kata Deva.

“Gue juga!”

“Thanks ya,” kata Ify.

“Kita keatas yaa,” kata Deva. Deva dan Ray pergi ke kamar Deva.

***

Ify terus memandang BBnya, ia ingin sekali menelepon Rio, tapi Ify tak punya keberanian, untuk memandang mata Rio saja susah apalagi bicara. Tiba-tiba BBnya berbunyi dan membuat Ify kaget.

RIO Calling…

Ify mencoba untuk menerima telepon Rio, ingin sekali bicara dengan Rio, tapi lidahnya kelu, tak bisa mengucapkan kata-kata.

“Halo? Ify?”

Ify masih tak bisa berbicara, kata-kata yang ingin ia ucapkan tidak bisa keluar dari mulutnya dengan mudah.

“Thanks ya buat air minumnya tadi, oiya besok gue turnamen, gue harap lo dateng, dan kalo misalnya gue masuk final gue mau ngomong sama lo, selamat tidur, Fy. Gue sayang sama lo,”

Pembicaraan terputus. Ify menghela napas. Ia bersyukur masih bisa mendengar suara Rio.

“Gue bakal dateng ke pertandingan lo,” gumam Ify sambil tersenyum

***

Rio memutus pembicaraannya. Rio tersenyum, akhirnya telpon darinya tak di reject oleh Ify. Rio terus memandang langit malam dari balkon kamarnya sambil memainkan gitar kesayangannya.

Menatap indahnya senyuman di
wajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku

Banyak kata
yang tak mampu kuungkapkan
kepada dirimu

Aku ingin engkau s'lalu
hadir dan temani aku
di setiap langkah
yang meyakiniku
kau tercipta untukku
sepanjang hidupku

Aku ingin engkau s'lalu
hadir dan temani aku
di setiap langkah
yang meyakiniku
kau tercipta untukku

Meski waktu akan mampu
memanggil s'luruh ragaku
ku ingin kau tahu
kau s'lalu milikku
yang mencintaimu
sepanjang hidupku

aku ingin engkau s'lalu
hadir dan temani aku
di setiap langkah
yang meyakiniku
kau tercipta untukku
ohhhh...
Ooohhhhhh..

***

No comments:

Post a Comment